Kelas: A1 2016
NIM: 131611133010
Penugasan: Case Study “Peran Perawat Sebagai Pendidik”
Perawat juga bisa bekerja sama dengan ahli kesehatan masyarakat maupun ahli
gizi dalam mensosialisasikan informasi kesehatan di manapun objeknya. Dengan latar
belakang pendidikan yang berlainan jurusan, maka mereka bisa saling melengkapi
informasi satu sama lain. Misalnya, mengadakan sosialisasi tentang penyakit tifus di
masyarakat. Di sini, mereka berperan mmberikan informasi mulai dari pengertian,
penyebab, gejala, cara penyembuhan, makanan yang boleh dikonsumsi, cara
pencegahan, dan lain-lain.
Contoh penelitian peran peran perawat sebagai pendidik seperti pada jurnal yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingakat Pengetahuan Siswa
Tentang Cara Pencegahan Penyakit HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Manado”. Jurnal ini
membahas tentang HIV/AIDS yang merupakan masalah besar yang mengancam
Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). AIDS merupakan Tahap akhir dari infeksi HIV. Gejala yang terjadi adalah
demam, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV
asimptomatik. Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan siswa tentang cara pencegahan penyakit HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode one group pretest-postest, pemilihan sampel dengan random
sampling. perkembangan orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS itu sangatlah pesat,
sehingga diperlukan suatu upaya untuk pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS.
Usaha seperti ini terutama harus ditujukan kepada remaja, sedemikian rupa sehingga
dalam diri mereka terbentuk mekanisme pencegahan yang mandiri yang didasari oleh
pengetahuan dan sikap yang positif terhadap perilaku seksual yang sehat.
Peran perawat sebagai edukator dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan. Selama bertahuntahun, organisasi-organisasi yang mengatur dan
mempengaruhi perawat telah mendorong dan mendukung pendapat bahwa perawat
harus memainkan peran utama dalam pendidikan kesehatan. Desain penelitian adalah
quasi-Eksperimental dengan one group pre-pos testdesign yakni suatu rancangan
penelitian dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu
pengaruh atau perlakuan tertentu. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi
perlakuan dan pengukuran kedua dilakukan setelah perlakuan.Dasar pemikirannya
sederhana, yaitu bahwa apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka
perbedaan rataratanya adalah nol (Trihendradi, 2009). Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Manado pada tanggal 13 Juni 2013. Pada penelitian ini populasinya ialah
seluruh siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Manado yang berjumlah 1182 siswa. Teknik
yang dilakukan untuk mengambil sampel adalah random sampling. Instrumen penelitian
adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini
instrument yang digunakan adalah kuesioner yang telah baku atau diuji validitas dan
reabilitas. Pada lembar kuesioner terdapat 15 soal yang berisi pertanyaan.Masing-
masing responden harus mengisi 2 kuesioner, 1 kuesioner di isisebelum responden
diberikan pendidikan kesehatan dan 1 kuesioner diberikan setelah responden diberikan
pendidikan kesehatan. Dalam pemberian perlakuan atau dalam hal ini pendidikan
kesehatan, peneliti menggunakan LCD, leaflet. Pendidikan kesehatan yang peneliti
lakukan yaitu secara bersama-sama yakni pada 100 siswa dalam satu ruangan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian mencakup tentang analisis univariat yaitu jenis kelamin, umur, kelas,
pengetahuan pre-test, dan pengetahuan post-test, sedangkan analisis bivariat yaitu
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa sebelum dilakukan
intervensi dalam hal ini pre-test dan sesudah dilakukan intervensi dalam hal ini post-
test. Karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkna
bahwa siswa yang paling banyak berpartisipasi menjadi responden adalahsiswa yang
berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 60 orang (60%). Dilihat daritingkat
pengetahuan, siswa yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki tidak terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai tingkat pengetahuannya. Diilihat dari hasil
penelitian sebelum dan sesudah diberikan intervensi, baik siswa berjenis kelamin
perempuan maupun siswa yang berjenis kelamin laki-laki, memperlihatkan tingkat
pengetahuannya bertambah setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pengaruh
pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan siswa, dapat dilihat dari hasil analisis dengan
menggunakan uji statistik yang dilakukan dari kelompok responden yang berjumlah 100
orang. Nilai rata-rata tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan adalah 17,30 yang menunjukkan tingkat pengetahuan siswa tentang penyakit
HIV/AIDS sudah cukup baik. Dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan nilai ratarata
tingkat pengetahuan siswa bertambah menjadi 25,53, hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan siswa tentang penyakit HIV/AIDS sudah semakin baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Wood dalam Shinta (2011) bahwa pendidikan kesehatan
adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap
pengetahuan terkait dengan kesehatan individu.
Kesimpulannya Pendidikan kesehatan mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa
tentang penyakit HIV/AIDS. Ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan sangat
mempengaruhitingkat pengetahuan siswa tentang cara pencegahan penyakit HIV/AIDS.
Contoh lain peran peran perawat sebagai pendidik terdapat pada jurnal yang
berjudul “Pendidikan Kesehatan Mengatasi Keluhan Hamil Pada Ibu-Ibu Hamil di Asrama
Group Ii Kopassus Kartasura”. Jurnal ini membahas tentang rendahnya derajat
kesehatan ibu dan anak. Derajat kesehatan penduduk secara optimal dapat diukur
dengan indikator, antara lain angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan
tingkat kesuburan penduduk yang sangat erat kaitannya dengan pelayanan KIA-KB.
Walaupun program safe motherhood telah dilaksanakan sejak lama, mulai tahun 1988,
hasilnya belum seperti yang diharapkan. Tingkat kesehatan ibu dan anak masih rendah
dan perlu ditingkatkan secara intensif dan berkelanjutan. Indonesia masih juga belum
mampu mengatasi tingginya angka kematian ibu (AKI) yang 307 per 100.000 kelahiran
hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. Itu berarti setiap
tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas
yang meninggal karena berbagai penyebab ( Kompasonline, 2004 ).
Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada
kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu.
Dari hasil survei (SKRT, 2001) diketahui komplikasi penyebab kematian ibu yang
terbanyak adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan infeksi, partus lama dan
komplikasi keguguran ( Kompas online, 2004 ). Berdasarkan perannya sebagai perawat
pendidik, perawat mengalihkan pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan sikap
selama pembelajaran yang berfokus pada pasien. Perubahan perilaku pada pasien
selama proses pembelajaran berupa perubahan pola pikir, sikap dan ketrampilan yang
spesifik . Kegiatan pendidikan kesehatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24
Juni 2006, berlangsung dari jam 08.00 – 12.00 WIB, bertempat di Ruang pertemuan
Kantor PERSIT Kartika Candra Kirana Cabang Group II KOPASSUS Kartasura. Pertemuan
dihadiri oleh Pengurus Cabang PERSIT sebanyak 20 orang dan ibu-ibu hamil sebanyak
25 orang. Kegiatan pendidikan dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan
demonstrasi, pemutaran video perawatan pada masa kehamilan. Media yang digunakan
berupa LCD, Video, Layar, sound sistem, leaflet. Sebelum diberikan pendidikan peserta
didik diukur tingkat pengetahuan dan sikapnya mengenai cara-cara mengatasi keluhan
hamil dengan diberikan kuisener. Pendidikan kesehatan tentang mengatasi keluhan
hamil pada ibu-ibu hamil di Asrama Group II KOPASSUS Kartasura mampu
meningkatkan pengetahuan ditunjukkan dengan nilai rata-rata pretes 11,16 dan nilai
ratarata posttes 12,80 terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 1,64. Pendidikan
kesehatan tentang mengatasi keluhan hamil pada ibu-ibu hamil di Asrama Group II
KOPASSUS Kartasura mampu memperbaiki sikap ditunjukkan dengan nilai rata-rata
pretes 13,56 dan nilai rata-rata posttes 14,32 terjadi peningkatan pengetahuan sebesar
0,76. Tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil sebelum diberikan pendidikan kesehatan
tentang mengatasi keluhan hamil sudah baik ditunjukkan pada tingkat pengetahuan
rata-rata jawaban benar sebesar 73,33% setelah postes nilai rata-rata jawaban benar
86,66% ini berarti terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 13,33%. Sikap ibu-ibu
hamil sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang menyikapi keluhan hamil sudah
baik ditunjukkan rata-rata jawaban sikap benar sebesar 90,40% setelah postes nilai
rata-rata jawaban benar 95,46% ini berarti terjadi peningkatan perbaikan sikap sebesar
5,06. Berdasarkan hasil analisa statistik yang ada menunjukkan bahwa pengetahuan dan
sikap ibu-ibu meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan
konsep bahwa pendidikan kesehatan pada pasien telah menunjukkan potensinya untuk
meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki kualitas kehidupan, memastikan
kelangsungan perawatan, secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit,
memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap rencana pemberian perawatan
kesehatan dan menurunkan ansietas dan memaksimalkan kemandirian dalam
melakukan aktifitas kehidupan seharihari (Bastable, 2002).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa edukasi atau pendidikan merupakan proses
pemberian informasi yang bertujuan untuk merubah perilaku individu, kelompok, atau
masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Proses edukasi pasien dilakukan oleh perawat sebagai
seorang edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Dalam menjalankan perannya sebagai edukator perawat sering mengalami
kendala dan halangan baik yang berasal dari diri perawat sendiri maupun yang berasal
dari lingkungan dan pasien sendiri. Proses edukasi yang efektif harus bisa diciptakan
oleh perawat demi tercapainya tujuan kemandirian pasien dan keluarga terhadap
proses keperawat dirinya demi mencapai kesembuhan. Perawat professional ataupun tim
kesehatan lainnya harus dapat memberikan edukasi kesehatan dimanapun dan dengan
teknik komunikasi baik sehingga tujuan dari edukasi itu sendiri tercapai dan terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA