Anda di halaman 1dari 5

1.

Prinsip TEM dan SEM serta cara pengolahan hasilnya


2. Metode Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi merupakan proses penyaringan partikel-partikel dalam rentang ukuran
koloid, yaitu larutan dan molekul besar ditahan dipermukaan membrane dan zat terlarut dengan
ukuran sangat kecil dapat melewati membran.Ultrafiltrasi merupakan proses pemisahan dengan
membrane berdasarkan perbedaantekanan, dimana komponen-komponen yang terpisah dalam
cairan merupakan fungsi dari ukuran dan struktur komponen terlarut.
Membran ultrafiltrasi pada prinsipnya digunakan untuk menahan koloid dan
makromolekul tetapi melewatkan partikel garam dan air (Piluharto, 2003). Membran ultrafiltrasi
secara komersial biasanya dibuat dari material polimer dan teknik pembuatan yang digunakan
adalah teknikin versi. Polimer yang umum digunakan antara lain polisulfon, polietersulfon, poli
(vinilidena fluoride), poli (akrilonitril) selulosaasetat, poliamida, poli (eterketon), dan lain
sebagainya. Selain polimer, material anorganikseperti alumina (Al2O3) danzirkonia (ZrO2) juga
mulai digunakan pada pembuatan membrane ultrafiltrasi (Mulder, 1991).
Membran dapat dibuat dari berbagai material. Pemilihan polimer sebagai bahan baku
membrane dilakukan berdasarkan factor strukturalnya. Faktor structural ini akan menentukan
sifat termal, kimia dan mekanik. Setiap factor tersebut akan mempengaruhi sifat instriksik
polimer, yaitu permeabilitas (Mulder, 1991).

3. Spektrofotometer Uv-Vis dan kurva kalibrasinya


Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai
panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi

Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang
diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun ada cara lain
yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu
larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada
hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan


kurva kalibarasi:

1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau transmitansi sama
atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu untuk
blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar
kesalahannya makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang
lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang gelombang. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan
paling besar. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling
tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang
maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan pada grafik
absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang disebut kurva kalibarasi.
Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka
grafik akan berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.
Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah dibuat adalah

Absorbansi 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9


konsentrasi 2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm 14 ppm 16 ppm

Grafiknya adalah

6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah diperoleh


absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik yang diperoleh pada langkah 5. Misalkan
absorbansi yang diperoleh 0,6. Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama
dengan konsentrasi larutan standar 10 ppm. Maka grafiknya sebagai berikut:

Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi linear:
persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator. Setelah diperoleh persamaan di
atas, absorbansi sampel yang diperoleh dimasukan sebagai nila y sehingga diperoleh nila x. Nilai
x yang diperoleh merupakan konsentrasi sampel yang dianalisis

4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan
perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik . Medan listrik dialirkan pada suatu
medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini digunakan dengan
memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan
negatif. Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri
arus listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan
bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut tergantung pada
nisbah muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk molekulnya. Pergerakan ini
dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang
diamati dan kondisi elektris lingkungan:
Fe = qE
F= gaya Lorentz, q= muatan yang dibawa oleh objek, E adalah medan listrik.
Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan
memurnikan fragmen DNA.

5. Titik isoelektrik
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan
nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika
pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan
hilang selama proses ionisasi terjadi.

6. Difraksi Elektron
Difraksi elektron mengacu pada sifat gelombang elektron. Namun, dari sudut pandang
teknis atau praktis, itu dapat dianggap sebagai teknik yang digunakan untuk mempelajari materi
dengan menembakkan elektron pada sampel dan mengamati pola interferensi yang dihasilkan.
7. Pematangan Ostwal
Pematangan ostwald adalah partikel yang lebih besar tumbuh dengan mengorbankan

partikel yang lebih kecil. Misalnya partikel-partikel kecil dari suatu zat kristalin seperti barium

sulfat lebih mudah larut daripada partikel besarnya, larut lebih cepat, dan membuat larutan itu

lewat jenuh karena besarnya partikel. Agar memantapkan kesetimbangan dengan partikel yang

lebih besar, bahan tambahan harus meninggalkan larutan itu dan memasuki fasa padatan, ion-

ionnya kemudian mengendap pada partikel-partikel yang lebih besar, menyebabkan partikel-

partikel ini tumbuh lebih besar lagi. Semakin kecil partikel, maka semakin besar pelemahan

ikatan. Pelemahan pengikatan didistribusikan sepanjang diameter partikel pada sejumlah lapisan,

jumlah ini tergantung pada material.

Anda mungkin juga menyukai