Anda di halaman 1dari 9

Makalah Penyakit Gonore/Penyakit Menular Seksual

Disusun oleh :

1. Ayu Ermilinda To (01)


2. Desak Made Seri Hendra Yanti (02)
3. Dewa Ayu Putu Diah Cahyani (03)
4. I Gusti Agung Ayu Kade Gita Pradnya Wati (04)
5. I Gusti Agung Bagus Adi Jayadiningrat (05)

SMK GANDHI USADA BALI


KELAS 10 JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Pertama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kebesaran dan berkat yang diberikan beliau, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Makalah ini memuat tentang “Penyakit Gonore” yang pastinya penting bagi orang
yang sudah menikah. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu guru selaku guru
Ilmu Kesehatan Masyarakat di SMK GANDHI USADA BALI. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Minggu, 24 Januari 2021

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Gonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang sering
terjadi dan merupakan tantangan kesehatan umum yang dijumpai saat ini. Meskipun
gonore telah diketahui menginfeksi manusia sejak lama, akan tetapi masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat baik di negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang. Angka kejadian infeksi gonore tinggi pada kelompok berisiko tinggi
seperti wanita penjaja seks (WPS), akan berpengaruh pada penularan ke masyarakat
yang lebih luas dan meningkatkan risiko penularan infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Pada beberapa negara tingginya angka kejadian gonore dikaitkan pula
dengan terdapatnya resistensi pengobatan terhadap infeksi ini. Kepekaan terhadap
pengobatan yang semakin menurun akan menyebabkan angka kesembuhan menurun,
pengobatan yang tidak tuntas, angka kekambuhan yang semakin meningkat dan
angka penularan yang semakin tinggi.
Gonore disebabkan oleh bakteri neisserria gonorrhoeae yaitu suatu bakteri
diplokokus gram negatif yang bersifat fakultatif anaerob yang ditandai khas adanya
duh tubuh uretra atau serviks mukopurulen. Gonore merupakan infeksi tersering
kedua di Amerika Serikat yaitu sekitar lebih dari 333.004 kasus dilaporkan pada
tahun 2013. Center for disease control and prevention (CDC) memperkirakan sekitar
820.000 kasus gonore muncul setiap tahunnya di AS (CDC, 2015). Terjadi penurunan
angka infeksi gonore dari 106,7 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2012 menjadi
106,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2013, namun selama periode 2009 hingga
2013 angka infeksi meningkat sekitar 8,2%.

Prevalensi gonore berdasarkan


data dari Survei Terpadu Biologis Perilaku (STBP) pada tahun 2013 di beberapa kota
di Indonesia, dilaporkan mengalami peningkatan pada pria berisiko tinggi dari 0,7%
pada tahun 2009 menjadi 8,5% pada tahun 2013, dan pada laki-laki yang
berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL) juga terjadi peningkatan dari sekitar
17% pada tahun 2009 menjadi 21,2% pada tahun 2013. Prevalensi infeksi gonore
pada WPS langsung di Indonesia menurut STBP pada tahun 2013 adalah sebesar 32,2
% dan 34,8 % pada tahun 2009. Prevalensi infeksi gonore pada WPS tidak langsung
adalah sebesar 17,7 % pada tahun 2013 dan 17,7 % pada tahun 2009. Prevalensi
infeksi gonore pada WPS di Denpasar menurun dari 60,5 % pada tahun 1997 menjadi
22 % pada tahun 2010 (STBP, 2013). Berdasarkan register pasien yang berkunjung
ke poliklinik Kulit dan Kelamin sub divisi IMS Rumah Sakit Umum Sanglah
Denpasar pada tahun 2015 terdapat 39 kasus gonore.
Masih tingginya angka prevalensi gonore erat kaitannya dengan terjadinya
resistensi terhadap pengobatan infeksi gonore. Infeksi gonore umumnya diobati
dengan antibiotika dosis tunggal yang dapat memberikan kesembuhan lebih dari 95%
kasus. Kecenderungan resistensi terhadap N. gonorrhoeae diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu era pra kuinolon, era kuinolon, dan era paska kuinolon. Era pra kuinolon
ditandai dengan pemakaian sulfonamid, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan
penisilin. Era kuinolon ditandai dengan penggunaan turunan kuinolon sebagai pilihan

terapi dan era post kuinolon ditandai dengan penggunaan sefalosorin generasi ketiga
3
sebagai pilihan (Latel dkk, 2011). Menurut European Gonococcal Antimicrobial
Survelillance Programme (Euro-GASP) didapatkan peningkatan angka resistensi
terhadap sefiksim yang meningkat menjadi 7,6 % dari 5,1 % pada isolat yang
dideteksi pada tahun 2009. Sepuluh isolat didapatkan resisten terhadap seftriakson
pada tahun 2011, tujuh diantaranya juga resisten terhadap sefiksim. Angka resistensi
terhadap pengobatan siprofloksasin adalah 48,7 % dan asitromisin didapatkan 5,3 %
(Michelle dkk., 2014). Penelitian mengenai uji kepekaan terhadap sefiksim pada
wanita penjaja seks di Surabaya didapatkan 3 dari 12 isolat resisten terhadap sefiksim
dan 9 dari 12 isolat (75 %) sensitif terhadap sefiksim. Beberapa faktor yang
menyebabkan peningkatan resistensi antibiotika antara lain akibat pengobatan sendiri
oleh penderita, adanya reinfeksi, penggunaan antibiotika yang tidak rasional, infeksi
gonore pada heterokseksual, usia lebih dari 25 tahun, dan koinfeksi gonore dengan
klamidia (Cole dkk, 2014).
Metode untuk tes suseptibilitas dapat dikerjakan dengan berbagai teknik.
Metode yang sering digunakan adalah menggunakan cakram difusi dan agar dilusi
menurut kriteria Clinical Laboratory Standard Institute yang pertama kali dijabarkan
oleh Bauer dkk dan merupakan modifikasi dari National Commitee for Clinical
Laboratory Standards (NCLLS) dan yang paling terbaru adalah penggunaan Etest.
Etest merupakan modifikasi dari cakram difusi dan agar dilusi dengan menggunakan
strip antibiotika dan dapat mengetahui minimal inhibitory concentration (MIC).
Penggunaan cakram difusi dengan metode CLSI merupakan suatu teknik yang dapat
dikerjakan pada negara dengan keterbatasan fasilitas laboratorium, lebih murah dan
dapat mudah diaplikasikan untuk mengetahui nilai zona hambat suatu
antibiotika(Vikram, 2012).

Berdasarkan pedoman Clinical laboratory Standard Institute antibiotika yang


direkomendasikan untuk dilakukan tes suseptibilitas terhadap Neisseria gonorrhoeae
adalah tetrasiklin, siprofloksasin, sefiksim, seftiakson (CLSI, 2015). Antibiotika
sefiksim dan seftriakson yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan pertama
dalam pengobatan infeksi gonore menurut pedoman infeksi menular seksual di
Indonesia, sedangkan tetrasiklin dan siprofloksasin sudah tidak pernah dipergunakan
lagi sebagai pilihan terapi (Pedoman, 2011).
Pentingnya penanganan infeksi gonore untuk mengurangi prevalensi gonore
yang cukup tinggi memberikan dasar untuk melakukan penelitian uji resistensi
antibiotik terhadap Neisseria Gonorrhoeae. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat
memberi kontribusi mengenai pola resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap
beberapa antibiotika pada penderita gonore dan sebagai saran dalam menentukan
strategi pengobatan infeksi gonore tanpa komplikasi. Saat ini masih sedikit data
mengenai sensitivitas dan resistensi infeksi gonore terhadap antimikroba sehingga
dibutuhkan monitoring berkelanjutan sebagai bagian dari pencegahan penggunaan
antibiotik yang tidak efektif dalam pengobatan infeksi gonore.

4
Kasus/Masalah
1. Apa yang disetujui dengan Gonore?
2. Apa arti Penyakit Gonorrehoeae juga penyebabnya ?
3. Apa hubungan antara Imunologi dengan Gonorrehoeae?
4. Bagaimana tanda dan Gejala gonore?
5. Bagaimana masa inkubasi dan Diagnosa Gonore?
6. Bagaimana cara mencegah dan penanggulangan penyakit gonore?
Tinjauan Pustaka
Penyakit Gonnorhoeae merupakan penyebab penyakit gonore atau di kenal di
masyarakt dengan Kencing nanah.
1. morfologi
gonorrhoeae atau gonokokus merupakan
kuman bentuk ginjal berdiameter 0,8 mikron.
Diplokokus, tidak bergerak secara aktif, dan tidak
berspora. Strain virulen, terutama mempunyai pili
di permukaannya. Gonokokus mempunyai
beberapa jenis plasmid, contohnya pembawa gen
resisten pada pembuatan beta-laktamase dan
penisilinase.
2. Struktur
Berturut-turut dari luar ke dalam ada kapsul, membrana luar (pitus, peptidoglikan,
protein I dan II, lipopolisakarida), membrana sitoplasma,
sitoplasma dan inti sel 2 Patogenesis
Infeksi primer terjadi epitel silindris dari uretra, duktus periuretralis, dan beberapa
kelenjar disekitarnya dengan menempelkan pili pada permukaan sel epitel atau
mukosa. Kuman yang mencapai jaringan ikat dibawah jaringan epitel menimbulkan
reaksi radang berupa infiltrasi leukosit polimorfonuklear yang menimbulkan adanya
eksudat dan bila menyumbat saluran atau kelenjar akan terbentuk kista retensi dan
abses.
Penyebaran ke organ lain sering lewat saluran getah bening.
a. Definisi gonore
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2015), gonore
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang dapat menginfeksi baik pria dan wanita yang
mengakibatkan infeksi pada alat kelamin, rektum dan tenggorokan.
b. Klasifikasi gonore
Centers for Disease Control and Prevention (2015) mengklasifikasikan
gonore menjadi 4 golongan yaitu:
1) Infeksi gonokokal non komplikasi/ Uncomplicated Gonococcal Infections.
Infeksi gonokokal yang termasuk dalam golongan ini adalah infeksi
gonokokal urogenital (serviks, uretra dan rektum), faring dan gonokokal
konjungtivitis.
2) Infeksi gonokokal diseminasi/ Disseminated Gonococcal Infections.
Infeksi gonokokal diseminasi ditandai dengan munculnya lesi pada
kulit, arthritis dan seringkali komplikasi perihepatitis, endokarditis dan
meningitis. Contoh infeksi gonokokal diseminas
3) Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infections Among Neonates.
Infeksi gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang
terinfeksi dikarenakan dapat mengakibatkan ophtalmia neonatorum/ infeksi
konjungtivitis pada bayi baru lahir sehingga terjadi kebutaan pada bayi baru
lahir. Infeksi gonokokal pada neonatus terdiri dari ophtalmia neonatorum
dan gonococcal scalp abscesses
5
c. Etiologi dan morfologi
Infeksi gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri
Neisseria gonorrhoeae bersifat gram negatif, yang terlihat di luar atau di dalam
sel polimorfonuklear (leukosit), tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39° C dan tidak tahan terhadap
zat desinfektan (Jawas & Murtiastutik, 2008).
d. Faktor resiko
Manhart et al. (2004) dalam penelitiannya menjelaskan beberapa faktor
resiko penularan infeksi gonore antara lain:
1) Usia muda (18-39 tahun)
2) Berganti-ganti pasangan seksual
3) Homoseksual
4) Status sosial ekonomi yang rendah
5) Mobilitas penduduk yang tinggi
6) Tidak menggunakan kondom
7) Seks anal
8) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
e. Gejala klinik
Irianto (2014) menjelaskan bahwa gejala infeksi gonore mungkin muncul
1 sampai 14 hari setelah terpapar, meskipun ada kemungkinan untuk terinfeksi
gonore tetapi tidak memiliki gejala. Pada wanita, muncul cairan vagina yang
banyak dengan warna kuning atau kehijauan dengan bau yang menyengat. Pada
pria, muncul cairan putih atau kuning (nanah) keluar dari penis. Pada umumnya
penderita juga akan mengalami sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil
dan cairan yang keluar dari penis.

f. Diagnosis
Kementerian Kesehatan RI (2011)b memberikan pedoman tentang tata
cara melakukan diagnosis gonore yang terdiri dari:
1) Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau paramedis dengan
menanyakan beberapa informasi terkait penyakit kepada pasien untuk
membantu menentukan faktor resiko pasien, menegakkan diagnosis
sebelum melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di daerah sekitar genital pria atau wanita
dengan bantuan lampu sorot yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada wanita dan pria memiliki perbedaan
seperti:
a) Pasien wanita, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dengan
posisi litotomi. Pemeriksaan dilakukan dengan memisahkan kedua labia
dan diperhatikan adanya tanda kemerahan, pembengkakan, luka/ lecet,
massa atau duh tubuh vagina (cairan yang keluar dari dalam vagina,
b) Pasien pria, diperiksa dengan posisi duduk/ berdiri. Pemeriksaan
dilakukan dengan melihat pada daerah penis adanya tanda kemerahan,
luka/ lecet, duh tubuh uretra (cairan yang keluar dari uretra, bukan darah
dan bukan air seni) dan lesi lain. Pada pasien pria sebelum dilakukan
pemeriksaan diharapkan untuk tidak berkemih selama 1 jam (3 jam lebih
baik)

6
 Tanda dan Gejala
2-7 hari setelah cedera. Mulanya penderita tidak enak di uretra, beberapa jam
kemudian diikuti oleh kompilasi berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita
sering berkemih dan memakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk
kompilasi penyakit ini menyebar ke bagian atas uretra.
Lubang penis tampak merah dan membengkak.Pada penderita wanita, gejala awal bisa
timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita wanita menyetujui tidak
menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita
penyakit ini hanya setelah mitra seksinya tertular. Jika timbul gejala, biasanya
berbahaya. Hanya beberapa yang menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan
untuk berkemih, nyeri kompilasi berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan
demam.Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra
dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri kompilasi melakukan
hubungan seksual. Nanah yang keluar dapat berbicara dari leher rahim, uretra atau
kontribusi di sekitar lubang vagina. Wanita dan pria yang melakukan hubungan seksual
melalui lubang dubur bisa menderita gonore pada rektumnya.Penderita makan tidak
nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus
tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pria, gejala
awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah konflik.
Tanda dan Gejala Lain :
Gejala pada wanita
Pada wanita, gejala awal kadang-kadang sangat ringan hingga keliru dengan infeksi
kandung kemih atau
infeksi vagina.
Ilustrasi dapat diterbitkan:
ü Sering buang air kecil dan sakit
ü gatal, gatal, nyeri, sakit dan terjadi pendarahan
ü Cairan vagina abnormal
ü Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan seks atau antara
periode haid
ü Alat kelamin terasa gatal
ü Perdarahan tidak dapat dihaid
ü Perut bagian bawah terasa sakit
ü Perdarahan tidak dapat dihaid

ü Kelenjar bengkak dan nyeri pada pembukaan vagina (luka Bartholin)


ü Hubungan seksi terasa menyakitkan
ü Yang jarang terjadi, sakit tenggorokan dan penyakit mata menular
Fakta pada pria:
Pada pria, gejala biasanya cukup jelas, tetapi beberapa orang membantah gejala ringan
atau tanpa
gejala, dan tanpa disadari dapat menularkan infeksi gonore untuk pasangan seksnya.
Ilustrasi dapat diterbitkan:
ü Cairan penis abnormal (terlihat seperti susu pada awalnya, kemudian kuning, lembut,
dan berlebihan,
kadang-kadang darah kebiruan)
ü Sering buang air kecil dan sakit
ü gatal, gatal, nyeri, sakit dan terjadi pendarahan
ü Yang jarang terjadi, sakit tenggorokan dan penyakit mata menular
Masa Inkubasi Dan Diagnosa Gonore
Diagnosis Gonore ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap
nanah dimana,
7
ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak
ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium.Gambaran klinik dan
perjalanan penyakit pada perempuan berbeda dari pria.Hal ini disebabkan perbedaan
anatomi dan fisiologis alat kelamin pria dan perempuan.pada laki-laki Masa inkubasi
penyakit gonore adalah 3-5 hari.sedangkan gonore pada perempuan kebanyakan
asimptomatik sehingga sulit untuk menentukan masa inkubasinya.
 Cara Penularan
Penularan bakteri Neisseria gonorhoeae pada orang dewasa yang paling utama adalah
melalui kontak seksual. Resiko tertular penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
meningkat pada orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual, misalnya PSK
wanita atau lelaki konsumennya. Sedangkan penularan melalui kontak langsung dengan
mukosa jalan lahir biasa terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
a. Pencegahan dan Penanggulangan
Upaya mencegah penularan dan penyebaran PMS, termasuk Gonorrhea, yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae dengan melokalisasi PSK wanita agar
mudah dilakukan pembinaan, pemeriksaaan kesehatan dan pengobatan rutin oleh
Dinas Kesehatan ternyata tidak dapat mencegah meluasnya penularan penyakit ini,
terbukti sebanyak 76,9 % PSK wanita menderita penyakit Gonorrhea
pada saluran genitalnya. Kegagalan upaya pemberantasan penyakit ini antara lain
disebabkan oleh:
1. PSK wanita seringkali keluar dan masuk lokalisasi di daerah lain tanpa
pengawasan yang ketat,
sehingga menyulitkan pembinaan.
2. Buruknya kesadaran PSK wanita untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.
3. Ketidakmauan lelaki untuk menggunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual dengan PSK
wanita.
4. Kebiasaan penderita gonorrhea (PSK wanita dan konsumennya) membeli dan
menggunakan
antibiotika secara sembarangan yang memicu timbulnya resistensi bakteri Neisseria
gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotika (Penicillin, Tetrasiklin, Ciprofloxacin).
Pencegahan yang efektif adalah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia dengan
satu pasangan yang sah, tidak berganti-ganti pasangan seksual, memakai kondom bila
melakukan hubungan seksual dengan orang / pasangan yang beresiko tinggi, misalnya
PSK wanita. Pengentasan PSK wanita dari lokalisasi juga harus dilakukan agar salah
satu sumber rantai penularan dapat diputus. Perlu juga dilakukan konseling
pranikah, screening awal terhadap calon pengantin terhadap keberadaan PMS termasuk
gonorrhe
b. Pengobatan
Pengobatan gonore biasanya dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler
(melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1
minggu (biasanya diberikan doksisiklin).
Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah
sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infuse.).Terapi
obat untuk gonorrhea akibat meningkatnya galur PPNG (Penisilinase Producing N.
gonorrhoeae) adalah dengan menggunakan antibiotika golongan Quinolon,
Spektinomisin, Kanamisin, Tiamfenikol dan Sefalosphorin. Karena cepatnya timbul
resistensi terhadap antibiotika yang lebih tinggi maka pengobatan gonorrhea dengan
Penisilin dan derivatnya serta golongan Quinolon perlu ditinjau efektifitasnya. Cara
pencegahan penyakit ini adalah dengan penggunaan kondom dapat mencegah
penularan penyakit ini.Kondom yang dipasangkan harus lah benar-benar masih baru
dan tidak rusak atau kadaluarsa. Hindari juga oral seks
8
jika itu tidak penting sekali karena bakteri ini juga bisa menular lewat mulut-mulut,
mulut-penis/vaginal, mulut-anal,Menghindari penggunaan antibiotik tanpa resep
dokter karena akan membuat bakteri ini kebal terhadap obat antibiotik
tersebut.Pencegahan terbaik, sebaiknya anda tidak melakukan hubungan
seksual dengan orang tidak jelas riwayat hubungan seksualnya di masa lalu, kalau bisa
cuma hanya dengan satu pasangan seks. dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui
mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah
menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan
mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).Jika
cairan yang terinfeksi sudah sampai mengenai mata, maka bisa menyebabkan
terjadinya infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
Opini.
1. Sebaiknya,Tidak berganti-ganti pasangan
2. Jika sudah terjadi penyakit ini segera bawa kedokter
Kesimpulan
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara
Infeksimenular seksual Masa tunas gonore sangat singkat pada pria umumnya berkisar
antara 2-5 hari dan pada wanita masa tunas sulit untuk ditentukankarena pada
umumnya asimptomatik. Manifestasi klinis biasanya menimbulkan uretritis dantampak
pula duh tubuh yang mukopurulen. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan laboratorium adanya uretritis, serta ditemukannya kuman
penyebab penyakit gonore.
SARAN 
Selaku umat manusia kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam
berkeluarga merencanakan sebelum kelahiran dan mengantisipasi banyaknya kelahiran
dengan metode – metode keluarga berencana . 
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penyusun banyak
berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan
– kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembacanya

Anda mungkin juga menyukai