Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH :
NAMA MAHASISWA
NIM.
KELAS 3.3 PRODI D III KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN

2017

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya (TarwotodanWartonah2000).
Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas
perawatan diri secara mandiri.

2. Jenis-Jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :
2004, 79)

3. Etiologi Defisit Perawatan Diri


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi:
 Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
 Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
 Kemampuan realistis turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
 Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah :
 Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
 Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.
 Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
 Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
 Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
 Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
 Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :

 Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
 Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

4. Tanda Dan Gejala Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :

a. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor.
 Rambut dan kulit kotor.
 Kuku panjang dan kotor.
 Gigi kotor disertai mulut bau.
 Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif.
 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
 Interaksi kurang.
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri

5. Pohon Masalah
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengkajian
a. Identitas Klien, meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap,
No. MR, penanggung jawab.
b. Alasan masuk
Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.

c. Faktor predisposisi
 Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
 Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
 Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
 Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan fisik
 Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang

mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.


 Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu,
kebersihan.
 Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
 Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
 Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya,
kebersihan
 Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
 Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
 Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya,
pertumbuhan bulu.
 Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang
uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
e. Analisa data
a. Defisit perawatan diri
Data subyektif
 Pasien merasa lemah
 Malas untuk beraktivitas
 Merasa tidak berdaya.
Data obyektif
 Rambut kotor, acak – acakan
 Badan dan pakaian kotor dan bau
 Mulut dan gigi bau.
 Kulit kusam dan kotor
 Kuku panjang dan tidak terawat

 Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Data subyektif :
 Klien mengatakan saya tidak mampu mandi
 Tidak bisa melakukan apa-apa
Data obyektif :
 Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan,
halitosis, badan bau, kulit kotor

 Isolasi social

Data subyektif :
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif :
 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, apatis, menolak berhubungan, kurang
memperhatikan kebersihan

f. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


b. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
c. Isolasi Sosial
d. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK

2. Diagnosa keperawatan
- Defisit Perawatan Diri
- Isolasi Sosial
- Penurunan kemampuan motivasi merawat diri
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEP.
1 Defisit TUM : Setelah diberikan askep selama Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
perawatan diri Klien dapat 20 menit dalam 3 x pertemuan dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk
berhubungan diharapkan TU dan TUK dapat prinsip komunikasi kelancaran hubungan
dengan orang lain tercapai dengan kriteria hasil : therapeutic : interaksi selanjutnya.
1. Ekspresi wajah bersahabat
secara optimal. 1. Sapa klien dengan ramah
2. Menunjukan rasa senang
3. Ada kontak mata dan baik secara verbal dan
4. Mau berjabat tangan, mau
TUK 1 : non verbal.
Klien dapat menyebut nama, mau 2. Perkenalkan diri dengan
membina hubungan menjawab salam sopan.
5. Mau duduk berdampingan 3. Tanyakan nama lengkap
saling percaya
dengan perawat klien dan nama panggilan
6. Mau mengutarakan masalah
yang disukai klien.
yang dihadapi. 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
Beri perhatian pada klien dna
perhatikan kebutuhan dasar
TUK 2 : Pasien Setelah diberikan askep selama klien
mampu melakukan 20 menit dalam 3 x pertemuan Dengan memperhatikan
kebersihan diri diharapkan TU dan TUK dapat kebutuhan dari klien perawat
secara mandiri tercapai dengan kriteria hasil : 1. Melatih pasien cara- mengetahui apa saja yg akan
1. Perawatan diri aktivitas
cara perawatan diberikan pada tindakan
kehidupan sehari-hari
kebersihan diri selanjutnya
mampu melakukan 2. Menjelasan pentingnya
aktivitas perawatan fisik menjaga kebersihan
dan pribadi secara mandiri diri.
3. Menjelaskan alat-alat
atau dengan alat bantu
2. Mampu mempertahankan untuk menjaga
kebersihan dan penampilan kebersihan diri
4. Menjelaskan cara-cara
yang rapi secara mandiri
3. Mampu melakukan melakukan kebersihan
.
aktivitas eliminasi secara diri
5. Melatih pasien
mandiri
4. Mengenali dan mengetahui mempraktekkan cara
kebutuhan bantuan untuk menjaga kebersihan
eliminasi diri
TUK 3 : Pasien
mampu melakukan
Setelah diberikan askep selama
berhias/ berdandan
secara baik 20 menit dalam 3 x pertemuan
diharapkan TU dan TUK dapat 1. Bantu pasien dalam
tercapai dengan kriteria hasil : memilih pakaian yang
1. Klien mampu untuk
mudah dan di lepas
mengenakan pakaian dan 2. Sediakan pakaian
berhias secara mandiri pasien pada tempat
2. Mampu mempertahankan
yang mudah di
Membantu memilihkan
kebersihan pribadi dan
jangkau (Di samping
sesuatu yang dibutuhkan
penampilan yang rapi
tempat tidur)
oleh klien membuat klien
secara mandiri 3. Dukung kemandirian
3. Mengungkapkan kepuasan lebih mudah dalam
pasien dalam
dalam berpakaian dan melakukan perawatan
berpakaian dan berhias
menata rambut 4. Bantu pasien diri serta membuat klien
4. Menunjukan rambut yang
menaikan,mengancing merasa dihargai
bersih dan rapi
TUK 4 : Pasien kan dan merisleting
mampu melakukan pakaian jika
makan dengan baik diperlukan
5. Beri pujian atas usaha
untuk berpakaian
Setelah diberikan askep selama
sendiri
20 menit dalam 3x pertemuan
diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
1. Klien mampu secara
mandiri
2. Mengungkpkan kepusan
makan
3. Mampu menyiapkan dan Setelah banyak diberikan
1. Melatih pasien makan
memakan makanan secara pelatihan dan bantuan
secara mandiri
mandiri 2. Menjelaskan cara bina klien melakukan
mempersiapkan makan sesuatu hal baru secara
3. Menjelaskan cara mandiri untuk
makan yang tertib membangun rasa percaya
4. Menjelaskan cara
diri yang dimiliki oleh
merapihkan peralatan
klien
makan setelah makan
5. Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan
yang baik
TUK 5 : Pasien
Setelah diberikan askep selama
mampu melakukan
20 menit dalam 3 x pertemuan
BAB/BAK secara
diharapkan TU dan TUK dapat
mandiri
tercapai dengan kriteria hasil :
1.Mampu mempertahankan
kebersihan dan penampilan 1. Mengajarkan pasien
yang rapi secara mandiri melakukan BAB/BAK
2. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri
2. Menjelaskan tempat
eliminasi BAB dan BAK secara Melatih pasien untuk
BAB/BAK yang
mandiri melakukan sesuatu secara
sesuai
3. Mengenali dan mengetahui mandiri walupun beberapa
3. Menjelaskan cara
kebutuhan bantuan untuk kegiatan masih dibantu oleh
membersihkan diri
eliminasi BABdan BAK perawat
setelah BAB dan BAK
4.Mampu membersihkan diri 4. Menjelaskan cara
setalah BAB dan BAK membersihkan tempat
BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005. Jakarta :
Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai