disusun oleh :
GILBERT JOSEPTIAN
NIM : 1470241012
1
Kita menyadari bahwa pengalaman secara teoritis sangatlah berbeda
dengan pengalaman secara praktis yang didapat langsung dalam kerja praktek,
namun secara tidak langsung pengalaman secara praktis juga mempunyai dasar-
dasar secara teoritis.
2
1.2.3 Sasaran Kerja Praktek
Adapun sasaran yang ingin dicapaimdalam pelaksanaan kerja praktek ini
antara lain :
1. Dapat membantu pola pikir dan pemahaman dalam melihat dan
menelaah kenyataan dan permasalahan yang di jumpai di lapangan.
2. Dapat mengatasi permasalahan di lapangan dengan disiplin ilmu
serta teori-teori ilmu perencanaan yang diperoleh sewaktu
perkuliahan. Karena pada kenyataannya penerapan teori-teori
perencanaan sering dijumpai dalam suati proses perencanaan.
Untuk itulah pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan dapat membentuk
pola pikir mahasiswa secara kreatif sehingga sasaran dapat terwujudkan.
3
1. Memenuhi persyaratan akademik dan administrasi.
2. Memenemui PA (Pembimbing Akademik) untuk mengecek persyaratan
akademik.
3. Pastikan menemui Kaprodi dan dosen KP yang bersangkutan untuk
meminta pengarahan-pengarahan mengenai kerja praktek yang akan
dilaksanakan.
4. Praktikan menghubungi dosen yang sudah dipilih yang akan dijadikan
sebagai dosen pembimbing dari kerja praktek.
5. Praktikan menghubungi Kaprodi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
untuk membuat surat permohonan kerja praktek kepada Instansi atau
perusahaan yang bersangkutan.
6. Praktikan mengajukan surat permohonan kerja praktek tersebut kepada
IKP (Instansi Kerja Praktek).
7. Praktikan menerima tanggapan dari IKP terhadap permohonan praktikan.
8. Praktikan menghubungi kaprodi atau dosen KP untuk mengkonfirmasikan
tempat IKP yang diambil.
9. Kemudian dimulainya pelaksanaan kerja praktek di PT. Phibetha
Kalamwijaya dengan memberikan pengenalan dan pengarahan di
lingkungan pekerjaan diawal kerja praktek di perusahaan tersebut.
10. Setelah mahasiswa menyelesaikan masa kerja praktek yang akan
dilakukan selama 2 bulan lebih, selanjutnya PT. Phibetha Kalamwijaya
akan memberikan penilaian selama bekerja di instansi tersebut.
11. Kemudian penilaian dan laporan kerja praktek tersebut diserahkan
kepada dosen pembimbing kerja praktek untuk memperoleh nilai akhir
dari kerja praktek.
Secara lebih jelas mengenai prosedur kerja praktek dapat dilihat pada Gambar
1.1
4
Gambar 1.1
Prosedur Administrasi Kerja Praktek
5
1.5 Pertimbangan Pemilihan Kerja Praktek
Pertimbangan pemilihan kerja praktek dilaksanakan di PT. Phibetha
Kalamwijaya. Hal ini dikarenakan kegiatan di PT. Phibetha Kalamwijaya
menangani pekerjaan-pekerjaan tata ruang (pengembangan kota dan wilayah),
penanganan lingkungan, pengembangan kawasan andalan, dan pemberdayaan
masyarakat. sesuai dengan program studi yang Praktikan jalani yaitu program
studi Perencanaan Wilayah dan Kota.
6
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Risiko Bencana Kabupaten Raja Ampat 2018-2022
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A PERSIAPAN
Persiapan Awal
1 Mobilisasi Tim
Persiapan Teknis
6 Pemantapan Metodologi
7
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bencana
12 Menyusun metodologi
pelaksanaan survey lapangan
13 Penyusunan Laporan
Pendahuluan
B PELAKSANAAN
1 Diskusi Asistensi #
8
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
9
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
C PELAPORAN
1 Penyerahan Laporan
Pendahuluan
10
Tabel 1.2
11
Oktober November Desember
No Jenis Kegiatan Ket.
II III IV I II III IV I II III
Focus Group Discussiun (FGD) 1
bersama SKPD terkait di Kabupaten
Raja Ampat.
7 - Rapat Asistensi #2
(Asistensi Draft Awal Peta Bahaya,
Peta Kerentanan, Dan Peta
Kapasitas, Peta Risiko)
8 Penyusunan Laporan Akhir
Presentasi Laporan Akhir dan Review
9
BNPB
Penyusunan laporan kerja praktek dan
10 asistensi ke pembimbing kantor dan
Prodi PWK
12
BAB II
INSTANSI KERJA PRAKTEK
13
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Phibetha Kalamwijaya
14
a. Bidang Konstruksi :
1. Perencanaan Arsitektur: (Jasa Nasihat dan Pra Desain Arsitektural;
Jasa Desain Arsitektural; Jasa Penilaian Perawatan dan Kelayakan
Bangunan Gedung; Jasa Desain Interior; Jasa Arsitektural Lainnya).
2. Perencanaan Rekayasa: (Jasa Desain Rekayasa Untuk Pekerjaan
Teknik Sipil Air; Jasa Desain Rekayasa Untuk Pekerjaan Teknik Sipil
Transportasi).
3. Perencanaan Penataan Ruang: (Jasa Perencanaan dan Perancangan
Perkotaan; Jasa Perencanaan Wilayah; Jasa Perencanaan dan
Perancangan Lingkungan Bangunan dan Lansekap; Jasa
Pengembangan Pemanfaatan Ruang).
4. Pengawasan Rekayasa: (Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi
Bangunan Gedung; Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Teknik Sipil
Transportasi; Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Teknik Sipil Air).
5. Jasa Konsultansi Spesialis: (Jasa Pembuatan Prospektus Geologi
dan Geofisika; Jasa Survey Permukaan Tanah; Jasa Pembuatan Peta;
Jasa Pengujian dan Analisa Komposisi dan Tingkat kemurnian; Jasa
Pengujian dan Analisa Parameter Fisikal; Jasa Inspeksi Teknikal).
6. Konsultansi Lainnya: (Jasa Konsultansi Lingkungan; Jasa Manajemen
Proyek Terkait Konstruksi Bangunan; Jasa Manajemen Proyek Terkait
Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi; Jasa Manajemen
Proyek Terkait Konstruksi Pekerjaan Teknik Sipil Keairan).
b. Bidang Non Konstruksi :
1. Pengembangan Pertanian Dan Perdesaan: (Prasarana Sosial Dan
Pengembangan / Partisipasi Masyarakat; Kredit dan Kelembagaan
Pertanian; Kehutanan; Perikanan dan Kelautan; Konservasi dan
Penghijauan; Sub-bidang Pengembangan Pertanian dan Perdesaan
Lainnya).
2. Transportasi:(Pengembangan Sarana Transportasi;Legislasi/Peraturan
Bidang Transportasi; Usaha Jasa Angkutan; Sub-bidang Transportasi
Lainnya).
3. Telematika: (Telekomunikasi Darat; Perangkat Keras; Aplikasi /
Perangkat Lunak; Sub-bidang Telematika Lainnya).
4. Perindustrian dan Perdagangan: (Perindustrian).
15
5. Pertambangan dan Energi: (Ekonomi Dan Konversi Energi; Sub-
bidang Pertambangan dan Energi Lainnya).
6. Keuangan: (Pembelanjaan Sektor Pemerintah; Manajemen Keuangan
Perusahaan; Manajemen Investasi dan Portofolio; Pengawasan dan
Regulasi Sektor Keuangan; Sub-bidang Keuangan Lainnya).
7. Pendidikan: (Sub-bidang Pendidikan Lainnya).
8. Kependudukan: (Program Kependudukan dan Program
Pengembangan Peran Wanita; Organisasi Program Kependudukan;
Sistem Pelayanan Keluarga Berencana; Tenaga medis Pelayanan
Keluarga Berencana; Penyuluhan, Pendidikan dan Komunikasi;
Pemantauan, Evaluasi dan Penelitian; Sub-bidang Kependudukan
Lainnya).
9. Jasa Konsultansi Destinasi Pariwisata: (Pemberdayaan Masyarakat;
Pembangunan Daya Tarik Wisata; Pembangunan Pra Sarana;
Penyediaan & Pembangunan Fasilitas / Sarana Pariwisata).
10. Jasa Konsultansi Industri Pariwisata: (Usaha Jasa Pengelolaan
Pelayanan Wisata; Usaha Jasa Pengelolaan dan Penyediaan Fasilitas
Wisata; Usaha Jasa Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pertemuan,
Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran (MICE)).
11. Jasa Konsultansi Kelembagaan Kepariwisataan: (Pengembangan
Sumber Daya Manusia; Pengembangan Pranata Kelembagaan
Organisasi).
12. Jasa Survey: (Survey Teristris; Survey Hidrografi / Batimetri; Sistem
Informasi Geografi; Survey Registrasi Kepemilikan Tanah / Kadastral).
13. Jasa Studi, Penelitian & Bantuan Teknik: (Studi Makro; Studi
Kelayakan & Studi Mikro Lainnya; Jasa Bantuan Teknik).
14. Jasa Konsultansi Manajemen: (Perencanaan Sistim Akuntansi;
Pelatihan dan Pengembangan SDM; Konsultasi Manajemen
Fungsional).
15. Jasa Konsultansi Penelitian Kepariwisataan: (Jasa Survey dan
Investigasi; Jasa Studi & Analisa Sosial, Kultural dan Aspek Legal; Jasa
Studi & Analisa Lingkungan; Jasa Studi & Analisa Keekonomian).
16. Jasa Konsultansi Perencanaan Kepariwisataan: (Jasa Perencanaan
Umum & Konsultansi Pembangunan / Pengembangan; Jasa Rancang
Bangun dan Bantuan Teknik; Jasa Perencanaan Informasi Teknologi).
16
17. Jasa Konsultansi Studi Kelayakan Kepariwisataan: (Jasa
Konsultansi Studi Kelayakan Kepariwisataan).
c. Lingkup Layanan yang diberikan :
Survey Teritis, Survey Pengindraan Jauh/Fotogrametri, Survey
Hidrografi/Batimetri, Sistem Informasi Geografis, Survey Hidrologi,
Investigasi Teknik, Manajemen Konstruksi, Manajemen Proyek, Quality
Survey, Perencanaan Umum, Perencanaan (Teknik, Operasional,
Pemeliharaan), Studi Kelayakan, Penelitian, Bantuan dan Nasehat Teknik,
Inspeksi/Supervisi, Manajemen Konstruksi, Manajemen Proyek.
17
langsung oleh Tim Pelaksana di bawah pimpinan Ketua Tim. Secara hierarkis,
struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.2
TIM ASISTENSI
18
Gambar 2.3 Kedudukan Praktikan Dalam Pekerjaan
PRAKTIKAN
19
BAB III
PEMBAHASAN MATERI KERJA PRAKTEK
20
musim panas” dan menyebabkan gagal panen di banyak tempat serta kelaparan
yang meluas ; dan
3. Pada Tanggal 26-27 Agustus 1883 letusan gunung Krakatau
menyebabkan kurang lebih 36.000 jiwa meninggal dan daya ledaknya
diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan
Nagasaki diakhir Perang Dunia II. Hamburan debunya terasa sampai Norwegia
dan New York .
Setelah Indonesia merdeka terjadi satu bencana masif di Aceh. Gempa
berkekuatan 9,3 skala Richter, menurut Badan Meteorologi Klimatologi
Geofisika (BMKG), terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, termasuk gempa
ketiga terbesar dalam sejarah kegempaan di dunia. Gempa ini menimbulkan
ombak Tsunami setinggi 9 meter dan sekitar 225.000 jiwa meninggal di 11
negara termasuk Indonesia, Sri Lanka, India dan Thailand. Di Indonesia sendiri
gempabumi dan tsunami mengakibatkan sekitar 165.708 korbanjiwa dan nilai
kerusakan yang ditimbulkannya mencapai lebih dari Rp 48 triliun .
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Indonesia dalam sebuah
kesatuan negara, baik pemerintah, masyarakat dan komunitas-komunitas lain,
untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana. Keragaman dan
keunikan wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.508 pulau, dihuni oleh lebih dari 250 juta jiwa dengan total luas
wilayah 1.904.569 km2, membuat upaya-upaya penyelenggaraan
penanggulangan bencana membutuhkan beragam pendekatan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Beberapa upaya telah dilaksanakan untuk
memberikan pondasi yang kokoh bagi keragaman pendekatan tersebut. Pondasi
ini dipersiapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai penanggung jawab
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana menjadi dasar penyelenggaraan penanggulangan bencana di
Indonesia. Terbitnya Undang-undang tersebut telah memicu terjadinya
pergeseran paradigma penanggulangan bencana menjadi berorientasi
pengurangan risiko. Oleh karena itu Kabupaten/Kota sebagai pemangku
kepentingan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat perlu melakukan
upaya terpadu melalui pengkajian risiko bencana yang terukur. Hal ini sejalan
dengan fokus fase penanggulangan bencana Indonesia saat ini. Sejalan dengan
itu, pengukuran efektivitas penanggulangan bencana berdasarkan indeks risiko
21
membutuhkan baseline (gambaran dasar) yang digunakan sebagai acuan saat
mengukur keberhasilan dinamika penyelenggaraan penanggulangan bencana
di Indonesia selama 5 tahun ke depan. Baseline indeks risiko bencana pada
dasarnya tetap mengacu kepada metodologi Kajian Risiko Bencana yang telah
ditetapkan menjadi Peraturan oleh Kepala BNPB.
Berdasarkan kesepakatan global terkait dengan pengurangan risiko
bencana, Indonesia telah menyepakati Sendai Framework for Disaster Risk
Reduction (SFDRR) 2015-2030. Salah satu rencana aksinya adalah memahami
risiko bencana. Kebijakan dan praktik penanggulangan bencana harus
didasarkan pada pemahaman tentang risiko bencana pada semua dimensi,
yakni ancaman, kerentanan, dan kapasitas. Pengetahuan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk tujuan penilaian risiko sebelum bencana, pencegahan, dan
mitigasi, serta pengembangan dan pelaksanaan kesiapsiagaan yang memadai
dan respon yang efektif terhadap bencana. Oleh karena itu, penyusunan kajian
risiko bencana penting untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk
melaksanakan rencana aksi di dalam SFDRR.
Penyusunan kajian risiko bencana di seluruh wilayah Indonesia
penting dilakukan sebagai landasan konseptual untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan oleh bencana sekaligus dalam rangka pengenalan dan
adaptasi terhadap bahaya yang ada, serta kegiatan berkelanjutan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko jangka panjang, baik terhadap
kehidupan manusia maupun harta benda sehingga dapat mengurangi indeks
risiko bencana sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Hasil pengkajian risiko bencana juga diharapkan mampu menjadi
landasan teknokratis bagi rencana- rencana terkait penanggulangan bencana di
daerah seperti: rencana penanggulangan bencana; rencana- rencana teknis
pengurangan risiko bencana; rencana penanggulangan kedaruratan bencana;
rencana kontingensi; rencana operasi kedaruratan; dan rencana pemulihan
pasca bencana. Oleh karena itu pelaksanaan pengkajian risiko bencana harus
dilakukan berdasarkan data dan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Oleh karena itu BNPB dengan DIPA Tahun 2017, menginisiasi Pekerjaan
Pengkajian Risiko Bencana di kabupaten/kota agar dapat dijadikan sebagai
dasar penyusunan kebijakan penanggulangan bencana di daerah maupun
22
nasional. Kabupaten/kota yang difasilitasi merupakan kabupaten/kota yang
termasuk lokasi prioritas RPJMN, sudah memiliki Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD), dan belum memiliki kajian risiko bencana sesuai
standar metodologi yang sama, serta memiliki jumlah jiwa terpapar yang cukup
tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Direktorat Pengurangan Risiko
Bencana memerlukan dukungan jasa konsultansi pihak ketiga untuk kegiatan
penyusunan kajian risiko bencana di Kabupaten/Kota terpilih.
23
2. Tersusunnya album peta kajian risiko bencana untuk setiap daerah
dalam lingkup wilayah kerja dengan skala 1:50.000 untuk wilayah
administrasi kabupaten dan 1:25.000 untuk wilayah administrasi,
yang terdiri dari:
a.Peta-peta Bahaya;
b.Peta-peta Kerentanan;
c.Peta-peta Kapasitas;
d.Peta-peta Risiko Bencana; dan
e.Peta Risiko Multi Bahaya Daerah;
3. Tersusunnya kajian risiko bencana di tingkat kabupaten/kota yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan kebijakan penanggulangan bencana
dalam bentuk database digital dengan format sistem informasi
geografis; dan
4. Terlaksananya review dan finalisasi hasil Dokumen Kajian dan Peta
Risiko (peta bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitas) yang telah
dilaksanakan pada tahun anggaran 2016.
24
B. Lingkup Wilayah Kerja
Kegiatan ini akan dilakukan di Kabupaten Raja Ampat Provinsi
Papua.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1
25
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Raja Ampat
26
3.2 Hubungan Pengkajian Risiko Bencana Dengan Sistem Perencanaan
Penanggulangan Bencana Indonesia
Kajian risiko bencana merupakan acuan dalam menentukan pilihan
tindakan sebagai bentuk intervensi yang dilakukan untuk memodifikasi risiko
bencana yang mungkin timbul. Pendekatan-pendekatan yang dapat dipilih untuk
memodifikasi risiko bencana tersebut antara lain adalah berupa pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan dan pengalihan risiko bencana.
27
termasuk pembiayaan, namun juga dapat menentukan lokasi-lokasi yang
merupakan prioritas dan membutuhkan penanganan segera untuk menghindari
dampak negatif dari bencana.
Kajian Risiko Bencana merupakan induk sistem penanggulangan
bencana Indonesia. Seluruh upaya penanggulangan bencana pada tahap pra,
saat, maupun pasca bencana disusun mengacu kepada hasil pengkajian risiko
bencana. Hal ini menjadikan kajian risiko bencana sebagai suatu kesatuan utuh
dalam sistem perencanaan penanggulangan bencana.
KETERANGAN:
1. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat
2. Ancaman adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis,
geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu
masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi
menimbulkan korban dan kerusakan
3. Kerentanan adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk
mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak
ancaman tertentu. Kerentanan berupa kerentanan sosial budaya, fisik,
ekonomi dan lingkungan, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab
28
4. Kapasitas adalah penguasaan sumber daya, cara dan ketahanan yang
dimiliki pemerintah dan masyarakat yang memungkinkan mereka untuk
mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi,
mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana
Pendekatan ini tidak dapat disamakan dengan rumus matematika.
Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman,
kerentanan dan kapasitas yang membangun perspektif tingkat risiko bencana
suatu kawasan.
Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat risiko bencana
amat bergantung pada :
a) tingkat ancaman kawasan;
b) tingkat kerentanan kawasan yang terancam;
c) tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
29
Gambar 3.3 Metode Pengkajian Risiko Bencana
30
3.3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini tidak lepas dari peran instansi daerah terkait. Oleh sebab itu, untuk mengefektifkan waktu, maka setiap
wilayah aglomerasi diwakili oleh fasilitator daerah sebagai penghubung dengan instansi setempan. Secara umum alur kegiatan dan timeline
pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 3.4
Gambar 3.4 Kerangka Pikir Kegiatan Kajian Risiko Bencana
31
3.3.2 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
32
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
33
dan informasi merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan kajian risiko
bencana.
Pengambilan data dilakukan melalui instansi-instansi terkait maupun melalui
pengambilan sampel langsung ke lapangan.
34
rencana kesiapsiagaan, mobilitas sumberdaya serta kebijakan. Kuesioner ini
akan disebar pada kelompok masyarakat dan pemerintah.
FGD Kecamatan; ditujukan untuk mengkonsultasikan data primer yang
telah didapat kepada para pemangku kepentingan dari masyarakat, dunia usaha,
jurnalis, tokoh agama dan pemerintah dalam bentuk diskusi terfokus. Diskusi
juga diarahkan kepada pengumpulan kebutuhan masyarakat terkait
penganggulangan bencana yang dapat dijadikan sebagai masukan awal dalam
penyusunan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan daerah. Setiap
pelaksanaannya hanya akan mengundang 15-20 pemangku kepentingan.
1. Banjir
35
data dari USGS, (2) kemiringan lereng menggunakan data DEM SRTM tahun
2000 dengan sumber data dari USGS, (3) jarak dari sungai, menggunakan data
jaringan sungai tahun 2013 berdasarkan sumber data dari BIG, dan (4) curah
hujan, menggunakan data curah hujan wilayah tahun 1998-2015 dengan sumber
data dari NOAA. Berdasarkan perhitungan dari parameter sebagai alat ukur
pengkajian bahaya banjir, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya
banjir.Kelas bahaya tersebut terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi.Hasil potensi
luas bahaya banjir di Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut.
Tabel 3.1
Potensi Bahaya Banjir Per Distrik di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
36
BAHAYA
2. Banjir Bandang
37
topografi, menggunakan data DEM SRTM 30 tahun 2013 dengan sumber data
dari USGS, dan (3) potensi longsor di hulu sungai, menggunakan data peta
bahaya tanah longsor tahun 2000 dari USGS dan data dari PVMBG tahun 2010.
Parameter tersebut berdasarkan pada standar umum pengkajian risiko bencana
dan referensi pedoman lainnya yang ada di kementerian/lembaga di tingkat
nasional.
Berdasarkan perhitungan dari parameter sebagai alat ukur pengkajian
bahaya banjir bandang tersebut, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas
bahaya banjir bandang.Kelas bahaya tersebut terdiri dari rendah, sedang, dan
tinggi.Hasil potensi luas bahaya banjir bandang di Kabupaten Raja Ampat
sebagai berikut.
Tabel 3.2
Potensi Bahaya Banjir Bandang Per Distrik
di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha)Kawasan Terdampak Kelas
1 AYAU 0
4 KEPULAUAN AYAU 0
5 KEPULAUAN SEMBILAN 0
6 KOFIAU 0
7 KOTA WAISAI 0
8 MEOS MANSAR 0
38
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha)Kawasan Terdampak Kelas
19 WAIGEO BARAT 0
21 WAIGEO SELATAN 0
3. Cuaca Ekstrim
39
Cuaca ekstrim atau angin puting beliung adalah angin kencang yang
datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral
dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan
hilang dalam waktu singkat (3-5 menit) ((BNPB, Definisi dan Jenis bencana,
http://www.bnpb.go.id).
Penghitungan kajian bahaya cuaca ekstrim dilihat berdasarkan parameter
bahaya cuaca ekstrim yang disusun berdasarkan pedoman umum pengkajian
risiko bencana dan referensi pedoman lainnya yang ada di kementerian/lembaga
terkait di tingkat nasional. Parameter bahaya cuaca ekstrim serta data yang
digunakan untuk parameter tersebut adalah (1) keterbukaan lahan,
menggunakan data peta penutupan/penggunaan lahan tahun 2015 dengan
sumber data dari KEMENLHK, (2) kemiringan lereng, menggunakan data DEM
SRTM 30 tahun 2000 dengan sumber data dari USGS, dan (3) curah hujan
tahunan, menggunakan data peta curah hujan tahunan tahun 1998-2015
berdasarkan sumber informasi dari NOAA. Berdasarkan perhitungan dari
parameter sebagai alat ukur pengkajian bahaya cuaca ekstrim, maka diperoleh
potensi luas bahaya dan kelas bahaya cuaca ekstrim.Kelas bahaya tersebut
terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi.Hasil potensi luas bahaya cuaca ekstrim di
Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut.
Tabel 3.3
Potensi Bahaya Cuaca Ekstrim Per Distrik
di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK Luas
(Ha)Kawasan Kelas
Terdampak
40
BAHAYA
NO DISTRIK Luas
(Ha)Kawasan Kelas
Terdampak
41
ekstrim di Kabupaten Raja Ampat secara keseluruhan adalah 61.899 Ha dan
berada pada kelas sedang. Luas bahaya Kabupaten Raja Ampat ditentukan
berdasarkan total luas bahaya per distrik. Kelas bahaya cuaca ekstrim
Kabupaten Raja Ampat ditentukan dengan melihat kelas bahaya maksimum dari
setiap distrik Kabupaten Raja Ampat terdampak cuaca ekstrim.
42
Tabel 3.4
Potensi Bahaya Gelombang Ekstrim dan Abrasi Per Distrik
di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha)Kawasan
Kelas
Terdampak
43
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha)Kawasan
Kelas
Terdampak
5. Gempabumi
44
ukur pengkajian bahaya gempabumi, maka diperoleh potensi luas bahaya dan
kelas bahaya gempabumi.Kelas bahaya tersebut terdiri dari rendah, sedang, dan
tinggi.Hasil potensi luas bahaya gempabumi di Kabupaten Raja Ampat sebagai
berikut.
Tabel 3.5
Potensi Bahaya Gempabumi Per Distrik di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK Luas
(Ha)Kawasan Kelas
Terdampak
45
BAHAYA
NO DISTRIK Luas
(Ha)Kawasan Kelas
Terdampak
Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan
lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas
dan kesehatan masyarakat sekitar (BNPB, Definisi dan Jenis bencana,
http://www.bnpb.go.id).
Penghitungan bahaya kebakaran hutan dan lahan dilihat berdasarkan
standar umum pengkajian risiko bencana dengan menggunakan parameter (1)
jenis hutan dan lahan, menggunakan data peta penutupan/penggunaan lahan
46
tahun 2015 dari KEMENLHK, (2) iklim, menggunakan data peta curah hujan
tahunan tahun 1998-2015 berdasarkan sumber data dari NOAA, dan (3) jenis
tanah, menggunakan data peta jenis tanah tahun 1998 dengan sumber data dari
BBSDLP.
Berdasarkan perhitungan dari parameter sebagai alat ukur pengkajian
bahaya kebakaran hutan dan lahan, maka diperoleh potensi luas bahaya dan
kelas bahaya kebakaran hutan dan lahan.Kelas bahaya tersebut terdiri dari
rendah, sedang, dan tinggi.Hasil potensi luas bahaya kebakaran hutan dan lahan
di Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut.
Tabel 3.6
Potensi Bahaya Kebakaran Hutan Dan Lahan Per Distrik
di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha) Kelas
47
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha) Kelas
7. Kekeringan
48
Dari perhitungan parameter sebagai alat ukur pengkajian bahaya
kekeringan, maka diperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya
kekeringan.Kelas bahaya tersebut terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi.Hasil
potensi luas bahaya kekeringan di Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut.
Tabel 3.7
Potensi Bahaya Kekeringan Per Distrik di
Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha)Kawasan Terdampak Kelas
49
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha)Kawasan Terdampak Kelas
8. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng ((BNPB, Definisi
dan Jenis bencana, http://www.bnpb.go.id). Penghitungan kajian bahaya tanah
longsor dilihat berdasarkan parameter bahaya tanah longsor yang disesuaikan
dengan kondisi daerah dari sumber data kajian, yaitu (1) kemiringan lereng,
menggunakan data DEM SRTM 30 tahun 2000 dengan sumber data dari USGS,
dan (2) zona kerentanan gerakan tanah, menggunakan data Peta Peta Zona
Kerentanan Gerakan Tanah tahun 2010 dengan sumber data PVMBG.
Hasil perhitungan berdasarkan parameter sebagai alat ukur pengkajian
bahaya tanah longsor menentukan potensi luas bahaya dan kelas bahaya tanah
50
longsor.Kelas bahaya tersebut terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi.Hasil
potensi luas bahaya tanah longsor di Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut.
Tabel 3.8
Potensi Bahaya Tanah Longsor Per Distrik
di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha) Kelas
1 AYAU 35 TINGGI
4 KEPULAUAN AYAU 0
5 KEPULAUAN SEMBILAN 0
51
BAHAYA
NO DISTRIK
Luas (Ha) Kelas
9. Tsunami
52
Kabupaten Raja Ampat.Hasil potensi luas bahaya tsunami di Kabupaten Raja
Ampat sebagai berikut.
Tabel 3.9
Potensi Bahaya Tsunami Per Distrik di Kabupaten Raja Ampat
BAHAYA
NO DISTRIK Luas
(Ha)Kawasan Kelas
Terdampak
1 AYAU 92 TINGGI
53
BAHAYA
NO DISTRIK Luas
(Ha)Kawasan Kelas
Terdampak
BAB IV
PENUTUP
54
4.1 Kesan Praktikan
4.1.1 Manajemen Instansi Kerja Praktek
Selama kurang lebih 60 Hari kerja praktek (KP) praktikan merasa banyak
memperoleh pelajaran dan pengalaman berharga dari instansi/perusahaan
tersebut. Praktikan dilatih untuk dapat menerapkan dan mengaplikasikan suatu
masalah kebencanaan yang berkaitan dengan tata ruang serta kawasan khusus
dengan memperhatikan atau mempertimbangkan kondisi sosial, fisik, ekonomi
dalam suatu daerah/kawaaan serta menyimpulkan kondisi tersebut serta
memberikan hipotesa tentang kemungkinan dimasa yang akan datang.
4.1.2 Manajemen Pelaksanaa Pekerjaan
Praktikan juga dibimbing untuk dapat menentukan sumber data atau
informasi oleh tim tenaga ahli pelaksana pekerjaan yang paling tepat sesuai
dengan kebutuhan materi pembahasan. Selanjutnya mempergunakan data atau
informasi yang diperoleh dengan menganalisisnya dengan benar. Meskipun
kegiatan perusahaan bersifat formal dan penuh birokrasi tetapi pada
kenyataannya banyak sekali pemecahan persolan yang dihadapi lebih pada
pendekatan praktis. Gambaran pengalaman yang terpenting yang diperoleh
dalam kerja praktek ini adalah pengalaman kerja khususnya dalam tahap
persiapan survei, penyusunan kompilasi data sampai tahap analisis data. Tahap
survei lapangan mengajarkan praktikan lebih banyak pelajaran dimana kesiapan
data serta kriteria dalam pengembangan dan karakteristik kawasan menjadi
faktor penting.
55
Sebagai instansi yang bertugas membina dan mengarahkan penalaran
praktikan dalam pekerjaan ini maka sudah selayaknya bilamana pengawasan
terhadap perkembangan yang menyangkut disiplin kerja dan rasa tanggung
jawab praktikan terhadap tugas-tugas yang diberikan perlu ditingkatkan karena
pada dasarnya seorang praktikan baru mendapatkan pengetahuan yang hanya
menyangkut konsep dan teori yang diperolaeh dibangku perkuliahan sementara
pekerjaan penyusunan perencanaan tidak dapat diselesaikan dengan melihat
kemampuan teori dan konsep yang didapatkan praktikan tersebut melainkan
pertimbangan umum. Selain itu tugas secara tegas perlu dijelaskan kepada
praktikan, sehingga didalam keseluruhan pelaksanaan pekerjaan dapat diikuti
dengan baik berdasarkan batasan-batasan kewenangannya.
56
Melakukan kesempatan untuk melakukan inovasi dalam aplikasi konsep dan
teori perencanaan yang dikuasai terutam mengenai disiplin ilmu
perencanaan wilayah dan kota.
57