Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Hipokalemi di RS Gunung Maria Tomohon

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan


Tahap Profesi Ners

Oleh
(Suwinglie G. Mondigir)
(21062098)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium dalam tubuh berada dibawah batas
normal. Hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan kalium dari tubuh, maupun karena
gerakan kalium ke dalam sel-sel. Hipokalemia jarang terjadi karena ketidakadekuatan
masukan kalium. Perubahan kadar kalium serum menunjukan perubahan pada kalium
ekstraselular. Perubahan kadar kalium tidak selalu menunjukan perubahan pada kadar total
tubuh. Hipokalemia ditandai dengan keletihan, kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau
kendur, mual, muntah, ileus, dan penurunan konsentrasi urine (poliuria). Selain itu, dapat juga
ditandai dengan penurunan bising usus karena kelemahan otot polos, nadi lemah dan tidak
teratur, dan penurunan tonus otot (Mima, M., dkk 2018).
Riskesdes 2018 menunjukkan prevelensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan
jika dibandingkan dengan Riskesdes 2018, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis,
diabetes mellitus, dan hipertensi. Prevelensi hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.
Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain
merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur dalam
hal ini beberapa penyakit diatas mempengaruhi penurunan terhadap kalium dan isa terjadi
hipokalemi. (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
Hipokalemia terjadi ketika kadar kalium yang beredar dalam darah lebih rendah dari
batas normal, yaitu di bawah 2,5 milimol per liter (mmol/L). Normalnya, kadar kalium dalam
darah adalah 3,6 hingga 5,2 milimol per liter (mmol/L). Kalium adalah salah satu zat yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh.  Hampir semua kalium (98 persen) terdapat di dalam sel tubuh
dan sisanya berada pada serum atau peredaran darah. Zat ini berperan sebagai elektrolit yang
berfungsi membawa sinyal listrik ke sel-sel tubuh termasuk sel otot dan saraf. Menurunnya
jumlah kalium dalam darah tentu dapat berakibat fatal. Dan dapat memeicu masalah kesehatan
yang leih serius. (Mima, M., dkk 2018).
Kebanyakan orang Amerika mengonsumsi terlalu sedikit kalium, jauh di bawah
kebutuhan gizi yang dianjurkan saat ini dari data yang didapatkan orang Amerika cenderung
kurang memperhatikan mengonsumsi makanan dan memperhatikan kandungan yang tersaji
dalam makanan yang dikonsumsi dikarenakan banyaknya makanan cepat saji yang tersedia
leih cepat dan instan dan tidak membutuhkan waktu yang lama, dikarenekan mobilitas dan
waktu kerja di Amerika yang sangat produktif maka dari itu Asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah sebaliknya asupan tinggi kalium akan
mengakibatkan penurunan tekanan darah.( WHO, 2018)
Angka kejadian hipokalemia di Indonesia berkisar antara 24- 36,36 % pada pasien saat
masuk rumah sakit . Penelitian yang dilakukan di kabupaten Sukoharjo oleh Widyaningruma
menunjukkan bahwa asupan kalium subjek sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu
sebanyak 57,5% . Penelitian di Cikarang Barat menunjukkan kejadian hipertensi lebih banyak
diderita oleh responden yang asupan kaliumnya rendah (51,7%) dari pada responden yang
asupan kaliumnya tinggi (17,4%) (15). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2018,
prevalensi hipertensi di Indonesia 26,5%, untuk Sulawesi Utara adalah 21,7%. Hipokalemi
dapat terjadi karena ada penyakit yang memyeakan turunya kalium dalam tubuh di bawah 2,5
milimol per liter (mmol/L ( Riskesdas, 2018).
Dari data-data yang di dapatkan di atas maka penulis tertarik untuk memahami dan lebih
mendalami kasus Hipokalemi sebagai tindak lanjutan KIAN (karya ilmiah akhir ners),
sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Hipokalemi di RS Gunung
Maria Tomohon

1.2. RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hipokalemi di RS Gunung Maria
Tomohon?

1.3. TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipokalemi di RS Gunung
Maria Tomohon
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis gambaran kasus pada klien dengan Hipokalemi di di RS Gunung Maria
Tomohon
b. Menganalisis asuhan keperawatan pada klien dengan Hipokalemi di di RS Gunung
Maria Tomohon
c. Menganalisis praktek pengelolaan terhadap kasus yang ditentukan
1.4. MANFAAT
1.4.1 TEORITIS
Hasil dari Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan mampu memperluas ilmu di bidang
keperawatan dalam mencari dan mengelolah asuhan keperawatan medical pada klien dengan
riwayat penyakit Hipokalemia. Hasil ini juga dapat menjadi referensi untuk penelitian atau karya
ilmiah selanjutnya.
1.4.2 PRAKTIS
a. Bagi Peneliti
Hasil dari kasus ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat
dari pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pad pasien hipokalemi
serta dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan khususnya bagaimana merawat
pasien hipokalemi
b. Bagi Tempat Penelitian
Hasil dari kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya menambah
referensi perpustakaan sebagai acuan yang akan datang.
c. Bagi Pasien
Dapat menambah ilmu pengetahuan pasien dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari
d. bagi Institusi pendidikan
hasil studi ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan oleh
mahasiswa perawat dalam intervensi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan pendahuluan
A. Pengertian
Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium dalam tubuh berada dibawah batas
normal. Hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan kalium dari tubuh, maupun karena
gerakan kalium ke dalam sel-sel. Hipokalemia jarang terjadi karena ketidakadekuatan
masukan kalium. Perubahan kadar kalium serum menunjukan perubahan pada kalium
ekstraselular. Perubahan kadar kalium tidak selalu menunjukan perubahan pada kadar total
tubuh. Hipokalemia ditandai dengan keletihan, kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau
kendur, mual, muntah, ileus, dan penurunan konsentrasi urine (poliuria). Selain itu, dapat
juga ditandai dengan penurunan bising usus karena kelemahan otot polos, nadi lemah dan
tidak teratur, dan penurunan tonus otot (Mima, M., dkk 2018).
B. Anatomi dan Fisiologi
a. Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
Bagian luar yangs empit/vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi.
Bibir Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam di tutupi oleh selaput
lendir (mukosa). Otot orbikularisoris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat dan
depan oris menekan ujung mulut.
1. Pipi Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang terdapat
pada pipi adalah otot buksinator.
2. Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya
oleh tulang maksilaris palatum dan mandi bularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
3. Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang terdiri dari 2 palatum.
Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung
yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir
b. Lidah

Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan kesegala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu: Radiks Lingua =
pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua + ujung lidah.
Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah
(dorsumlingua) terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf pengecap.
Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-
kira ditengah-tengah, jika tidak di gerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c. Kelenjar Ludah

Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan duktus
stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar sub
maksilaris) yang terdapat dibawah tulang rahang atas bagianht,enkgelaenja
ludah bawahh lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depandi
bawah lidah. Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah
lidah di sebut koron kula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah
(saliva).
d. Otot Lidah

Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid dan
prosesus steloid). menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan
otot instrinsik yang terdapat pada lidah. Mgenioglosus merupakan otot lidah
yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai
radiks lingua.
e. Faring (tekak)

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerong kongan


(esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandeul) kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit.
f. Esofagus

Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dadadekat dengan kolum


navebtralis, di belakaang datrak Esofagus melengkung ke depan,menembus
diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus kedalam lambung
adalah kardia.
g. Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus utebri berhubungan
dengan esofagusmelalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma didepan
pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus uteri.
h. Intestinum minor (usushalus)
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan
berakhir pada seikum, panjang+6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari:
i. Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisankotot melingkar
(m.sirkuler)
ii. otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah
luar).
i. Intestinium Mayor (Usus besar)
Panjang ±1, 5 meterlebayrn a5–6cm.Lapisan–lapisan usus besardari dalam
keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisanotot memanjang, dan jaringan
ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
j. Rektum dan Anus
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
C. Etiologi
Wilson (2006) dalam(Price & Wilson, 2019) penyebab hipokalemia meliputi:
1. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh.
2. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan
hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide).
Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik
tertentu.
3. Ginjal disfungsi, ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatukondisi
yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akanmengeluarkan terlalu
banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan
Amfoterisin B.
4. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau
berkeringat.
5. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat),
aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit
D. Tanda Dan Gejala
1. CNS dan neuromuscular, lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang
dan lemas.
2. Pernapasan; otot-otot pernapasa lemah, napas dangkal.
3. Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual muntah.
4. Kardiovaskuler, hipotensi postural postural, distrimia, perubahan pada EKG.
5. Ginjal; poliuria, nokturia. (Price & Wilson, 2019)
E. Patofisiologi & Patoflow
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % darisimpanan
tubuh (3000-4000 mEq) berada di dalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq)
terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serumnormal adalah 3,5-5,5
mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalamsel yang sekitar 160 mEq/L.
Kalium merupakan bagian terbesar dari zatterlarut intrasel, sehingga berperan penting
dalam menahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF,
meskipun hanyamerupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh
dalam fungsi neuromuscular.Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan
ECF dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat di membran sel.Rasio
kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensialmembran sel pada
jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung danotot rangka. Potensial membran
istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf
dan otot yang normal. Kadarkalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di
dalam sel, sehinggasedikit perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio
kaliumsecara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah besar
yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.Salah satu akibat dari hal ini adalah
efek toksik dari hiperkalemia berat yang dapat dikurangi kegawatannya dengan
menginduksi pemindahankalium dari ECF ke ICF. Selain berperan penting dalam
mempertahankanfungsi nueromuskular yang normal, kalium adalah suatu faktor yang
penting dalam sejumlah proses metabolik. Homeostasis kalium tubuhdipengaruhi oleh
distribusi kalium antara ECF dan ICF,juga keseimbanganantara asupan dan
pengeluaran.Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan pentingdalam
pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabelasam-basa. Pada
orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalahsekitar 50-100 mEq. Sehabis
makan, semua kalium diabsorpsi akan masukkedalam sel dalam beberapa menit,
setelah itu ekskresi kalium yang terutamaterjadi melalui ginjal akan berlangsung
beberapa jam. Sebagian kecil (lebihkecil dari 20%) akan diekskresikan melalui
keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium ke dalam sel setelah makan sampai
terjadinya ekskresikalium melalui ginjal merupakan rangkaian mekanisme yang
penting untukmencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi kalium melalui
ginjaldipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju pengeluaranurine.
Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapaitubulus distal dan
peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan bilakadarnya menurun.
Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan direabsorpsi pada
tubulus proksimal. Aldosteron yang meningkat menyebabkanlebih banyak kalium yang
terekskresi kedalam tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+.
Kalium yang terekskresi akandiekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus
distal juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan jumlah cairan
yangterbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresikalium.
Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhidistribusi kalium antara
ECF dan ICF. Asidosis cenderung untukmemindahkan kalium keluar dari sel,
sedangkan alkalosis cenderungmemindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini
akan meningkat jikaterjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada
alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon juga berpengaruh terhadap
pemindahan kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang
perpindahan kalium ke dalam sel. Sebaliknya, agonis alfa-adrenergikmenghambat
masuknya kalium kedalam sel. Hal ini berperan penting dalamklinik untuk menangani
ketoasidosis diabetik (Price & Wilson, edisi 6 2019)
PATHWAY

Konsumsi Obat obatan Disfungsi Kehilangan cairan


alkohol dieuretik ginjal berlebihan

Gangguan asam basa


dalam tubuh

Proses alkalosis
tergganggu

Penurunan kalium

Perpindahan kalium
hipokalemia kedalam sel

Periodik paralisis Mual muntah,


hipokalemia anoreksia

Nyeri dan kram otot

Asupan makanan
menurun

Sering merasa
lelah
Resiko
ketidakseimbangan
Kelemahan otot
elektrolit
GANGGUAN
RASA NYAMAN
Refleks tendon
menurun

INTOLERANSI
AKTIVITAS
F. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :


Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan
kelumpuhan. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam
pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu
banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.
Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu :

1. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan


hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis.
2. leus paralitik.

3. Kelemahan otot sampai kuadriplegia. Hipotensi ortostatik.

4. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal.


Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
5. PH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.

6. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L


G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium.

a. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L. Klorida serum : sering
turun, kurang dari 98 mEq/L.
b. Glukosa serum : agak tinggi.

c. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.

d. Osmolalitas urine : menurun


e. GDA: pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis

Pengobatan yang paling penting dalam hipokalemia berat adalah menangani


penyebabnya, seperti memperbaiki diet, mengobati diare. Pasien tanpa sumber yang
signifikan kehilangan kalium dan yang tidak menunjukkan gejala hipokalemia
mungkin tidak memerlukan pengobatan.
1. Hipokalemia ringan (> 3,0 mEq / L) dapat diobati dengan lisan suplemen
kalium klorida (Klor-Con, Sando-K, Lambat-K). Karena ini sering menjadi
bagian dari asupan gizi yang buruk, makanan yang mengandung kalium
mungkin disarankan, seperti sayuran berdaun hijau, tomat, buah jeruk, jeruk
atau pisang. Kedua suplemen makanan dan farmasi yang digunakan untuk
orang yang memakai obat diuretik.
2. Hipokalemia berat (<3,0 mEq / L) mungkin memerlukan intravena (IV)
suplementasi. Biasanya, digunakan larutan garam, dengan 20-40 mEq KCl per liter
selama 3-4 jam. Pemberian kalium IV di tingkat lebih cepat (20-25mEq / jam) dapat
predisposisi tachycardias ventrikel dan membutuhkan pemantauan intensif. Tingkat
umumnya aman adalah 10 mEq / jam. Bahkan di hipokalemia parah, suplementasi
oral lebih disukai diberikan profil keamanannya. Formulasi rilis berkelanjutan harus
dihindari dalam pengaturan akut. Kasus-kasus sulit atau resisten dari hipokalemia
mungkin dapat digunakan untuk diuretik hemat kalium, seperti amilorid, triamterene,
atau spironolactone atau eplerenone
2.2 Asuhan keperawatan teoritis
Asuhan keperawatan teoritis meliputi pengkajian, pemeriksaan fisik, penentuan diagnose
keperawatan danintervensi keperawatan.
Pengkajian asuhan keperawatan dimulai dengan identitas pasien meliputi nama, umur,
jenis kelamin, alamat, pendidikan, alamat, agama dan bangsa. Selanjutnya dikaji juga
penanggungjawab pasien berapa nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, alamat,
agama dan bangsa serta hubungan dengan pasien. Terdapat pengkajian primer yang meliputi
airway, breathing, circulation, disability, eksposure. Pengkajian asuhan keperawatan juga
memiliki data dasar pengkajian meliputi aktivitas/istirahat, sirkulasi,intergritas ego,
eliminasi, makanan/cairan, Neurosensori, nyeri/ketidaknyamanan, pernapasan serta
keamanan.
Pemeriksaan fisik adalah untuk melihan apakah ada trauma pada tubuh pasien seperti
jejas, edama dan lain-lain. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik bisa dilanjutkan dengan
pemeriksan penunjang, dimana dilakukan pemeriksaan laboratorium awal dan dilanjutkan
pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaa darah lengkap, ureum, kreatinin, gula
darah, elektrolit, urinalisis serta peemeriksaan pada kecurigaan hipertensi sekunder (aktivitas
renin plasma, aldosteron, catecholamine). Adapun pemeriksaan penunjang yaitu emeriksaan
Elektrokardiografi dan foto polos thoraks. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi USG
ginjal, CT-scan atau MRI otak.
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual dan resiko tinggi. Label
diagnose keperawatan memberikan format untuk mengekspresikan bagian identifikasi
masalah dari proses keperawatan (Doenges & MF, 2014). Penulisan diagnosa mengikuti
SDKI (2016)
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
3. Gannguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit hipokalemia
4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d perubahan kadar serum elektrolit
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan adalah beberapa
kategori yaitu mandiri ( dilakukan oleh perawat) dan kolaborasi dilakukan beberapa petugas
Kesehatan seperti dokter dan perawat (Doenges & MF, 2014)
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : hal yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan: berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan/diperlukan.melaporkan peningkatan dalam toleransi aktvitas yang dapat
diukur. Menunjukan penurunan dalam tandatanda intoleransi fisiologis.
Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per
menit diatas frekuensi istirahat. Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam
mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas.
2. Instruksi pasien tentang Teknik penghemat energi. Rasional : Teknik menghemat
energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan dari bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhhan. Rasional : Kemajemukan aktivitas
bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
sebatas kkebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan.
Tujuan: Hasil yang diharapakan/evaluasi keriteria pasien akan: menyatakan pemahaman
tentang proses penyakit dan regimen pengobatan. Mengidentifikasi efek samping obat
dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
Intervensi :
1. kaji kesimpulan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekta.
Rasional :Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang
sudah lama dinikmati mempengaruhai minat pasien/orang terdekta untuk mempelajari
penyakit, dan
2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardeovaskular yang
dapat diubah. Rasional : Faktor- factor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjalognosis.
3. Atasi masa lah dengan pasien utnuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya
hidup yang tepat dapat dibuat utnuk mengurangi fatrofaktor diatas. Rasional : Factor-
faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memeprburuk gejala
.
Implementasi Keperawatan Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan
suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku
keperawatan yaitu tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
2.3 PENELITIAN TERKAIT
No Penulis Tempat Tahun Tujuan Desain/Metode Populasi/ Hasil Manfaat dan/
statistik test Sampling atau Limitasi
Sampel dari Penelitian
1 Tulungnen, Kecamatan 2019 Melihat Dalam penelitian Sampel yang Hasil Penelitian: Mengetahui
R. S. T. S., Bolangitang hubungan ini bersifat diambil Remaja yang kadar kalium
Sapulete, I. Barat antara obsrervasi analitik sebanyak 60 memiliki kadar pada remaja 12-
M., & Kabupaten hipokalem dengan desain orang yang kalium normal 52 24 tahun
Pangemanan Bolaang ki dan potong lintang memenuhi orang dan kadar
, D. H. Mongondow kalium (cross sectional) kriteria inklusi kalium tinggi 8
Utara yaitu berusia orang.
12-24 tahun
2 Pasamboan, RSUD 2020 Mengetah Penelitian ini Sampel yang Hasil Penelitian Manfaat dari
D. E. (2020) Cileungsi, ui menggunakan digunakan menunjukkan bahwa penelitian ini
Kabupaten hubungan rancangan pasien di di IGD RSUD mengtahui
Bogor, Jawa antara penelitian cross- RSUD Cileungsi periode adanya huungan
Barat hiponatre sectional Cileungsi 33 Januari 2020 sampai antara
mi, pasien TBI, Desember 2018, dari hipokalemi,
hipokalem hipokalemia 33 pasien TBI, hiponatremi dan
ia dan hipokalemia adalah hipoklorinemia
hipoklorin gangguan elektrolit pasien
emia yang paling banyak Traumatic Brain
pasien ditemukan (42,4%). Injury (TBI)
Traumatic Hiponatremia
Brain ditemukan pada 2
Injury pasien dan
(TBI) hipoklorinemia pada
3 pasien
3 Wardana, IE Puskesmas 2020 Untuk Penelitian Informan Pasien tidak Manfaat dari
Sriatmi, A Purwoyoso mengetah kuaIitatif dengan triangulasi melakukan penelitia ini
Kusumastuti kota ui pendekatan yaitu kepal pemeriksaan di yaitu akibat
,W Semarang penatalaks deskriptif. puskesmas dan puskesmas karena jarak yang jauh
anaan Penentuan Subjek 4 orang terkendala jarak dari dengan
hipokalem penelitian penderita rumah ke puskesmas pelayanan
i dengan menggunakan hipokalemi yang jauh, Edukasi kesehata
hipertensi purposive dengan sebagai indikator sehingga
sampling hipertensi. Intervensi pola hidup masyarakat
Pengumpulan tidak dapat diberikan kurang
data melalui secara optimal memeriksakan
wawancara kepada pasien, kesehatnya
mendalam dan dikarenakan
observasi. meskipun puskesmas
sudah melakukan
edukasi melalui
kegiatan
kemasyarakatan
seperti arisan dan
dawis namun warga
yang memiliki
riwayat hipertensi
dan beresiko terkena
hipokalemi tidak
hadir meskipun sudah
diberitahu oleh kader
bahwa akan diadakan
edukasi.
4 Sungkono, Fakultas 2021 Penelitian Metodeh study Study kasus ini menggambarkan Penerapan
S., Adam, Ilmu ini kasus menyajikan manajemen intervensi
A., & Keperawata, merupaka pada pasien keperawatan pada keperawatan
Herawati, T. Universitas n studi yang mengidap pasien hipokalemia manajemen
(2021 Indonesia kasus hipokalemi pasca operasi keseimbangan
yang pasca operasi coronary artery elektrolit
bertujuan Corronary bypass graf (kalium) dapat
menggam Artery mencegah
barkan terjadinya
manajeme aritmia pasca
n bedah coronary
keperawat artery bypass
an pada graft dan dapat
pasien meningkatkan
hipokalem outcomes pasien
ia pasca
operasi i
5 Maggie Universitas 2018 Penelitian Metode studi Study kasus Mengetahui tata dan Penerapan
Nathania Pelita ini kasus tentang laksana hipokalemi diagmosis
Harapan, merupaka mempelajari dan diagnosis hipokalemi dan
Indonesia n studi tata dan tata serta
kasus laksana laksana
yang Hipokalemia
bertujuan
menggam
arkan tata
dan
laksana
Hipokale
mia

Anda mungkin juga menyukai