Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Pertama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kebesaran dan berkat yang diberikan beliau, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini memuat tentang “Penyakit Gonore” yang pastinya penting bagi orang
yang sudah menikah. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu guru selaku guru
Ilmu Kesehatan Masyarakat di SMK GANDHI USADA BALI. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Gonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang sering
terjadi dan merupakan tantangan kesehatan umum yang dijumpai saat ini. Meskipun
gonore telah diketahui menginfeksi manusia sejak lama, akan tetapi masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat baik di negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang. Angka kejadian infeksi gonore tinggi pada kelompok berisiko tinggi
seperti wanita penjaja seks (WPS), akan berpengaruh pada penularan ke masyarakat
yang lebih luas dan meningkatkan risiko penularan infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Pada beberapa negara tingginya angka kejadian gonore dikaitkan pula
dengan terdapatnya resistensi pengobatan terhadap infeksi ini. Kepekaan terhadap
pengobatan yang semakin menurun akan menyebabkan angka kesembuhan menurun,
pengobatan yang tidak tuntas, angka kekambuhan yang semakin meningkat dan
angka penularan yang semakin tinggi.
Gonore disebabkan oleh bakteri neisserria gonorrhoeae yaitu suatu bakteri
diplokokus gram negatif yang bersifat fakultatif anaerob yang ditandai khas adanya
duh tubuh uretra atau serviks mukopurulen. Gonore merupakan infeksi tersering
kedua di Amerika Serikat yaitu sekitar lebih dari 333.004 kasus dilaporkan pada
tahun 2013. Center for disease control and prevention (CDC) memperkirakan sekitar
820.000 kasus gonore muncul setiap tahunnya di AS (CDC, 2015). Terjadi penurunan
angka infeksi gonore dari 106,7 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2012 menjadi
106,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2013, namun selama periode 2009 hingga
2013 angka infeksi meningkat sekitar 8,2%.
terapi dan era post kuinolon ditandai dengan penggunaan sefalosorin generasi ketiga
3
sebagai pilihan (Latel dkk, 2011). Menurut European Gonococcal Antimicrobial
Survelillance Programme (Euro-GASP) didapatkan peningkatan angka resistensi
terhadap sefiksim yang meningkat menjadi 7,6 % dari 5,1 % pada isolat yang
dideteksi pada tahun 2009. Sepuluh isolat didapatkan resisten terhadap seftriakson
pada tahun 2011, tujuh diantaranya juga resisten terhadap sefiksim. Angka resistensi
terhadap pengobatan siprofloksasin adalah 48,7 % dan asitromisin didapatkan 5,3 %
(Michelle dkk., 2014). Penelitian mengenai uji kepekaan terhadap sefiksim pada
wanita penjaja seks di Surabaya didapatkan 3 dari 12 isolat resisten terhadap sefiksim
dan 9 dari 12 isolat (75 %) sensitif terhadap sefiksim. Beberapa faktor yang
menyebabkan peningkatan resistensi antibiotika antara lain akibat pengobatan sendiri
oleh penderita, adanya reinfeksi, penggunaan antibiotika yang tidak rasional, infeksi
gonore pada heterokseksual, usia lebih dari 25 tahun, dan koinfeksi gonore dengan
klamidia (Cole dkk, 2014).
Metode untuk tes suseptibilitas dapat dikerjakan dengan berbagai teknik.
Metode yang sering digunakan adalah menggunakan cakram difusi dan agar dilusi
menurut kriteria Clinical Laboratory Standard Institute yang pertama kali dijabarkan
oleh Bauer dkk dan merupakan modifikasi dari National Commitee for Clinical
Laboratory Standards (NCLLS) dan yang paling terbaru adalah penggunaan Etest.
Etest merupakan modifikasi dari cakram difusi dan agar dilusi dengan menggunakan
strip antibiotika dan dapat mengetahui minimal inhibitory concentration (MIC).
Penggunaan cakram difusi dengan metode CLSI merupakan suatu teknik yang dapat
dikerjakan pada negara dengan keterbatasan fasilitas laboratorium, lebih murah dan
dapat mudah diaplikasikan untuk mengetahui nilai zona hambat suatu
antibiotika(Vikram, 2012).
4
Kasus/Masalah
1. Apa yang disetujui dengan Gonore?
2. Apa arti Penyakit Gonorrehoeae juga penyebabnya ?
3. Apa hubungan antara Imunologi dengan Gonorrehoeae?
4. Bagaimana tanda dan Gejala gonore?
5. Bagaimana masa inkubasi dan Diagnosa Gonore?
6. Bagaimana cara mencegah dan penanggulangan penyakit gonore?
Tinjauan Pustaka
Penyakit Gonnorhoeae merupakan penyebab penyakit gonore atau di kenal di
masyarakt dengan Kencing nanah.
1. morfologi
gonorrhoeae atau gonokokus merupakan
kuman bentuk ginjal berdiameter 0,8 mikron.
Diplokokus, tidak bergerak secara aktif, dan tidak
berspora. Strain virulen, terutama mempunyai pili
di permukaannya. Gonokokus mempunyai
beberapa jenis plasmid, contohnya pembawa gen
resisten pada pembuatan beta-laktamase dan
penisilinase.
2. Struktur
Berturut-turut dari luar ke dalam ada kapsul, membrana luar (pitus, peptidoglikan,
protein I dan II, lipopolisakarida), membrana sitoplasma,
sitoplasma dan inti sel 2 Patogenesis
Infeksi primer terjadi epitel silindris dari uretra, duktus periuretralis, dan beberapa
kelenjar disekitarnya dengan menempelkan pili pada permukaan sel epitel atau
mukosa. Kuman yang mencapai jaringan ikat dibawah jaringan epitel menimbulkan
reaksi radang berupa infiltrasi leukosit polimorfonuklear yang menimbulkan adanya
eksudat dan bila menyumbat saluran atau kelenjar akan terbentuk kista retensi dan
abses.
Penyebaran ke organ lain sering lewat saluran getah bening.
a. Definisi gonore
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2015), gonore
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang dapat menginfeksi baik pria dan wanita yang
mengakibatkan infeksi pada alat kelamin, rektum dan tenggorokan.
b. Klasifikasi gonore
Centers for Disease Control and Prevention (2015) mengklasifikasikan
gonore menjadi 4 golongan yaitu:
1) Infeksi gonokokal non komplikasi/ Uncomplicated Gonococcal Infections.
Infeksi gonokokal yang termasuk dalam golongan ini adalah infeksi
gonokokal urogenital (serviks, uretra dan rektum), faring dan gonokokal
konjungtivitis.
2) Infeksi gonokokal diseminasi/ Disseminated Gonococcal Infections.
Infeksi gonokokal diseminasi ditandai dengan munculnya lesi pada
kulit, arthritis dan seringkali komplikasi perihepatitis, endokarditis dan
meningitis. Contoh infeksi gonokokal diseminas
3) Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infections Among Neonates.
Infeksi gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang
terinfeksi dikarenakan dapat mengakibatkan ophtalmia neonatorum/ infeksi
konjungtivitis pada bayi baru lahir sehingga terjadi kebutaan pada bayi baru
lahir. Infeksi gonokokal pada neonatus terdiri dari ophtalmia neonatorum
dan gonococcal scalp abscesses
5
c. Etiologi dan morfologi
Infeksi gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri
Neisseria gonorrhoeae bersifat gram negatif, yang terlihat di luar atau di dalam
sel polimorfonuklear (leukosit), tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39° C dan tidak tahan terhadap
zat desinfektan (Jawas & Murtiastutik, 2008).
d. Faktor resiko
Manhart et al. (2004) dalam penelitiannya menjelaskan beberapa faktor
resiko penularan infeksi gonore antara lain:
1) Usia muda (18-39 tahun)
2) Berganti-ganti pasangan seksual
3) Homoseksual
4) Status sosial ekonomi yang rendah
5) Mobilitas penduduk yang tinggi
6) Tidak menggunakan kondom
7) Seks anal
8) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
e. Gejala klinik
Irianto (2014) menjelaskan bahwa gejala infeksi gonore mungkin muncul
1 sampai 14 hari setelah terpapar, meskipun ada kemungkinan untuk terinfeksi
gonore tetapi tidak memiliki gejala. Pada wanita, muncul cairan vagina yang
banyak dengan warna kuning atau kehijauan dengan bau yang menyengat. Pada
pria, muncul cairan putih atau kuning (nanah) keluar dari penis. Pada umumnya
penderita juga akan mengalami sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil
dan cairan yang keluar dari penis.
f. Diagnosis
Kementerian Kesehatan RI (2011)b memberikan pedoman tentang tata
cara melakukan diagnosis gonore yang terdiri dari:
1) Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau paramedis dengan
menanyakan beberapa informasi terkait penyakit kepada pasien untuk
membantu menentukan faktor resiko pasien, menegakkan diagnosis
sebelum melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di daerah sekitar genital pria atau wanita
dengan bantuan lampu sorot yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada wanita dan pria memiliki perbedaan
seperti:
a) Pasien wanita, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dengan
posisi litotomi. Pemeriksaan dilakukan dengan memisahkan kedua labia
dan diperhatikan adanya tanda kemerahan, pembengkakan, luka/ lecet,
massa atau duh tubuh vagina (cairan yang keluar dari dalam vagina,
b) Pasien pria, diperiksa dengan posisi duduk/ berdiri. Pemeriksaan
dilakukan dengan melihat pada daerah penis adanya tanda kemerahan,
luka/ lecet, duh tubuh uretra (cairan yang keluar dari uretra, bukan darah
dan bukan air seni) dan lesi lain. Pada pasien pria sebelum dilakukan
pemeriksaan diharapkan untuk tidak berkemih selama 1 jam (3 jam lebih
baik)
6
Tanda dan Gejala
2-7 hari setelah cedera. Mulanya penderita tidak enak di uretra, beberapa jam
kemudian diikuti oleh kompilasi berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita
sering berkemih dan memakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk
kompilasi penyakit ini menyebar ke bagian atas uretra.
Lubang penis tampak merah dan membengkak.Pada penderita wanita, gejala awal bisa
timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita wanita menyetujui tidak
menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita
penyakit ini hanya setelah mitra seksinya tertular. Jika timbul gejala, biasanya
berbahaya. Hanya beberapa yang menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan
untuk berkemih, nyeri kompilasi berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan
demam.Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra
dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri kompilasi melakukan
hubungan seksual. Nanah yang keluar dapat berbicara dari leher rahim, uretra atau
kontribusi di sekitar lubang vagina. Wanita dan pria yang melakukan hubungan seksual
melalui lubang dubur bisa menderita gonore pada rektumnya.Penderita makan tidak
nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus
tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pria, gejala
awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah konflik.
Tanda dan Gejala Lain :
Gejala pada wanita
Pada wanita, gejala awal kadang-kadang sangat ringan hingga keliru dengan infeksi
kandung kemih atau
infeksi vagina.
Ilustrasi dapat diterbitkan:
ü Sering buang air kecil dan sakit
ü gatal, gatal, nyeri, sakit dan terjadi pendarahan
ü Cairan vagina abnormal
ü Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan seks atau antara
periode haid
ü Alat kelamin terasa gatal
ü Perdarahan tidak dapat dihaid
ü Perut bagian bawah terasa sakit
ü Perdarahan tidak dapat dihaid