OLEH :
ERNA WIJAYANTI NIM : 1808048
GALANG PANTINER S. NIM : 1008055
MARGIASIH NIM : 1808088
MOKO DAIMI LAKSITO NIM : 1808092
NUNY APRILIANTIKA NIM : 1808100
RIADI EKO NURCAHYO NIM : 1808108
SAPUWAN NIM : 1808112
YENSY NI MA AGUSTIN NIM : 1808130
A. Latar Belakang
Keberhasilan sebuah proses manajemen tergantung dari jenis dan
kualitas tanggapan yang berkembang dari para perawat, dimana upaya-
upaya manajemen diterapkan, karena manajemen keperawatan merupakan
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
perawatan dan bantuan kepada klien. Penting bagi perawat untuk
mengetahui tehnik manajemen yang akan mendukung dalam pelaksanaan
perawatan terhadap klien seefektif dan seefisien mungkin.
Perawat harus mampu untuk memenuhi tanggung jawab manajer
dan pemimpin yang efektif untuk memenuhi tanggung jawab mereka
terhadap diri sendiri, klien dan terhadap program pendidikan. Dengan
semakin berkembangnya profesi keperawatan, maka perawat harus
meningkatkan pengetahuan mereka dan menerapkan teori serta berbagai
peelitian yang telah dilakukan dalam bidang manajemen kedalam praktek
pemberian pelayanan keperawatan yang bermutu dan menyeluruh.
Perubahan peran dan fungsi manajemen keperawatan masa kini
yang berorientasi pada sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab
menjadi desentralisasi. Dengan pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab berfokus pada kegiatan koordinasi, memungkinkan manajemen
keperawatan dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata baik
di rumah sakit maupun dalam komunitas sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya.
Profesi Ners khususnya pada stase manajemen keperawatan
merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan kesepatan kepada
mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat dari
materi kuliah manajemen keperawatan dalam kenyataan di lapangan untuk
mengelola pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka mahasiswa STIKes Karya
Husada Profesi Ners melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang
Parikesit RSUD KRMT WONGSONEGORO Semarang untuk mendapatkan
pengalaman, sehingga dapat memahami dan terampil dalam pengelolaan,
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik klinik manajemen keperawatan selama 2
minggu diharapkan mahasiswa menerapkan konsep dan langkah
manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik klinik manajemen keperawatan, mahasiswa
dapat :
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk
menemukan masalah-masalah yang ada diruang Parikesit.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan maupun asuhan keperawatan diruang Parikesit.
c. Menyusun analisa SWOT dan menemukan proiritas masalah sesuai
dengan kebutuhan ruang Parikesit.
d. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang
ditemukan berdasarkan prioritasnya.
e. Melaksanakan atau mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
f. Mengevaluasi hasil kegiatan yang dilakukan.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori
manajemen secara langsung.
2. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan manajemen asuhan
keperawatan dimasa yang akan datang.
Perawat ruang Alamanda pada khususnya dan perawat RSUD KRMT
WONGSONEGORO Semarang.
D. Waktu
Pembelajaran praktik klinik manajemen keperawatan ini dilaksanakan pada
tanggal 28 Januari- 9 Februari 2019
A. Planning
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada staf
keperawatan serta pasien didapatkan data sebagai berikut:
3. Prosedur / Birokrasi
Dari hasil wawancara belum ada proses kepatuhan untuk mengevaluasi
kepatuhan cuci tangan perawat dan pasien.
4. Kebijakan Ruang
Perawat sudah mengetahui SPO dan kebijakan cuci tangan.
6. Budget
Anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk melakukan cuci
tangan sudah ada dan selalu diprioritaskan sebagai pendukung
akreditasi.
B. Organizing
1. Struktur organisasi :
Struktur organisasi sampai saat pengkajian masih memasang struktur
yang lama dimana sudah banyak perawat yang pindah ke ruangan lain
dan perawat baru belum tercantum. Yang terbaru belum dibuat Karena
harus menyesuaikan contoh dari ASMEN, supaya ada keseragaman pada
setiap ruangan.
2. Job Diskripsi :
Sudah ada, meliputi tugas kepala ruangan, tugas Ka Tim, dan tugas
perawat pelaksana dan juga tugas pelaksana rumah tangga.Metode
penugasan yang di pakai adalah: TIM , Dari hasil pengkajian yang di
lakukan terhadap perawat di dapatkan hasil bahwa:
1). Semua perawat (100 %)mengatakan bahwa metode TIM sudah di
pakai di ruangan parikesit.
2). Sebagian besar (85 %) mengatakan ketua TIM sudah dilakukan
dengan baik.
3) Sebagian perawat mengatakan metode TIM tidak dapat di laksanakan
terutama pada dinas sore dan malam dengan alasan jumlah perawat
sangat minimal.
4). Sebagian besar perawat mengatakan; ka TIM membagi tugas kepada
perawat pelaksana dan menilai hasil pekerjaanya
3. Job evaluasi
1). Pertemuan berkala pernah di lakukan tetapi jumlah yang hadir sedikit
sekali
2). Program pengajaran dan pelatihan dalam ruang lingkup A3 : baru di
rencanakan.
C. Actuating
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2019
melalui observasi dan wawancara langsung sebagai berikut :
1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang
menebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan, tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 1995) Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu
kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang
merasakan sesuatu yang kurang baik fisiologis maupun
psikologis,dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi
sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien.
B : sensus harian= BORx jumlah tempat tidur.
BOR = Jumlah Hari Perawatan x 100 % = 450 x 100% = 75%
5. Penjadwalan
Formulasi PPNI:
Tenaga Perawat : Ax52(minggu) x7 hari(TT x BOR)
41 ( minggu) x 40 jam / minggu
Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang
dibutuhkan klien.
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi,
kebijaksanaan penjadwalan (Gillies, 1994)
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal
waktu personel yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada
departemen atau divisi luas kebijaksanaan penjadwalan untuk
memandu pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut
persoalan berikut tidak ada maka manager perawat harus bersatu
sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
a. Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal untuk personel di masing-masing unit.
b. Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk
atau libur
c. Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja
menyangkut jadwal masuk atau libur
d. Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-
masing pekerja perhari perminggu dan perbulan.
e. Hari dimulainya minggu kerja
f. Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas
6. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk
meningkatkan prestasi kerja mengurangi absensi dan perputaran serta
memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan yang
akan digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja (Munir, 1994:
162):
a. Metode seminar atau konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki
jabatan sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat
akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik
yang menyangkut sesi manajemen maupun penyelenggaraannya
atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
b. Metode lokakarya (workshop)
Penyelenggarannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah materinya. Pada ateri
lokakarya bersifat teknis , administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
c. Metode sekolah atau khusus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi
adanya aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang
harus di mengerti dan harus dilaksanakan oelh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru
bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada
akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan
atau tanpa kriteria kelulusan.
d. Metode belajar sambil kerja (learning by doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama
sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini
D. Controlling
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 30
Januari 2019 di Ruang Parikesit didapatkan data sebagai berikut :
1. Evaluasi
Evaluasi pada prinsipnya telah dilakukan oleh kepala ruang yang meliputi
evaluasi terhadap tindakan dan kinerja perawatan, dalam hal ini acuan
yang digunakan adalah SAK (Standar Asuhan Keperawatan), akan tetapi
dalam kurun waktu satu tahun terakhir ini pendokumentasian kurang bisa
dilakukan secara maksimal karena terbentur adanya akreditasi rumah sakit
yang memungkinkan semua arsip berada di kantor Asmen (termasuk
SAK).
2. Kontrol Kualitas
Secara umum kontrol terhadap kualitas sudah dilakukan melalui GKM
(Gugus Kendali Mutu) akan tetapi khusus di ruang Parikesit kegiatan ini
dilakukan oleh bagian Pengembangan Mutu dan Rapat rutin dengan Ka
Bag Pelayanan. Indikator mutu ditentukan oleh tingkat kepuasan pasien,
namun pembagian kuesioner tersebut dilakukan secara global. Kendala ada
pada proses pelaksanaan yang tidak optimal karena terbentur dengan
waktu dan kesibukan.
Secara umum kontrol terhadap kualitas yang berkaitan dengan pelayanan
Rumah Sakit sudah dilakukan dengan membagikan kuesioner pada pasien
yang akan pulang, akan tetapi pelaksanaannya tidak dilakukan secara
kontinyu karena ketebatasan tenaga dan waktu. Untuk kontrol kualitas
terhadap pelayanan perawat terhadap pasien belum dilakukan dalam
bentuk pembagian kuesioner di ruang Parikesit, akan tetapi masih dalam
3. Sistem Informasi
Dengan menggunakan buku komunikasi (secara tiak langsung) secara
langsung dilakukan supervisi terhadap peralatan, obat maupun tindakan
keperawatan yang dilakukan setiap hari. Yang belum bisa dilakukan adalah
Ronde Keperawatan.
NS
MANAGEMEN
2 KEPERAWATAN
4 PROFESI NERS 17 DI RUANG
RI PARIKESIT
6 GD 16
R.L P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Keterangan
: Apar 1: Ruang1 3: Ruang3 RO: R.Obat: RG: Ruang Ganti Perawat NS:
Nursestation
5: Ruang5 7: Ruang7 SP: Spoelhook 2: Ruang2 4: Ruang4 Ri: R.Intensif 6:
Ruang6 RL: Ruang Linen Gd: Gudang P: Pantry : Jalur Evakuasi
KA. INSTALASI
KA. Ruang
Nur Dian R.S.Kep.,Ners
1. Man
Pada hasil pengambilan data pengkajian yang dilakukan dalam bidang
keperawatan di Ruang Parikesit secara acak pada tim I dan Tim II dengan
10 status pasien didapatkan hasil :
a. Pengkajian telah dilakukan 100% oleh perawat
b. Penentuan diagnosa keperawatan telah dilakukan 80% oleh perawat
karena ada beberapa diagnosa keperawatan yang tidak dituliskan
c. Perencanaan telah dilakukan 60 % oleh perawat karena dalam
perencanaan ada beberapa perawat tidak membuat perencanaan,
serta penulisan tujuan dan kriteria hasil belum dituliskan
d. Pada tindakan keperawatan telah dilakukan 97,5 % oleh perawat
karena dalam pendokumendasian tidak sesuai dengan perencanaan
e. Pada evaluasi telah dilakukan 80 % oleh perawat karena hasil
evaluasi tidak mengacu pada tujuan yang disebabkan oleh tujuan
tidak tercantum pada perencanaan
f. Pada catatan Asuhan Keperawatan telah dilakukan 100% oleh
perawat
Alasan kekuranglengkapan dalam penulisan pendokumentasian tersebut
dari hasil wawancara dengan perawat bukan karena perawatanya malas
nulis atau tidak tau cara penulisannya akan tetapi dikarenakan beberapa
faktor:
a. Selama keluhannya masih sama tindakannya melanjutkan, tidak
perlu ditulis lagi diagnosa keperawatannya
b. Sudah ditulis Data Subyektif dan objektifnya sesuai dengan keadaan
pasien
2. Material
a. Data sarana prasarana
No Data Jumlah Keterangan
1 Keseluruhan tempat tidur 20 -
2 Meja 3 -
3 Kursi pasien 28 -
4 Kusi Roda 3 1 rusak
5 Kamar mandi 9 -
6 Ruang isolasi - -
7 Tempat sampah 9
8 Ruang Perawatan
R. Nurse station 1
R. Ganti pakaian dan 1
istirahat perawat
R. Dokter -
R. Dapur 1
R. Karu -
9 Almari obat 2
10 Alat tenun:
Sprei 50
Stik laken 20
Sarung bantal 50
Sarung guling 10
Serbet/Handuk 13
Scort 3
20
Waslap
11 Alat kesehatan
Standar infus:
Beroda 13
Langsung di bed 28
Bak instrumen
Stetoskop 2
3
Tensimeter:
3
Termometer:
Air raksa
4
Elektrik
1
Tromol kassa
2
EKG
1
Suction pump
1
Oksigen tabung
2
Tong spatel
1
Nebulizer
1
Infus pump 2
Emergency set 2
Manometer 1
Monitor 1
Saturasi O2 1
Glukosa DR 1
Lampu tindakan 1
4. Money
Dalam penyusunan rencana anggaran tahunan di RS KRMT
Wongsonegoro Semarang, kepala ruang dilibatkan dalam penyusunan
anggaran tahunan, seperti dalam pengajuan sarana kebutuhan
operasional dan pengembangan di dalamnya antara lain seperti
pengembangan pendidikan, pelatihan, pemenuhan sarana prasarana
yang kurang, dan perbaikan sarana prasarana yang rusak, perbaikan
kesejahteraan karyawan seperti mengajukan renovasi.Jenis
pembayaran yang diterapkan dalam ruangan ini adalah BPJS, umum
dan jaminan kecelakaan. Dalam ruang Parikesit juga terdapat
pengelolaan dana kas ruangan.
C. Analisa SWOT
RUANG PARIKESIT RS KOTA SEMARANG
Strength Weakness :
Faktor eksternal
Pelaksanaan
dokumentasi askep
belum terlaksana
secara optimal
Opportunity : Strategi SO : Strategi WO :
Strength Weakness :
Faktor Internal
Sarana dan prasarana : Pengadaan dan
Faktor eksternal
Ada rencana perbaikan alat
pengadaan alat, memerlukan waktu
monitoring, perbaikan yang cukup lama
peralatan. Monitoring dan
Ada standard tentang pemeliharaan
pengadaan, peralatan belum sesuai
penyimpanan dan dengan SOP
pemeliharaan alat Rata rata ada
Ada alur perencanaan kesenjangan antara
yang jelas kebutuhan dan
Ada prosedur tetap standard peralatan
pemakaian alat khususnya set ganti
balut dan angkat jahit.
Strength Weakness :
Strength Weakness :
Faktor Internal
Motivasi staff untuk Jumlah tenaga
mengikuti studi lanjut perawat terbatas
cukup tinggi. Kurangnya frekuensi
Ada rencana program pertemuan rutin
Faktor eksternal
penyegaran dan pelatihan. bulanan.
C : Observasi pelaks.
Tind. Kep
Threat Strategi ST Strategi WT
1. Masalah
1) Masih ada fasilitas peralatan keperawatan yang belum memadai
2) Belum terlaksananya monitoring serta pemeliharaan peralatan.
2. Kriteria Hasil
1) Pengadaan alat dalam 1 tahun sebanyak 2 x 12 bulan.
2) Memiliki bukti pemesanan yang bisa dipertanggung jawabkan.
3) Penambahan alat dapat dicapai dengan maksimal dan pasien bisa
menikmati prasarana yang ada.
3. Rencana
1) Diusulkan kepada kepala ruang untuk pengadaan penambahan alat.
2) Upayakan peralatan selalu siap pakai dengan cara mendesinfeksi
peralatan segera setelah dipakai
3) Peningkatkan kerjasama dengan bagian lain untuk monitoring dan
pemeliharaan peralatan sesuai dengan jadwal.
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan analisa terhadap kepatuhan cuci tangan 5
moments bagi petugas dan 2 moments untuk pengunjung, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan penting yang lengkap
dan nyata yang dapat memberikan informasi tentang kondisi pasien
dan pelayanan perawatan yang diberikannya dengan tujuan terbinanya
koordinasi yang baik dan dinamis serta terhindarnya informasi yang
tumpang tindih sehingga dapat meningkatkan efisien dan efektifitas
tenaga perawat dalam menjamin kualitas asuhan keperawatan dan
perlindungan hukum dalam memberikan pelayanan perawatan.
2. Setiap tahapan dalam proses keperawatan memiliki karakteristik dan
tujuan masing-masing serta saling keterkaitan dan terintegrasi dalam
bentuk suatu rangkaian proses asuhan keperawatan yang dinamis,
dengan demikian maka dalam proses pendokumentasian hendaknya
dilakukan berdasarkan karakteristik dan tujuan dari masing-masing
tahapan proses keperawatan tersebut, sehingga akan menjadi lebih
informatif.
3. Pada sarana pendokumentasian yang ada pada saat ini masih terdapat
beberapa kelemahan diantaranya adalah masih adanya pengulangan
pencatatan, masih terdapatnya pemborosan kolom yang tersedia serta
format evaluasi yang digunakan tidak jelas.
4. Untuk mencapai tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan dan
memanfaatkan sarana yang ada dapat dilakukan dengan memodifikasi
pada sistem pendokumentasian melalui pencatatan yang simple dan
informatif serta tidak menyimpang dari kaidah pendokumentasian
asuhan keperawatan.
B. Saran
1. Untuk membina sistem informasi yang lebih baik di antara perawat dan
atau perawat dengan tim kesehatan lain perlu di lakukan penyempurnaan
pada sistem pendokumentasian asuhan keperawatan, sehingga lebih
informatif dan simpel serta lebih mudah di mengerti oleh pihak lain.
2. Penggunaan dokumentasi keperawatan dalam berkomunikasi pada pihak
lain tentang dokumentasi asuhan keperawatan, merupakan suatu alternatif
yang dapat digunakan oleh perawat klinisi dalam rangka sosialisasi dan
korektif terhadap keefektifan dan efisiensi dokumentasi keperawatan.
3. Pada pihak Rumah Sakit, hendaknya dapat meninjau kembali keefektifan
dan efisiensi dari sarana dokumentasi yang ada, untuk diadakan revisi
sesuai dengan tinjauan analisis pada bagian depan.
4. Pada pihak yang berwenang, diusulkan untuk segera menerbitkan SAK
yang baku, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan dan memberikan perlindungan secara hukum pada perawat
dalam melaksanakan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan motivasi perawat dalam melaksanakan
pendokumentasian, hendaknya pemberian Reward pada perawat
ditentukan berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan yang telah
dibuat.
6. Perlu adanya supervisi, setiap saat atau pada waktu tertentu, berkala secara
berkesinambungan terhadap pelaksanaan pendokumentasian oleh Kepala
ruangan atau suatu tim yang dibentuk melalui mekanisme khusus yang
bertugas memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan.