Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DISTRESS


SPIRITUAL

OLEH

GUSTI AYU KT DESI WIDIANTARI P07120015086


LUH PUTU RATIH ARTASARI P07120015097
KADEK GITHA MAYASWARI P07120015108
PUTU RIAS ANDREANI P07120015119

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN PRDI D-III

TAHUN 2017
A. LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Distress Spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan


mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri,
orang lain, seni, music, literature, alam, dan/ atau kekuatan yang lebih besar
daripada diri sendiri (NANDA, 2014)

Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam


prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).

2. Penyebab
a. Pengkajian Fisik : Abuse
b. Pengkajian Psikologis : Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,
dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya : dukungan sosial dalam memahami keyakinan
klien (Spencer, 1998).

3. Tanda dan Gejala (NANDA, 2012-2014)


a. Marah
b. Mengungkapkan kurangnya motivasi
c. Mengungkapkan kekurangan rasa dicinta
d. Mengungkapkan kurangnya makna hidup
e. Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup
f. Mengungkapkan telah diabaikan
g. Mengungkapkan penderitaan
h. Mengungkapkan rasa terasingi
i. Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari sistem pendukung
j. Mengungkapkan ketidakberdayaan
k. Ketidakmampuan berintrospeksi diri
l. Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan

4. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan pasien dengan masalah distress spiritual yaitu distress
spiritual

5. Tujuan khusus
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengatakan kepada perawat atau pemimpin spiritual tentang
konflik spiritual dan kegelisahan

6. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam pada pasien,
perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama pasien, jelaskan tujuan,
kontrak waktu.
b. Klien dapat mengatakan kepada perawat tentang kegelisahannya
c. Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk
ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

7. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


a. Ancaman kematian
b. Asing tentang social
c. Kehilangan bagian tubuh
d. Kehilangan fungsi bagian tubuh
e. Kejadian hidup tidak terduga
f. Kelahiran bayi
g. Kematian orang terdekat
h. Kesepian
i. Menerima kabar buruk
j. Nyeri
k. Menjelang ajal, dll (Diagnosa Keperawatan, 2015-2017)

B. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Pada Klien Distress Spiritual


1. Orientasi
“Selamat pagi ibu B. Saya Gita Mayaswari, ibu bisa memanggil saya Perawat
Gita. Saya Perawat dari Poltekkes Denpasar yang dinas sore hari ini dari 13.00
sampai 18.00 wita nanti saya yang akan merawat ibu. Nama ibu siapa, senang
dipanggil siapa?”
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan atau keluhan ibu?”
“Ibu senangnya bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau disini?”
“Baiklah” tidak lama kok, hanya setengah jam saja”

2. Kerja
“baik ibu, apa yang ibu rasakan saat ini?”
“sepertinya ibu terlihat gelisah?”
“ibu bisa menceritakannya kepada saya?”
“saya mengerti ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Saya mengerti dengan
apa yang ibu rasakan”
“apa yang menyebabkan ibu dikucilkan?”
“jika boleh saya tahu siapa yang mengucilkan ibu? Apakah keluarga atau orang
lain di luar keluarga?”
Apakah ibu yakin itu yang menyebabkan ibu dikucilkan?”
“mengapa ibu bisa berfikir demikian?”
“saya tidak mengerti apa yang ibu maksudkan, bisakah ibu menjelaskan kembali
hal tersebut untuk saya?”
“ibu jangan cemas, jangan terlalu dipikirkan. Karena tidak semua orang
mengucilkan ibu”
“masih ada saya yang bisa menemani ibu”
“apakah ibu masih merasakan gelisah?, jika masih ijinkan saya memfasilitasi ibu
dalam spiritual dan membantu ibu dalam spiritual, agar ibu merasa tenang dan
nyaman”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan saya temani? “
“apakah ibu bisa memahaminya?”
“saya anjurkan ibu kalau merasa orang lain tidak mengerti maksud ibu, ibu bisa
menuliskan di kertas atau menggambarkan dengan isyarat”
“baik ibu, karena waktu saya sudah habis untuk menemani ibu, kita lanjutkan
besok ya bu”
“Sampai jumpa lagi ibu”

Anda mungkin juga menyukai