Anda di halaman 1dari 9

Nama: Reffy Shania Novianti

Kelas: A1 2016
NIM: 131611133010
Penugasan: Case Study “Peran Perawat Sebagai Pendidik”

The importance of a Nurse as an Educator for Client


Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peranan
penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan
kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan perawatan yang
berkualitas bagi pasien (Potter & Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan
perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang
mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit. Dengan demikian, rumah sakit perlu
melakukan pengelolaan sumber daya manusia perawat, antara lain dengan
memperhatikan sistem pengembangan karir perawat. Pengembangan karir perawat
merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir yang dapat digunakan
untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta
menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi
perawat (Marquis & Huston, 2010). Perawat merupakan tenaga profesional yang
perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Peran
ini disebabkan karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan pasien.
Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan
keperawatan adalah dengan menggunakan standar praktek keperawatan. Tenaga
perawat merupakan tenaga yang paling banyak dan paling lama kontak dengan pasien,
maka kinerja perawat harus selalu ditingkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan yang holistik terhadap
manusia dengan berdasarkan pada standar pelayanan keperawatan dan kode etik
keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah profesi
perawat. Pelayanan keperawatan profesional dilakukan diberbagai tatanan pelayanan
kesehatan termasuk di dalam masyarakat dan di rumah sakit (Kusnanto, 2004).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dapat menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan. Menurut penelitian Huber
mengatakan bahwa sebanyak 90% pelayanan yang dilakukan di rumah sakit adalah
pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang diberikan akan berdampak pada
pasien sebagai penerima jasa layanan keperawatan. Dampak yang terjadi jika pelayanan
keperawatan yang diberikan tidak baik yaitu pasien akan merasa enggan untuk kembali
berobat ke rumah sakit tersebut. Pelayanan keperawatan adalah upaya yang dilakukan
perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari masyarakat sesuai
dengan kedudukannya di masyarakat. Peran perawat adalah seperangkat tingkah laku
yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan profesinya (Kusnanto, 2004). Peran juga
diartikan sebagai suatu tingkah laku maupun tindakan yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan posisinya dalam suatu sistem. Dalam melakukan
peran, seseorang diharapkan memiliki pemahaman dasar yang diperlukan mengenai
prinsip, dalam menjalankan tanggung jawab secara efisien dan efektif dalam suatu
sistem tertentu. Peran dimaknai sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan
sikap yang diharapkan oleh masyarakat yang menandai seseorang sesuai kedudukannya
dalam kehidupan sosial (Sudarma, 2008). Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan
sosial dan bersifat tetap. Peran perawat adalah tingkah laku perawat yang diharapkan
oleh orang lain untuk berproses dalam sistem sebagai pemberi asuhan, pembela pasien,
pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan, dan pembaharu (Ali, 2002).Perawat
sebagai pendidik bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga dalam upaya untuk menciptakan perilaku yang menunjang kesehatan. Oleh
karena itu, seorang perawat harus menempuh pendidikan yang memadai, minimal D III.
Alangkah baiknya jika dilanjutkan ke S1, program profesi, S2, dan S3. Semakin tinggi
pendidikan yang ditempuh oleh seorang perawat, maka semakin baik pula mutu dari
peran perawat itu sendiri. Ada beberapa peran perawat menu, salah satu diantaranya
adalah sebagai educator (pendidik).
Pendidikan kesehatan kepada klien bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya suatu penyakit dan komplikasi.
Pendidikan kesehatan menjadi bagian penting dalam asuhan keperawatan karena akan
memperpendek lama perawatan pasien di rumah sakit, menambah pengetahuan pasien
dan keluarga pasien tentang perawatan di rumahdan mencegah penyebaran penyakit.
Pendidikan kesehatan dapat membantu individu untuk beradaptasi dengan penyakitnya,
mencegah komplikasi dan mematuhi program terapi dan belajar untuk memecahkan
masalah ketika menghadapi situasi yang baru (Smeltzer, 2001). Pendidikan kesehatan
kepada pasien menjadi tugas penting perawat dalam menjalankan asuhan di samping
sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan dianggap menjadi fungsi
mandiri dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab dari profesi
keperawatan. Saat ini, peran perawat sebagai pendidik bagi pasien, keluarga pasien dan
masyarakat umum semakin meningkat seiring perkembangan jaman dan teknologi
sehingga fokus peran perawat adalah pengajaran dan pembelajaran. Dampak jika peran
perawat sebagai edukator tidak dilakukan adalah pasien akan merasakan cemas, dan
tidak adanya kesiapan dalam menerima prosedur keperawatan. Adapun hal lain yang
terjadi jika perawat tidak memberikan informasi dan pengajaran kepada pasien maka
pasien akan mengalami hari rawat yang lebih lama karena pengetahuan pasien tentang
penyakit dan cara perawatan dirinya terbatas dan kemungkinan terjadinya komplikasi
menjadi lebih besar. Ketika di rumah sakit, pasien maupun anggota keluaraga pasien
sering terlihat belum begitu mengerti tentang pengetahuan yang berhubungan dengan
kesehatan. bahkan ada juga yang sama sekali tidak faham. Menurut saya, hal ini
memang wajar karena tidak semua orang belajar ilmu kesehatan. Ada orang tua yang
sangat cemas dan khawatir dengan anaknya yang sedang sakit, padahal sakitnya itu
tidak parah. Memang ini bisa terjadi karena minimnya pengetahuan mereka. Inilah
saatnya perawat menjalankan perannya. Seperti yang biasa terjadi di masyarakat dalam
dalam mengangani dirinya sendiri bila ada suatu masalah atau kecelakaan. Tujuan
mereka itu memang benar, tetapi cara yang dilakukan mereka itu salah. Sebenarnya
mereka pun tidak mengetahui secara pasti tentang pengaruh dari pemberian tindakan
tersebut. Mereka hanya mengikuti kebiasaan turun temurun orang tua.
Peran perawat sebagai edukator menjadi hal yang sangat penting bagi pasien dan
keluarganya. Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan
tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab
terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi, kader kesehatan
dan lain sebagainya. Pada dasarnya perawat merupakan seorang guru dan agen
informasi kesehatan tanpa memandang lingkungan tempat ia berada. Pengajaran
dianggap sebagai suatu komponen pokok praktik keperawatan pada perawatan pasien
yang sehat atau sakit, selain itu juga dapat dilakukan pada keluarga dalam hal yang
mendampingi pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit. Agar perawat dapat
bertindak sesuai perannya sebagai pendidik, maka perawat harus memiliki pemahaman
yang mendalam tentang prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Selain itu tingkat
pengetahuan kognitif seorang perawat sangatlah penting. Domain kognitif adalah hasil
“tahu” dan ini terjadi seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca indera seseorang. Kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat
pengetahuan mempunyai enam tingkatan antara lain: tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), evaluasi (evaluation) (Bastable, 2002).
Tipe pasien itu berbeda-beda. Setiap pasien mempunyai keunikan tersendiri,
sehingga dalam memberikan pendidikan, perawat harus bisa memposisikan dirinya.
Untuk mengetahui tipe pasien itu sendiri, perawat terlebih dahulu harus membangun
hubungan yang baik dengan pasien hingga muncullah hubungan saling percaya. Apabila
hubungan saling percaya sudah terbentuk, maka perawat akan dengan mudah
menyalurkan ilmunya ke pasien tersebut. Perawat pun harus bisa mememberikan
pendidikan agar pasien dapat bersifat mandiri, tidak harus tergantung pada
perawat.Perawat juga harus bisa mendidik keluarga pasien, sehingga pasien maupun
keluarga yang belum tahu tentang suatu hal menjadi lebih tahu. Misal, perawat
menjelaskan tentang cara minum obat, efek minum obat, cara mengatasi penyakit yang
diderita pasien dan cara pencegahan penyakit. Harapannya setelah pasien dipulangkan
dari rumah sakit, keluarga dapatmembina pasien dalam merawat dirinya secara
mandiri tanpa bantuan seorang perawat. Peran keluarga dianggap sebagai salah satu
variabel penting yang mempengaruhi hasil perawatan pasien. Kemudian,
apabila ada keluarga yang bertanya tentang sakit yang diderita keluarganya, maka
perawat harus bisa menjelaskan sesuai faktanya, sehingga pihak keluarga tidak merasa
khawatir dan cemas lagi dan dapat memberikan memberikan pengaruh positifnya
kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dalam keluarga dapat memberikan
dukungan emosi, fisik, dan sosial yang penting bagi pasien.
Peran perawat sebagai pendidik tidak hanya di lingkup rumah sakit saja, tetapi
juga di masyarakat. Menurut Gaffar (1999) perawat berperan dalam mendidik individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan
yang berada di bawah tanggung jawabnya. Melihat kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang hal yang berhubungan dengan kesehatan, maka perawat harus ikut andil dalam
menyalurkan ilmunya.Perawat harus bisa memberikan penyuluhan-penyuluhan di
masyarakat mengenai kesehatan agar pengetahuan masyarakat bertambah dan tidak
terjadi kesalahpahaman kembali. Seperti masalah luka bakar yang diberi pasta gigi,
perawat seharusnya bisa menjelaskan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan
yang kurang tepat. Contoh penjelasan yang diberikan oleh perawat,“Saat terjadi luka
bakar, maka jaringan kulit akan rusak. Kemudian tubuh secara otomatis akan
mengeluarkan cairan untuk mengobatinya. Jika kulit yang terkena luka bakar ini diberi
pasta gigi, maka akan menghambat keluarnya cairan yang akan keluar dari dalam tubuh
dan bisa menghambat petugas medis untuk mengibatinya. Tetapi, kita juga harus
melihat terlebih dahulu tingkat keparahan luka bakar yang terjadi. Apabila luka bakarnya
sedikit dan tidak parah, maka cukup dialiri air saja agar rasa panasnya hilang.
Sedangkan jika luka bakarnya parah, maka harus dilanjutkan dengan dibawa ke dokter.”
Untuk menyikapi masalah mitos di masyarakat tentang anak yang lahir cacat karena
ulah bapak maupun ibunya, seorang perawat harus bisa meluruskan bahwa ada banyak
faktor mengapa bayi lahir cacat? Salah satunya, faktor genetik/keturunan. Ini mungkin
terjadi apabila ayah, ibu, atau salah satu anggota keluarga telah memiliki cacat,
sehingga akan diturunkan pada generasi berikutnya. Faktor-faktor genetik ini bisa
menurun secara dominan, bisa juga hanya sebagai resesif/pembawa faktor. Tetapi
terlepas dari hal tersebut mitos, yang pasti membunuh binatang bukanlah hal yang bijak
untuk dilakukan, kecuali jika binatang tersebut membahayakan dan mengganggu
kenyamanan. Dan juga tidak baik pula apabila seseorang mengejek orang cacat. Jadi,
masyarakat di sini hanya salah paham dalam mengartikannya.

Perawat juga bisa bekerja sama dengan ahli kesehatan masyarakat maupun ahli
gizi dalam mensosialisasikan informasi kesehatan di manapun objeknya. Dengan latar
belakang pendidikan yang berlainan jurusan, maka mereka bisa saling melengkapi
informasi satu sama lain. Misalnya, mengadakan sosialisasi tentang penyakit tifus di
masyarakat. Di sini, mereka berperan mmberikan informasi mulai dari pengertian,
penyebab, gejala, cara penyembuhan, makanan yang boleh dikonsumsi, cara
pencegahan, dan lain-lain.

Peran perawat sebagai pendidik sangatlah penting, karena akan berdampak


positif pada objek yang dididik. Objek perawat dalam memberikan perawatan sangatlah
luas, tidak hanya sebatas pada pasien saja, tetapi bisa pada keluarga, masyarakat,
sekolah, dan lain-lain.

Contoh penelitian peran peran perawat sebagai pendidik seperti pada jurnal yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingakat Pengetahuan Siswa
Tentang Cara Pencegahan Penyakit HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Manado”. Jurnal ini
membahas tentang HIV/AIDS yang merupakan masalah besar yang mengancam
Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). AIDS merupakan Tahap akhir dari infeksi HIV. Gejala yang terjadi adalah
demam, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV
asimptomatik. Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan siswa tentang cara pencegahan penyakit HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode one group pretest-postest, pemilihan sampel dengan random
sampling. perkembangan orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS itu sangatlah pesat,
sehingga diperlukan suatu upaya untuk pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS.
Usaha seperti ini terutama harus ditujukan kepada remaja, sedemikian rupa sehingga
dalam diri mereka terbentuk mekanisme pencegahan yang mandiri yang didasari oleh
pengetahuan dan sikap yang positif terhadap perilaku seksual yang sehat.
Peran perawat sebagai edukator dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan. Selama bertahuntahun, organisasi-organisasi yang mengatur dan
mempengaruhi perawat telah mendorong dan mendukung pendapat bahwa perawat
harus memainkan peran utama dalam pendidikan kesehatan. Desain penelitian adalah
quasi-Eksperimental dengan one group pre-pos testdesign yakni suatu rancangan
penelitian dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu
pengaruh atau perlakuan tertentu. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi
perlakuan dan pengukuran kedua dilakukan setelah perlakuan.Dasar pemikirannya
sederhana, yaitu bahwa apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka
perbedaan rataratanya adalah nol (Trihendradi, 2009). Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Manado pada tanggal 13 Juni 2013. Pada penelitian ini populasinya ialah
seluruh siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Manado yang berjumlah 1182 siswa. Teknik
yang dilakukan untuk mengambil sampel adalah random sampling. Instrumen penelitian
adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini
instrument yang digunakan adalah kuesioner yang telah baku atau diuji validitas dan
reabilitas. Pada lembar kuesioner terdapat 15 soal yang berisi pertanyaan.Masing-
masing responden harus mengisi 2 kuesioner, 1 kuesioner di isisebelum responden
diberikan pendidikan kesehatan dan 1 kuesioner diberikan setelah responden diberikan
pendidikan kesehatan. Dalam pemberian perlakuan atau dalam hal ini pendidikan
kesehatan, peneliti menggunakan LCD, leaflet. Pendidikan kesehatan yang peneliti
lakukan yaitu secara bersama-sama yakni pada 100 siswa dalam satu ruangan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian mencakup tentang analisis univariat yaitu jenis kelamin, umur, kelas,
pengetahuan pre-test, dan pengetahuan post-test, sedangkan analisis bivariat yaitu
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa sebelum dilakukan
intervensi dalam hal ini pre-test dan sesudah dilakukan intervensi dalam hal ini post-
test. Karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkna
bahwa siswa yang paling banyak berpartisipasi menjadi responden adalahsiswa yang
berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 60 orang (60%). Dilihat daritingkat
pengetahuan, siswa yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki tidak terdapat
perbedaan yang signifikan mengenai tingkat pengetahuannya. Diilihat dari hasil
penelitian sebelum dan sesudah diberikan intervensi, baik siswa berjenis kelamin
perempuan maupun siswa yang berjenis kelamin laki-laki, memperlihatkan tingkat
pengetahuannya bertambah setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pengaruh
pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan siswa, dapat dilihat dari hasil analisis dengan
menggunakan uji statistik yang dilakukan dari kelompok responden yang berjumlah 100
orang. Nilai rata-rata tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan adalah 17,30 yang menunjukkan tingkat pengetahuan siswa tentang penyakit
HIV/AIDS sudah cukup baik. Dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan nilai ratarata
tingkat pengetahuan siswa bertambah menjadi 25,53, hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan siswa tentang penyakit HIV/AIDS sudah semakin baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Wood dalam Shinta (2011) bahwa pendidikan kesehatan
adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap
pengetahuan terkait dengan kesehatan individu.
Kesimpulannya Pendidikan kesehatan mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa
tentang penyakit HIV/AIDS. Ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan sangat
mempengaruhitingkat pengetahuan siswa tentang cara pencegahan penyakit HIV/AIDS.
Contoh lain peran peran perawat sebagai pendidik terdapat pada jurnal yang
berjudul “Pendidikan Kesehatan Mengatasi Keluhan Hamil Pada Ibu-Ibu Hamil di Asrama
Group Ii Kopassus Kartasura”. Jurnal ini membahas tentang rendahnya derajat
kesehatan ibu dan anak. Derajat kesehatan penduduk secara optimal dapat diukur
dengan indikator, antara lain angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan
tingkat kesuburan penduduk yang sangat erat kaitannya dengan pelayanan KIA-KB.
Walaupun program safe motherhood telah dilaksanakan sejak lama, mulai tahun 1988,
hasilnya belum seperti yang diharapkan. Tingkat kesehatan ibu dan anak masih rendah
dan perlu ditingkatkan secara intensif dan berkelanjutan. Indonesia masih juga belum
mampu mengatasi tingginya angka kematian ibu (AKI) yang 307 per 100.000 kelahiran
hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. Itu berarti setiap
tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas
yang meninggal karena berbagai penyebab ( Kompasonline, 2004 ).
Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada
kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu.
Dari hasil survei (SKRT, 2001) diketahui komplikasi penyebab kematian ibu yang
terbanyak adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan infeksi, partus lama dan
komplikasi keguguran ( Kompas online, 2004 ). Berdasarkan perannya sebagai perawat
pendidik, perawat mengalihkan pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan sikap
selama pembelajaran yang berfokus pada pasien. Perubahan perilaku pada pasien
selama proses pembelajaran berupa perubahan pola pikir, sikap dan ketrampilan yang
spesifik . Kegiatan pendidikan kesehatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24
Juni 2006, berlangsung dari jam 08.00 – 12.00 WIB, bertempat di Ruang pertemuan
Kantor PERSIT Kartika Candra Kirana Cabang Group II KOPASSUS Kartasura. Pertemuan
dihadiri oleh Pengurus Cabang PERSIT sebanyak 20 orang dan ibu-ibu hamil sebanyak
25 orang. Kegiatan pendidikan dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan
demonstrasi, pemutaran video perawatan pada masa kehamilan. Media yang digunakan
berupa LCD, Video, Layar, sound sistem, leaflet. Sebelum diberikan pendidikan peserta
didik diukur tingkat pengetahuan dan sikapnya mengenai cara-cara mengatasi keluhan
hamil dengan diberikan kuisener. Pendidikan kesehatan tentang mengatasi keluhan
hamil pada ibu-ibu hamil di Asrama Group II KOPASSUS Kartasura mampu
meningkatkan pengetahuan ditunjukkan dengan nilai rata-rata pretes 11,16 dan nilai
ratarata posttes 12,80 terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 1,64. Pendidikan
kesehatan tentang mengatasi keluhan hamil pada ibu-ibu hamil di Asrama Group II
KOPASSUS Kartasura mampu memperbaiki sikap ditunjukkan dengan nilai rata-rata
pretes 13,56 dan nilai rata-rata posttes 14,32 terjadi peningkatan pengetahuan sebesar
0,76. Tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil sebelum diberikan pendidikan kesehatan
tentang mengatasi keluhan hamil sudah baik ditunjukkan pada tingkat pengetahuan
rata-rata jawaban benar sebesar 73,33% setelah postes nilai rata-rata jawaban benar
86,66% ini berarti terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 13,33%. Sikap ibu-ibu
hamil sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang menyikapi keluhan hamil sudah
baik ditunjukkan rata-rata jawaban sikap benar sebesar 90,40% setelah postes nilai
rata-rata jawaban benar 95,46% ini berarti terjadi peningkatan perbaikan sikap sebesar
5,06. Berdasarkan hasil analisa statistik yang ada menunjukkan bahwa pengetahuan dan
sikap ibu-ibu meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan
konsep bahwa pendidikan kesehatan pada pasien telah menunjukkan potensinya untuk
meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki kualitas kehidupan, memastikan
kelangsungan perawatan, secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit,
memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap rencana pemberian perawatan
kesehatan dan menurunkan ansietas dan memaksimalkan kemandirian dalam
melakukan aktifitas kehidupan seharihari (Bastable, 2002).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa edukasi atau pendidikan merupakan proses
pemberian informasi yang bertujuan untuk merubah perilaku individu, kelompok, atau
masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Proses edukasi pasien dilakukan oleh perawat sebagai
seorang edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Dalam menjalankan perannya sebagai edukator perawat sering mengalami
kendala dan halangan baik yang berasal dari diri perawat sendiri maupun yang berasal
dari lingkungan dan pasien sendiri. Proses edukasi yang efektif harus bisa diciptakan
oleh perawat demi tercapainya tujuan kemandirian pasien dan keluarga terhadap
proses keperawat dirinya demi mencapai kesembuhan. Perawat professional ataupun tim
kesehatan lainnya harus dapat memberikan edukasi kesehatan dimanapun dan dengan
teknik komunikasi baik sehingga tujuan dari edukasi itu sendiri tercapai dan terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, W. N., & sintowati, r. (2006). PENDIDIKAN KESEHATAN MENGATASI


KELUHAN HAMIL PADA IBU-IBU HAMIL DI ASRAMA GROUP II KOPASSUS
KARTASURA. WARTA, Vol. 9, No. 2, September 2006: 107 - 122, 1-16.
AZAZAH INDRIYANI, S. (2009). PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA DAN STRESS KERJA
TERHADAP KINERJA PERAWAT WANITA RUMAH SAKIT. TESIS, 1-20.
Bestable, Susan B.2002.Perawat Sebagai Pendidik.Jakarta:EGC.
Blais, Kathleen, dkk.2002.Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta:EGC.
Gaffar, La Ode Jumadi.1999.Pengantar Keperawatan Profesional.Jakarta:EGC.
Hapsari, R. W. (2013). HUBUNGAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT UMUM dr. H. KOESNADI KABUPATEN BONDOWOSO. SKRIPSI, 1-122.
Kusnanto.2004.Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta:EGC.
Lasmito, W. (t.thn.). Motivasi Perawat Melakukan Pendidikan Kesehatan Di Ruang
Anggrek RS Tugurejo Semarang. 1-12.
Suroso, J. (2011). PENATAAN SISTEM JENJANG KARIR BERDASAR KOMPETENSI UNTUK
MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT.
Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011, 1-9.
Taher, B. F., Shane, H. T., & Onibala, F. (2013). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
TERHADAP TINGAKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG CARA PENCEGAHAN
PENYAKIT HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MANADO. ejournal keperawatan (e-Kp)
Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013, 1-7.

Anda mungkin juga menyukai