Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

SURVEILANCE, MONITORING, DAN EVALUASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

FATIMAH ZAHRAH ( C 121 15 519 )

ULFA MAHMUDDIN ( C 121 15 513 )

NUR FAJRI ATIRA ( C 121 15 032)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNEVERSITAS HASANUDDIN
2017-2018

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah yang maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah ini dengan materi Surveilans,
Monitoring, dan Evaluasi. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu dan membimbing. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini, Kami berharap semoga makalah ini
dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Makassar, 11 November 2017

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 4
C. TUJUAN.................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 6
A. DEFINISI .......................................................................................................................................... 6
B. TUJUAN SURVEILANS.......................................................................................................7
C. KEGUNAAN SURVEILANS................................................................................................8
D. JENIS SURVEILANS....................................................................................................................8

E. UNSUS-UNSUR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI................................................................14


F. LANGKAH_LANGKAH PERENCANAAN KEGIATAN SURVEILANS.........................16
G. SURVEILANS EFEKTIF............................................................................................................16

H. EVALUASI SISTEM SURVEILANS.................................................................................18


I. CONTOH DALAM KASUS EPIDEMIOLOGI................................................................... 19

BAB III................................................................................................................................................21
PENUTUP...........................................................................................................................................21
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................21
B. SARAN...........................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta
kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada
upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak
diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan
lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari surveilans, monitoring dan evaluasi ?
2. Apa tujuan dari surveilans ?
3. Apa saja kegunaan surveilans ?
4. Apa saja jenis-jenis surveilans ?
5. Apa saja unsur-unsur surveilans ?
6. Bagaimana langkah-langkah dalam system perencanaan surveilans ?
7. Bagaimana karakteristik surveilans yang efektif ?
8. Bagaimana evaluasi dari surveilans ?
9. Bagaimana contoh dari pelaksanaan surveilans ?

4
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah ini ialah :

1. Untuk mengetahui definisi dari surveilans, monitoring dan evaluasi.


2. Untuk tujuan surveilans
3. Untuk mengetahui kegunaan surveilans
4. Untuk mengetahui jenis-jenis surveilans
5. Untuk mengetahui unsur-unsur surveilans ?
6. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam sistem perencanaan
surveilans ?
7. Untuk mengetahui karakteristik surveilans yang efektif
8. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dari surveilans
9. Untuk mengetahui contoh dari pelaksanaan surveilans

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
1. Surveilans
Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada Unit yang membutuhkan untuk diambil
tindakan. Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan
analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian
disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Surveilans ialah observasi dari seseorang atau orang-orang yang disangka
menderita suatu penyakit menular dengan cara melakukan pengawasan
medis, tanpa membatasi kebebasan gerak dari orang yang bersangkutan. Pada
mulanya surveilans hanya mempelajari penyakit menular kemudian meluas
ke penyakit tidak menular misalnya, cacat bawaan, kekurangan gizi dan lain-
lain. Bahkan baru-baru ini surveilans epidemiologi digunakan untuk menilai,
memantau (monitoring), mengawasi, dan merencanakan program-program
kesehatan pada umumnya (Efendi & Makhfudli, 2009).
Notoatmodjo (2003) dalam Efendi & Makhfudli (2009) menyimpulkan
bahwa epidemiologi mencakup keterangan-keterangan mengenai penderita,
tempat, waktu, keadaan vektor, dan faktor-faktor lain yang ada hubungannya
dengan penyakit. Dalam perkembangannya, surveilans epidemiologi
merupakan kegiatan tersendiri, yaitu mengumpulkan dan menganalisis data
serta menyebarluaskan informasi atas dasar hasil analisis tersebut kepada
yang berkepentingan.

6
Surveilans epidemiologi memiliki ciri khas sebagai berikut (Efendi &
Makhfudli, 2009).
Pengumpulan data epidemiologi yang sistematis dan teratur secara terus-
menerus.
Pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang telah didapat yang
menghasilkan suatu informasi.
Penyebaran hasil informasi (perolehan data) pada orang-orang atau
lembaga yang berkepentingan.
Mengumpulkan informasi (data) tersebut dalam rangka memantau,
menilai, dan merencanakan kembali program-program atau pelayanan
kesehatan.
2. Monitoring:
Monitoring adalah penilaian yang terus-menerus terhadap fungsi kegiatan-
kegiatan terhadap program pelayanan kesehatan (Samsudrajat, 2011).
3. Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial untuk secara
sistematis menginvestigasi efektifitas program. Evaluasi juga digunakan untuk
menilai kontribusi program terhadap perubahan (goal/objektif) dan menilai
kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi)
(Samsudrajat, 2011).

B. TUJUAN SURVEILANS
Surveilans memiliki tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut
(Rajab, 2009).
1. Tujuan Umum
a. Menilai status kesehatan masyarakat
b. Menentukan prioritas kesehatan masyarakat
c. Mengevaluasi program

7
d. Melaksanakan riset
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis keadaan penyakit yang ditelitinya. Jika dalam pengamatan
masih didapat kasus baru, berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi.
b. Pekerjaan surveilans dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas
tidak ditemukan lagi kasus tersebut.

C. KEGUNAAN SURVEILANS
Menurut Efendi & Makhfudli (2009), pada umumnya surveilans
digunakan untuk:
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit.
2. Menentukan penyakit mana yang diprioritaskan untuk diobati atau diberantas.
3. Meramalkan terjadinya wabah.
4. Menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit menular
dan program-program kesehatan lainnya, seperti program mengatasi
kecelakaan, program kesehatan gigi, program gizi, dan lainnya.
5. Mengetahui jangkauan atau cakupan dari pelayanan kesehatan.

D. JENIS SURVEILANS
Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans
penyakit; (3) Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5)
Surveilans terpadu; (6) Surveilans kese-hatan masyarakat global.
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan
memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,
misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans
individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap
kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.

8
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang
membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi
telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular.
Tujuan karantina adalah mencegah trans-misi penyakit selama masa inkubasi
seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan
kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina:
(1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi
kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa
inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina
parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan
perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh: anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit
campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara
yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap
bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan
masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi,
akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk
mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007)
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit,
melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-
laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus
perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak
negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program
vertikal (pusat-daerah).
Contoh: program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak
sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena

9
pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal
yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya,
menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk
sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga
mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit,
bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi
indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati
sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-
indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau
temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum
diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional,
maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap
penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan
laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter
yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam dan batuk) atau sakit tenggorok dan membuat laporan
mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur
dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut
berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza,
termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini
dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah
berlangsung.
Suatu sistem yang mengandal-kan laporan semua kasus penyakit ter-
tentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada

10
lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem
surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah
kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008;
Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan
melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium
sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi
outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang
mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/
kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans
terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan
fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengenda-lian
penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu.
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu menurut WHO (2002):
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural
d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans
(yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,
manajemen sumber daya)
e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang

11
penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda
(WHO,2002).
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit
infeksi lintas negara. Konsekuensinya, masalah-masalah yang dihadapi
negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan
bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan
para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional
untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-
batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global,
baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (reemerging diseases),
maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti
HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan
pertahanan keamanan dan ekonomi.
Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Rajab:
2009):
1. Surveilans pasif
Surveilans pasif adalah surveilans yang pasif dalam pengumpulan
atau pelaporan data surveilans epidemiologi, bukan pada analisis maupun
pada diseminasi informasi epidemiologinya. Ciri surveilans pasif, yaitu:
a. Unit surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri
pada klinik/rumah sakit/unit pelayanan yang berfungsi sebagai unit-
unit surveilans terdepan dalam pengumpulan data surveilans.
b. Unit surveilans epidemiologi membiarkan klinik/ rumah sakit/ unit
pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan data surveilans
yang ada ditempatnya.

12
Kelebihan surveilans pasif, relative murah dan mudah untuk
dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah
penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif
dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional. Kekurangan
surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan
penyakit.
Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak
semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu,
tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu
petugas terbagi dengan tanggung jawab utama memberikan pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem
tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.
2. Surveilans aktif
Surveilans aktif adalah surveilans yang aktif dalam pengumpulan
data (menjemput bola). Ciri surveilans aktif adalah, pertama unit
surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada
satupun kasus yang lepas dari pendataan. Kedua, unit surveilans
mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta data surveilans
epidemiologi yang dibutuhkan sehingga tidak ada satupun sumber data
yang tidak terekam datanya.
Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif,
sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk
menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat
mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal
dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut
community surveilance. Dalam community surveilance, informasi
dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga
memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi

13
kasus yang sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan
merujuk kasus mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih menggunakan
definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi laboratorium.
Community surveilans mengurangi kemungkinan negaruf palsu.

E. UNSUR-UNSUR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI


Data yang dikumpulkan berawal dari bermacam-macam sumber dan
berbeda-beda antara satu negara dan negara yang lain. Sumber-sumber tersebut
disebut dengan unsur-unsur surveilans epidemiologi.
Unsur-unsur surveilans epidemiologi untuk penyakit, khususnya peyakit
menular adalah sebagai berikut (Efendi & Makhfudli, 2009):
1. Pencatatan kematian
Pencatatan kematian yang dilakukan di tingkat desa dilaporkan ke tingkat
kelurahan seterusnya ke tingkat kecamatan dan puskesmas lalu selanjutnya
dilaporkan ke kabupaten daerah tingkat II.
2. Laporan penyakit
Unsur ini penting untuk mengetahui distribusi penyakit menurut waktu,
apakah musiman atau siklus (cyclic). Dengan demikian, dapat diketahui pula
ukuran endemis suatu penyakit. Bila terjadi lonjakan frekuensi penyakit
melebihi ukuran endemis berarti terjadi kejadian luar biasa pada daerah atau
lokasi tertentu. Macam data yang diperlukan sesederhana mungkin, variabel
orang hanya diperlukan data mengenai nama dan umurnya sedangkan
variable tempat hanya diperlukan data mengenai alamatnya. Dan yang tidak
boleh dilupakan adalah diagnosis penyakit dan kapan mulai timbulnya
penyakit tersebut.
3. Laporan wabah
Penyakit tersebut terjadi dalam bentuk wabah, misalnya keracunan makanan,
influenza, demam berdarah, dan lainnya. Laporan wabah dengan distribusi

14
penyakit menurut waktu, tempat, dan orang. Penting artinya untuk
menganalisis dan menginterpretasikan data dalam rangka mengetahui sumber
dan penyebab wabah tersebut..
4. Penyelidikan wabah atau kejadian luar biasa
Bila terjadi lonjakan frekuensi penyakit yang melebihi frekuensi biasanya,
maka perlu diadakan penyelidikan wabah pada tempat dimana bila diadakan
analisis data sekunder, dapat diketahui.
5. Survei
Survei ialah suatu cara penelitian epidemlogi untuk mengetahui pravelensi
penyakit. Dengan ukuran ini dapat diketahui luasnya masalah penyakit
tersebut. Bila setelah survey pertama dilakukan pengobatan tehadap penderita,
maka dengan survey kedua dapat ditentukan keberhasilan pengobatan
tersebut.
6. Penggunaan obat-obatan, serum, dan vaksin
Keterangan yang menyangkut penggunaan bahan-bahan tersebut, yaitu
mengenai banyak, jenis, dan waktu memberi petunjuk kepada kita mengenai
masalah penyakit. Di samping itu, dapat pula dikumpulkan keterangan
mengenai efek samping dari bahan-bahan tersebut.
7. Keterangan mengenai penduduk dan lingkungan
Keterangan mengenai penduduk penting untuk menetapkan population at risk.
Persediaan bahan makanan penting diketahui apakah ada hubungan dengan
kekurangan gizi, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kependudukan
dan lingkungan ini perlu selalu dipikirkan dalam rangka analisis
epidemiologis. Data atau kekurangan mengenai kependudukan dan
lingkungan itu tentu harus didapat di lembaga-lembaga non kesehatan.

15
F. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PERENCANAAN SYSTEM
SURVEILANS
Dalam melakukan perencanaan sistem surveilans dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut (Rajab, 2009).

1. Tetapkan objek
2. Menjabarkan definisi kasus
3. Menentukan sumber data atau mekanisme
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan
5. Metode uji lapangan
6. Mengembangkan cara analitik pendekatan
7. Mekanisme diseminasi
8. Menjamin manfaat analisis dan interpretasi

G. SURVEILANS EFEKTIF
Karakteristik surveilans yang efektif: cepat, akurat, reliabel,
representatif, sederhana, fleksibel, akseptabel.
1. Kecepatan.
Informasi yang diperoleh dengan cepat (rapid) dan tepat waktu
(timely) memungkinkan tindakan segera untuk mengatasi masalah yang
diidentifikasi. Investigasi lanjut hanya dilakukan jika diperlukan informasi
tertentu dengan lebih mendalam. Kecepatan surveilans dapat ditingkatkan
melalui sejumlah cara, yaitu: (1) Melakukan analisis sedekat mungkin dengan
pelapor data primer, untuk mengurangi lag (beda waktu) yang terlalu
panjang antara laporan dan tanggapan; (2) Melembagakan pelaporan wajib
untuk sejumlah penyakit tertentu (notifiable diseases); (3) Mengikutsertakan
sektor swasta melalui peraturan perundangan; (4) Melakukan fasilitasi agar
keputusan diambil dengan cepat menggunakan hasil surveilans; (5)

16
Mengimplementasikan sistem umpan balik tunggal, teratur, duaarah dan
segera.
2. Akurasi

Surveilans yang efektif memiliki sensitivitas tinggi, yakni sekecil


mungkin terjadi hasil negative palsu. Aspek akurasi lainnya adalah
spesifisitas, yakni sejauh mana terjadi hasil positif palsu. Pada umumnya
laporan kasus dari masyarakat awam menghasilkan false alarm (peringatan
palsu) Karena itu sistem surveilans perlu mengecek kebenaran laporan awam
ke lapangan, untuk mengkonfirmasi apakah memang tengah terjadi
peningkatan kasus/ outbreak. Akurasi surveilans dipengaruhi beberapa faktor:
(1) kemampuan petugas; (2) infrastruktur laboratorium. Surveilans
membutuhkan pelatihan petugas. Contoh, para ahli madya epidemiologi perlu
dilatih tentang dasar laboratorium, sedang teknisi laboratorium dilatih tentang
prinsip epidemiologi, sehingga kedua pihak memahami kebutuhan surveilans.
Surveilans memerlukan peralatan laboratorium standar di setiap tingkat
operasi untuk meningkatkan kemampuan konfirmasi kasus.

3. Standar, seragam, reliabel, kontin


Definisi kasus, alat ukur, maupun prosedur yang standar penting
dalam sistem surveilans agar diperoleh informasi yang konsisten. Sistem
surveilans yang efektif mengukur secara kontinu sepanjang waktu, bukannya
intermiten atau sporadis, tentang insidensi kasus penyakit untuk mendeteksi
kecenderungan. Pelaporan rutin data penyakit yang harus dilaporkan
(reportable diseases) dilakukan seminggu sekali.
4. Representatif dan lengkap
Sistem surveilans diharapkan memonitor situasi yang sesungguhnya
terjadi pada populasi. Konsekuensinya, data yang dikumpulkan perlu
representatif dan lengkap Keterwakilan, cakupan, dan kelengkapan data
surveilans dapat menemui kendala jika penggunaan kapasitas tenaga petugas

17
telah melampaui batas, khususnya ketika waktu petugas surveilans terbagi
antara tugas surveilans dan tugas pemberian pelayanan kesehatan lainnya.
Sederhana, fleksibel, dan akseptabel. Sistem surveilans yang efektif perlu
sederhana dan praktis, baik dalam organisasi, struktur, maupun operasi. Data
yang dikumpulkan harus relevan dan terfokus Format pelaporan fleksibel,
bagian yang sudah tidak berguna dibuang. Sistem surveilans yang buruk
biasanya terjebak untuk menambah sasaran baru tanpa membuang sasaran
lama yang sudah tidak berguna, dengan akibat membebani pengumpul data.
Sistem surveilans harus dapat diterima oleh petugas surveilans, sumber data,
otoritas terkait surveilans, maupun pemangku surveilans lainnya Untuk
memelihara komitmen perlu pembaruan kesepakatan para pemangku secara
berkala pada setiap level operasi.
5. Penggunaan (uptake)
Manfaat sistem surveilans ditentukan oleh sejauh mana informasi
surveilans digunakan oleh pembuat kebijakan, pengambil keputusan, maupun
pemangku surveilans pada berbagai level. Rendahnya penggunaan data
surveilans merupakan masalah di banyak Negara berkembang dan beberapa
negara maju. Salah satu cara mengatasi problem ini adalah membangun
network dan komunikasi yang baik antara peneliti, pembuat kebijakan, dan
pengambil keputusan.

H. EVALUASI SISTEM SURVEILANS


Rajab (2009) mengungkapkan evaluasi sistem surveilans adalah sebagai
berikut:

1. Sensitifitas

2. Ketetapan waktu

3. Representative

4. Nilai duga positif

18
5. Daya terima

6. Keluwesan

7. Kesederhanaan

8. Untung rugi

9. Tindakan yang tepat

I. CONTOH NYATA DALAM KASUS EPIDEMIOLOGI


1. Malaria
Memantau insidens malaria yang konformatif (melalui pemeriksaan
laboratorium) termasuk insidens penyakit akibat P. falciparum dan resistensi
obat anti parasit.

2. Tuberkulosis
Memantau kemampuan program TB untuk mendeteksi kasus,
menjamin selesainya pengobatan dan kesembuhan.

19
20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Surveilans ialah kegiatan observasi (pengamatan) yang dilakukan secara
sistematis dan terus menerus terhadap suatu masalah-masalah kesehatan atau
penyakit baik penyakit menular mayupun penyakit tidak menular dengan cara
melakukan pengawasan tanpa membatasi gerak gerik dari orang yang
bersangkutan. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang
masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi
dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.
Menurut cara penyelenggarannya, surveilans dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu: surveilans pasif, surveilans aktif, dan surveilans terpadu.
B. SARAN
Surveilans, monitoring, dan evaluasi merupakan salah satu materi yang perlu
dan penting untuk dipelajari dalam pembelajaran Epidemiologi. Materi
pembahasan yang kami sajikan dalam makalah Epidemiologi ini masih kurang
dan penyusun makalah pun masih perlu banyak belajar. Oleh karena itu, sangat
disarankan kepada semua pihak agar lebih banyak membaca materi surveilans,
monitoring, dan evaluasi dari berbagai sumber yang terpercaya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

DCP2. (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics.
Disease Control Priority Project.www. dcp2.org/file153/dcpp-surveilance.pdf

Rajab, W. (2009). Buku ajar epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:


EGC.

Samsudrajat, A. (2011). Surveilans Epidemiologi. Kalimantan Barat: Stikes Kapuas


Raya Sintang.

WHO. (2002, November). Emergencies Preparedness, Response. Retrieved Oktober


29, 2015, from World Helath Organization:
http://www.who.int/csr/labepidemiology/projects/ diseasesurv/en/

22

Anda mungkin juga menyukai