Anda di halaman 1dari 85

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN

ANAK (KIA) DI KOTA MANADO

SKRIPSI

SYNTIA VEREN PHILIPS JACOBS

17061015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO

2021
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tantangan bagi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah


pandemi covid-19 yang terjadi di berbagai negara bahkan di dunia.
Menurut Puspita (2020) kebijakan pemerintah dalam menangani
penyebaran covid-19 salah satunya dengan diberlakukan pembatasan
sosial berskala besar atau PSBB yang mengakibatkan ibu dan anak
mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Masalah kesehatan yang baru dapat timbul pada ibu dan anak
dikarenakan menurunnya kunjungan KIA di fasilitas pelayanan
kesehatan (Fasyankes) (Harahap,2020). Studi diatas menunjukkan
bahwa pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak merasakan dampak
adanya pandemi covid-19.
Kunjungan kesehatan ibu dan anak di dunia mengalami
penurunan sebagai dampak dari pandemi covid-19. Hasil penelitian
yang dilakukan di negara yang menerapkan lockdown seperti Brasil,
Nepal dan Bangladesh yang menyatakan terdapat penurunan kunjungan
ibu hamil ke fasilitas kesehatan yang mengakibatkan rendahnya deteksi
komplikasi serius seperti eclampsia atau komplikasi yang terjadi
selama kehamilan, dimana penurunan pesat pada kunjungan ibu hamil
maupun persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan terjadi
di Negara Liberia sebesar 50 % (Stein, Ward, & Cantelmo, 2020). Di
Karachi, Pakistan juga berdampak pada pelayanan imunisasi rutin
dimana ada pengurangan kunjungan imunisasi setiap harinya dari yang
sebelumnya 5184 bekurang ke 2450 atau senilai 52,8 % (WHO,2020).
Pandemi covid-19 yang terjadi di Amerika Serikat, mengakibatkan
imunisasi rutin pada anak juga mengalami penurunan hampir mencapai
73% (Chandir,2020). Sehingga dari data diatas menunjukkan dampak
2

pandemi covid-19 pada kunjungan ibu hamil maupun imunisasi rutin


pada bayi mengalami penurunan dengan angka lebih dari 50 %.
Sama halnya dengan beberapa Negara di dunia, di Indonesia
kunjungan pelayanan KIA mengalami penurunan selama pandemi
covid-19. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau
singkatnya Kemenkes RI menyatakan kunjungan kehamilan di
posyandu pada ibu hamil terjadi penurunan hingga 19,2 % (Mar’ah,
2020). Penurunan KIA terdiri dari cakupan K1 sebanyak 60%, K4
75,8%, layanan imunisasi dasar 55%. Penurunan jumlah K1 di salah
satu Kabupaten yakni Maros dari angka 666 kunjungan berkurang
sampai menyentuh angka 438 34,23%, di Jakarta Timur sendiri
berkisar 30,62 %, berikutnya di Bandung sejumlah 18,19% , sedangkan
untuk jumlah K4 mengalami penurunan di daerah Jakarta Timur
berjumlah 31,65%, di Bekasi ada 6,6%, dan untuk Bandung sekitar
3,89% (Kemenkes,2020). Hasil survei UNICEF yang merupakan
organisasi perlindungan anak dunia menyatakan bahwa pada masing –
masing puskesmas di 34 provinsi Indonesia yang melaksanakan
pelayanan imunisasi 84 % diantaranya terganggu yaitu meliputi 53,5%
puskesmas dan 56% layanan imunisasi puskesmas dan posyandu di
setiap daerah terhambat (WHO,2020). Sama halnya dari hasil teliti
yang dilaksanakan di Tanjungwangi sejak pandemi covid-19 cakupan
imunisasi menurun 64% (Patriawati,2020). Dapat disimpulkan
kunjungan layanan kesehatan untuk ibu juga anak sejak pandemi covid-
19 di Indonesia mulai dibatasi sehingga terjadi penurunan yang cukup
pesat.
Seperti beberapa provinsi yang ada di Indonesia, di Sulawesi
Utara pun kunjungan untuk pelayanan kesehatan pada ibu juga anak
akibat pandemi covid-19 menurun. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara (2020) akibat dampak pandemic
covid-19 terjadi penurunan pada pelayanan KIA. Kunjungan ANC K1
mengalami penurunan dari 91,35 % menjadi 89,45% sejak pandemi
covid-19, sedangkan kunjungan K4 menurun dari 97,68 % menjadi
3

88,55% akibat adanya pandemi covid-19. Sama halnya dengan


kunjungan imunisasi dasar lengkap bayi mengalami penurunan sejak
adanya pandemi covid-19 yaitu dari jumlah bayi 497 menjadi 443
dengan persentasi 14,4 % menurun hingga 12,9 % dari tahun 2019
sampai 2020. Seperti penelitian yang di lakukan di Kabupaten
Kepulauan Talaud menunjukan bahwa kunjungan K4 dan persalinan di
fasilitas kesehatan mengalami penurunan pada awal pandemi
disebabkan kepanikan masyarakat sehingga mempengaruhi persepsi
dan pemahaman tentang covid-19 dan enggan untuk berkunjung ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan
Talaud,2020). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa kunjungan
layanan ibu hamil yang terdiri dari kunjungan K1-K4 juga imunisasi
dasar lengkap pada bayi di Sulawesi Utara menurun karena covid-19.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah sebagai wujud dari
pengendalian dan penyebaran covid-19 khususnya untuk pelayanan
KIA. Salah satu bentuk upaya diberlakukan oleh pihak Kemenkes yang
melakukan kerja sama dengan pihak Japan International Cooperation
Agency atau disingkat JICA yang dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi daring atau dalam jaringan yang membahas tentang
knowledge sharing programs atau program berbagi pengetahuan serta
berbagi pengalaman dalam implementasi buku KIA selama pandemi
covid-19 secara pokok untuk kesehatan ibu hamil juga anak dengan
diterapkannya social distancing bagi kelompok rentan (WHO,2020). Di
Indonesia diberlakukan kunjungan ke rumah dan layanan daring terkait
pelayanan KIA, dan membuat program pelayanan kesehatan untuk
melindungi kelompok rentan (Zhang,2020). Oleh karena itu dengan
menerapakan social distancing dan dengan diberlakukannya kunjungan
ke rumah serta kunjungan melalui daring untuk layanan KIA sesuai
dengan kebijakan pemerintah dapat meminimalisir penyebaran covid-
19.

Walaupun upaya-upaya tersebut telah dilaksanakan namun


pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak perlu diperhatikan
4

untuk menghindari masalah kesehatan baru yang muncul selama


pandemic covid-19. Selain itu, penelitian terkait dampak pandemi
covid-19 pada pemanfaatan kunjungan ibu hamil K1-K4 dan imunisasi
dasar lengkap bayi belum dilakukan khusunya di wilayah Sulawesi
Utara masih sangat terbatas. Olehnya peneliti berniat untuk melakukan
penelitian ini karena merupakan penelitian penting untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan pelayanan sebelum dan sejak adanya
pandemi covid-19 terkait pelayanan kesehatan khususnya ibu dan anak
berjalan di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di Kota Manado
dan peneliti berharap hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti dapat
digunakan dalam membandingkan dampak yang terjadi pada KIA
sewaktu covid-19 juga berguna sebagai informasi bagi ibu dan anak
untuk meningkatkan pelayanan KIA.

1.2 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimanakah pemanfaatan pelayanan kunjungan Antenatal Care
(ANC) dan imunisasi bayi sebelum pandemi covid-19 di Kota
Manado ?
2. Bagaimanakah pemanfaatan pelayanan kunjungan Antenatal Care
(ANC) dan imunisasi bayi selama pandemi covid-19 di Kota
Manado ?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara pemanfaatan
pelayanan kunjungan ANC (ibu hamil) dan imunisasi bayi sebelum
dan selama pandemi covid-19 di Kota Manado ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui dampak pandemi covid-19 terhadap pemanfaatan


pelayanan kesehatan pada ibu dan anak (KIA) di Kota Manado

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
5

1. Untuk mengetahui pemanfaatan pelayanan kunjungan Antenatal


Care (ANC) dan imunisasi bayi (yang di ukur dengan kunjungan
K1- K4, kelengkapan imunisasi dasar bayi) sebelum ada pandemi
covid -19 di Kota Manado
2. Untuk mengetahui pemanfaatan pelayanan kunjungan Antenatal
Care (ANC) dan imunisasi bayi (yang di ukur dengan kunjungan
K1- K4, kelengkapan imunisasi dasar bayi) selama ada pandemi
covid-19 di Kota Manado
3. Untuk mengetahui perbedaan antara pemanfaatan pelayanan
kunjungan Antenatal Care (ANC) dan imunisasi bayi (yang di ukur
dengan kunjungan K1- K4, kelengkapan imunisasi dasar bayi)
sebelum dan selama pandemi covid-19 di Kota Manado.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi bagi masyarakat khususnya ibu hamil dan bayinya atau
peneliti selanjutnya yang membutuhkan informasi mengenai
dampak pandemi covid-19 terhadap pemanfaatan kunjungan
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi


berbasis bukti untuk pengembangan program-program pemerintah
khususnya dibidang kesehatan untuk peningkatan pelayanan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan yang akan dijelaskan pada bab ini terkait teori-


teori, meliputi variabel independen tentang covid-19 yang dimulai dari
definisi sampai pada kunjungan ibu hamil dan bayi selama masa
pandemi covid-19, juga membahas variabel dependen tentang prinsip
antenatal care dan imunisasi bayi. Peneliti memperoleh kepustakaan
dari buku, jurnal dan artikel. Akhir penjelasan pada bagian ini, peneliti
menguraikan penelitian terkait dengan topik yang diangkat dan konsep
teori ahli keperawatan.

2.1 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

2.1.1 COVID-19

Beberapa sumber menjelaskan pengertian dari covid-19.


Menurut World Health Organization yang disingkat dengan WHO
(2020), penyakit yang ada dikarenakan oleh virus Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) sehingga
menginfeksi saluran napas baik ringan sampai maupun sedang
misalnya flu dan juga menyebabkan infeksi yang berat yakni
pneumonia merupakan pengertian dari covid-19. Covid-19 adalah
penyakit yang dapat menimbulkan efek buruk pada gangguan sistem
pernafasan secara akut dengan contoh adanya sesak juga batuk pada
manusia (Kemenkes RI,2020). Berdasarkan penjelasan diatas Covid-19
diartikan sebagai gangguan kesehatan yang timbul karena adanya
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
yang menyerang saluran napas manusia.
7

Pengertian lain juga telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut


Betty (2020) COVID-19 adalah salah satu jenis virus yang ditemukan
di China tepatnya di Provinsi Hubei, Kota Wuhan merupakan virus
dengan tingkatan penularan yang tinggi karena virus tersebut adalah
varian baru. Coronavirus Disease 2019 atau yang disingkat dengan
covid-19 merupakan masalah yang yang berasal dari SARS-CoV-2 dan
berupa jenis zoonosisvirus yakni jenis virus yang menular dari hewan
ke manusia (Chan, 2020). Dari dua studi diatas dapat disimpulkan
bahwa covid-19 merupakan penyakit baru yang telah ditemukan di
China tepatnya di Kota Wuhan dan bisa di tularkan melalui droplet dan
antara hewan ke manusia.

Covid-19 memiliki karakterstik yang hampir mirip dengan jenis


coronavirus lainnya. Terdapat adanya kesamaan antara coronavirus
batSLCoVZC45 yang terjadi di hewan kelelawar dengan sekuens
SARSCoV-2 (Wang,2020). Hewan trenggiling menjadi salah satu
pencetus dalam penyebaran masalah covid-19 karena memiliki
kesamaan dengan genom dari hewan trenggiling dimana ada 90,5 %
terdapat kesamaan dengan coronavirus kelelawar, 91 % pada SARS-
CoV-2, serta pada genom dari SARS-CoV-2 homologi sebanyak 89%
untuk coronavirus kelelawar sedangkan pada SARS-CoV ada 82 %
(Stain,2020). Kesimpulan dari studi diatas menunjukan bahwa covid-19
memiliki karakteristik yang mengarah pada jenis coronavirus lainnya.

Terdapat tiga struktur yang menunjukkan model dimensi dari


SARS-CoV-2 pada protein spike domain receptor-binding. Covid-19
memilki kemampuan untuk menembus sel dengan memakai reseptor
ACE2, dimana melalaui studi tersebut ditemukan juga SARS-CoV-2
yang tidak memakai reseptor coronavirus lainnya contohnya
Aminopeptidase N yang disingkat dengan APN juga Dipeptidyl
peptidase-4 dengan istilah DPP-4 (Huang,2020). Berdasarkan hasil
analisis filogenetik, SARS-CoV-2 atau covid-19 ini berhubungan dengan
dua jenis virus corona asal kelelawar, yaitu batSLCoVZC45 dan bat-
8

SLCoVZXC21,dengan struktur virus sebesar 79% (Wu et al,2020).


Berdasarkan hail studi diatas covid-19 berpotensi dalam menembus sel
dengan bantuan reseptor ACE2 dan memiliki karakteristik dari
SARSCoV-2 hampir sama dengan jenis coronavirus batSLCoVZC45
dan bat-SLCoVZXC21.

2.1.2 Cara Penularan COVID-19

Penyebaran dan penularan dari covid-19 dapat terjadi secara


cepat. SARS-CoV-2 penularannya biasanya lewat percikan air liur
(droplet) dan pernapasan dari orang yang terinfeksi, juga melalui
kontak erat dengan pasien yang sudah terdampak maupun pernah
dirawat sebagai suspect (WHO,2020). Hasil penelitian menunjukan
SARS-CoV-2 bisa viable atau mampu bertahan hidup diaerosol yang
dihasilkan lewat nebulizer sejak kurang lebih 3 jam penggunaannya
(Doremalen 2020). Berdasarkan bukti diatas dapat disimpulkan covid-
19 lebih mudah menular lewat adanya droplet juga kontak yang erat
baik dengan pasien terinfeksi maupun yang pernah dirawat karena
mengalami gejala atau yang beresiko terinfeksi covid-19.

World Health Organizatin (WHO) menjelaskan beberapa proses


penularan Coronavirus Disease 2019 antara lain : proses yang pertama
melalui kontak dan transmisi tetesan yang dapat terjadi lewat adanya
interaksi langsung ataupun tidak langsung terhadap sekresi misalnya
sekresi saluran napas atau air liur dari orang yang telah terinfeksi.
Transmisi melalui fomite dapat terjadi melalui sekresi pernapasan
ataupun cairan yang keluar dari organ pernapasan seseorang yang
sudah terinfeksi covid-19 dengan cara ketika seseorang terinfeksi
covid-19 mngeluarkan droplet atau cairan tubuh sehingga dapat
menginfeksi orang lain (Dewi,2020). Covid-19 bisa tertular baik
dengan cara langsung ataupun tidak langsung melalui udara maupun
sekresi air liur.
9

Proses yang kedua yaitu transmisi melalui udara dengan


penyebaran melalui inti tetesan (aerosol). Covid-19 dapat menular
ketika virus melayang di udara dan mampu bertahan dalam jarak dan
waktu yang cukup lama (WHO,2020). Penelitian lain menunjukkan
bahwa penularan covid-19 dapat tertular melalui virus yang hidup di
udara hingga 3 jam (Yemima,2020). Transmisi melalui udara juga
menjadi salah satu penularan dari covid-19.

Yang terakhir proses tertularnya virus ini terjadi karena adanya


kontak antara hewan sampai pada manusia. Berdasarkan penelitian
menunjukkan bahwa virus corona paling dekat hubungannya dengan
jenis betacoronavirus pada kelelawar (WHO,2020). Covid-19 menjadi
wabah global atau pandemi yang dapat tertular melalui hewan liar,
seperti kelelawar (Ward,2020). Dengan demikian virus ini dapat
disimpulkan menular melalui trasmisi antara hewan sampai pada
manusia.

2.1.3 Upaya Pencegahan COVID-19

Terdapat beberapa upaya pencegahan covid-19. Menurut World


Health Organizatin yang singkat dengan WHO upaya pencegahan yang
pertama adalah Social Distancing / Physical Distancing, merupakan
cara yang efisien dalam mencegah tersebarnya virus. Aktivitas yang
dulunya dilaksanakan tanpa memperdulikan jarak harus diubah dengan
model seperti adanya kebijakan belajar secara online atau metode
daring, didukung dengan pelaksanaan work from home
(Kusmiyanti,2020). Kesimpulannya dalah penerapan Social Distancing
/ Physical Distancing merupakan bentuk usaha dalam pencegahan virus
ini.

Upaya yang kedua yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar


yang singkat dengan PSBB yang diatur dalam peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) di Indonesia Nomor 9 Tahun 2020. Diatur juga
dalam undang-undang No.6 Tahun 2018 untuk mendukung PSBB
10

dibuat karantina dalam penanganan kesehatan yang adalah kewenangan


pemerintahan diatur dalam Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan “daerah
yang memiliki situasi kedaruratan hendak dilakukan lockdown, dan
diberlakukan PSBB untuk membatasi penularan infeksi covid-19.
PSBB dilakukan sebagai bentuk pencegahan agar virus tidak meluas
dibeberapa wilayah tertentu.

Upaya yang ketiga yaitu diterapkannya kebiasaan untuk


mencuci tangan, menjaga jarak serta menggunakan masker, menjauhi
keurumunan serta mengurangi mobilisasi (5M). Sesuai dengan
rekomendasi World Health Organizatin (WHO) proteksi awal perlu
dilaksanakan secara rutin lewat kebiasaan mencuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air ataupun penggunaan handsanitizer serta
keteraturan jarak antara satu orang dengan lainnya sekurang-kurangnya
1 sampai 2 meter dari orang yang terinfeksi juga penggunaan masker
saat beraktivitas pun sangat diperlukan. Kemenkes (2020) pencegahan
dapat dilakukan dengan enam tahapan dari cara cuci tangan yang baik
dan benar, dengan menggunakan antiseptik 20-30 detik dan sabun 60
detik, gunakan masker saat batuk atau flu, serta menjaga jarak 1-2
meter. Dengan melakukan penerapan 5M dapat meminimalisir
penularan covid-19.

Upaya yang ke empat yaitu dengan melakukan penyemprotan


cairan disinfektan. Menurut World Health Organizatin (WHO) virus ini
mudah untuk menyerang individu ketika ada di tempat yang ramai
untuk itu selalu diusahakan agar tidak berada di area yang ramai
dengan ventilasi yang tidak baik didalam ruangan, tetapi jika dalam
keadaan terpaksa harus ada diarea ramai selalu mencuci tangan serta
kenakanlah masker. Selain itu dengan melakukan penyemprotan di
rumah dan tempat lainya dimana cairan yang disemprotkan adalah
desinfektan sebagai usaha meminimalisir virus ini menyebar
11

(Wawan,2020). Upaya pencegahan covid-19 dapat dilakukan dengan


menghindari keramaian dan melakukan penyemprotan desinfektan.

Upaya yang terakhir dilakukan dengan pemberian vaksinasi.


Telah terdapat antibodi untuk melawan virus ini yang bekerja dengan
memperkuat sistem imunitas tubuh, di Indonesia vaksin mulai
diberikan pada awal tahun 2020 dan sudah memiliki izin dari BPOM
(Kemenkes,2020). Di Indonesia vaksin diberikan sebanyak 2 dosis
(Wein,2020). Dengan demikian yang menjadi salah satu upaya untuk
meminimalisir paparan dari covid-19 yaitu dengan diberlakukannya
vaksinansi.

2.1.4 Dampak Pandemi COVID-19 terhadap pelayanan


kesehatan ibu dan anak (KIA)

Adanya PSBB yang merupakan bentuk upaya melalui


Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memberi dampak dalam
pemberian pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak. Hal tersebut
berpengaruh pada perubahan cakupan kunjungan layanan kesehatan ibu
dan anak seperti kunjungan pemberian imunisasi dan persalinan di
fasilitas kesehatan menurun (Cantelmo,2020). Tercakupnya pelayanan
kesehatan ibu juga anak mengalami perubahan yang signifikan
semenjak adanya pembatasan di fasyankes (Stain,2020). Kunjungan
imunisasi dan persalinan di fasilitas kesehatan menurun saat
diberlakukan PSBB akibat virus covid-19 ini.

Hasil penelitian yang dilaksanakan di negara yang menerapkan


lockdown selama pandemi Covid-19 seperti di Brasil dimana terjadi
penurunan kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan yang
mengakibatkan rendahnya deteksi komplikasi serius seperti eclampsia
pada ibu hamil (Stein, Ward, & Cantelmo,2020). Hal ini dapat
meningkatkan potensi kematian serta memperburuk layanan bagi ibu
dan anak serta berdampak pada morbiditas juga mortalitas ibu dan bayi
12

baru lahir (Penn, 2020). Pelayanan kesehatan untuk ibu juga anak
secara global dipengaruhi oleh adanya virus ini.

Penurunan pelayanan imunisasi terjadi di Indonesia sebagai


dampak adanya virus ini. Dengan adanya kebijkan yang telah
dikeluarkan khususnya bagi pelayanan bayi terkait pemberian imunisasi
dasar rutin harus diutamakan sebagai usaha pencegahan kejadian
penyakit luar biasa sejak mewabahnya virus ini (Patriawati,2020).
Menurut Kementrian kesehatan (2020) ada beberapa alasan terkait
adanya gangguan layanan imunisasi seperti meluasnya efek dari virus
ini di area kerja puskesmas, serta minimnya pendanaan yang
diakibatkan adanya pandemi Covid-19 (WHO, 2020). Dengan
demikian, walaupun covid-19 berdampak besar pada kunjungan
layanan imunisasi bagi bayi dan balita namun pemberian imunisasi
harus tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan yang
ditetapkan untuk menghindari masalah kesehatan baru selama pandemi
covid-19

2.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC)

2.2.1 Definisi Antenatal Care (ANC)

Beberapa studi menjelaskan mengenai pengertian Antenatal


care (ANC). Menurut Saifuddin (2016) bentuk pelayanan pada ibu
hamil dalam memberikan fasilitas terkait kehamilannya agar ibu juga
janin dalam keadaan sehat disebut Antenatal Care (ANC). Selain itu
ANC juga merupakan tahap menganalisis sejak dini terkait adanya
gangguan atau efek berbahaya yang dapat timbul ketika selama
kehamilan sampai pada tahap persalinan. Menurut Prawirohardjo
(2016) kunjungan ibu hamil yang dilakukan sejak awal kehamilan
untuk mendapatkan pelayanan selama kehamilan merupakan pengertian
dari Antenatal Care. Dapat di simpulkan Antenatal care (ANC)
merupakan pelayanan yang dilakukan ibu hamil pada masa kehamilan
untuk mengetahui terkait masalah selama kehamilan.
13

Beberapa ahli juga menjelaskan pemahaman terkait Antenatal


Care (ANC). Menurut Varvey (2016) tindakan pemeriksaan kehamilan
pada ibu hamil untuk meningkatkan kesehatan baik fisik maupun
mental secara optimal dalam menghadapi saat persalinan juga nifas
bahkan pada pemberian ASI ekslusif eksklusif, sampai alat reproduksi
bisa kembali secara normal merupakan bentuk dari ANC. Perkunjungan
pada ibu hamil untuk pertama kalinya di masa kehamilan sampai
mendekati masa persalinan dikenal dengan antenatal care (Hamidah,
2016). Berdasarkan studi ini ANC disimpulkan sebagai kumpulan dari
kunjungan pemeriksaan yang dilaksanakan secara optimal pada masa
kehamilan.
2.2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)
Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai tujuan
dari ANC. Menurut Manuaba (2016) tujuan umum dari ANC yaitu:
mempersiapkan pelayanan kesehatan yang seoptimal mungkin baik
secara biologis maupun psikologis dari ibu juga anak mulai dari saat
masa persalinan juga nifas, maka selama proses kehamilan bisa
didapatkan ibu yang memiliki keadaan yang sehat. Sedangkan menurut
Hamidah (2016) bentuk pemenuhan hak dari ibu sejak hamil adalah
memperoleh pelayanan yang berkualitas agar supaya kehamilannya
dapat berjalan dengan baik juga saat bersalin nanti bayi dalam keadaan
sehat juga selamat merupakan tujuan umum dari ANC. Dari dua
penjelasan diatas yang menjadi tujuan umum antenatal care dapat
disimpulkan sebagai bentuk pelayanan yang menyeluruh serta
berkualitas yang harus dilaksanakan pada setiap ibu hamil.

ANC juga memiliki tujuan khusus meliputi: tujuan yang


pertama yaitu menangani juga mengenali jenis penyakit yang
ditemukan dalam kehamilan dan persalinan serta masa nifas seperti
pada saat hamil dengan hyperemesis gravidarum yang berpotensi
mengakibatkan adanya bahaya pada ibu hamil dikarenakan nutrisi atau
cairan yang keluar lewat mual muntah (Manuaba,2016). Tujuan khusus
lainnya berupa agar supaya diberikannya ASI yang Ekslusif juga
14

tersedianya bentuk layanan terpadu tentang antenatal, tentunya harus


berkualitas dan menyangkut hal yang menyeluruh, termasuk bentuk
binaan tentang gizi juga program keluarga berencana (Hamidah,2016).

Tujuan khusus yang kedua adalah kenali bentuk pengobatan


terhadap beberapa penyakit sewaktu hamil mulai dari awal kehamilan
contohnya kasus tekanan darah tinggi atau Hipertensi (Manuaba,2016).
Menghilangkan pemahaman ibu hamil mengenai kehilangan
kesempatan dalam mengikuti layanan dari awal kehamilan yang
memadai juga menyeluruh bahkan memiliki kualitas bagi ibu hamil
(Hamidah,2016).

Selanjutnya tujuan khusus yang ketiga yaitu mengurangi kasus


kecacatan baik pada ibu juga calon bayi (Manuaba,2016). Mendeteksi
secara dini apakah ada penyakit atau gangguan terkait selama
kehamilan pada ibu hamil (Hamidah,2016).

Tujuan khsusus yang ke empat yaitu memberikan arahan


tentang bagaimana cara beraktivitas yang berhubungan dengan waktu
kehamilan, juga masa setelah persalinan, bahkan laktasi serta keluarga
berencana yang dikenal dengan KB (Manuaba,2016). Memberikan
perencanaan tindakan sedini mungkin terhadap adanya gangguan
selama kehamilan (Hamidah,2016).

Tujuan yang terakhir adalah supaya ada kesiapan dari keluarga


terlebih khusus ibu agar mendapatkan pelayanan yang terbaik dalam
tumbuh kembang anak yang normal (Manuaba,2016). Rujukan yang
sesuai degan kriteria perlu dilakukan karena sangat penting dalam
menunjang kesehatan ibu dan janin (Hamidah,2016).

2.2.3 Jadwal Pemeriksaan ANC

Kunjungan sewaktu hamil untuk seorang ibu hamil atau disebut


dengan K1 merupakan bentuk pelayanan yang pertama kalinya diterima
oleh ibu hamil sewaktu hamil. Berbeda dengan biasa yang disebut
15

dengan K4 yaitu kunjungan yang lebih mengarah pada ikatan baik dari
tenaga kesehatan yang ada dengan ibu hamil mendekati masa
persalinan pada waktu yang keempat kalinya atau lebih dalam
mendapatkan layanan tentang kesehatan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan (Hamidah, 2016). Kunjungan ANC yang dilakukan
sebagai bentuk mengawasi juga memantau kesejahteraan dari ibu juga
anak sekurang – kurangnya dilaksanakan sebanyak empat kali selama
kehamilan dalam waktu sebagai berikut: pertama kehamilan trimester
pertama yaitu kurang dari 14 minggu dilakukan satu kali kunjungan.
Kedua kehamilan trimester dua yakni 14 sampai dengan 28 minggu satu
kali kunjungan. Ketiga kehamilan trimester tiga mulai dari 28 sampai
dengan 36 minggu dan setelah minggu ke 36 kunjungannya dilakukan
sebanyak dua kali (Saifudin, 2020). Sehingga dapat disimpulkan jadwal
kunjungan sebaiknya dilaksanakan mulai dari trimester pertama sampai
ke trimester ketiga.
Menurut Saifuddin (2016), agenda kunjungan harus
dilaksanakan sebaiknya dengan mematuhi kriteria seperti: yang
pertama yakni kunjungan I dengan usia kehamilan 0 hingga 16 minggu
terkait didalamnya: pertama penapisan dan pengobatan anemia, kedua
perencanan persalinan, yang ketiga tentang pengenalan komplikasi
akibat kehamilan dan pengobatanya. Yang kedua adalah terkait
kunjungan dua saat awal pada 24 hingga 28 minggu dan ketiga sewaktu
32 minggu didalamnya terkait mulai dari pengenalan tentang
komplikasi sebagai efek dari kehamilan juga pengobatan, serta
penapisan preeklamsi, bahkan infeksi alat reproduksi sampai pada
saluran perkemihan, dan yang terakhir terkait mengulang perencanaan
persalinan. Yang ketiga yaitu kunjungan keempat mulai dari 36 minggu
sampai bayi dilahirkan terdiri dari beberapa hal: pertama sama seperti
kunjungan kedua dan ketiga, kedua kenali jika ada kelainan letak juga
presentasi, ketiga penetapan waktu persalinan, yang terakhir tanda –
tanda persalinan pun harus dikenali. Jadwal kunjungan ANC dilakukan
dari umur kehamilan 0 – 36 minggu.
16

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC


Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan
ANC. Umur merupakan faktor yang pertama menurut (Manuaba, 2016)
usia dari sistem reproduksi berdasarkan pembagian umur melalui
kematian maternal diantarnya: menunda kehamilan pada umur kurang
dari 20 tahun, umur 20 sampai 35 tahun waktu mengatur keamanan dan
kesuburan baik hamil juga melahirkan, umur di atas 35 tahun saat
kehamilan berakhir. Juga berdasarkan data dari Kemenkes RI (2016)
melihat faktor usia pada kunjungan ANC sebagai berikut: pertama
reproduksi tidak sehat yakni usia kurang dari dua puluh tahun, kedua
adalah keadaan reproduksi yang sehat pada usia dua puluh sampai
dengan tiga puluh lima tahun. Kesehatan sangat ditentukan oleh umur
dari ibu sewaktu mengandung, persalinan, juga setelah persalinan, serta
cara mengasuh bahkan menyusui bayinya. Berbeda halnya dengan ibu
yang memiliki usia kurang dari 20 tahun memiliki tingkat kematangan
yang kurang bahkan tidak memiliki kesiapan secara sosial bahkan
jasmani untuk berhadapan dengan kehamilan serta masa persalinan
bahkan melaksanakan pembinaan dari ibu dalam mengasuh bayi.

Faktor kedua ialah pendidikan formal. Berdasarkan perundang –


undangan tahun 2016 pada nomor 20 menyatakan bahkan perjalanan
pendidikan terstruktur serta memiliki jenjang baik dari awal pendidikan
dasar, selanjutnya pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Kegiatan belajar secara sengaja dilaksanakan sesuai susunan sekolah
dari dasar sampai tingkatan tertinggi disebut pendidikan formal
(Suprijanto, 2016). Pendidikan telah menjadi faktor kedua yang mampu
berpengaruh terhadap kunjungan antenatal care (ANC).

Faktor yang ketiga yaitu pekerjaan. Aktivitas yang utama


dilaksanakan oleh manusia dan merupakan suatu tugas ataupun kerja
yang menghasilkan uang bagi seseorang, juga sering dianggap profesi
disebut pekerjaan (Permenkes,2017). Dibandingan dengan ibu rumah
17

tangga juga ibu yang tidak bekerja perempuan yang bekerja lebih harus
memanfaaatkan waktu sebaik mungkin dari tentang antenatal care yaitu
kunjungan selama kehamian (Wawan & Dewi, 2016). Faktor lainnya
dari kunjungan antenatal adalah pekerjaan.

Jarak tempat tinggal merupakan faktor yang ke empat. Motivasi


ibu sangat diperlukan karena akses ke fasilitas sangat mempengaruh
pemberian layanan. Sulitnya ibu memeriksankan kesehatannya di
fasyankes terjadi karena tempat layanan kesehatan yang jauh dengan
tempat tinggal ibu (Kekana,2016). Kurangnya alat transportasi
sehingga ibu harus berjalan kaki menuju ke lokasi fasyankes
menyebabkan kurangnya kunjungan sampai tidak mencapai 4 kalinya
kunjungan selama kehamilan (Bustan, 2016). Jarak dari fasyankes ke
tempat tinggal mempengaruhi pelayanan pada kunjungan kehamilan.
Yang kelima adalah faktor dukungan keluarga. Dukungan
merupakan informasi, juga saran, bahkan bantuan yang diberikan
secara nyata oleh beberapa pihak terdekat yaitu keluarga termasuk
dalam kehadirannya selama masa kehamilan (Fabiola,2020). Dukungan
keluarga selama masa kehamilan menimbulkan adanya hal positif atau
memberi berpengaruh pada perilaku dan kepedulian bagi ibu hamil dan
janin yang dikandungnya (Kuntjoro, 2016). Dukungan keluarga sangat
mempengaruhi sikap dari ibu sewaktu hamil dalam kunjungannya
selama kehamilannya.
Dukungan petugas kesehatan juga menjadi faktor yang
berpengaruh. Adanya peran dari setiap pelaksana yakni tenaga
kesehatan berpengaruh memberi perubahan dan proses penyesuaian
secara psikologi lewat support ataupun dukungan secara bantin untuk
ibu hamil lebih yakin lagi dalam menghadapi kehamilanya
(Widayanti,2017). Hubungan terbuka yang membahas kesehatan ibu
hamil antara petugas dengan ibu hamil dapat terjalin lewat adanya kerja
sama (Kusmiyati, 2018). Dukungan dari tenaga kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan kunjungan ANC di fasilitas kesehatan.
Yang terakhir adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan
18

merupakan hasil pemahaman dari pengindraan akan adanya wujud yang


dapat memberi pengaruh (Dewi,2016). Ranah penting sebagai wujud
dari tindakan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki
khususnya ibu hamil selama masa kehamilannya (Notoatmodjo, 2016).
Faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC salah satunya adalah
pengetahuan.

2.2.5 Kunjungan ANC selama pandemi COVID-19

Pembatasan telah dilaksanakan hampir ke semua layanan


kesehatan khususnya pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
sebagai bagian dari dampak adanya pandemi covid-19. Pandemi covid
ini mempengaruhi sikap ibu sehingga berpikir bahwa tidak penting lagi
melakukan pemeriksaan (Wediyati, 2020). Masalah – masalah
kesehatan pun dapat timbul pada ibu hamil bahkan juga calon bayinya
sewaktu hamil karena kurannya kunjungan antenatal membuat ibu
tidak mengetahui masalah yang mungkin muncul selama kehamilan
(Yenni,2020). Adanya ketakutan dari ibu hamil terhadap potensi
tertularnya virus sewaktu hamil sehingga ibu tidak menghiraukan
potensi dari resiko lainnya seperti masalah baru bagi ibu maupun janin
selama masa kehamilan.

Masa pandemi covid-19 menyebabkan kekhawatiran pada ibu


hamil dan rentan tertular saat melakukan kunjungan ANC di pelayanan
kesehatan. Perubahan perilaku ibu hamil dalam mengambil keputusan
untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan serta mengakses layanan
kesehatan dapat merubah perilaku kesehatan sejak pandemi Covid-19
(Agustine, 2019).
19

Kunjungan bu hamil sekurang – kurangnya dilaksanakan sebanyak


6 kali terdiri dari dua kali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua dan ketiga kalinya pada trimester yang ketiga pada kebiasaan
baru dalam penyesuaian era covid-19 untuk ibu saat bersalin, setelah
persalianan untuk bayi baru lahir berdasarkan Pedoman pelayanan
antenatal (2020). Dampak pandemi ini sampai membuat pemerintah
harus menganjurkan agar kelas untuk para ibu hamil di tunda
(Kemenkes,2020). Dilihat dari studi ini maka disimpulkan bahwa
dampak virus ini membuat adanya pembatasan untuk pemeriksaan ibu
hamil.

2.3 Imunisasi Bayi

2.3.1 Pengertian Imunisasi

Beberapa sumber menjelaskan pemahaman dari imunisasi.


Pelayanan kesehatan yang penting salah satunya lewat imunisasi untuk
memberikan perlindungan terhadap penyakit yang disingkat dengan
PD3I (WHO,2020). Usaha sebagai upaya pencegahan penyakit
berpotensi menular ke anak menjadi prioritas dari Kementerian
kesehatan sebagai wujud nyata yang bertujuan meminimalisir angka
kematian yang terjadi pada anak yang disebutkan berdasarkan Undang-
Undang RI no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (WHO, 2019).
Penyebaran covid-19 yang terjadi secara global berdampak pada
pemberian layanan kesehatan termasuk imunisasi anak.

Pengertian lain juga dikemukakan dari beberapa sumber.


Menurut Yurianto (2020) usaha untuk mencegah penyakit yang
membahayakan pada bayi dan anak secara efesien juga efektif untuk
dilaksanakan disebut imunisasi. Pelayanan imunisasi sebagai bentuk
pencegahan menularnya penyakit adalah salah satu upaya yang baik
dilaksanakan dalam menjamin kesehatan bayi yang tepat dan praktis
(Nurhasana,2020). Upaya pelayanan kesehatan dalam menghindari
20

terjadi penyakit dan mengurangi angka kematian pada anak sangat


perlu di laksankan.

2.3.2 Tujuan Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi bagi bayi dan anak merupakan hal yang


penting untuk proses tumbuh kembang. Angka kematian pada balita
dapat menurun jika imunisasi dijalankan dengan baik. Telah terbukti
bahwa pencegahan yang dilakukan lewat imunisasi mampu mengurangi
masalah kesehatan diantaranya angka kesakitan, dan kecacatan, bahkan
sampai pada kematian anak sebagai efek dari hal yang biasa disingkat
dengan PD3I. Polio, dan difteri, serta tetanus, juga hepatitis dan TBC
bahkan campak, selanjutnya rubella, kemudian pneumonia dan yang
terakhir meningitis merupakan berbagai penyakit yang masuk pada
cakupannya (Dewi, 2016).

Tujuan imunisasi yaitu sebagai upaya dalam pencegahan


masalah kesehatan pada anak bahkan menghilangkan sejumlah
penyakit dari dunia. (Ranuh, 2018). Menurut Atikah (2018) kekebalan
tubuh dapat dipertahankan juga ditingkatkan dengan adanya imunisasi
tunjuan imunisasi antara lain mencakup yang pertama tubuh tidak
dengan mudah terserang sakit, kedua dengan pemebrian imunisasi
sebagai efektifitas dari pencegahan suatu penyakit dan terkahir terjadi
penurunan pada kesakitan juga kematian anak.

2.3.3 Jenis-jenis Imunisasi

Efek merugikan dapat timbul jika tidak ada persiapan yang baik
saat imunisasi. Terdapat dua jenis dari imunisasi yakni imunisasi aktif
dan pasif. Jenis yang pertama yaitu aktif dengan diberikannya bibit
penyakit yang telah dilemahkan sebagai vaksin sehingga kekebalan
tubuh dapat dipertahankan dan ketika ada penyakit maka vaksin dapat
merespon contoh praktisnya seperti penyakit campak (Keswari,2020).
Yang kedua adalah imunisasi yang pasif berbeda dengan jenis aktif
untuk pasif yang diberikan adalah zat immunoglobulin yakni zat yang
21

dihasilkan lewat proses infeksi asalnya dari plasma manusia dimana


kekebalan pada bayi dari ibu lewat adanya plasenta contohnya seperti
injeksi dari ATS atau dengan kepanjangan Anti Tetanus Serum
(Safira,2020). Dapat disimpulkan kedua jenis imunisasi tersebut harus
diberikan kepada bayi untuk mengatasi masalah penyakit hingga
kematian.

2.3.4 Pelayanan Imunisasi selama pandemi COVID-19

Wabah covid-19 dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


dapat berdampak negatif terhadap penyediaan dan pemanfaatan layanan
imunisasi. Terdapat berbagai prinsip dari upaya pelaksanaan imunisasi
diantaranya yang pertama imunisasi baik dasar juga lanjutan harus
dilaksanakan sesuai dengan jadwal, kedua kebijakan dari pemerintah
setempat harus selalu diperhatikan dalam pelaksanaan imunisasi di
berbagai fasyankes, ketiga mulai dari survei sampai pada pelaporan
kegiatan harus dioptimalkan, dan yang terakhir adanya pembatasan
yaitu menjaga jarak satu sampai dua meter juga diperlukan
(Kemenkes,2020).

Ruangan pun memiliki ketentuan dalam kegiatan imunisasi.


Pertama ruangan harus luas dengan sirkulasi udara sebaik-baiknya,
kedua kebersihan dan penggunaan handsanitaizer harus selalu
ditetapkan pada ruangan tersebut, ketiga tersedianya tempat cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir tidak kalah pentingnya, keempat setiap
meja diruangan berjarak dari satu sampai dua meter, serta yang terakhir
yaitu pelayanan yang diberikan dilakukan didalam ruangan yang
khusus untuk balita serta anak-anak (Permenkes, 2019).

Jumlah cakupan imunisasi mengalami penurunan diberbagai


negara sebagai dampak pandemi Covid-19 yang berpengaruh terhadap
fokus pelayanan kesehatan khususnya pelayanan imunisasi dasar pada
balita. Pada sejumlah anak atau bayi yang terkonfirmasi covid-19 juga
dengan gejala seperti batuk serta demam diatas 380C tidak dapat di
22

dilaksanakan imunisasi jadi diarahkan untuk anak tersebut menjalani


karantina dengan lama 14 hari setelah itu dilakukan pengecekkan
kembali dan jika sudah memenuhi cakupan maka anak tersebut dapat
menjalani imunisasi (Permenkes,2019).

Setelah mewabahnya virus covid-19 ini maka pemberian


imunisasi dilaksanakan dengan tahapan kriteria khusus berikut ini:
Pertama setelah hasil pemeriksaan pada anak dinyatakan negative
covid-19 maka tahap berikutnya dilanjutkan, tetapi jika tidak maka
anak harus menjalani karantina selama dua minggu setelah pemeriksaan
tersebut dilakukan. Kedua tidak hanya anak tapi orang tua juga harus
dipastikan sehat dan tidak terinfeksi virus ini, jika orang tua ditemukan
positif maka orang tua juga anak harus melaksanakan karantina dan
anak belum bisa di imunisasi. Beberapa ketentuan diatas harus
dilaksankan sebagai usaha meminimalisir terlularnya covid-19 dari
anak ke orang tua pun sebaliknya bahkan dari anak dan orang tua
kepada orang lain disekitar mereka (Kemenkes,2020).

Ada panduan yang dikeluarkan oleh WHO ketika melakukan


imunisasi di masa pandemi dari virus ini yakni prioritas dari imunisasi
adalah mencegah berbagai sakit pada anak di tengah pandemi. Dimana
dalam pelaksanaannya harus ada jadwal yang diatur, ada ruang terpisah
untuk anak yang sakit dengan anak yang dalam kondisi sehat,
perhatikan baik – baik terkait jadwal supaya tidak terjadi imunisasi di
luar indikasi, fasilitas harus lengkap dan juga ada tempat untuk
mencuci tangan dengan air yang mengalir serta sabun, perhatikan jarak
satu sampai dengan dua meter dari setiap kursi di ruangan, dan yang
terakhir jika ada petugas diatas 65 tahun jangan berhadapan langsung
dengan pasien, demikianlah hal – hal yang perlu diperhatikan.

2.4 Penelitian Terkait

Septiara Dewi 2020. Pandemi covid-19 berdampak pada


kunjungan ibu hamil di fasilitas kesehatan. Tujuannya yaitu untuk
23

mencari tahu faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC selama masa


pandemi merupakan tujuan dari penelitian ini. Desain kuantitaif yang
menjadi desain dari penelitian ini yang menggunakan pendekatan
berupa cross sectional, kemudian yang menjadi sampel dari penelitian
ini yaitu ibu hamil dengan trimester III sebanyak 54 responden tepatnya
di Puskesmas Palembang. Untuk hasil penelitian adanya hubungan
jarak tempat tinggal dengan kunjungan Antenatal Care (ANC).

Yeny Sulistyowati, Yenni Ariestanti, Titik Widayati 2020.


Pandemi covid-19 mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan
melakukan pembatasan termasuk pembatasan kunjungan bagi ibu dan
anak. Tujuan dari penelitan ini untuk mengetahui adanya hubungan
antara perilaku dari ibu hamil untuk memeriksakan kandungan pada
awal kehamilan semasa pandemi. Metode analitik menjadi metode yang
digunakan dalam menunjang penelitian ini dengan pendekatan berupa
cross sectional yang memperoleh sehingga dapat memperoleh hasil
dengan hasil P<0,05 dengan jumlah sampel 45 responden.

Lutfia Uli Na’mah dan Umi Laelatul Qomar juga Brida Kitty
Dinarum serta Vina Walno Yelvin 2020. Pandemi covid-19
menyebabkan mental dari ibu hamil mengalami penurunan. Tujuan
untuk mencari tahu hubungan jarak tempat tinggal dengan paritas umur
pada masa kehamilan yang memakai desain korelatif kuantitatif
berdasarkan pendekatan cross sectional dan menggunakan uji chi-
square. Yang menunjukkan hasil bahwa tidak ditemukan adanya
hubungan terkait jarak tempat tinggal dengan usia dari ibu selama masa
kehamilan dengan hasil yaitu α >0,05.

Keswari Aji Patriawati 2020. Masa yang sangat dikahwatirkan


oleh ibu hamil maupun bayi yaitu pada masa saat ini dengan adanya
wabah virus corona. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
adanya pengaruh kunjungan imunisasi pada bayi dengan situasi
pandemi yang metode pendekatan cross sectional dengan penggunaan
teknik elektronik survey. Ibu dengan anak yang berusia 0 sampai
24

dengan 24 bulan dengan jumlah 78 merupakan sampel yang digunakan


pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan hasil
analisis uji Chi Square yang menunjukkan (p>0,64) yang artinya tidak
adanya pengaruh pengetahuan kunjungan ibu untuk pemberian
imunisasi dengan hasil p>0,05 yang dilakukan di Posyandu
Tanjungwangi Kecamatan Cijambe.

Fabiola Vania Felicia, I Kadek Suarc 2020. Dampak Pandemi


Covid-19 memberikan dampak pada bidang kesehatan nasional maupun
internasioanl yang mengganggu pelayanan imunisasi. Tujuan untuk
dapat mengetahui kondisi masa pandemi yang mempengaruhi
kunjungan layanan imunisasi rutin pada bayi dengan usia kurang dari
12 bulan dengan menggunakan metode potong lintang di Poliklinik
anak RSUD Wagaya. Terjadi penurunan dengan hasil p<0,001 yang
berarti adanya perubahan signifikan antara kunjungan bayi dengan
situasi covid-19.

Safira Smaradhana 2020.Wabah COVID-19 berdampak negatif


terhadap penyediaan dan pemanfaatan layanan imunisasi. Penelitian ini
dilakukan untuk diketahui dampak terkait cakupan imnuisasi selama
terjadinya wabah covid-19. Desain penelitian ini adalah deskriptif
cross-sectional. Hasil dari imunisasi dasar lengkap atau yang singkat
dengan IDL di Sumatera Selatan mengalami penurunan angka cakupan
tahun 2020 cakupan imunisasi pada 23 Juli 2020 di zona kuning 50,2%,
zona oranye 47,6%, dan zona merah 42%.
25

No Penulis Tempat Tahun Tujuan Desain/Metode Populasi/ Hasil Manfaat


Sampling/ Dan
Sampel keterbatasan
peneliti
1 Septiara Di area kerja 2020 Mengetahui Desain Wanita usia Denagn Manfaat :
Dewi puskesmas terkait adanya kuantitatif subur dengan menunjukan Diketahui
Taman Bacaan faktor yang dengan cara usia kehamilan hasil terdapat terkait
Kota mempengaruhi melalui sudah pada hubungan hubungan
Palembang kunjungan pendekatan cross trimester jarak tempat selama antara
ANC selama sectional ketiga yang tinggal jarak
wabah covid-19 merupakan terhadap ,pekerjaan,
populasi pada kunjungan kesehatan,
penelitian ini ANC selama serta
yang pandemi pengetahuan
berjumlah 54 dengan nilai dengan
responden koefisien kunjungan
regresi B= Antenatal Care
21,966 (ANC)

Batasan :
Sampel
penelitian
hanya
26

berfokus pada
ibu dengan
Trimester III
2 Yenni Penelitian 2020 Penelitian Survey analitik Seluruh wanita Penelitian Manfaat :
Ariestanti, dilakukan di ini bertujuan merupakan hamil dengan mengunakan Untuk
BPM Bidan untuk desain yang trimester analisis Chi mengetahui
Titik Rosnawati di menganalisis dipakai dari ketiga dari Square yang kunjungan ibu
Widayati. puskesmas kondisi perilaku penelitan ini kisaran 40 merujuk pada hamil selama
Cipayung ibu hanil dengan sampai dengan hasil P<0,05 masa
Yeny Jakarta Timur selama pendekatan cross 50 ibu hamil dengan kehamilan
Sulistyowati melakukan sectional yang ditemukan dengan
kunjungan menggunkan adanya perilaku
selama sampel hubungan kehamilan
kehamilan Accidental antara serta dapat
dengan wabah sampling kunjungan ibu menambah
covid-19 berjumlah 45 selama masa wawasan ibu
orang kehamilan hamil dalam
dengan pmeriksaan
perilaku ibu ANC
hamil di Batasan :
Fasilitas Kurangnya
Kesehatan, responden
yaitu ibu hamil
dalam
27

penelitian ini
3 Lutfia Uli Di praktek 2020 Untuk diketahui Deskriptif Seluruh ibu Hasil Manfaat :
Na’mah, bidan mandiri terkait korelatif yang hamil Di penelitian Untuk
Umi Laelatul Brida Kitty hubungan jarak menjadi desain praktek bidan menunjukkan mengetahui
Qomar Dinarum kunjungan pada dari penelitian mandiri Brida dari 35 adanya
Brida Kitty masa selama ini yang Kitty Dinarum responden hubungan
Dinarum , kehamilan menggunakan total sampling yang ada jarak
dengan usia pendekatan cross yang bahwa jarak kunjungan
Vina Walno dari masa sectional Uji digunakan kunjungan selama masa
Yelvin kehamilan statistik yakni uji untuk selama kehamilan
selama statistik chi penentuan kehamilan dengan usia
terjadinya square sampel yang dengan usia selama
covid-19 berjumlah 35 ibu selama kehmailan
responden hamil pandemi
menunjukkan Covid 19
nilai α >0,05.
Batasan :
Kurangnya
pembahasan
serta
kurangnya
partisipan
dalam
penelitian
28

4 Keswari Aji Di posyandu 2020 Mengetahui Dengan Ibu yang Hasil dari Manfaat :
Patriawati desa pengaruh menggunakan dengan balita penelitian ini Untuk
Tanjungwangi kunjungan desain cross usia 0 sampai adanya mengetahui
Kecamatan imunisasi pada sectional melalui dengan 24 pengaruh kunjungan
Cijambe bayi dengan pendekatan bulan faktor imunisasi dari
pandemi covid- elektronik jumlahnya pekerjaan ibu setiap ibu yang
19 survey menggunakan dalam dengan memiliki anak
rumus Slovin, kunjungan untuk
uji ChiSquare. imunisasi diimunisasi
Tidak adanya Batasan :
pengaruh Tidak adanya
pengetahuan kehadiran dari
ibu dengan ibu yang
angka 0,468, memiliki
untuk sikap dukungan dari
ibu keluarga
menunjukkan mengenai
nilai 0,667, imunisasi
serta padahal
dukungan berdasarkan
keluarga data bahwa
nilainnya adanya ibu
yakni 0,626 hamil dengan
dalam dukungan
29

kunjungan keluarga
imunisasi
5 Fabiola Di RSUD 2020 Untuk dapat Potong lintang Populasi yaitu Menunjukan Manfaat :
Vania Wangaya Kota diketahui yang menjadi semua bayi bahwa adanya Agar dapat
Felicia, Denpasar Bali kunjungan rancangan pada yang berusia hubungan diketahui
layanan penelitian ini kurang dari 12 terkait terkait faktor
I Kadek imunisasi dasar dengan analisis bulan dengan layanan yang
Suarc pada bayi memakai uji Chi jumlah yakni imunisasi mempengaruhi
kurang dari 12 square uji Fisher 491 di dasar lengkap kunjungan
bulan dengan Poliklinik pada bayi imunisasi
faktor yang Anak RSUD dengan dasar lengkap
menjadi Wangaya penyakit lain bayi kurang
pengaruh dengan nilai dari 12 bulan
selama wabah yakni p<0,001 Batasan :
covid-19

6 Safira Di Wilayah 2020 Untuk Desain deskriptif Semua bayi Hasil adalah Manfaat :
Smaradhana Sumatera mengetahui cross-sectional yang berada angka Untuk
Selatan angka cakupan merupakan pada wilayah kunjungan mengetahui
imunisasi dasar desain yang kerja sumatera imunisasi dampak pada
lengkap pada dipakai dalam selatan dengan dasar lengkap layanan
bayi 0 sampai penelitian ini usia dari 0 atau yang imunisasi rutin
12 bulan sampai dengan disingkat pada bayi
30

dengan dampak 12 bulan dengan IDL dikarenakan


wabah covid-19 mengalami covid-19
penurunan Batasan :
angka Kurangnya
cakupan pembahasan
imunisasi dalam
pada 23 Juli penelitian dan
2020 di zona penjelasan
kuning mengenai
50,2%, zona sampling
oranye 47,6%, penelitian
dan zona
merah 42%.

Tabel 2.1 Penelian Terkait

Kesimpulan : Berdasarkan table diatas terdapat hasil bahwa sejak adanya pandemi Covid -19 terjadi perubahan pada kunjungan ANC K1-K4
serta kelengkapan imunisasi dasar lengkap bayi.
31
32

2.5 Aplikasi Teori Keperawatan Model Precede Proceed


Lawrence W. Green

Studi ini akan menggunakan teori precede dan procede yang


dikembangkan oleh Lawrence W. Green adalah seorang spesialis
Amerika dalam pendidikan kesehatan masyarakat. Beliau lahir pada
tanggal 16 september 1940. Dia paling dikenal oleh para peneliti
pendidikan kesehatan sebagai pencetus model Precede dan co-
developer model Precede Proceed, yang telah digunakan di seluruh
dunia untuk memandu desain, implementasi, dan evaluasi intervensi
program kesehatan dan telah menghasilkan lebih dari 1000 studi yang
dipublikasikan, aplikasi dan komentar tentang model dalam literatur
profesional dan ilmiah.

2.5.2 Asumsi Utama

Fokus utama dari konsep teori Lawrence Green yaitu berfokus


pada perubahan perilaku individu. Green mengembangkan teori yang
menjelaskan bahwa kesehatan setiap individu dipengaruhi oleh dua
faktor baik dari dalam bahkan luar yang bisa berdampak pada kualitas
hidup seseorang (Maulana,2016). Menurut Green perilaku seseorang
merupakan dasar penting yang dapat mempengaruhi kesehatan dari
individu. Perilaku individu tersebut ditentukan melalui adanya tiga
faktor menurut Green yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung juga
faktor pendorong (Setyani,20161). Dapat disimpulkan perilaku
berperan penting untuk kesehatan setiap individu yang berkaitan
dengan tiga faktor yang sangat berpengaruh yakni faktor predisposisi,
pendukung, serta pendorong.

Faktor yang pertama ialah faktor presdisposisi (Presdisposing


factors). Menurut Lawrence Green (1993) dalam Notoatmodjo (2014)
Faktor presdisposisi adalah bentuk faktor dari dalam diri sendiri yang
menjadi dasar untuk menghasilkan perilaku. Contohnya, pengetahuan
individu berdasarkan berapa banyak informasi yang dimiliki oleh
33

seseorang dalam mencapai derajat kesehatan, yang kedua sikap yaitu


nilai yang dimiliki seseorang sebelum melakukan tindakan untuk
mencapai kesehatan yang optimal. Ketiga adalah kepercayaan yang
dimiliki seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang
individu, yang keempat yaitu tradisi dimana niali-nilai budaya apa
yang dimiliki seseorang yang dapat mempengaruhi atau aturan-aturan
yang dimiliki dalam suatu lingkungan masyarakat yang dapat
mempengaruhi perilaku setiap individu dimana ada setiap unsur
tentang indivudu juga orang disekitannya (Agustini,2019). Faktor
predisposisi bersumber dari setiap individu itu sendiri sehingga
mempengaruhi suatu perilaku.

Faktor yang kedua adalah faktor pendukung disebut juga


enabling factors. Berfokus pada ketersediaan sara dan prasarana
(Notoatmodjo,2015). Faktor pendukung ini sangat mempengaruhi
karena dalam mempertahankan kesehatan sangat diperlukan saran-
sarana penunjang bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan untuk mempertahankan kesehatan (Roger,2014). Dikatakan
sebagai faktor pendukung yaitu dimana seseorang sudah memiliki
pengetahuan yang baik tentang kesehatan.

Faktor yang ketiga adalah faktor pendorong atau reinforcing


factors. Faktor berupa sikap pendorong merupakan faktor yang
berhubungan dengan perilaku individu dalam mempertahankan
kesehatan, faktor pendorong dalam hal ini dapat berasal keluarga,
seperti saudara, juga isteri atau suami selain itu tenaga kesehatan yang
melayani individu disarana kesehatan yang dapat mempengaruhi
indivividu dalam berperilaku (Lawrence Green (1993) dalam
Notoatmodjo,2014). Petugas kesehatan sangat mempengaruhi perilaku
seseorang dimana tenaga kesehatan dimana beperan penting dalam
membantu seseorang untuk memperoleh kesehatan yang optimal dan
merupakan sumber informasi kesehatan bagi individu dan masyarakat
(Nugroho,2015). Ketika sikap dan perilaku dari petugas kesehatan
34

baik dan peduli, maka akan membantu masyarakat untuk dengan


mudah mengikuti saran yang baik dalam mempertahankan kesehatan.

2.5.3 Konsep Dasar

Konsep dasar teori dari Green dikembangkan pada tahun 1991


bersama dengan kreuter mengeluarkan model Precede Proceed. Model
teori ini merupakan singkatan dari beberapa fase yang mempengaruhi
kualitas hidup setiap individu dan masyarakat Precede juga
merupakan singkatan dari Predisposing, dan Reinforcing, juga
Enabling, serta Constructs in, bahkan Educational/Ecological, sampai
Diagnosis, terakhir Evaluation merupakan fase-fase yang menjadi
dasar untuk memperoleh masalah yang mempengaruhi kesehatan
sehingga dapat ditentukan perencanaan tindakan yang sesuai dan tepat
sasaran. Proceed dengan kepanjanganya berisi 7 poin mulai dari
Policy, dan Regulatory, serta Organizational, juga Constructs in,
selanjutnya Educational, kemudian Enviromental, terakhir
Development yang merupakan fase lanjutan dari fase sebelumnya
dimana berdasarkan dari masalah dan penentuan rencana yang ada
selanjutnya dapat dilakukan beberapa pilihan tindakan atau
impelementasi yang tepat yang bisa membantu meningkatkan kualitas
hidup masyarakat (Lawrence Green dan M. Kreuter (2015).
Menurut Lawrence Green dan M. Kreuter (2015) dari model
teori diatas diperoleh 9 fase yang dikeluarkan oleh Green dan Kreuter
yaitu tahap intervensi atau perencanaan yang terdiri dari fase pertama
sampai fase kelima yaitu fase penilaian sosial, penilaian epidemologi,
penilaian perilaku serta lingkungan, bahkan penilaian secara
edukasional, dan terakhir organisasional selanjutnya tahap
implementasi atau tindakan yaitu terdiri dari fase keenam sampai
kesembilan yaitu fase implementasi, kemudian evaluasi proses, juga
ada evaluasi terhadap dampak, sampai pada tahap evaluasi hasil.
Berikut merupakan kerangka terori dari Lawrence W.Green.
35
36

Fase yang pertama yaitu Penilaian Sosial. Kualitas hidup


individu dan masyarakat dapat dinilai berdasarkan penilaian sosial
yang dapat diperoleh dari keluhan atau kejadian yang terjadi dalam
masyarakat beberapa hal yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu
perilaku yang ada dalam masyarakat, lingkungan tempat tinggal dan
kesehatan dari setiap individu dan masyarakat (Lawrence Green dan
M. Kreuter,2015). Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat
mempengaruhi produktivitas seseorang sehingga ketika individu
mengalami penurunan kesehatan akan mempengaruhi kualitas
hidupnya.

Fase yang kedua yaitu Penilaian Epidemologi. Fase ini


merupakan fase yang berfokus pada masalah kesehatan yang dapat
mempengaruhi status kesehatan dalam masyarakat sehingga perlu
dilakukan penilaian epidemologi yaitu penilaian dengan mengkaji
keadaan setiap individu dalam masayarakat dengan menilai tingkat
kesehatan dan penyebab penyakit yang mempengaruhi status
kesehatan (Lawrence Green dan M. Kreuter,2015).

Fase yang ketiga adalah Penilaian Perilaku dan Lingkungan.


Kesehatan setiap individu dipengaruhi oleh lingkungan pun hal yang
ada di sekitar seperti gaya hidup pada fase untuk memperoleh
intervensi yang tepat dalam masyarakat sangat perlu untuk mengkaji
perilaku atau pola hidup yang ada dalam masyarakat dan perlu dikaji
keadaan lingkungan yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
tingkat kesehatan masyarakat setempat (Notoatmodjo,2016).

Yang keempat yaitu Fase Penilaian Edukasional dan


Organisasional. Fase ini berfokus untuk menilai penyebab perilaku
individu dan masyarakat serta menilai keadaan lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan berdasarkan penjelasan sebelumnya perilaku
menurut Green dipengaruhi oleh 3 faktor penting sehingga untuk
menentukan merencanaan yang tepat perlu dikaji faktor prediposisi
setiap individu dalam masyarakat (Lawrence Green,1993). Faktor
37

penguat atau faktor yang mendukung perilaku seseorang yang


mempengaruhi tingkat kesehatan dapat berupa keadaan organisasi atau
sarana kesehatan yang ada dan faktor kemungkinan atau faktor
pendorong yang merupakan orang-orang yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang (Fertman, 2017). Beberapa orang dalam
masyarakat hidup bersosialisasi keadaan ini juga dapat mempengaruhi
keadaan lingkungan dalam masyarakat sekitar sehingga perlu dikaji
juga keadaan lingkungan seperti organisasi dalam masyarakat.
Kelima adalah Fase Penilaian Administrasi dan Kebijakan.
Fase ini merupakan fase untuk mengkaji administrasi dan kebijakan
yang ada pada masyarakat. Perlu dinilai mengenai bagaimana
pelayanan kesehatan, edukasi kesehatan, promosi kesehatan serta
kebijakan oganisasi yang ada dalam masyarakat (Green dalam dalam
Nursalam,2017). Perilaku dalam mempertahankan kesehatan individu
dan lingkungan sangat dipengaruhi oleh pemahaman individu dalam
usaha mempertahankannya (Fertman,2017). Kebijakan mengenai
kesehatan yang ada sangat mempengaruhi tiga faktor penting dalam
menentukan derajat kesehatan.
Selanjutnya untuk fase yang keenam adalah Fase
Implementasi. Fase ini merupakan fase tindakan yang dilakukan
berdasarkan perencanaan yang diperoleh dari fase-fase sebelumnya
(Green dalam dalam Nursalam,2017). Perlu dilakukan tindakan nyata
oleh tenaga kesehatan dalam mempertahankan kesehatan dapat berupa
pelayanan kesehatan, promosi kesehatan melalui edukasi kesehatan
serta kebijakan organisasi dalam masyarakat (Firman,2017).
Penentuan tindakan dilakukan sesuai kebutuhan yang dapat membantu
memecahkan suatu masalah kesehatan yang ada pada masyarakat.
Fase yang ketujuh yaitu Evaluasi Proses. Fase ini merupakan
fase untuk menilai perubahan apa saja yang terjadi dalam masyarakat
setelah dilakukan tindakan dalam meningkatkan kesehatan dalam
masyarakat (Lawrence Green dan M. Kreuter,2015). Evaluasi proses
ini bila dilihat dalam proses kehidupan dalam masyarakat yang
38

mempengaruhi faktor predisposisi, faktor penguat dan faktor


pendukung dalam masyarakat.

Fase yang kedelapan adalah Evaluasi Dampak. Evaluasi


dampak ini merupakan penilaian dengan melihat dampak apa saja
yang terjadi dalam masyarakat terutama dalam perilaku atau pola
hidup dan lingkungan dalam masyarakat setelah dilakukan tindakan
atau implementasi kesehatan (Lawrence Green dan M. Kreuter,2015).

Fase Evaluasi Hasil. Fase terakhir ini adalah waktu yang telah
ditentukan perluh dilakukan penilaian hasil dan tindakan dalam
mempertahankan kesehatan yang telah diimplementasikan dalam
masyarakat (Lawrence Green dan M. Kreuter,2015). Evaluasi ini
sangat penting karena untuk melihat apakah terjadi perubahan kualitas
hidup (Notoatmodjo,2014). Sehingga ketika terjadi perubahan kualitas
hidup kearah yang lebih baik menandakan perencanaan dan tindakan
yang telah dipilih dan dilaksanakan telah tepat sasaran.
39

BAB III

KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Penelitian ini seperti yang dijelaskan sejak awal akan didukung


oleh kerangka konsep dari Lawrence Green. Konsep - konsep yang ada
pada kerangka konsep Precede Proceed (Lawrence Green,1991) dapat
digunakan untuk mendukung pelaksanaannya penelitian yang berfokus
pada perubahan perilaku dari individu. Definisi oprasional serta
hipotesis penelitian dibahas pada akhir bab ini.
40
41

Teori dari Lawrence Green merupakan teori yang berfokus


pada perubahan perilaku individu melalui 9 fase. Green
mengembangkan teori yang memberi kejelasan bahwa sehat individu
ataupun masyarakat bisa berpengaruh pada 2 faktor baik dalam juga
luar perilaku yaitu dapat berasal dari luar individu seperti lingkungan
sekitar yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dalam
penelitian ini peneliti mengaitkan 9 fase dimana fase ini mendukung
perubahan perilaku yang mempengaruhi variabel dependen dan serta
adanya kebijakan yang dipengaruhi oleh variabel independen sehingga
terjadi perbedaan dari dampak sebelum dan selama covid-19 terhadap
pelayanan KIA yang di ukur dengan kunjungan ANC K1-4 dan
kelengkapan imunisasi dasar bayi. Uraian setiap fase dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Dimulai dari fase yang pertama yakni tentang penilaian sosial.


Kualitas hidup ibu juga anak bagaimana dari ibu hamil dan bayi dapat
dinilai berdasarkan penilaian sosial yang dapat ditunjukan dari
menurunnya kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagai
dampak dari pandemi covid-19 sehingga dampak dari pandemi
tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup ibu hamil dan bayi.

Selanjutnya fase yang kedua yaitu fase penilaian epidemologi.


Lebih berfokus pada masalah kesehatan penyakit yang sering muncul
sehingga menimbulkan masalah kesehatan baru bagi janin dan tumbuh
kembang bayi sehingga perluh dikaji dan dianalisis terkait tingkat
kesehatan khususnya ibu hamil dan bayi dan pandemi Covid-19 yang
mempengaruhi status kesehatan ibu hamil dan bayi.

Fase yang ketiga yaitu fase penilaian perilaku dan lingkungan.


Tingkat kesehatan dari ibu hamil dan bayi sangat dipengaruhi oleh
faktor perilaku dan lingkungan semenjak adanya pandemic Covid-19.
Dimana ibu hamil enggan untuk melakukan kunjungan K1-4 di
fasilitas kesehatan dikarekan takut akan terinfeksi virus Covid-19,
begitupun bagi ibu yang memiliki bayi yang seharusnya diberikan
42

imunisasi sesuai dengan jadwal yang ada berubah keyakinan dalam


melakukan kunjungan ditempat imunisasi karena takut akan terinfeksi
Covid-19. Kesehatan bayi juga ibunya juga mampu dipengaruhi oleh
adanya covid-19 yaitu keluarga misalnya suami ataupun orang tua
melarang untuk melakukan kunjungan karena memiliki kekhawatiran
akan janin dan bayi mereka. Pada fase ini berkaitan dengan variabel
dependen dari penelitian ini.

Kemudian fase yang keempat yaitu fase penilaian edukasional


dan organisasional. Pada fase ini berfokus untuk menilai perubahan
perilaku serta menilai keadaan lingkungan dari dari ibu hamil dan bayi
yang mempengaruhi kunjungan ANC K1-4 dan kelengkapan imunisasi
dasar bayi dipengaruhi oleh kepentingan faktor predisposisi, ataupun
faktor penguat, juga faktor pemungkin. Yang mempengaruhi
kunjungan ANC K1-4 dan kelengkapan imunisasi dasar bayi dapat
dipengaruhi oleh faktor predisposisi dimana terjadi perubahan perilaku
dan keyakina terkait adanya pandemic Covid-19. Selanjutnya yang
menjadi faktor penguat yaitu pelayanan kesehatan, dimana selama
masa pandemic Covid-19 pelayanan kesehatan dibatasi karena untuk
menunjang kebijakan yang telah diatur oleh pemerintah untuk
menerapakan physical distancing dengan tidak berkerumun ditempat
umum dan tetap menerapkan protokol kesehatan selama masa pandemi
sehingga mempengaruhi kunjungan layanan KIA,sebenarnya
pelayanan kesehatan menjadi sarana penting bagi ibu hamil dan bayi
untuk meningkatkan derajat kesehatan walaupun dimasa pandemic.
Kemudian yang menjadi faktor pemungkin disini yaitu dari suami dan
orang tua, dimana ada kekhawatiran bagi mereka untuk melakukan
kunjungan ke fasilitas kesehatan karena akan terkena virus Covid-19.

Berikut adalah fase yang ke lima yaitu fase penilaian


Administrasi dan Kebijakan. Fase ini menilai bagaimana pelayanan
kesehatan yang diberikan dalam pelayanan KIA selama masa
pandemic Covid-19 terkait tenaga kesehatan yang telah melakukan
43

promkes dalam bentuk poster, media sosial serta sosialisasi langsung


khususnya pada ibu hamil dan bayi mengenai pelayanan KIA pada
masa pandemi Covid-19. Selanjutnya edukasi kesehatan didapatkan
khususnya bagi pelayanan KIA untuk mengubah pola perilaku yang
dari enggan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan menjadi rutin
untuk melakukan kunjungan kesehatan demi meningkatkan derajat
kesehatan walaupun dalam masa pandemi. Kemudian kebijakan yang
dilakukan selama masa pandemi yaitu dengan menerapkan 3 M,
physical distancing dan sebagainya keduanya mempunyai hubungan
timbal balik karena pendidikan kesehatan memberikan dasar untuk
pembuatan kebijakan-kebijakan juga memberikan landasan untuk
pendidikan kesehatan yang mempengaruhi perubahan perilaku dalam
melakukan kunjungan layanan KIA ke fasilitas kesehatan. Kebijakan
terkait pencegahan covid-19 menjadi variabel independen dalam
kerangka teori ini.

Selanjutnya fase yang keenam yaitu fase implementasi. Fase


ini berfokus pada tindakan apa yang seharusnya dilakukan yang
diperoleh dari fase-fase sebelumnya. Peneliti turun langsung
dipenelitian ini khususnya dalam pelayanan KIA yang diukur dengan
kunjungan ANC K1-4 dan kelengkapan imunisasi dasar bayi berupa
promosi kesehatan terkait pentingnya kunjungan selama pandemi guna
untuk mempertahankan derajat kesehatan dan mengatasi masalah yang
ada selama masa pandemi.

Fase yang ketujuh yaitu fase evaluasi proses. Pada fase ini
menilai apa saja yang berubah dari ibu ketika hamil dan bayi setelah
diberikan promosi kesehatan terkait pelayana KIA dimasa pandemi
yang dapat dilihat perubahannya terletak di faktor baik faktor penguat
ataupun faktor pemungkin.

Lalu fase yang kedelapan yaitu fase evaluasi dampak. Fase ini
merupakan penilaian dengan melihat dampak pada ibu hamil dan bayi
terutama pada perubahan perilaku dalam hal ini perilaku ibu hamil dan
44

bayi terhadap kunjungan pemanfaatan layanan KIA setelah diberikan


promosi kesehatan dari tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
hidup khusunya KIA.

Fase yang terakhir yaitu fase evaluasi hasil. Dalam fase ini
sangat penting untuk dikaji karena untuk melihat apakah terjadi
perubahan terkait kualitas hidup dari ibu hamil dan bayi dimana terjadi
peningkatan dalam kunjungan pemanfaatan layanan kesehatan
difasilitas kesehatan. Jika terjadi perubahan terkait perilaku yang
berdampak bagi kualitas hidup ke arah yang lebih baik maka tindakan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada fase sebelumnya terkait
peningaktan KIA difasilitas kesehatan selama pandemi yang diberikan
tepat sasaran dan dapat meningkatkan kualitas kesehatan juga
kehidupan bagi anak juga ibunya.
45

3.2 Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan selama


pandemi Covid-19 terhadap pemanfaatan pelayanan KIA (yang
di ukur dengan kunjungan K1- K4, kelengkapan imunisasi
dasar lengkap bayi)

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan selama


pandemi Covid-19 terhadap pemanfaatan pelayanan KIA (yang
di ukur dengan kunjungan K1- K4, kelengkapan imunisasi
dasar bayi)
46

3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Definisi Alat Skala Hasil


Konseptual Operasional Ukur /Cara Ukur Ukur
Ukur

Variabel Kunjungan dari Kunjungan Lembar Interval Hasil ukur


Dependen bentuk pertama ibu Observasi untuk
Kunjungan pelayanan pada hamil trimester Terkait jumlah
Antenatal ibu hamil 1 (K1) dan jumlah kunjungan
Care (ANC) dalam kunjungan pada kunjungan K1 dan K4
(K1-K4) memberikan trimester 3 K1 dan K4 di ukur
fasilitas terkait (K4) sesuai dari tahun
kehamilannya dengan laporan 2019-2020
agar ibu juga tahunan 2019 sesuai
janin dalam dan 2020 Data dengan
keadaan sehat Kesehatan data dari
disebut Keluarga dan dinas
Antenatal Care Gizi Dinas kesehatan
yang biasa Kesehatan Kota Kota
disingkat Manado Manado
dengan ANC
(Saiffudin,2016
)
Imunisasi Imunisasi Kunjungann Lembar Interval Hasil ukur
Dasar merupakan Imunisasi rutin Observasi jumlah
Lengkap suatu bentuk bayi sesuai Terkait layanan
Bayi upaya yang dengan laporan jumlah imunisasi
bertujuan untuk tahunan 2019 layanan dasar
pencegahan dan 2020 Data imunisasi lengkap
penyakit Kesehatan dasar diukur dari
menular pada Keluarga dan lengkap tahun
anak dan Gizi Dinas 2019-2020
merupakan Kesehatan Kota sesuai
salah proses Manado dengan
47

kegiatan yang data dari


berfokus dinas
melalui kesehatan
Kemenkes RI Kota
sebagai wujud Manado
nyata dari
tanggung jawab
dari pemerintah
agar mencapai
tujuan
pembangunan
berkelanjutan
terutama dalam
penurunan
jumlah
penyakit dan
angka kematian
bayi
(WHO,2019)

BAB IV

METODE PENELITIAN
48

Di bab ini sistematika metode penelitian dijelaskan secara


lengkap mulai dari Desain Penelitian dan Lokasi juga Waktu
Penelitian, kemudian Populasi serta Sampel, selanjutnya Instrumen
Penelitian, berikutnya Pengumpulan Data, dan ada Analisa data
sampai yang terakhir yaitu Etika Penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu desain kuantitatif


deskriptif. Yang bertujuan untuk mengukur perbedaan hasil dari
variable yang diukur yaitu pelayanan KIA yang di lihat dari kunjungan
ibu hamil K1-K4, kelengkapan imunisasi dasar bayi dari tahun 2019
dan 2020. Peneliti menggunakan desain penelitian ini karena ingin
mengetahui perbedaan dampak sebelum adanya pandemi covid-19 dan
selama pandemi covid-19 pelayanan kesehatan baik dan anak.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Data Kesehatan
Keluarga dan Gizi laporan tahunan dari tahun 2019 dan 2020 yang
diambil dari Dinas Kesehatan Kota Manado.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Manado berdasarkan data dari 16


puskesmas yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Manado. Enam belas
Puskesmas tersebut meliputi Puskesmas Tongkaina, Bailang, Tuminting,
Kombos, Wawonasa, Paniki Bawah, Bengkol, Ranomuut, Tikala Baru,
Wenang, Teling Atas, Ranotana. Sario, Bahu, Minanga, dan Bunaken.

4.2.2. Waktu Penelitian


49

Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2021 sampai


bulan Juli 2021 sesuai dengan jadwal penelitian yang sudah di
tetapkan oleh fakultas.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Keseluruhan dari sebuah subjek penelitian yang kemudian


menjadi sasaran penelitian ataupun keseluruhan dari objek penelitian
(Noo,2017). Dimana populasi dari penelitian ini adalah seluruh wanita
usia subur 15 sampai dengan 49 tahun dan bayi 0-1 tahun yang tercatat
dalam data pelaporan Dinas Kesehatan Kota Manado.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian kecil populasi yang akan diteliti.


Penentuan sampel ditentukan oleh peneliti sendiri dengan alasan
supaya tidak memakan banyak waktu (Nursalam, 2016). Metode
sampel yang dipakai adalah total sampling, dengan teknik yang
digunakan yakni pengambilan sampel purposive sampling dimana
setiap sampel yang diambil sangat diperhatikan oleh peneliti dan
sesuai dengan hasil pertimbangan dari peneliti sendiri. Jumlah sampel
adalah seluruh wanita usia subur 7352 responden juga bayi 6684 yang
didapatkan melalui data sekunder dari Dinkes Kota Manado.

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dalam bentuk tabel observasi


yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan pembimbing. Instrumen
terdiri dari tabel daftar observasi masing-masing akan mengobervasi
kunjungan ibu hamil K1-K4, kelengkapan imunisasi dasar bayi dari
tahun 2019 dan 2020. Tidak dilakukan validasi instrument karena data
yang akan diambil itu sesuai dengan apa yang telah tercatat pada data
Dinas Kesehatan Kota Manado melalui data primer dari 16 Puskesmas
yang ada di Kota Manado.
50

Terdapat tabel observasi terkait jumlah kunjungan K1 dan K4


yang di dalamnya berisi tentang cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan
K4), jumlah sasaran ibu hamil, jumlah sasaran kelahiran hidup, nilai
absolut, dan nilai persentasi dari setiap kunjungan dari tahun 2019-
2020. Kemudian terdapat tabel observasi terkait jumlah pemberian
layanan imunisasi dasar lengkap pada anak yang didalamnya berisi
tentang jumlah laki-laki, jumlah perempuan, jumlah keseluruhan dan
nilai persentase tiap kunjungan dari tahun 2019-2020.

4.5 Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian saat ini merupakan data


sekunder yang merupakan data Dinas Kesehatan Kota Manado yang
diperoleh dari 16 puskesmas yang ada di Kota Manado. Adapun
prosedur pengumpulan adalah sebagai berikut : Pada tahap yang
pertama peneliti meminta izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado dalam pembuatan surat yang
akan peneliti gunakan dalam pengambilan data di Dinas Kesehatan
Kota Manado. Selanjutnya setelah surat telah di keluarkan oleh
fakultas, peneliti membawa surat tersebut ke Kepala Kepegawaian dan
Kesatuan Bangsa Kota Manado, setelah mendapatkan surat
rekomendasi dari Kepala Kepegawaian Badan Kesatuan Bangsa Kota
Manado ke Dinas Kesehatan Kota Manado peneliti mengambil data
dengan disesuaikan pada keperluan penelitian.

Selanjutnya pada tahap yang kedua yaitu setelah peneliti


mendapatkan data dari Dinas Kesehatan Kota Manado terkait jumlah
keseluruhan populasi kemudian peneliti menentukan sampel yang akan
dianalisa berdasarkan variabel yang akan diukur dalam penelitian.

Kemudian pada tahap yang ketiga, yaitu proses pengumpulan


data dimana peneliti membuat lembar observasi yang digunakan
peneliti dalam penelititan sesuai dengan kriteria sampel yang ada.
Setelah itu peneliti akan mengisi atau membandingkan data yang
51

dipeoleh di lembar observasi untuk mengetahui apakah ada perbedaan


terkait pemanfaatan pelayanan KIA (yang di ukur dengan kunjungan
K1- K4; kelengkapan imunisasi dasar bayi) mulai dari tahun
2018,2019,dan 2020.

Lalu tahap yang terakhir yaitu peneliti menyiapkan instrument


yang akan digunakan dengan proses pengolahan data, setelah peneliti
memastikan data dari lembar observasi sudah lengkap terisi dan sudah
sesuai kemudian peneliti menganalisa apakah ada perbedaan antara
pelayanan KIA (yang di ukur dengan kunjungan K1- K4; kelengkapan
imunisasi dasar bayi ) mulai dari tahun 2019,dan 2020. Pada tahap
pengolahan ada proses – proses mulai dari yang namanya editing,
berikutnya processing, yang terakhir tabulating setelah itu yang
terakhir adalah peneliti menentukan analisis univariat juga bivariat
yang bertujuan agar diketahui perbedaan kunjungan sampel dan
melihat beda antara kedua variabel yang akan diteliti.

Pengurusan surat ijin dari Pengurusan surat ijin penelitian dari


Fakultas Keperawatan Kesatuan Bangsa dan Politik dan Dinas
Universitas Katolik De La Salle Kesehatan Kota Manado
Manado

Penentuan Populasi dan Sampel N=n


Pengumpulan Data dan sesuai dengan jumlah kunjungan K1 dan
K4 dan Kelengkapan Imunisasi Dasar
Pengolahan Data Bayi pada Data Tahunan Kesehatan
Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota
Manado di tahun 2019-2020

Bagan 4.1 Pengumpulan Data

4.6 Analisa Data


52

4.6.1 Pengolahan Data

Menurut Susila dan Suyanto (2014) pengelolaan data yang


dilakukan pada penelitian yaitu : Editing atau proses pemeriksaan data
dilakukan saat penelitian untuk memeriksa daftar pertanyaan dan
lembar observasi yang telah diisi seperti kelengkapan jawaban atau
keterbacaan tulisan. Pada penelitian ini dimulai dari proses editing
yang digunakan untuk melihat apakah data dari tahun 2019 sudah
terisi mulai dari bulan Januari-Desember demikian juga pada tahun
2020. Cara penyederhanaan data dari lewat adanya pengkodean
tertentu pada setiap masing-masing data yang sudah diklasifikasikan
agar data-data tersebut lebih mudah untuk diolah dan dijamin
kerahasiannya disebut Coding. Kemudian pada proses koding melihat
akan apakah pengkodean tiap tahun sudah jelas dan cara pengisian
setiap keterangan yang dibutuhkan. Tahap berikutnya adalah proses
dimana dilakukannya penyusunan data sedemikian rupa sehingga
dapat dengan mudah dilakukan baik penjumlahan, juga disusun bahkan
disajikan dalam bentuk tabel ataupun grafik dengan menggunakan
sistem computer disebut Tabulating. Sedangkan pada tahap tabulating
dalam peneltian ini akan di lakukan pengelompokan data tahun 2019
dan 2020 dan sesuai dengan variable yang diukur yaitu yaitu
kunjungan ibu hamil K1-K4, kelengkapan imunasis dasar pada bayi.

4.6.2 Analisis Univariat, Bivariat


Analisis baik univariat juga bivariat dilakukan pada penelitian
ini. Proses analisis yang dilakukan khusus untuk satu variabel dalam
peneltian dan tidak menganalisis hubungan antara variabel-variabel
yang di teliti berfungsi agar dapat melihat karakteristik pendistribusian
dari variabel yang independent bahkan dependen disebut sebagai
analisis univariat (Irfannuddin, 2019). Dalam penelitian ini uji
univariat untuk mengetahui frekuensi dari kunjungan ibu hamil K1-
K4, frekuensi kelengkapan imunisasi dasar bayi sebelum dan selama
situsi covid-19 dari tahun 2019 dan 2020.
53

Dalam penelitian ini analisis bivariat menguji perbedaan ketiga


variable dependen yaitu 1) kunjungan ibu hamil K1, 2) Kunjungan Ibu
hamil K4, dan 3) kelengkapan imunisasi dasar bayi pada tahun 2019
dan 2020. Oleh karena hasil uji normalitas menunjukkan data tidak
terdistribusi normal, maka digunakan uji non-parametrik Wilcoxon,
dengan tingkat kepercayaan 95% (α ≤ 0,05)

4.7 Etika Penelitian


Penelitian ini telah mematuhi prinsip-prinsip etik penelitian dan
mendapatkan surat layak etik dari KEPK Politeknik Kesehatan Kemenkes
Manado No.01/08/218/2021

BAB V

HASIL PENELITIAN
54

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil analisis data
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Data bersumber dari
laporan tahunan Data Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2019 dan 2020.
Analisis dilakukan untuk untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang signifikan terkait dampak pandemi Covid-19 terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak (KIA) di Kota
Manado, yang di ukur dengan kunjungan (ANC) ibu hamil K1 - K4
dan kelengkapan imunisasi dasar bayi yang terdiri dari 16 puskesmas
Kota Manado.

5.1 Hasil Analisa Univariat


55

Analisa univariat pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh


gambaran dan menjelaskan distribusi frekuensi dari variabel yang
diteliti. Berikut ini gambaran distribusi dari Pemeriksaan Kunjungan
Ibu Hamil K1, K4 dan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi tahun 2019
dan 2020.

Diagram 5.1 Distribusi Pemeriksaan Kunjungan Ibu Hamil K1 di Kota Manado


tahun 2019 & 2020

Berdasarkan diagram 5.1 Distribusi Pemeriksaan Kunjungan Ibu


Hamil K1 di Kota Manado tahun 2019 dan 2020, didapatkan bahwa
dari 16 Puskesmas di Kota Manado, terdapat 3 puskesmas mengalami
peningkatan dengan peningkatan tertinggi yaitu pada Puskesmas
Bunaken 91,89%, sedangkan dari 13 puskesmas yang mengalami
penurunan dengan penurunan terbesar yaitu Puskesmas Sario 1,17%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kunjungan K1 di tahun
2019 dan 2020 memiliki perbedaan dimana kurang lebih 60 %
puskesmas di Kota Manado mengalami penurunan kunjungan K1 pada
tahun 2020.
56

Diagram 5.2 Distribusi Pemeriksaan Kunjungan Ibu Hamil K4 di Kota Manado


tahun 2019 & 2020

Berdasarkan diagram 5.2 Distribusi Pemeriksaan Kunjungan Ibu


Hamil K4 di Kota Manado tahun 2019 & 2020, didapatkan bahwa dari
16 puskesmas yang ada terjadi peningkatan pada 4 puskesmas dengan
peningkatan tertinggi yaitu puskesmas Tongkaina 167,39%.
Penurunan kunjungan K4 terjadi pada 11 puskesmas, dengan
penurunan terbesar yaitu pada puskesmas Bailang 63,18%. Sedangkan
puskesmas yang tidak mengalami perubahan kunjungan adalah
Puskesmas Ranotana Weru. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
kunjungan K4 di tahun 2019 dan 2020 di Kota Manado mengalami
penurunan di 80% puskesmas di Kota Manado.
57

Diagram 5.3 Distribusi Imunisasi Dasar Lengkap Bulan di Kota Manado tahun
2019 & 2020

Berdasarkan diagram 5.3 Distribusi Imunisasi Dasar Lengkap Bulan


Juni di Kota Manado tahun 2019 & 2020, dapat dilihat bahwa terjadi
penurunan layanan imunisasi lengkap pada semua puskesmas di Kota
Manado. Penurunan terbesar terjadi pada puskesmas Minanga yaitu
sebesar 2,1 %. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pandemic
Covid-19 telah berdampak pada layanan imunisasi dasar lengkap di
seluruh puskesmas di Kota Manado.
58

5.2 Hasil Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat


perbedaan ketiga variable dependen pada masa pandemic covid-19,
yaitu kunjungan ibu hamil K1, K4, dan kelengkapan imunisasi dasar
bayi pada tahun 2019 & 2020. Berikut akan dijelaskan perbandingan
dari Kunjungan Ibu Hamil K1, K4 dan Kelengkapan Imunisasi Dasar
Bayi tahun 2019 dan 2020.

N Mean Rank z P value


K1 2020 – Negative Ranks 13 8.92 2.48 0.013
K1 2019
Positive Ranks 3 6.67
Total 16

Tabel 5.2.1 Perbedaan Kunjungan Ibu Hamil K1 2019 & 2020

Hasil uji beda Wilcoxon pada Tabel 5.1 menunjukkan adanya


perbedaan yang signifikan pada kunjungan ANC K1 pada tahun 2019
dan 2020 di 16 puskesmas di Kota Manado, z= 2.48, p <0.013, dengan
ukuran dampak (effect size) adalah besar ( r=0.62). Hasil ini
menunjukan bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak besar terhadap
kunjungan ibu hamil K1 di Kota Manado. Penurunan signifikan
ditunjukkan pada 13 puskesmas yang masuk pada kategori negative
rank. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara pemanfaatan
pelayanan ibu hamil yang diukur dari kunjungan ANC K1 sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemic Covid-19 di 16 Puskesmas di
Kota Manado.

N Mean Rank z P value


59

K4 2020 - Negative Ranks 11 7.36 1.19 0.233


K4 2019
Positive Ranks 4 9.75
Ties 1
Total 16

Tabel 5.2.2 Perbedaan Kunjungan Ibu Hamil K4 2019 & 2020

Hasil uji beda Wilcoxon yang ditunjukkan pada Tabel 5.2


menunjukkan adanya penurunan yang tidak signifikan pada kunjungan
ibu hamil K4 di 16 puskesmas di Kota Manado pada tahun 2019 dan
2020, z= 1,19, p <0.233, dengan ukuran dampak (effect size) adalah
kecil ( r=0.29). Hasil ini menunjukan bahwa pandemi Covid-19
berdampak kecil terhadap kunjungan ibu hamil K4 di Kota Manado.
Penurunan yang tidak signifikan ditunjukkan pada 11 puskesmas yang
masuk pada kategori negative rank, positive ranks menunjukan ada 4
puskesmas, dan nilai ties menunjukan ada 1 puskesmas kunjungan K4
ditahun 2020=2019 Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara
pemanfaatan pelayanan yang diukur dari kunjungan ANC K4 dengan
pandemi Covid-19 di 16 Puskesmas Kota Manado.

N Mean Rank Z P value


IDL 2020 – Negative Ranks 16 8.50 3.51 0.000
IDL 2019
Positive Ranks 0 0.00
Ties 0
Total 16

Tabel 5.2.3 Perbedaan Kelengkapan Imunisasi Dasar 2019 & 2020


60

Hasil uji beda Wilcoxon yang ditunjukkan pada Tabel 5.3


menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada kunjungan
layanan imunisasi dasar lengkap di 16 puskesmas di Kota Manado
pada tahun 2019 dan 2020, z= 3,51, p <0.000, dengan ukuran dampak
(effect size) adalah besar ( r=0.87). Hasil ini menunjukan bahwa
pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap kunjungan layanan
imunisasi dasar lengkap di Kota Manado. Penurunan signifikan
ditunjukkan pada 16 puskesmas yang masuk pada kategori negative
rank. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
bahwa ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara pemanfaatan
pelayanan yang diukur dari kelengkapan imunisasi dasar dengan
pandemi Covid-19 di 16 Puskesmas Kota Manado.

BAB VI

HASIL PEMBAHASAN

Pada bab VI ini, peneliti akan membahas hasil analisis


univariat variabel dependen dan independen dan hasil analisis
bivariate perbedaan antara ketiga variabel yang diangkat peneliti
meliputi kunjungan ANC K1, K4 dan Kelengkapan Imunisasi Dasar
Bayi di 16 Puskesmas Kota Manado dengan dampak pandemi covid-
19 juga menjelaskan dampak covid-19 terhadap ketiga variabel.
Kemudian peneliti akan membandingkan hasil penelitian yang pernah
61

dilakukan dengan variabel yang sama serta menjelaskan hubungan


konsep teori dengan penelitian ini.

6.1 Kunjungan Antenatal Care (ANC) K1 dan K4 Sebelum dan Selama


Pandemi Covid-19 di Kota Manado

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa terjadi


penurunan pada 60% puskesmas untuk kunjungan K1 dan 80%
puskesmas untuk kunjungan K4 selama pandemi Covid-19 pada tahun
2020 bila dibandingkan dengan proporsi kunjungan pada tahun
sebelum terjadinya pandemi Covid-19 pada tahun 2019 di 16
puskesmas di Kota manad. Hal ini disebabkan karena selama
pandemic covid-19 kunjungan K1 di Puskesmas Kota Manado lebih
banyak mengalami penurunan dibandingkan sebelum pandemic covid-
19. Didapatkan hasil nilai p <0.013 yang artinya bahwa terdapat
perbedaan pada kunjungan ANC K1 sebelum dan selama pandemic
covid-19. Dengan demikian dapat disimpulkan pandemic covid-19
memberikan dampak yang besar pada kunjungan ANC K1 sehingga
menyebabkan penuruan yang terjadi di 16 puskesmas Kota Manado.

Selanjutnya mengenai kunjungan K4 yang telah dijelaskan pada


bab sebelumnya terjadi penurunan di 80% puskesmas di Kota Manado.
Hal tersebut disebabkan oleh lebih banyak puskesmas yang terjadi
penurunan kunjungan K4 selama pandemic covid-19, karena sesuai
dengan kebijakan oleh pemerintah dengan menerapkan 5M salah
satunya menjauhi kerumunan maka ibu hamil enggan untuk datang ke
fasilitas kesehatan selama covid-19. Tetapi salah satu jumlah
kunjungan puskesmas dengan menunjukkan hasil yang seimbang atau
stabil antara tahun 2019 dan 2020 yaitu sebelum dan selama pandemic
covid-19. Dengan hasil nilai p <0.233 yang berarti pandemic covid-19
tidak memberi dampak besar pada kunjungan K4. Karena pada
kunjungan K4 mendekati masa proses bersalin pada ibu hamil, oleh
karena itu meski dimasa pandemic ibu hamil yang akan melahirkan
tetap melakukan persalinan difasilitas kesehatan dengan tetap
62

memperhatikan protokol kesehatan berdasarkan pedoman kunjungan


ANC selama pandemic covid-19. Meskipun demikian, terdapat
penurunan dalam kunjungan K4 yaitu pada 11 puskesmas dari 16
puskesmas yang ada di Kota Manado. Sehingga dapat disimpulkan
pandemic covid-19 menyebabkan penurunan terhadap kunjungan ibu
hamil K4 di 16 Puskesmas Kota Manado walaupun hasil uji tidak
menunjukan hasil yang signifikan.

Gambaran pelayanan kunjungan ANC K1-K4 dapat juga dilihat


pada penelitian di beberapa daerah lain. Refiani, D., Dewi, Y. I., &
Utami, S. (2021) melakukan penelitian pada 40 ibu hamil trimester III
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru untuk mengetahui
gambaran perilaku ibu hamil dalam melakukan antenatal care saat
pandemi covid-19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi
ibu yang memiliki sikap positif terhadap pentingnya ANC sebesar
hampir 53% ibu dibandingkan yang bersikap negatif. Sikap positif ibu
di ukur melului sikap ibu terhadap pedoman pelaksanaan ANC saat
pandemi covid-19, dengan mencocokkan KMS ibu Hamil dengan
keteraturan ibu melakukan ANC sesuai dengan Trimester Kehamilan
dengan Depkes yaitu minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya, studi yang dilakukan oleh


Septiara Dewi (2020) menemukan terjadinya penurunan pada
kunjungan yang di lakukan pada ibu hamil dengan trimester III
sebanyak 54 responden tepatnya di Puskesmas Palembang. Penelitian
tersebut bertjuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
kunjungan ANC selama masa pandemi covid-19. Menunjukan hasil
yaitu terdapat penurunan 21.96% antara jarak tempat tinggal dengan
kunjungan Antenatal Care (ANC) selama pandemi Covid-19 (Dewi,
2020). Dapat disimpulkan bahwa jarak tempat tinggal menjadi salah
satu faktor penurunan kunjungan ANC di puskesmas Palembang.
Seperti pada penelitian saat ini yang dilakukan di 16 puskesmas yang
63

ada di Kota Manado juga mengalami penurunan pada kunjungan


ANC.

6.2 Kunjungan Kelengkapan Imunisasi Bayi Sebelum dan Selama


Pandemi Covid-19 di Kota Manado

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya terjadi


penurunan di 100 % puskesmas di Kota Manado. Hal tersebut
disebakan oleh semua puskesmas yang ada di Kota Manado telah
terjadi penurunan pada kunjungan kelengkapan imunisasi dasar bayi
selama pandemi Covid-19 (tahun 2020) dibandingkan sebelum adanya
pandemi covid-19. Dengan hasil nilai p <0.00 yang berarti pandemi
covid-19 memberi dampak besar pada kunjungan kelengkapan
imunisasi dasar bayi. Oleh karena itu dapat disimpulkan penuruan
yang terjadi pada kunjungan kelengkapan imunisasi dasar bayi di
tahun 2020 menunjukkan bahwa pandemi covid-19 memberikan
dampak besar bagi kunjungan ANC K1 di 16 puskesmas Kota
Manado.

Hasil peneltian lain yang sejalan dengan penelitian ini , yaitu studi
yang dilakukan oleh Fabiola Vania Felicia, I Kadek Suarc (2020)
mengenai dampak pandemi covid-19 pada pelayanan kunjungan
imunisasi dan mengetahui kondisi masa pandemi yang mempengaruhi
kunjungan layanan imunisasi rutin pada bayi dengan usia kurang dari
12 bulan di Poliklinik anak RSUD Wagaya. Hasil penelitian ini
menujukan terjadi penurunan kunjungan layanan imunisasi dasar
lengkap pada bulan Januari-Juli 2020 adalah 123 bayisedangkan pada
tahun 2019 adalah 368 bayi dengan persentase 13,1% ditahun 2020
yaitu selama pandemic covid-19 dan 21,9% sebelum pandemic covid-
19. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menurunnya
kunjungan layanan imunisasi difasilitas kesehatan merupakan dampak
dari paandemi covid-19.
64

6.3 Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kunjungan Antenatal Care


(ANC) dan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Sebelum dan Selama
Pandemi Covid-19 di Kota Manado

Berdasarkan hasil analisa data mengenai perbedaan Kunjungan


ANC K1, K4 & Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi tahun 2019 dan
2020 di 16 Puskesmas Kota Manado didapatkan hasil dari uji
Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang signifikan (p< 0.005) pada
pelayanan ANC khususnya K1 dan kelengkapan imunisasi bayi. Tidak
terdapat perbedaaan yang signifikan (p> 0.0%) pada layanan ANC K4
pada tahun 2019 dan selama pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Dengan demikian, studi ini menyimpulkan ada dampak pandemi
Covid-19 pada pelayanan ANC K1 dan kelengkapan imunisasi bayi.

Penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian tentang


kunjungan ANC. Yeny Sulistyowati, Yenni Ariestanti, Titik Widayati
(2020) melakukan studi yang bertujuan untuk menganalisis
determinan yang berhubungan dengan perilaku ibu hamil dalam
melaksanakan pemeriksaan kehamilan pada masa pandemi Covid 19.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
siqnifikan antara perilaku ibu hamil melakukan ANC dengan fasilitas
kesehatan selama pandemi Covid-19 (tahun 2020) di puskesmas
Cipayung Jakarta Timur (P<0,05) Penelitian ini menggunakan desain
metode Survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak
45 Ibu hamil trimester 3 yang berpartisipasi dalam penelitian ini yang
diukur melalui tabel observasi. Hasil penelitian memujukkan bahwa
pandemi covid-19 mempengaruhi kunjungan ANC dimana tidak
terjadi penurunan dalam kunjungan ibu hamil di puskesmas Cipayung
Jakarta Timur.

Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian saat ini terkait


kunjungan kelengkapan imunisasi dasar bayi, Safira Smaradhana
(2020). Melakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui dampak
wabah covid-19-19 terhadap angka cakupan imunisasi dasar di
65

Provinsi Sumatera Selatan pada periode Januari-Agustus 2019 dan


Januari-Agustus 2020 diperoleh dari data laporan bulanan
kabupaten/kota di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Hasil
peneltian ini menujukkan bahwa angka cakupan imunisasi dasar
lengkap (IDL) di Provinsi Sumatera Selatan terjadi penurunan yang
signifikan tahun 2020 pada bulan Januari-Agustus 46,8% (p< 0.001).
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan
jumlah sampel seluruh bayi 0-12 Bulan yang tercatat dalam Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Angka cakupan imunisasi pada
bayi diukur melalui lembar observasi. Dapat disimpulkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pandemic covid-19 berdampak pada
penurunan angka cakupan IDL di Provinsi Sumatera Selatan selama
wabah covid-19 pada periode Januari-Agustus 2020 sehingga tidak
mencapai target.

Sejalan dengan peneltian sebelumnya, yang tidak mendukung


terkait kunjungan imunisasi dilihat dari penelitian Nicke Uriant
Diharja (2020) melakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pandemi Covid-19 terhadap kunjungan imunisasi di
Posyandu Tanjungwangi Puskesmas Tanjungwangi Kecamatan
Cijambe. Hasil peneltian menunjukkan bahwa bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan anatar pengetahuan ibu (p-value = 0,468),
sikap ibu (p-value = 0,667), dan dukungan keluarga (p-value = 0,626)
terhadap partisipasi ibu dalam kunjungan imunisasi selama pandemic
covid-19 di Posyandu tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain
Penelitian cross sectional dengan teknik survey elektronik sebanyak 78
ibu yang meemiliki anak umur 0-24. Instrumen penelitian terdiri dari
instrumen pengetahuan, sikap ibu, dan dukungan keluarga yang
disebarkan secara online. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa
pandemi covid-19 tidak memberi dampak bagi kunjungan kelengkapan
imunisasi dasar yang dilakukan di Posyandu Tanjungwangi Puskesmas
Tanjungwangi Kecamatan Cijambe.
66

Kebijakan pemerintah terkait upaya pencegahan penularan covid-


19 (PSBB) menyebabkan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak yang
terdiri dari kunjungan K1,K4 dan layanan imunisasi dasar lengkap
dibatasi. Selain itu dengan adanya penerapan protokol kesehatan
terkait 5 M salah satunya adalah physical distancing dengan tidak
berkerumun ditempat umum terlebih di tempat pelayanan kesehatan
selama masa pandemi mempengaruhi kunjungan layanan KIA.
Berbagai aturan yang telah dibuat untuk mencegah penyebaran covid-
19 telah mempengaruhi pelayanan kunjungan K1, K4 dan layanan
imunisasi (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020). Berdasarkan data
pelayanan ANC dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) terjadi penurunan
jumlah kujungan yaitu kunjungan K1 sebanyak 76.87 %. Sama halnya
pada kunjungan K4 sebanyak 57.16 %. Sementara itu, kebijakan
pemerintah terkait pembatasan kunjungan di fasilitas kesehatan juga
menyebabkan penurunan cakupan kunjungan layanan imunisasi
kurang lebih 84% (Patriawati, 2020). Penurunan yang terjadi dapat
menyebabkan menurunnya pengetahuan ibu tentang perawatan selama
kehamilan, bahaya kehamilan tidak terdeteksi sejak dini dan semakin
tingginya kasus terkait penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).

Fenomena penurunan kunjungan ANC K1, K4 dan layanan


imunisasi dasar lengkap dapat dijelaskan dalam kerangka konsep
Precede Proceed. Menurut Lawrence Green, pengaruh pandemi
Covid-19 terhadap layanan KIA terjadi pada faktor predisposisi Ibu.
Pengetahuan ibu tentang pentingnya KIA dan rantai penularan serta
pencegahan Covid-19 membentuk sikap ibu terhadap penting atau
tidaknya pelayanan KIA dan kelengkapan imunisasi bagi balitanya.
Dalam situasi pandemi ini banyak ibu hamil enggan memeriksakan
kehamilan di tempat-tempat pelayanan sehingga terjadi penurunan
jumlah kunjungan ibu hamil (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020).
Pandemi Covid-19 ini mempengaruhi sikap ibu sehingga mereka
berpikir bahwa tidak penting lagi melakukan pemeriksaan selama
67

kehamilan karena cemas akan tertular covdi-19 (Wediyati, 2020).


Sama halnya dengan ibu yang memiliki bayi dan merasa khawatir saat
melakukan imunisasi dimassa pandemic covid-19 karena takut tertular
saat melakukan kunjungan (Mulyanto, 2020). Perubahan sikap ibu
hamil dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan kunjungan
serta mengakses layanan kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesehatan baru sejak pandemi Covid-19, tetapi sebaliknya jika dengan
terbentuknya sikap yang positif terhadap pentingnya kunjungan ANC
dan layanan imunisasi dapat memantau kondisi ibu dan janin sehingga
cakupan K1 dan K4 serta cakupan imunisasi dapat tercapai sesuai
target.

WHO (2020) merekomendasikan pemeriksaan kehamilan


dilakukan minimal 2 kali yaitu kunjungan wajib pertama ditrimester
pertama dan kunjungan wajib kedua pada trimester tiga, namun jika
ibu hamil mengalami atau merasakan kondisi yang memburuk perlu
dilakukan kunjungan. Akan tetapi berdasarkan hasil survey
dikarenakan kasus covid-19 yang meningkat di Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo maka diperoleh 45 orang ibu hamil enggan melakukan

pemeriksaan kehamilan (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2020).


Secara kumulatif, layanan imunisasi terganggu yaitu 90% di posyandu
dan 65% di puskesmas disebabkan besarnya risiko penularan Covid-19
di wilayah puskesmas dan terbatasnya jumlah vaksinator
berpengalaman untuk menangani pandemi Covid-19 (Patriawati,
2020). Sehingga dapat disimpulkan selama pandemic covid-19
sebaiknya layanan maternal dan neonatal lebih diperhatikan dan
ditingkatkan agar morbiditas dan mortalitas ibu dan anak tidak
meningkat.

Selain faktor predisposisi, faktor penunjang terutama ketersediaan


pelayanan kesehatan ikut mempengaruhi penurunan kunjungan K1 dan
kelengkapan imunisasi. Pelayanan kesehatan difokuskan untuk
menangani pencegahan Covid-19 (Yenni, 2020). Pada literatur review
68

yang diperoleh dari 4 jurnal dan artikel antara tahun 2019 dan 2020
menunjukkan bahwa cakupan imunisasi menurun terutama pada
layanan imunisasi rutin yang diberikan kepada anak disebabkan oleh
dampak penyakit covid-19 yang mengalihkan fokus layanan kesehatan
untuk penanganan kasus covid-19 diberbagai negara (Nurhasanah,
2020). Penurunan cakupan imunisasi di Indonesia diakibatkan oleh
dampak Covid-19 yang dipaparkan dalam WHO yaitu sebesar 10-40%
pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini
dikarenakan petugas kesehatan (petugas imunisasi) difokuskan untuk
menangani kasus Covid-19. Selain itu, petugas imunisasi juga merasa
khawatir terhadap risiko penularan Covid-19 yang bisa terjadi saat
melakukan pelayanan imunisasi (Nurhasanah, 2020). Dapat
disimpulkan bahwa kunjungan K1,K4 dan layanan imunisasi menurun
selama pandemic disebabkan oleh kurangnya ketersediaan pelayanan
difasilitas pelayanan kesehatan.

Faktor ketiga yang juga ikut mempengaruhi pelayanan KIA,


adalah factor penguat. Situasi pandemi covid-19 menyebabkan
layanan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal mengalami
pembatasan. Kebijakan pembatasan berskala besar selama tahun 2020,
telah membatasi ibu untuk berkunjung ke tempat-tempat peayanan
kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 pada ibu maupun
bayinya (Yulianti, 2020). Selain itu, pengaruh orang kunci (key-
person) dalam keluarga seperti suami atau orang tua, maupun
masyarakat seperti tokoh masyarakat atau tokoh agama, telah
mempengaruhi keputusan ibu untuk pergi atau tidak pergi untuk
mendapatkan pelayanan KIA (Keswari,2020). Maka dengan adanya
pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah dapat menghambat
proses kunjungan ibu ke fasilitas kesehatan serta kurangnya dukungan
dari keluarga yang tidak mengizinkan untuk melakukan pemeriksaan
karena takut terpapar covid-19 menjadi faktor penghambat bagi ibu
dan anak.
69

Selain itu terdapat beberapa perubahan palayanan kesehatan ibu


dan anak selama pandemic covid-19 berdasarkan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2020). Bagi ibu hamil, setelah
pemeriksaan kehamilan pertama harus membuat janji dengan dokter
untuk menunda pemeriksaan kehamilan selanjutnya dan melakukan
ANC pada trimester 3, 1 bulan sebelum HPL, manfaatkan Buku KIA
sebagai media KIE dengan memanfaatkan media komunikasi untuk
konsultasi, ibu hamil keluarga dan kader berperan aktif dalam
memantau tanda bahaya kehamilan, untuk kelas ibu hamil ditunda
selama pandemic covid-19. Sedangkan bagi bayi, kegiatan termasuk
pelayanan balita di Posyandu ditunda supaya tidak terjadi kerumunan,
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan secara
mandiri di rumah dengan Buku KIA, pemeriksaan khusus (EID/Viral
Load/HBsAg) terintegrasi dengan janji temu pelayanan imunisasi,
pemberian obat pencegahan massal cacingan ditunda, dan pemantauan
balita berisiko dengan tele konsultasi/janji temu/ kunjungan rumah
atau melalui daring.

Beberapa upaya dapat dilakuakan untuk meningkatkan kunjungan


pelayanan KIA. Yang pertama meningkatkan pengetahuan ibu dan
keluarga tentang pentingnya kunjungan K1 dan Imunisasi bayi serta
pentingnya mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan
cvoid-19. Manfaat kelas ibu hamil merupakan sarana belajar bersama
tentang kesehatan bagi ibu guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu mengenai kehamilan, sehingga dapat mendeteksi
lebih dini risiko kehamilan atau persalinan walaupun dimasa pandemic
covid-19 (Rofi’ah et al., 2020). Pembentukan kelas online dengan
media grup whatsapp (WA) sebagai sarana untuk pemberian informasi
seputar kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir, juga terkait
layanan imunisasi akan memudahkan ibu untuk mendapatkan
informasi selama pandemic covid-19 (Widiyanto, 2020). Selain itu,
pemberian edukasi mengenai pentingnya menerapkan protocol
kesehatan selama pandemic covid-19 dalam melakukan kunjungan
70

ANC dan layanan imunisasi dapat mengurangi munculnya masalah


kesehatan baru (Armaya, 2020). Pemberian informasi pada ibu dan
anak untuk melakukan kunjungan kehamilan dan layanan imunisasi
secara rutin dengan menerapkan prokes selama covid-19 dapat
meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya kunjungan ANC
dan layanan imunisasi bayi serta mematuhi protokol kesehatan untuk
mencegah penularan covid-19

Yang kedua perlunya pelayanan konsultasi KIA oleh bidan,


perawat maupun kader secara tidak langsung misalnya melalui telpon
atau media social. Pemberian informasi melalui daring tentang
kesehatan pada ibu hamil dan anak diberikan oleh bidan maupun kader
secara rutin. Materi yang berebda diberikan setiap minggu sehingga
ibu hamil tertarik untuk melakukan kunjungan kehamilan secara rutin
guna menjaga kehamilannya tetap sehat dan melindungi anak dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) (Fibriana
Arulita, 2016). Maka dari itu pentingnya pelayanan konsultasi oleh
bidan terkait KIA dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak di fasilitas kesehatan.

Dan yang ketiga perlunya edukasi untuk meningkatkan kesehatan


ibu dan bayinya melalui media-media elektronik dan mengenali tanda
dan gejala yang tidak normal pada ibu hamil maupun bayinya agar
dapat mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat. Dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai upaya bertukar
informasi dan sebagai edukasi pembelajaran secara interaktif serta
meningkatkan pelayanan kebidanan terutama bagi ibu hamil dan anak
(Notoatmodjo, 2019). Teknologi berbasis IT. Edukasi yang diberikan
oleh petugas kesehatan melalui video atau gambar sehingga lebih
menarik dan berhasil meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pentingnya melakukan pemeriksaan guna menghindari terjadinya
masalah kesehatan pada ibu dan anak (Notoatmodjo, 2019). Dengan
diberikan informasi melalui media elektronik yang menarik dapat
71

menambah pengetahuan ibu tentang bahaya pada ibu hamil dan bayi
serta jika tidak melakukan kunjungan K1,K4 dan tidak melakukan
kunjungan layanan imunisasi secara rutin di fasilitas kesehatan.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah dilakukan


berdasarkan prosedur yang ada melalui Data yang digunakan dalam
penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Data Kesehatan
Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Manado tahun 2019 dan
2020. Adapun keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini
dimana data tersebut dikumpulkan oleh pihak lain dalam hal ini
petugas kesehatan dari 16 puskesamas yang ada di Kota Manado
sehingga terdapat beberapa data yang perlu diklarifikasi. Namun,
terdapat kelebihan dalam penggunaan data sekunder dimana dalam
melakukan pengumpulan data sekunder lebih menghemat waktu
penelitian, biaya, dan mudah untuk didapatkan dibandingkan data
primer serta kerahasian data dari responden karena tidak menunjukan
identitas dari responden tersebut.
72

BAB VII
PENUTUP

Pada bab VII ini berisikan penutup dari skripsi yang didalmnya
terdapat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah selesai
dilaksanakan oleh peneliti.

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak pandemic cvoid-19 terhadap
pemafaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di Kota Manado,
maka disimpulkan bahwa :
7.1.1 Terjadi penurunan yang signifikan pada pemanfaatan pelayanan
kunjungan Antenatal Care (ANC) K1 dan K4, namun pun demikian
K4 tidak mencapai nilai signifikan selama pandemi covid-19
dibandingkan sebelum pandemic covid-19 di 16 Puskesmas Kota
Manado
7.1.2 Untuk mencegah penularan covid-19, pemerintah membuat kebijakan
berupa PSBB dan aturan dalam pelayanan KIA. Karena hal tersebut
sehingga pelayanan kesehatan berubah pelayanannya ataupun ditutup
sementara demi mencegah penularan covid-19 tersebut. Ketika ibu
hamil dan ibu yang memiliki anak untuk diimunisasi tidak
mendapatkan edukasi yang cukup serta pengetahuan yang rendah
mengenai covid-19 serta tidak didukung oleh peran suami maupun
keluarga dalam keputusan melakukan kunjungan di fasilitas pelayanan
kesehatan selama pandemi tentunya sangat berpengaruh besar.
Sehingga karena hal-hal tersebut maka menimbulkan pengaruh yang
besar terhadap kunjungan ibu hamil K1 dan K4 serta layanan
imunisasi dasar lengkap sehingga dapat disimpulkan bahwa covid-19
memiliki dampak terhadap kunjungan ANC (K1 dan K4) dan
kunjungan layanan imunisasi dasar lengkap di 16 Puskesmas Kota
Manado.
73

7.2 Saran
Berdasarkan hasil penenlitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:

7.2.1 Pengembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran serta


untuk menambah referensi dan ilmu pengetahuan mengenai aspek-
aspek yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan kesehatan pada ibu dan anak (KIA). Sehingga
diharapkan bagi perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kondisi dari ibu dan anak agar mendapatkan
kesehatan yang berkualitas. Selain itu, untuk penetilian selanjutnya di
sarankan agar melakukan penelitian secara langsung kepada ibu hamil
maupun ibu yang memiliki anak pada usia imunisasi, dengan
menggunakan alat ukur yang lebih tepat.

7.2.2 Pengembangan Praktik Keperawatan

Dari penelitian ini diharapkan perawat anak, keperawatan komunitas


dapat memberikan tindakan intervensi yang sesuai terkait dengan
pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan kunjungan
pertama K1 dan kunjungan keempat K4 dan kunjungan layanan
imunisasi pada anak yang bertujuan untuk mengetahui keadaan ibu
dan janin secara teratur selama kehamilan berlangsung dan sekaligus
mendeteksi jika adanya penyimpangan dan mengindari penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh tidak diberikannya imunisasi secara
teratur. Selain itu untuk memberikan edukasi terkait masalah jika tidak
melakukan yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan, yaitu 1 kali
pada trimester satu, 1 kali pada trimester dua dan 2 kali pada trimester
tiga dan tidak melakukan imunisasi secara rutin sehingga dapat
74

mencegah timbulnya gangguan pada kondisi ibu, janin dan anak yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari keduanya.

7.2.3 Bagi petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan intervensi yang baik


dalam meningkatkan pemeriksaan kunjungan bagi ibu hamil dan juga
kunjungan layanan imunisasi pada anak difasilitas kesehatan, sehingga
dapat mengurangi angka mordibitas dan mortalitas dari ibu dan anak.
75

Daftar Pustaka

Ariestanti, Y., Widayati, T., & Sulistyowati, Y. (2020).


Determinan Perilaku Ibu Hamil Melakukan Pemeriksaan Kehamilan
(Antenatal Care) Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Bidang Ilmu
Kesehatan, 10(2), 203-216.\

Aritonang, J., Nugraeny, L., & Siregar, R. N. (2020).


Peningkatan Pemahaman Kesehatan pada Ibu hamil dalam Upaya
Pencegahan COVID-19. Jurnal Solma, 9(2), 261-269.

Abdullah, V. I. (2021). Tetap Sehat dan Bugar Selama Hamil


di Masa Pandemi Covid-19. Tetap Kreatif dan Inovatif di Era
Pandemi Covid-19, 1, 13.

Basith, Z. A., & Prameswari, G. N. (2020). Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. HIGEIA (Journal of Public
Health Research and Development), 4(1), 52-63.

Diharja, N. U., Syamsiah, S., & Choirunnisa, R. (2020).


Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Kunjungan Imunisasi Di
Posyandu Desa Tanjungwangi Kecamatan Cijambe Tahun
2020. Asian Research of Midwifery Basic Science Journal, 1(1), 152-
165.

Durankuş F, Aksu E. (2020). Effects of the Covid-19 Pandemic


On Anxiety and DepressiveSsymptoms In Pregnant Women: A
Preliminary Study. Matern Fetal Neonatal Med May, 1-7.

Edi, H. (2020). Buku-A Multidisciplinary Approach:


Pelayanan Obsgin dalam situasi Pandemi Covid-19 Tahun Terbit
2020.
76

Felicia, F. V., & Suarca, I. K. (2020). Pelayanan Imunisasi


Dasar pada Bayi di Bawah Usia 12 Bulan dan Faktor yang
Memengaruhi di RSUD Wangaya Kota Denpasar Selama Masa
Pandemi COVID-19. Sari Pediatri, 22(3), 139-45.

Harahap, D. R., & Utami, T. N. (2020). Persepsi Masyarakat


Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-
19 Di Kota Binjai. Jurnal Penelitian Kesehatan" Suara
Forikes"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 12(2).

Juwita, D. R. (2020). Makna Posyandu Sebagai Sarana


Pembelajaran Non Formal Di Masa Pandemic Covid 19. Meretas:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(1), 1-15.

Karo, M. B., Meilyana, E., Indrawati, L., & Peraten, A. M.


(2020). Edukasi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Pasca Pandemi
Covid-19 Memasuki Masa New Normal Dalam Peningkatan
Kesehatan Masyarakat. Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(2), 604-610.

Kemekes, RI. (2020). Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas


Pada Masa Pandemi COVID-19.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal,


Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan
Baru. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Nurhasanah, I. (2021). Pelayanan Imunisasi di Masa Pandemi


Covid-19: Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, 12(1), 104-108.

Purnamasari, S. A., & Setiyono, B. (2015). Persepsi


Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Sebelum dan
Setelah Pemekaran Kota Tangerang Selatan. Journal of Politic and
Government Studies, 4(3), 31-40.
77

Puspita, N. R., & Mustakim, M. (2021). Persepsi Pasien Dalam


Implementasi Pelayanan Kesehatan Pada Masa Pandemik COVID-19
di Wilayah Kota Bekasi Tahun 2020. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 17(1), 99-109.

Pradita, D., & Rahayuningsih, F. B. (2021, February).


Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Dampak Covid-19 Pada
Kehamilan di Desa Karang Duren Kecamatan Tangeran. In Prosiding
Seminar Nasional Stikes Syedza Saintika (Vol. 1, No. 1).

Patriawati, K. A. (2021). Imunisasi Bayi dan Anak pada Masa


Pandemi Covid-19.

Pratiwi, S., & Rahayuningsih, F. B. (2021). Gambaran


Kepuasan Ibu Hamil Tentang Pelayanan Antenatal Care Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Tasikmadu (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Qomar, U. L., Na’mah, L. U., & Yelvin, B. K. D. V. W.


(2021). Hubungan Paritas, Umur dan Usia Kehamilan Dengan Jarak
Kunjungan Antenatal Care Trimester III Di Masa Pandemi Covid-19
Di PMB Brida Kitty Dinarum VWY. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 16(2).

Rumengan, D. S., Umboh, J. M. L., & Kandou, G. D. (2015).


Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah
Kecamatan Mapanget Kota Manado. Jikmu, 5(2).

Rahmi, J., Romlah, S. N., Listiana, I., Handayani, P.,


Darmayanti, D., Arimurti, I. S., ... & Kasumawati, F. (2020).
Kesehatan Ibu Dan Anak Di Era Pandemi Corona Virus Disease
(Covid-19). JAM: Jurnal Abdi Mayarakat, 1(1)

Rofiasari, L., Noprianty, R., Yusita, I., Mulyani, Y., &


Suryanah, A. (2020). Assistance for Pregnant Women Class in
78

Providing Antenatal Care Motivation as an Effort to Improve


Maternal and Fetal Health in the Pandemic Covid-19. Jurnal Peduli
Masyarakat, 2(4), 197-204.

Refiani, D., Dewi, Y. I., & Utami, S. (2021). Gambaran


Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Antenatal Care saat Pandemi
Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota
Pekanbaru. Health Information: Jurnal Penelitian, 13(2).

Rumartiningsih Kriswiyani, R. (2021). Hubungan Tingkat


Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Dengan
Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Pada Masa Pandemi Covid-19
di Puskesmas Ngamiplan tahun 2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).

Syarifain, A., Rumayar, A. A., & Mandagi, C. K. (2017).


Hubungan Antara Pendidikan dan Pendapatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan oleh Pasien BPJS di Wilayah Kerja Puskesmas
Sario Kota Manado. Kesmas, 6(4).

Smaradhana, S., Iriani, Y., & Lestari, H. I. (2020). Dampak


Wabah Covid-19 Terhadap Angka Cakupan Imunisasi Dasar Di
Provinsi Sumatera Selatan (Doctoral dissertation, Sriwijaya
University).

Setyawan, A., & Purnomo, F. A. (2020, December). Sosialisasi


Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil dan Balita dalam Pemantauan
Secara Mandiri Pada Era Pandemik COVID-19 di Kelurahan Ngesrep
Semarang. In Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat
UNDIP 2020 (Vol. 1, No. 1)

Sulistyowati, N., & Trisnawati, Y. (2021). Tingkat Kecemasan


Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Kebidanan, 13(01), 96-103.
79

(World Health Organization (WHO) & United Nations


Children’s Fund (UNICEF) (2020) Pengetahuan Tentang Infeksi
Covid-19 Dalam Hubungannya Dengan Kesehatan Ibu dan Anak di
Masa Pandemi Covid-19

World Health Organization and The United Nations


International Children’s Fund. Immunization in the context of
COVID-19 pandemic: Frequently Asked Questions (FAQ). WHO. 16
April 2020.: https://apps.who.int/iris/handle/10665/331818
80
81

LEMBAR OBSERVASI

Sasaran Sasaran
Sasaran K1 MURNI 2019 Sasaran K1 MURNI 2020
Kelahiran Kelahiran
No Puskesmas Ibu Hamil Ibu Hamil
Hidup Hidup
2019 2020
2019 Abs % 2020 Abs %
1 TONGKAINA 108 109 45 41.66 46 30 41 89
2 BAILANG 220 196 91 41.36 220 191 184 84
3 TUMINTING 940 856 146 15.53 935 851 15 1.60
4 KOMBOS 476 442 404 84.87 476 437 89 18.70
5 WAWONASA 349 316 109 31.23 348 311 49 14.08
PANIKI
6
BAWAH 705 641 472 66.95 698 636 130 18.62
7 BENGKOL 189 152 40 21.16 244 221 48 19.67
8 RANOMUUT 630 580 204 32.38 624 575 106 16.99
TIKALA
9
BARU 624 560 110 17.63 618 555 139 22.49
9 WENANG 601 535 155 25.79 596 561 58 9.73
TELING
11
ATAS 513 464 149 29.04 496 459 126 25.40
RANOTANA
12
W 517 466 187 36.17 509 461 117 22.99
13 SARIO 415 380 124 29.88 426 388 5 1.17
14 BAHU 475 442 169 35.58 464 437 14 3.02
15 MINANGA 510 480 111 21.76 498 475 112 22.49
16 BUNAKEN 80 65 31 38.75 74 60 68 91.89
82

Sasaran
Sasaran K4 2019 Sasaran Sasaran K4 2020
Kelahiran
No Puskesmas Ibu Hamil Ibu Hamil Kelahiran
Hidup
2019 Abs 2020 Hidup 2020 Abs
2019 % %
1 TONGKAINA 108 109 102 94.44 46 30 77 167.39
2 BAILANG 220 196 233 105.91 220 191 139 63.18
3 TUMINTING 940 856 867 92.23 935 851 997 106.63
4 KOMBOS 476 442 515 108.19 476 437 480 100.84
5 WAWONASA 349 316 345 98.85 348 311 367 105.46
PANIKI
6 BAWAH 705 641 693 98.30 698 636 676 96.85
7 BENGKOL 189 152 181 95.77 244 221 219 89.75
8 RANOMUUT 630 580 573 90.95 624 575 454 72.76
TIKALA
9 BARU 624 560 490 78.53 618 555 446 72.17
83

9 WENANG 601 535 586 97.50 596 561 473 79.36


TELING
11 ATAS 513 464 510 99.42 496 459 363 73.19
RANOTANA
12 W 517 466 519 100.39 509 461 511 100.39
13 SARIO 415 380 434 104.58 426 388 402 94.37
14 BAHU 475 442 442 93.05 464 437 326 70.26
15 MINANGA 510 480 510 100.00 498 475 423 84.94
16 BUNAKEN 80 65 60 75.00 74 60 86 116.22

  IMUNISASI DASAR LENGKAP 2019       IMUNISASI DASAR LENGKAP 2020    


No
Puskesmas                        
L % P % JML % L % P % JML %
1 2                        
1 TONGKAINA 81 19.3 90 20.7 171 20.0 34 8.1 47 10.8 81 9.5
2 BAILANG 12 5.1 5 2.2 17 3.7 20 8.5 20 8.8 40 8.7
3 TUMINTING 19 11.9 28 17.3 47 14.6 3 1.9 0 0.0 3 0.9
4 KOMBOS 20 8.6 41 17.4 61 13.0 20 8.6 22 9.3 42 9.0
5 WAWONASA 50 13.9 43 12.4 93 13.2 11 3.1 15 4.3 26 3.7
PANIKI
6
BAWAH 21 8.9 18 7.5 39 8.2 7 3.0 6 2.5 13 2.7
7 BENGKOL 21 8.9 26 10.9 47 9.9 7 3.0 8 3.4 15 3.2
84

8 RANOMUUT 28 12.3 22 9.9 50 11.1 3 1.3 4 1.8 7 1.6


TIKALA
9
BARU 68 27.6 48 20.0 116 23.9 9 3.7 1 0.4 10 2.1
9 WENANG 31 9.6 40 12.2 71 10.9 28 8.6 26 7.9 54 8.3
TELING
11
ATAS 18 22.5 11 13.9 29 18.2 3 3.8 5 6.3 8 5.0
RANOTANA
12
W 3 2.8 10 9.4 13 6.1 9 8.4 8 7.5 17 8.0
13 SARIO 2 3.1 7 10.6 9 6.9 5 7.7 3 4.5 8 6.1
14 BAHU 23 8.4 27 10.0 50 9.2 4 1.5 7 2.6 11 2.0
15 MINANGA 15 7.5 21 10.8 36 9.1 18 9.0 13 6.7 31 7.9
16 BUNAKEN 6 12.2 15 28.8 21 20.8 8 16.3 2 3.8 10 9.9

Anda mungkin juga menyukai