Anda di halaman 1dari 32

Surveilans Kesehatan Masyarakat

Langkah – Langkah Merancang Surveilans dan Langkah Analisis Data


Surveilans

                                                                                                                

Disusun Oleh

Dosen Pengampuh

Agus Ramon Ir.M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
dengan tema “Langkah – Langkah Merancang Surveilans dan Langkah
Analisis Data Surveilans”

Bengkulu, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II ISI ................................................................................................. 3

1. Langkah – Langkah Merancang Surveilans .............................. 3


A. Spesifikasi Tujuan ........................................................................ 3
B. Definisi Data Yang Dikumpulkan ............................................... 7
C. Seleksi Metode Dan Prosdur......................................................... 9
D. Interpretasi Data .......................................................................... 11
E. Umpan Balik.................................................................................. 12
a) Umpan Balik.................................................................................. 12
b) Diseminasi....................................................................................... 12

2. Langkah Analisis Data................................................................... 13


A. Pengembangan Prosedur Pengumpulan Data dan Pelaporan... 13
a. Mengembangkan Definisi Operasional Kasus............................. 13
b. Mengembangkan atau Meperbaiki Perlengkapan Pengumpulan Data
dan Pencatatan................................................................................ 13
B. Mengumpulkan dan Melaporkan Data........................................ 16
C. Menganalisis Data .......................................................................... 19
D. Penyelidikan Penyebab (Operasional) ......................................... 25
E. Mengembangkan Perencanaan Tindakan .................................. 26
F. Mempersiapkan dan Menyajikan Data ...................................... 27

BAB II PENUTUPAN.............................................................................. 28

A. Kesimpulan ................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis


dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan serta penularan
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan.

Ada banyak definisi surveilans yang dijabarkan oleh para ahli.


Namun pada dasarnya mereka setuju bahwa kata “surveilans”
mengandung empat unsur yaitu : koleksi, analisis, interpretasi dan
diseminasi data. WHO mendefiniskan surveilans sebagai suatu kegiatan
sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya
dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi
dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat

Surveilans akan berjalan dengan baik apabila terintegrasi antara


petugas puskesmas hingga dinas kesehatan provinsi bahkan sampai
kementerian kesehatan. Secara singkat surveilans disebut juga pencatatan
yang dilakukan secara terus menerus. Dalam pelaksanaannya surveilans
banyak mengalami kendala, seperti ketidaktepatan waktu pengumpulan
yang dipengaruhi oleh tidak pahamnya petugas kesehatan terkait
kompoonenkomponen survailans. Di dalam makalah ini dituangkan materi
yang berkontribusi dalam pelaksanaan surveilans. Di muat dengan bahasa
yang mudah di pahami oleh pembaca. Materi yang dibahas mengenai
langkah – langkah merancang surveilans dan langkah analisis data
surveilans.

B. Rumusan Masalah

Dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini


adalah:
1. Bagaimana langkah – langkah merancang surveilans ?
2. Bagaimana langkah menganalis data surveilans ?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pemaparan pada perumusan masalah diatas, tujuan yang


ingin dicapai pada penulisan ini adalah untuk :
1. Memahami langkah – langkah merancang surveilans
2. Memahami langkah analisis data surveilans

2
BAB II
ISI

1. Langkah – Langkah Merancang Survailans

A. Spesifikasi Tujuan

Pada dasarnya data yang dihasilkan dalam suatu sistem surveilans,


digunakan untuk : (Nugroho.2017)

1) Mengetahui gambaran kesehatan suatu populasi masyarakat


2) Mengambil kebijakan yang dapat diterapkan dalam populasi tersebut, baik
mengenai pola perilaku maupun pencegahan suatu penyakit.
3) Monitor dan evaluasi program kesehatan yang dijalankan di masyarakat
4) Melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan data surveilans
5) Identifikasi masalah yang ada di populasi

Cakupan kegiatan surveilans sendiri cukup luas, mulai dari deteksi dini
kejadian luar biasa/ wabah, pencegahan penyakit menular, sampai kepada
pencegahan penyakit kronik (tidak menular) yang dapat dilakukan dalam
jangka waktu perubahan pola perilaku sampai kepada timbulnya penyakit
tersebut. Surveilans dapat digunakan untuk mengumpulkan data berbagai
elemen rantai penyakit, mulai dati faktor resiko perilaku, tindakan preventif,
maupun evaluasi program dan cost unit. Dengan kata lain, sistem surveilans
diperlikan untuk mendapatkan gambaran beban penyakit suatu komunitas,
termasuk jumlah kasus, insidensi, prevalensi, case-fatality rate, rate mortalitas
dan morbiditas, biaya pengobatan, pencegahan, potensi epidemik dan
informasi mengenai timbulnya penyakit baru. (Nugroho.2017)

Sebelum memulai merancang suatu sistem sangat penting untuk


memiliki suatu kejelasan tentang apakah yang sebaiknya dilakukan terhadap
suatu sistem. Langkah ini menuntun melalui proses sederhana untuk
mengkhusukan kegiatan surveilans : (Amirudin.2017)

1. Kegunaan surveilans
2. Penggunaan informasi yang dihasilkan suatu sistem
3. Ruang lingkup surveilans (dimana ruang tersebut mencangkup area
geografis dan layanan puskesmas)
4. Kelompok sasaran yang akan diamati

Apakah hanya ingin mengidentifikasi kasus- kasus mortalitas dan


morbiditas atau juga penyebab – penyebab mortalitas atau morbiditas priode
waktu yang akan dijangkau oleh surveilans : satu tahun,lima tahun, tiga bulan

3
dan beberpa sering akan mengumpulkan dan memproses data surveilans
Pengembangan tujuan yang baik sebaiknya didiskusikan dalam kelompok,
sehingga keseluruhan poin penting dan sudut pandang diperhatikan. Libatkan
potensial jika memungkinkan. Yakinlah bahwa seseorang didalam kelompok
memahami apa yang dapat dan tidak dapat dikumpulkan. Hal ini akan
menolong menghindari dalam merencakan sistem yang tidak realistis.
(Amirudin.2017)

Tabel Inspeksi Tujuan Surveilans (Amirudin.2017)

Lembar Kerja Menspesifikasikan Tujuan Surveilans


Kegunaan
Memperkirakan kebutuhan Mengamati trend kemudian penjelasan penyebab
Mengidentifikasi faktor resiko Mengidentifikasi dampak terhadap morbiditas,bayi
Mengidentifikasi wabah Dan ibu dan lain.
Mengidentifikasi kejadian luar biasa
Penggunaan
Jajaran direktur Manager puskesmas
Instansi pemerintahan Staf puskesmas
Supervisor
Donor
Ruang lingkup
Area geografis Keseluruhan area proyek
Layanan program M/M yang dapat dicegah oleh layanan PUSKESMAS
Kelompok Sasaran
Anak usia 1 bulan Wanita usia 15-49 tahun
Anak usia 12-32 bulan Wanita menikah usia 15-49 tahun
Anak usia 1-4 tahun Wanita hamil
Anak usia <5 tahun
Kasus
Morbiditas Penyebab morbiditas spesifikasi
Mortalitas Penyebab mortalitas spesifikasi

Priode waktu Frekuensi : bulanan dan caturwulan


12 bulan

Kegunaan : Pertama perlu menspesifikaskan kegunaan dari sistem.


Sebagian besar dapat digunakan sesuai dengan bebrapa kegunaan,khususnya
jika sistem tersebut dirancang sedemikian sejak awal. Diantara kegunaan-
kegunaan prinsipnya adalah sebagai berikut : (Amirudin.2017)

1. Memperkirakan kebutuhan. Kegunaan surveilans adalah untuk


pengendalian penyakit serta untuk perencanaan besarnya

4
kebutuhan sumber daya untuk terselanggaranya program dengan
efesien dan efektif di wilayah kerja masing-masing.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor resiko. Mengidentifikasi
kelompok populasi spesifikasi yang berada pada resiko tinggi
tentang kesakitan dan kematian sehingga dapat mengembangkan
intervensi untuk melindungi mereka secara tepat.
3. Mengidentifikasi wabah. Suatu kegunaan utama dari surveilans
adalah mengidentifikasi secera cepat suatu wabah atau epidemi
sehingga dapat dilakukan suatu pengendalian. Wabah dari penyakit
menular,seperti cacar AIDS,merupakan hal serius dan sebaiknya
diidentifikasi dan ditindaki dengan segera.
4. Mengidentifikasi kejadian luar biasa.Hal yang sama pentingnya
adalah mengidentifikasi secara cepat apapun kejadian yang tidak
diharapkan tetapi merupakan ancaman serius terhadap kesehatan.
Contohnya bisa saja sejumlah kematian karena tenggelam dan
keracunan makanan diantara anak usia sekolah.
5. Mengamati trend. Kebanyakan penyakit terjadi musiman dan
mungkin ingin mengamati trend untuk mengidentifikasi
penyimpanan luar biasa dari pola yang diharapkan. Anda juga
mungkin menginginkan untuk melacak perkembangan dalam
pengendalian penyakit dari waktu ke waktu.
6. Mengevaluasi dampak. Kebanyakan manajer ingin mengetahui jika
program mereka memiliki dampak terhadap kesehatan. Contohnya
pada kematian bayi dan kejadian penyakit diare.
7. Menjelasakan penyebab – penyebab. Pada beberapa situasi
mungkin ingin menyelidiki penyebab dari suatu kesakitan atau
kematian untuk menentukan apakah program dapat melakukan
sesuatu hal di masa depan untuk mencegah kejadian sejenis.
Beberapa program menyelidi setiap kematian. Pandangan lain
menurut alsasannya adalah terhadap komplikasi selama kelahiran
bayi untuk mengidentifikasi perubahan – perubahan prosedur yang
mungkin telah diperingati.

Penggunaan : Orang yang akan menggunakan hasil dari sistem lain


sebaiknya memutuskan apa kegunaan,dan mengkususkan ruang
lingkup,kelompok sasaran dan elemen lain dari tujuan lain. Jika tidak
demikian maka informasi yang dihasilakan hanya memberikan hasil yang
sedikit. Bisa saja terdapat satu pengguna utama,terkadang kepala
Puskesmas dan dinas kesehatan dan sebagainya. Jika sistem surveilans
merupakan bagian dari sistem regional yang lebih besar atau nasional,
maka diharapkan untuk melaporkan temuan pada pusat penyakit menulat

5
(P2PM). Jika sistem memiliki pengguna ganda mungkin dapat
dinegosiasikan kerja sama untuk menghindari sistem besar atau rumit yang
sesuai dengan kebutuhan tiap orang. (Amirudin.2017)

Ruang lingkup : selanjutnya,pastikan definisi ruang lingkup area


geografis dan program yang akan diamati. Sebagian besar manajer
program ingin mengamati keseluruhan area wewenang mereka dan semua
penyakit – penyakit utama, tetapi hal tersebut mungkin terlalu banyak
untuk dijangkau. Mungkin harus mulai untuk menyusun suatu sistem
sentinel yang memwakili atau pengamatan untuk penyakit tertentu.
Tetapkan prioritas. Identifikasi apa yang paling penting dalam situasi
dalam situasi tertentu. (Amirudin.2017)

Kelompok sasaran : sebagian besar program Puskemas memiliki


kelompok khusu,biasanya anak – anak usia di bawah lima tahun atau di
bawah tiga tahun, atau dua empat tahun. Cukup sulit untuk mengamati
semua kelompok umur semua kelompok umur untuk semua
penyakit,kecuali ada rencana besar menyusun suatu sistem komprehensif.
Sekali lagi,susunlah prioritas. Yang mana yang merupakan prioritas
kelompok sasaran, dan aspek apa dari kesehatan mereka yang paling
dipermasalahkan. (Amirudin.2017)

Kasus dan atau penyebab : Perlu memutuskan hanya ingin


mengamati dan kuantitatif pada jumlah kasus yang terjadi,atau jika ingin
menhetahui penyebab kematian atau penyakit. Hal tersebut membutuhkan
suatu penyelidikan,dimana akan memakan waktu dan biaya. Atau mungkin
lebih selektif dan hanya menyelidiki penyebab dari wabah utama.
(Amirudin.2017)

Tabel Jenis Penyakit Prioritas dan Masalah kesehatan (Amirudin.2017)

Penyakit Dapat Dicegah Penyakit Enterik Penyakit Parasit


Dengan Vaksin
Campak Kolera Malaria
Tetanus neonatal Disentri Onchocerciasis
Polio Diare Schiostomiasis
Diphetri Filariasis Limpa
Pertusis Lepra
Mumps Ascariliasis
Cacing Guinea
trypanosomiasis

6
Masalah berhubungan dengan Penyakit infeksi dan Penyakit penting lainnya
kehamilan menular lainnya
Obtruksi kelahiran Cacar air STD/HIV/AIDS
Ekslampsia Penyakit jantung Malnutrisi
Prematur Meningitis Anemia
Infeksi post-partum Demam berdarah Penyakit jantung
Diabetes

Priode waktu dan frekuensi : Munkin ingin mengamati kejadian


pada beberapa tahun,dan mengelolah data setiap satu atau tiga bulan. Hal
ini akan memungkinkan untuk mengembangkan pola trend. Pada beberapa
kasus,jika tersedia datanya,mungkin dapat mengulang kembali untuk
menguji trend sebelumya. Jika tersedia data,hal tersebut berguna dan tidak
begitu mahal untuk dilakukan. (Amirudin.2017)

Melewati beberapa langkah memungkinkan dilkukan dan kembali


pada langkah awal untuk merevisi tujuan sistem. Hal ini dapat terjadi
seiring perkembangan program bahwa beberapa tujuan lebih penting
dibandingkan yang difikirkan dari awal. (Amirudin.2017)

B. Definisi Data yang Dikumpulkan

Langkah ini membimbing kita melalui suatu serial dari sub langkah
menuju tujuan dimana data akan di kumpulkan oleh sistem,dari sumber
mana,seberapa sering dan menggunakan prosedur yana mana. Sekali
lagi,untuk menjaga tujuan program kita dalam pikiran disaat memutuskan apa
yang ingin diamati. (Amirudin.2017)

Kelompok sasaran mortalitas. Contoh kematian maternal : hal ini


merupakan kematian yang terjadi selama kehamilan,persalinan hingga 42 hari
setelah melahirkan. Kematian bayi : Hal ini merupakan kematian yang terjadi
selama kelahiran dan ulang tahun pertama. Kita mungkin ingin membedakan
antara printal (kematian pada kelahiran), neonatal (kematian dalam 28 hari
pertama kehidupan), dan post-neonatal (kematian antara hari ke 29 dan hari
365 kehidupan). Keseluruhan dari hal tersebut tentu saja merupakan kematian
bayi. (Amirudin.2017)

Menyelidiki penyebab kematian. Jika kita ingin mengetahui penyebab


kematian,sebagai tambahan untuk menjaga jejak dari sejumlah kematian,maka
diperlukan wawancara mendalam untuk mengumpulkan informasi. Jika
mampu mendapatkan laporan autopsi yang terpercaya,itu lebih baik namun

7
jika tidak,kita dapat mencopa “autopsi verbar”. Dengan menggunakan
kuisioner. (Amirudin.2017)

Tabel sebelumnya menunjukkan penyebab kematian yang dapat


ditemukan melalui autopsi verbal. Umumnya,sebab – sebab dari beberapa
kematian cukup mudah untuk diketahui,selebihnya lebih sulit diketahui.
Contohnya,jika seorang anak meninggal di dalam kecelakaan mobil,karena
jatuh atau tegangan listrik,penyebabnya biasanya terlihat. Disisi lain,sebagian
besar penyebab kematian neonatal sangant sulit untuk ditemukan. Mayoritas
kematian neonatal dikelompokkan sebagai “tidak diketahui”. (Amirudin.2017)

Tabel Penyebab kematian yang dapat diketahui melalui wawancara


(Amirudin.2017)

Moralitas Anak Motaritas Maternal


Relatif Mudah : Terluka Pendarahan post-partum
Tetanus Neonatal Persalinan obstruksi
Campak Eklampsia
Diare Infeksi psot-partum
ISPA Beerhubungan dengan Aborsi
Akut
Relatif sulit : Malnutrisi
Sepsis neonatal

Morbiditas.Mengulangi langkah tersebut untuk mendata penyakit yang


akan kita amati untuk masing – masing kelompok sasaran. Lagi-lagi,sebagian
besar nampaknya lebih penting dibandingkan yang lainnya untuk kita. Jaga
selalu tujuan surveilans sebagaimana menjaga prioritas. (Amirudin.2017)

Menyelidiki penyebab morbiditas. Sama halnya dengan mortalitas,jika


ingin menyelidiki penyebab satu atau lebih penyakit tersebut,maka perlukan
wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada
sebagian besar kasus setiap tahunnya. Mungkin perlu pendekatan khusus
terhadap kasus demi kasus jika penyelikan dilakukan. Umumnya,jika sebagian
besar anak-anak sekolah telah diimunisasai dengan lengkap dan terjadi wabh
polio,munkin ini menyelidikinya dengan segera. Dalam hal ini,kita mungkin
membatasi penyelidikan pada penyebabnya hingga kejadian signifikan dan
luar biasa. Dimana hal tersebut muncul sebagian hasil dari iuran langkah
dimana kita menganalisi data kita dan memutuskan apakah kita membutuhkan
pengambilan tindakan. (Amirudin.2017)

Tambahan untuk jumlah dari tiap-tiap kasus,kita dapat mengumpulkan


informasi lain semisal umur,jenis kelamin,status imunisasi,apakah terjadi

8
pengobatan di Puskemas dan seterusnya. Sangat direkomendasikan
mengumpulakan informasi sebanyak mungkin. Hal itu berarti,perlaporan rutin
sebaiknya dibatasi pada: (Amirudin.2017)

1. Jumlah total kasus kematian atau penyakit pda tiap-tiap kategori


prioritas
2. Penyebarannya menurut jenis kelamin,kelompok umur,tempat
tinggal,tanggal kejadian dan menurut kondisi lokal penyebab
kematian bayi dan ibu.

Sebaiknya lokal sentine Puskesmas melaporkan semua tambahan


informasi di atas untuk penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi,pada kasus indeks (case indeks) serta faktor-faktor yang
mengkontribusi. Sedangkan untuk kematian ibu dan bayi sebaiknya
diselidiki dengan sistematis menurut autopsi verbal yang terinci.
(Amirudin.2017)

Pelaporan rutin menurut umur dan jenis kelamin bukan informasi


tambahan. Terdapat bukti nyata perbedaan mortalitas antara laki-laki dan
anak perempuan dan sebaiknya diamati. Karena mortalitas maternal agak
tidak umum,dibutuhkan suatu populasi sekitar sepuluh kali lebih
besar,juga dibutuhkan data dan keseluruhan populasi. (Amirudin.2017)

C. Seleksi Metode dan Prosedur

Pada langkah ini akan dilakukan seleksi terhadap prosedur


pengumpulan data untuk tiap-tiap indikator. Secara mendasar,hal ini
berarti bahwa akan diputuskan apakah akan mengumpulkan data dari
pelaporan rutin,menyusun suatu sistem sintinel atau melakukan suatu
survei khusus untuk mengumpulkan data. (Amirudin.2017)
Frekuensi pengumpulan dan pelaporan data. Untuk mayoritas
indikator dari sistem rutin,frekuensi tabulasi dan laporan data adalah
secara bulanan. Meskipun begitu,untuk indikator dengan proritas
tinggi.misal pada kasus polio pada saat suatu area yang dijangkau secara
penuh,pelaporan kasus sebaiknya dilakukan setiap minggu atau sesegera
mungkin sehingga tindakan dapat diambil secepatnya. (Amirudin.2017)
Lokasi sentinel biasanya melaporkan secara mingguan sehingga
wabag dapat di deteksi dengan cepat. Untuk kejadian luar biasa atau
signifikan,laporan sebaiknya dilakukan secepatnya. Sumber-sumber data
telah siap meskipun terjadi atau tidak. Jika data tersedia,disebut sumber
sekunder. Jika tidak tersedia data tersebut perlu dikumpulkan khususnya
surveilans,data disebut sumber primer,dimana data melibatkan observasi

9
dan wawancara. Sumber data yang paling umum untuk sistem surveilans
dirangkuman dibawah ini menggunakan kader sebagai contoh untuk
petugas pengumpulan data. (Amirudin.2017)
Sumber data selalu manusia,secara mendasar. Dalam hal ini dapat
digantikan dengan “teknisi laboraturium” atau “dokter” untuk kader dan
dengan cepat bisa melihat bahwa terdapat banyak sumber potensial untuk
data surveilans. Sumber utama akan data surveilans biasanya petugas
kesehatan : Tenaga Lapangan,Staf Puskemas, dan Praktek Swasta,Rumah
Sakit,Klinik Bayi dan ibu,Bidan dan Dokter. Secara khusus petugas
kesehatan memrikas,mewawancarai lalu mencatat data tentang morbiditas
dan mortalitas. Mungkin saja terdapat cara yang baik untuk mendapatkan
informasi secara cepat dan mudah.meskipun menyusun suatu sistem baru
untuk sementara waktu. Misal ,menggunakan SMS,Chat dsb.
(Amirudin.2017)

Tabel Jenis Pelaporan (Amirudin.2017)

Pengujian Lansung Pelaporan Langsung Pencatatan dan Pelaporan


Tidak terstruktur : kader Asosiasi bebas : Diskusi Secara statistik : Kader menjaga
melihat kejadian kader pelacakan kasus-kasus
Terstruktur : kader Wawancara tak teratur : Dokumen : Kader
menggunakan daftar untuk Kader berbicara kepada ibu mempersiapkan laporan bulanan
observasi
Wawancara semi-struktural: Laporan skunder : kader
kader menggunakan daftar membaca laporan laboratorium
untuk berbicara pada ibu
Wawancara terstruktur:
Kader mengadakan secara
formal
Tes-tes : Kader memeriksa
sang anak
Inventarisasi : Kader
menghitung persediaan
vaksi

Metode – metode. Bagian pengenal menggambarkan enam metode


yang paling umum digunakan untuk mengumpulkan data surveilans.

Tabel – tabel metode suveilans (Amirudin.2017)

Metode- metode surveilans Gambaran


Sistem pelapora rutin Informasi secara rutin dikumpulkan dan
dilaporlan oleh staf Puskesmas
Sistem pelaporan sentinel Sejumlah kecil unit laporan (biaya

10
puskesmas atau rumah sakit) secara
teliti mengumpulkan dan melaporkan
data yang dibutuhkan
Survei dan studi kasus Biasanya sampel untuk memperkirakan
tingkat suatu penyakit atau kondisi pada
suatu area tertentu
Pengujian kasus atau wabah Pengujian khusus terhadap satu atau
lebih kasus penyakit atau kematian
untuk menemukan penyebab dan
merekomendasikan tindakan untuk
mencegah penjangkit kembali
Sistem regritasi vital Penyediaan layanan masyarakat dan
swasta melaporan kelahiran, kematian
dan data pilihan lainnya kepada sistem
pusat
Sensus Jumlah keseluruhan dari suatu
populasi,terkadang melibatkan
pertanyaan tentang prilaku
kesehatan,penyakit-penyakit dan lain-
lain.

Perlu dipertimbangkan pilihan secara teliti,khususnya jika akan menyusun


laporan suatu sistem pelaporan sentinel yan baru. Hal ini bisa memakan biaya dan
waktu,khususnya jika kebutuhan pelaporan yang besar. Tapi jika datanya
sederhana dan berpusat pada data yang paling dibutuhkan,maka hal ini sangat
dibutuhkan. (Amirudin.2017)

D. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan


dalam suatu sistem surveilans. Data yang sudah dianalisis memerlukan
interpretasi dari orang-orang yang paham mengenai masalah yang berlangsung
sehingga dapat ditetapkan apakah data itu valid, bukan hanya secara statistik
namun secara keilmuan dapat diterima. (Nugroho.2017)

Interpretasi hasil analisis data menentukan langkah dan kebijakan apa


yang akan diambil untuk menindak lanjuti apa yang ada, baik deteksi wabah
maupun kegiatan monitoring. Interpretasi data harus difokuskan pada aspek
yang merupakan titik berat suatu masalah. Sehingga dengan interpretasi data
tersebut dapat ditetapkan prioritas kegiatan yang dilakukan untuk mengontrol
ataupun memperbaiki kondisi yang ada. Hasil interpretasi data inilah yang
nantinya didiseminasikan kepada para pemegang kebijakan maupun sebagai
umpan balik kepada pelaksana di lapangan. (Nugroho.2017)

11
Hambatan yang dapat terjadi dalam proses interpretasi data adalah
keterbatasan data, under-reporting, kurang representasinya data penyakit untuk
suatu wilayah dan definisi kasus yang tidak seragam antar wilayah. Karena
itulah proses penetapan definisi kasus dalam pengembangan sistem surveilans
memegang peranan yang penting. (Nugroho.2017)

E. Umpan Balik dan Diseminasi data

a. Umpan Balik
Data yang telah dilakukan analisis kemudian hasil analisis
disebarkan kemasyarakat dan dilakukan umpan balik kepada wilayah kerja
di level bawahnya. Kegiatan umpan balik dapat dilakukan dari dinas
kesehatan pusat ke dinas kesehatan propinsi, dari dinas kesehatan provinsi
ke dinas kesehatan Kabupaten/Kota, dari dinas kesehaan kabupaten/kota
ke puskesmas dan dari puskesmas ke wilayah kerja puskesmas tersebut.
(Nugroho.2017)
Kegiatan umpan balik dapat berupa pertemuan berkala, pelatihan
atau yang lainya Unit surveilans puskesmas mengirim umpan balik
laporan ke puskesmas pembantu diwilayahnya. Kegiatan umpan balik
diharapkan dapat memperbaiki data yang dikumpulkan dan menjadi
informasi pada level bawahnya. (Nugroho.2017)
Unit surveilans rumah sakit bekerja sama dengan rekaman medik,
petugas rawat inap dan rawat jalan melakukan validasi data. Dinas
kesehatan kabupaten/kota memberikan umpan balik bulanan ke
puskesmas, rumah sakit serta laboratorium diwilayah kerjanya. Dinas
kesehatan provinsi memberikan umpan balik bulanan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota. Unit surveilans laboratorium melakukan umpan balik
terhadap instansi terkait untuk melakukan validasi data. (Nugroho.2017)

b. Diseminasi atau penyebarluasan informasi


Tujuan dari proses ini adalah memungkinkan pengambil kebijakan
untuk melihat dan mengerti implikasi dari informasi yang didapatkan
sehingga keputusan yang diambil tepat untuk dijalankan di populasi
tersebut. Lebih lanjut, para penentu kebijakan juga dapat mengevaluasi
efektifitas, keuntungan dan kerugian dari intervensi kesehatan masyarakat
tersebut. Berkenaan dengan itu, hendaknya suatu data disajikan dalam
bentuk yang memudahkan orang untuk mengerti hal-hal yang ingin
disampaikan, baik dalam bentuk tabel, grafik maupun pemetaan.
(Nugroho.2017)
Diseminasi di puskesmas. Kegiatan diseminasi di puskesmas di
ujukan kepada lintas program di kecamatan dan pada masyarakat melalui

12
pertemuan-pertemuan tingkat desa. Diseminasi di Dinas kesehatan
kabupaten/kota. Diseminasi di dinas kesehatan kabupaten dapat
dilakukan melalui penerbitan bulletin epidemiologi secara berkala.
Diseminasi melalui bulletin dapat dilakukan setiap bulan. Penyebarluasan
informasi dilakukan kepada pemegang kebijakan baik di dinas kesehatan
atau pemerintah daerah dalam bentuk laporan kegiatan atau laporan
program. Diseminasi di dinas kesehatan provinsi. Diseminasi di dinkes
provinsi dilakukan melalui pertemuan lintas program yang melibatkan
petugas dinas kabupaten/kota, dan melalui buletin. Penyebarluasan
informasi melalui buletin epidemiologi dapat dilakukan secara berkala.
Idealnya penyebar luasan informasi dilakukan setiap bulan, hal ini terkait
dengan sistem pelaporan dari dinas kesehatan dilakukan setiap bulan.
(Nugroho.2017)

2. Langkah Analisis Data Surveilans

A. Pengembangan Prosedur Pengumpulan dan Pelaporan


a. Mengembangkan definisi operasional kasus

Satu “ kasus” didefinisikan sebagai satu situasi atau kejadian


individual. Dalam kesehatan, satu kasus biasanya terjadi pada satu orang
secara individu yang menderita penyakit tertentu. Dalam hal ini, seseorang
yang datang ke klinik mengeluh akan diare berat merupakan satu kasus.
Seorang anak yang menderita malnutrisi tingkat 3 merupakan satu kasus.
Kebutuhan surveilans yang penting adalah dapat menemukan tiap kasus
yanng diidentifikasikan. Seorang ibu yang membawa seorang anak untk
pemeriksaan, tidak mengetahui apa yang salah. Petugas kesehatan harus
mendiagnosis kondisi sang anak sehingga dapat diambil tindakan secara
tepat, bahakan masalaha kesehatan dapat diidentifikasikan secara akurat,
dicatat dan dilaporkan. (Amirudin.2017)

Tabel 6.2 aftar penyakit dengan definisi standar dan definisi non-
klinis. Dua contoh di sajikan di bawah ini. (Amirudin.2017)

Penyakit Definisi Kasus Standar Definisi Non-Klinis


Campak Gejala generasi kemerahan maculo- Gejala demam dan
papular selama tiga hari atau lebihbercak merah satu dari
dan terdapat gejala satu dari hal gejala berikut: Batuk,
berikut: Batuk, coryza, conjunctivitis.
hidung berair, mata
merah.
Difteri Pharyngitis akut, nasopharyngitis Sakit tenggorokan
akut, atau laryngitis akut, dengan dengan tanda abu-abu

13
membran pseudo. di tenggorokan.

Dibutuhkan suatu definisi kasus untuk masing-masing penyakit


yang rencananya akan diamati. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan
bahwa semua petugas kesehatan menggunakan definisi dan kriteria yang
sama untuk mendiagnosis suatu penyakit spesifik. Jika tidak, sistem
surveilans tidak akan ada gunanya. (Amirudin.2017)

Hindari penghitungan-ganda. Jika seorang anak melakukan dua


kali kunjungan pada suatu puskesmas untuk episode penyakit yang sama,
hitunglah hanya sebagai satu kasus saja. (Amirudin.2017)

Hanya menghitung kasus yang telah didiagnosis oleh seorang


petugas kesehatan. Hitung secara terpisah, tetapi jangan mencatat atau
melaporkan kasus yang telah dilaporkan oleh seorang anggota masyarakat,
kecuali jika telah didiagnosis oleh seorang pekerja kesehatan. Hal ini
pentng untuk menghindari kesalahan diagnosis dan penghitungan ganda.
(Amirudin.2017)

Hitunglah kasus yang sejenis saja. Anda perlu menata suatu


kerangka waktu untukpelibatan kasus-kasus. Hal itu mungkin saja jumlah
kasus yang terjadi selama tujuh hari yang lalu. Kemudian, jangan
melibatkan satu kasuspun yang terjadi pada delapan hari atau lebih yang
lalu. (Amirudin.2017)

b. Mengembangkan atau memperbaiki perlengkapan pengumpulan


dan pencatatan data.

Terdapat tiga jenis perlengkapan yang dapat digunakan dalam


surveilans rutin dan sentinel: registrasi, kuesioner survei, dan protokol
pengujian kasus. (Amirudin.2017)

Registrasi. Perlengkapan yang paling memungkinkan yang akan


digunakan untuk surveilans rutin adalah registrasi klinik dan lapangan.
Pengembangan sistem sentinel diharapkam adanya data tambahan terhadap
penyakit dalam jumlah terbatas. (Amirudin.2017)

Registrasi klinik. Semua program puskesmas yang berjalan telah


diregistrasi, dimana hal tersebut dapat dapat digunakan untuk surveilans
penyakit atau program. (Amirudin.2017)

Catatan individu di klinik pengobatan. Bentuk ini mencatat


lebih terinci kunjungan individual untuk perawatan rutin pada pengobatan
terhadap penyakit yang beragam. Bentuk ini berguna jika ingin melibatkan

14
karakteristik khusus untuk tiap-tiap kasus, misalnya umur, jenis kelamin,
status perkawinan, dll. (Amirudin.2017)

Catatan pengobatan klinis harian. Bentuk ini digunakan untuk


mencatat semua kunjungan yang terjadi pada suatu fasilitas kesehatan tiap
harinya. Sebagai tambahan untuk mengidentifikasi semua kasus yang
terlihat sepanjang hari, juga dapat mencatat jenis kelamin individual dan
kelompok umur. Jumlah keseluruhan per hari dapat dengan mudh
dirangkum mingguan atau bulanan. (Amirudin.2017)

Registrasi lapangan. Bentuk ini dirancang untuk mengumpulkan


data pada peristiwa kelahiran, kematian, imunisasi, diare, dan status gizi
tentang semua anak dengan usia dibawah lima tahun, serta kehamilan
stautus imunisasi dari semua wanita menikah di dalam rumah tangga.
Formatnya dapat diadaptasikan dengan mudah untuk mengumpulkan
informasi lain yang dibutuhkan untuk surveilans, termasuk sejarah
morbiditas, masalah kesehtan terbaru, dan kejadian yang menyebabkan
kematian. (Amirudin.2017)

Laporan kematian. Jika telah memiliki format laporan, anda


dapat menambahkan registrasi klinik dan lapangan dengan suatu format
“penyebab kematian” yang sederhana. Tabel 6.3. merupakan format satu
contoh . satu dari format tersebut akan diisi untuk tiap-tiap kematian yang
diidentifikasi selama periode pelaporan. Hasilnya kemudian dapat
ditabulasikan pada akhir periode pelaporan. (Amirudin.2017)

Tabel 6.3. Tampilan Laporan Kematian(Amirudin.2017)

Penyebab Kematian
Nama : Tuan X Jenis kelamin Tanggal lahir : 12 oct 1991
Alamat : Jl. Perintis P Tanggal kematian : 14 nov 1992
Usia saat meningal 13 buln
Sebab-sebab Penyokong
kematian : utama Reaksi diujikan oleh petugas
Campak*
*komentar : sang anak belum diimunisasi melawan campak
Tertanda : anneke Tanggal hari ini : 16 nov 2011

Kuesioner survei. Untuk memperkirakan kebutuhan kesehatan


masyarakat, melibatkan tiga perlengkapan yang dapat anda gunakan.
(Amirudin.2017)

Pertama adalah kuesioner kejadian penting dan status kesehatan.


Hal tersebut membiarkan anda mengukur status morbiditas dan mortlitas

15
terbaru dari setiap orang di dalam ruamh tangga yang terpilih.
(Amirudin.2017)

Kedua adalah kuesioner mortalitas anak, dirancang secara khusus


untuk mengumpulkan tentang mortalitas anak usia di bawah satu tahun,
usia dua hingga empat tahun, dan dibawah lima tahun. (Amirudin.2017)

Ketiga yaitu kuesioner mortalitas maternal. Tabel 6.4. merupakan


satu pilihan dari bagian morbiditas dari kuesioner kejadian penting.
(Amirudin.2017)

Penyelidikan kasus. Setelah mengembangkan instumen


pengumpulan data, sebaiknya diuji di bawah kondisi normal. Yaitu
mencobanya diluar program anda untuk melihat apakah instrumen tersebut
mudah dipahami oleh staf, mudah digunakan dan menghasilkan jenis data
yang dibutuhkan.
Tabel 6.4. Kejadian penting dan status kesehatan(Amirudin.2017)

B. Mengumpulkan dan Melaporkan data

Jika prosedur dan instrumen data sudah tersedia, maka anda dapat
memulai surveilans. Pelatihan dan surveilans yang baik pada staf dalam
pengumpulan data, tabulasi, dan pelaporan merupakan hal penting menuju
kesuksesan sistem. Setiap orang yang terlibat di dalam fungsi-fungsi tersebut
sebaiknya dilatih termasuk sukarelawan, dukun terlatih, guru sekolah, staf
kader dan staf puskesmas. (Amirudin.2017)

Pelatihan sebaiknya mencakup topik-topik berikut: (Amirudin.2017)

1. Tujuan dan kegunaan surveilans.


2. Bagaimana mengenali dan mengklasifikasikan penyakit tertentu
menggunakan definisi standar atau paparan kasus.
3. Bagaimana merekam data pada registrasi klinik dan lapangan.

16
4. Bagaimana merangkum dan melaporkan data berbasis mingguan atau
bulanan.
5. Bagaimana menentukan, jika penyelidik lanjut dibutuhkan.
6. Penyelidik kasus, termasuk autopsi verbal, membutuhkan perhatian
khusus.

Jumlah penyelidikan yang dibutuhkan. Jika nantinya hanya terdapat


sedikit penyelidikan, hal yang paling baik adalah melatih sejumlah kecil orang
dan membiarkan mereka menangani keseluruhan penyelidik. Penyelidikan
tidaklah mudah untuk dilakukan, dan orang-orang yang dipilih untuk
melakukannya harus memiliki sejumlah kualifikasi dan dedikasi terhadap
tugas-tugasnya. Merupakan hal yang alami bila staf puskesmas menannyakan
pertanyaan-pertanyaan yang intim, dan suatu masalah umum jika mereka
menghindari beberapa dari seluruh pertanyaan yang disertakan.
(Amirudin.2017)

Beberapa cara untuk mengatasi hal ini adalah : (Amirudin.2017)

1. Yakinkan bahwa pewawancara dilatih dengan baik.


2. Amati mereka selama sesi praktik untuk melihat apakah mereka memiliki
kendali untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan.
3. Yakinkan bahwa terdapat cukup alokasi waktu pada pewawancara untuk
mencapai tempat wawancara, menjalin hubungan, dan mengira-ngira
jawaban.
4. Menyemangati penyelidik untuk mengekspresikan keprihatinan dan
perasaan mereka, dan membantu mereka untuk mengatasinya.
5. Tekankan pentingnya tugas mereka untuk kesehatan dan keberadaan yang
lain.
6. Ajarkan cara yang tepat secara kultural untuk memperoleh informasi.
7. Temani mereka secara berkala dalam penyelidikan untuk melihat teknik-
teknik mereka dan berikan timbal balik yang membangun

Supervisi (pengarahan) merupakan hal yang penting. Yakinkan bahwa


pewawancara mengikuti semua training tentang kasus-kasus dan kematian.
Yakinkan bahwa mereka menindak lanjuti jawaban-jawaban yang tidak
lengkap, semangati mereka untuk mencari tahu, disiplinkan mereka untuk
menuliskan respon-respon, beritahukan mereka untuk menggunakan bahasa
atau dialek setempat. Sebelum mereka mengakhiri suatu wawancara,
esmangati mereka untuk merangkum apa yang telah mereka rekam dan
bertanyalah tentang verifikasinya. (Amirudin.2017)

Pengendalian kualitas juga merupakan hal yang penting. Cara terbaik


untuk meningkatkan kualitas adalah dengan menanamkan hasrat untuk
mengendalikan kualitas kepada pewawancara. Bawalah pewawancara

17
bersama-sama sebagai satu kelompok untuk berbagi pengalaman dan untuk
mencari solusi untuk masalah sejenis. (Amirudin.2017)

Kesalahan akan selalu ada, utamakanlah semua tujuan-tujuan yang


baik. Dalam sistem sentinel dan penyelidikan kasus secara khusus, adalah
berguna untuk memiliki orang kedua untuk memverifikasi data. Contohnya,
tunjuklah seseorang untuk memeriksa entri-entri di dalam registrasi dan
tabulasi. Tunjuklah seorang supervisor (pembimbing) untuk wawancarai ulang
lima hingga 10 persen kasus yang telah di kumpulkan. (Amirudin.2017)

Suatu indikator yang meyakinkan terhadap sistem surveilans yang


dibangun bermasalah jika rasio “tidak diketahui” terhadap instrumen yang
tinggi mencapai lebih dari sepuluh hingga 20% dari penyebab suatu penyakit
atau kematian tidak diketahui, maka nampaknya terdapat sesuatu yang salah.
Mungkin kesalahan pada instrumen, teknik wawancara, atau waktu
wawancara yang menyebabkan bias. (Amirudin.2017)

Normalnya petugas surveilans merangkum dat secara harian pada


suatu registrasi dan kemudian menambahkan secara total pada akhir minggu.
Ringkasan tersebut kemudian dikompilasi pada akhir periode pencatatan
(biasanya satu bulanan). Jika terdapat beberapa puskesmas (atau kader) yang
melaporkan data, mungkin akan memasukkan jumlah total dari tiap-tiap
registrasi. Tabel 6.4. mengilustrasikan satu cara untuk melakukan hal itu pada
registrasi rutin. (Amirudin.2017)

Data sentinel mungkin akan lebih kompleks, jika dibutuhkan data


tambahan semisal variabel status imunisasi dan variabel lain. Tetapi pokok
pikirannya tetap sama. Rangkum saja dat tersebut, kalkulasi jumlah
keseluruhannya, dan kompilasi laporan dari unit-unit yang beragam.
(Amirudin.2017)

Penyelidikan kasus merupakan hal yang berbeda. Yang utama,


nampaknya terdapat lebih sedikit penyelidikan pada suatu periode pelaporan
tertentu. Yang kedua, jumlah dat yang dikoleksi nampaknya lebih besar. Tidak
bisa tidak, laporan ringkasan dapat dipersiapkan dengan cara yang sama.
Dapat dimodifikasi contohnya, untuk melaporkan jumlah kematian secara
total di dalam periode, menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Satu daftar
penyebab kematian dapat digantkan utnuk penyakit yang didaftarkan pada
kolom sebelah kiri. (Amirudin.2017)

C. Menganalisis Data

Analisi sebaiknya dilakukan pada tiap-tiap tingkatan sistem surveilans.


Jika kader belajar untuk mengertikan data yang mereka kumpulkan maka
mereka akan memiliki suatu pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan

18
komunitasnya. Staf puskesmas juga sebaiknya dianjurkan untuk menganalisis
data mereka.. (Amirudin.2017)

Data surveilans dapat ditabulasikan dengan mudah dengan tiga cara:


tabel-tabel ringkasan, bagan penyakit dan pemetaan. (Amirudin.2017)

1. Tabel ringkasan
Sebagian besar tabel akan memuat penjumlahan sederhana tentang jumlah
kasus. Beberapa tabel dapat menyertakan penyebaran persentase, dan
sebagian lagi menyertakan angka rata-rata. Tabel 6.5. mengilustrasikan
suatu tabel penjumlahan. Tabel 6.5. merupakan ringkasan data dari tabel
6.4. tentang campak dan diare.

Tabel 6.5. ringkasan data dari 10 puskesmas (Amirudin.2017)

2. Grafik penyakit
Anda juga dapat mengembankan bagan atau grafik yang dapt
secara otomatis dari file komputer menjadi grafik. Komputer juga akan
membentuk suatu grafik tentang data anda untuk anda. Jika anda
mengubah suatu gambar, kalkulasi dan grafik akan berubah secara
otomatis. (Amirudin.2017)

19
Grafik penyakit merupakan hal yang sangat bergna. Grafik tersebut
biasanya dibuat untuk periode 12 bulanan, sebagaimana yang akan
didiskusikan nanti. Jenis bagan ini khususnya berguna untuk
mengidentifikasi pola musiman dan epidemi. Lihat gambar 6.1. yang
diformulakan dari tabel 6.6. dengan menggunakan program spss atau Epi
Info, akan sangat mudah untuk menampilkan grafik tersebut.
(Amirudin.2017)

Tabel 6.6. laporan kasus campak dan diare, november 2011(Amirudin.2017)

Puskesma 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
s
Campak 1 2 1 18 12 34
Diare 2 6 14 2 3 8 1 10 2 54
Total 3 6 16 2 4 8 4 28 20 88

3. Peta
Kelebihan presentasi visual akan penyebaran kasus secara
geografis adalah lebih mudah untuk mengidentifikasi lokasi kasus. Hal
tersebut terkadang memberikan gambaran cepat tentang bagaimaan
penyakit menular menyebar. Anda dapat melihat kluster penyakit diare
atau DBD pada suatu area, penyebab PMS disepanjang rute transportasi
dan penyakit lain yang terbatas pada area urban. (Amirudin.2017)

20
Banyak progra puskesmas saat ini menggunakan peta untuk
perencanaan dan map yang sama tersebut dapat digunakan untuk
mengidentifikasi rumah tangga dengan suatu penyakit atau maalah
kesehatan. Jika anda berenana untuk mengamati beberapa penyakit, anda
dapat melihat pin-pin atau simbol dengan warna berbeda untuk
mengindikasikan tiap-tiap penyakit. (Amirudin.2017)

Peta juga berguna pada tingkat administrasi yang lebih tinggi. Contoh,
anda bisa menunjukkan jumlah kasus DBD pada tiap-tiap desa, kota, atau
kabupaten. Gambar 6.2. DBD sebagai contoh, mengilustrasikan bagaimana
data perkemangan ejaidan DBD, dapat di amati di kabupaten bantaeng pada
tahun 2009. (Amirudin.2017)

4. Perhitungan rate dan rasio

Perhitungan rate dan rasio sebaiknya pada populasi yang besar untuk
menghasilkan gambaran masalah kesehatan dari populasi yang akurat, bila
populasinya kecil tidak dianjurkan untuk melakukan perhitungan rate dan
rasio tersebut. Aturan dasarnya adalah bahwa anda harus memiliki populasi
dengan setidaknya 50.000 orang untuk mengidentifikasi kematian bayi yang

21
cukup untuk menghitung rate kematian bayi yang rasional. Sedangkan untuk
menghitung rate kematian ibu dibutuhkan populasi yang lebih besar lagi,
sepuluh kali lebih besar dibandingkan ukuran di atas. (Amirudin.2017)

Incidence rate : jumlah kejadian baru yang terjadi di dalam suatu


populasi pada satu periode waktu tertentu dibagi jumlah keseluruhan orang-
orang yang terpapar risiko selama periode yang sama:

Jumlah kasus TB baru bulan lalu x 10n = 13 x 100.000 = 1.53


populasi total 850.000

Attack rate. Suatu rate kejadian kumulatif yang terhadap suatu


populasi berisiko pada periode waktu tertentu, misalnya epidemi. Formulanya
sama dengan formula tingkat rata-rata kejadian. (Amirudin.2017)

Prevalence rate. Jumlah keseluruhan dari seluruh individu yang


menampakkan gejala atau menderita penyakit tertentu pada suatu poin (atau
periode) tertentu dalam waktu tertentu pada populasi berisiko. Contoh berikut
adalah prevalence rate yang terjadi pada bulan mei tahun2001. Rate
diekspresikan dengan 156 kasus per 100.000 populasi di bulan mei 2001.
(Amirudin.2017)

Total jumlah kasus TB baru x 10n = 1325 x 100.000 = 155.9


populasi total 850.000

5. Analisis

Kegunaan analisis adalah untuk : (Amirudin.2017)

a. Spike: Peningkatan atau penurunan yang luar biasa atau tajam dalam
jumlah kasus. Hal ini dapat mengindikasikan suatu wabah dari penyakit,
mungkin terjadisuatu masalah umum yang tidak diharapkan, misalnya
munculnya flu jenis baru.
b. Kluster: pengemlompokan kasus menurut periode waktu,area, kelompok
umur, dan lain – lain. Hal ini dapat mengindikasikan suatu wabah yang
terbatas pada suatu bagian tertentu dari populasi, misalnya wabaw campak
pada wilayah tertentu.
c. Trend: peningkatan atau penurunan yang teratur atau gradualpada kasus
sepanjang waktu. Perlu pengamatan trend secara teliti, karena trend
tersebut mungkin saja terjadi secara gradual yang perubahannya tidak
jelas. Contohnya pada peningkatan kasus tubekulosi atau penurunan
anemia.
d. Variasi sistematik : perubahan teratur,misalnya Variasi misuman dalam
penyakit. Campak, misalnya bervariasi secara musiman. Suatu spike tiba –
tiba mungkin saja merupakan hal yang alami.

22
Dalam surveilans sistem sentinel, dengan daia yang beragam sangat
memungkinkan dilaksanakan uji korelasi. Contohnya, anda dapat menguji
pola penyakit menurut kelompok umur, jenis kelamin, menurut umur dan jenis
kelamin, pariasi, tempat dan sebagainya. (Amirudin.2017)

Perubahan pada pola penyakit dapat mengindikasikan suatu perbaikan


kesehatan, jika trendnya adalahmenurun, atau kesehatan memburuk jika
trendnya naik. Tetapi perubahan tersebut juga dapat merefleksikan surveilans
yang baik atau lebih buruk, dibandingkan dengan perubahan nyata pada status
kesehatan. (Amirudin.2017)

Sistem surveilans sangat sensitif terhadap jumlah kasus yang


dilaporkan. Idealnya, seluruh kasus akan diindefikasi dan dilaporkan. Jika
tidak, maka tampilananda akan mengabaikan aktualitas penyakit. Disisi lain,
jika terdapat lebih banyak kasus yang dilaporkan dibandingkan yang sebtulnya
terjadi. Maka mungkin akan melebih – lebihkan ancaman. (Amirudin.2017)

Terdapat empat faktor utama yang dapat mempengaruhi jumlah kasus


yang dilaporkan : (Amirudin.2017)

a. Kelengkapan laporan
b. Variasi musiman
c. Epidemi atau wabah
d. Cakupan/jangkauan

Kelengkapan laporan: laporan surveilans dapat berubah karena dua


alasan utama. Yang pertama, orang – orang lebih banyak mendatangi
puskesmas, dan sebagai hasilnya, lebih banyak penyakit yang akan
dicatat/direkam. Yang kedua, petugas kesehatan meningkatankeahlian temuan
kasus mereka dan mengidentifikasi lebh banyak penyakit dari sebelumnya.
Dalam hal ini, keberadaan peningkatan penyakit sebetulnya hanya merupakan
suatu peningkatan didalam pelaporan. Hal sebaliknya tentu saja juga dapat
terjadi. Tapi jika hal ini terjadi diantara periode pelaporan, anda dapat lebih
percaya diri bahwa perubahan data merefleksikan perubahan nyata pada
kasus. (Amirudin.2017)

Variasi musiman: Sebagian besar penyakit bervariasi menurut musim.


Campak dan malaria misalnya, bervariasi menurut musimnya. Disaat
menjangkit, pencegahan dan pengendalian malaria akan meningkat, variasi
musiman akan lebih sedikit diperhatikan. Bagaimana juga, wabah musiman
bervariasi dari satu area ke area lainnya, dan anda mungkin membutuhkan
bagan menurut pengalaman anda sendiri selama beberapa tahun untuk
mengindentifikasi variasi musiman. (Amirudin.2017)

23
Epidemi: Sebagian besar penyakit menjangkau tingkat epidemi setiap
beberapa tahun. Insiden akan relatif stabil untuk beberapa tahun dan
kemudian meningkat secara dramatis. Penyakit campak merupakan satu
diantaranya. Pola epidemi juga bervariasi dari satu area ke area lainnya, dan
hal tersebut juga sebaiknya dibagnkan untuk mengindentifikasi polanya.
(Amirudin.2017)

Cakupan/jangkauan: Sebagaimana populasi target anda menjadi


terlindungi dari suatu penyakit atau masalah kesehatan tertentu, insidennya
justru menurun. Semakin banyak perempuan yang terlibat dalam ANC dan
mengalami kelahiran yang aman, insiden masalah mengasuh anak akan
menurun. Inilah jenis perubahan yang anda berharap untuk terjadi.
(Amirudin.2017)

Faktor – faktor lain: jika populasi target anda berubah selama terjadi
migrasi, anda dapat melihat perubahan nyata terhadap pola penyakit. Pada
beberapa pusat kota kepadatan populasi meningkat 10-15% pertahun, yang
memberikan dampak negatif pada seluruh aspek status kesehatan. Bahkan
jika cakupannya tinggi, penyakit tetap saja akan menyebar jika intervensi
kesehatan tidak efektif. Misalnya, terputusnya rantai flu dapat memusnahkan
efektifitas vaksin. Anda juga bisa melihat perubahan status kesehatan karena
perbaikan (atau penurunan) umum dalam status sosio-ekonomi, disebabkan
oleh peningkatan (ataupenurunan) pada ketersediaan layanan kesehatan lain,
atau pada makanan, pakaian dan tempat berlindung. (Amirudin.2017)

Penyakit alami, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan


kebakaran dapat membuat perubahan hebat dalam bidang kesehatan.
(Amirudin.2017)

Analisis perbedaan menurut umur, jenis kelamin, pendidikan,


pemasukan dan Faktor – Faktor lain: meskipun anda tidak ingin merubah
aktivitas surveilans anda kedalam program riset, sekali anda mungkin ingin
menguji beberapa faktor dengan maksud untuk melihat jika terdapat suatu
sub-kelompok yang lebih berpengaruh oleh penyakit tertentu. Contoh anda
mungkin akan memperbandingkan pola penyakit dan mortalitas bayi
perempuan dan laki – laki. Jika mortalitas lebih tinggi pada suatu kelompok,
terdapat kebutuhan yang jelas untuk lebih mengarahkan perhatian pada
kelompok tersebut. (Amirudin.2017)

D. Penyelidikan Penyebab (Opsional)

24
Bila ingin mengetahui penyebab dari beberapa penyakit, masalah
kesehatan atau kematian. Seperti yang disinggung sebelumnya, hal ini
membutuhkan pelatihan khusus dan penyelidikan mendalam. Untuk
sebagai besar program puskesmas, termasuk yang dilakukan dengan
program surveilans sistem sentinel, penyelidikan penyebab mungkin akan
diselesaikan menurut masalah yang terpilih. (Amirudin.2017)

Dibutuhkan suatu format pada tiap – tiap kasus yang diinvestigasi.


Lalu ikutilah tuntunan umum ini melakukan penyelidikan :
(Amirudin.2017)

1. Selidiki atau periksalah pasien, jika memungkinkan


2. Wawancarai sang ibu atau keluarga lain yang memiliki informasi tentang
kasus
3. Wawancarai pekerja kesehatan yang memeriksa, menyelidiki atau
menangani kasus
4. Kumpulkan informasi gambaran mendasar tentang kasus
5. Konfirmasi diagnosis
6. Indentifikasi gejala pasien sebelum dan selama menderita penyakit.
7. Indentifikasi hasil pengobatan dan penyakit
8. Informasi di analisis yang dikumpulkan untuk mengindentifikasi:
1) Penyebab utama penyakit atau masalah: dan 2) Tindakan yang dapat
dilakukan dimasa depan untuk mencegah penyakit menjangkit kembali.

Autopsi verbal: Prosedur penggunaan autopsi verbal adalah sama,


tetapi tidak identik dengan penyelidikan kasus dan wabah. (Amirudin.2017)

1. Selidiki atau ujilah bagian tubuh, jika memungkinkan.


2. Wawancarai si ibu atau keluarga lain yang memiliki informasi kematian.
3. Wawancarai pekerja kesehatan yang menguji, memeriksa atau menangani
kejadian (gejala sebelum, selama, atau setelah kematian)
4. Kumpulkan informasigambaran mendasar tentang kematian: situasi
kematian, gejala dan kondisi kematian. Penyebab yang dicurigai (diare,
ARI, kecelakaan dan sebagainya)
5. Lengkapi bagan pengkodean.
6. Indentifikasi penyebab utma kematian (yang paling memungkinkan)
7. Indentifikasi penyebab yang terkait.
8. Cari tau apakah pasien telah menerima perawatan pencegahan yang tepat.
9. Indentifikasi pengobatan yang terima pasien selama menderita sakit.

Sebagaimana yang terjadi pada penyelidikan kasus/wabah, analisisnya


sebaiknya mengindentifikasi: 1) penyebab utama kematian: dan 2)
tindakan yang dapat diambil di masa depan untuk mencegah kematian
sejenis. (Amirudin.2017)

25
E. Mengembangkan Perencanaan Tindakan

Jelasnya, seluruh kegunaan surveilans adalah untuk mencari cara


mencegah penyakit dan kematian yang sebetulnya tidak harus terjadi. Data
yang dikumpulkan melalui sistem surveilans akan membantu melakukan hal
tersebut. Jika anda telah mengindentifikasi masalah, lalu mencari tahu
penyebabnya, langkah selanjutnya adalah melakukan sesuatu untuk mengatasi
masalah tersebut. Pada sebagian besar kasus, tindakan yang dibutuhkan
nampak jelas. Misalnya, jika seorang wanita mengalami komplikasi kehamilan
karena tidak mendapatkan perawatan kelanjutan, maka selanjutnya mereka
disertakan dalam ANC. Pada kasus lain. Jalan keluarnya tidaklah sebegitu
jelas. Misalnya, diare dapat berlanjut menjadi suatu masalah meskipun
sebagian besar kaum ibu mengetahui bagaimana mencegah dan
menanganinya. Pada kasus ini anda mungkin perlu mengumpulkan informasi
spesifik tentang penyebab masalah sebelum anda merekomendasikan suatu
penyelesaian. (Amirudin.2017)

Petunjuk pemecahan masalahnya juga akan membekali anda dengan


beberapa pokok fikiran. Jika anda belum merasa jelas, hal ini dapat merupakan
waktu yang tepat untuk melakukan sesi pencerahan pikiran, reprensi
komunitas, dan hal lain untuk mengindentifikasi akar penyebab masalah dan
untuk mencari jalan keluar dengan staf anda. Baik anda mempunyai atau
belum mempunyai jalan keluar yang memungkinkan, tetapi ingin
mengembangkan satu sistem, maka gambarkanlah satu perencanaan tindakan.
Perencanaan tidak harus terinci tetapi sebaiknya memiliki: (Amirudin.2017)

Apa: Tindakan yang diambil sebaiknya spesifikasi, dalam hal ini memberikan
pelatihan NC kepada dukun terlatih, atau pemikiran apa yang akan dilakukan
untuk membantu wanita resiko tinggi dengan program ANC.

Siapa: Orang – orang tertentu yang akan bertanggung jawab untuk tiap – tiap
tindakan yang sebaiknya dilakukan, menurut nama dan posisinya.

Kapan: Tanggal dimulainya dan atau penyesaian tindakan. Pada beberapa


kasus adalah perlu untuk spesifikasi tempata atau lokasi dimana tindakan akan
dilakukan, bagaimana, untuk merancang prosedur yang akan disertakan, dan
juga sumber daya yang akan disediakan untuk melakukan tindakan.

Perincian spesifikasi akan dibutuhkan untuk kerjakan nanti, dan meskipun


beberapa elemen diatas harus menunggu hingga laporan formalnya siap dan
dapat dipelajari dengan lebih teliti. Jika demikian, maka mereka sebaiknya
digabungkan kedalam perencanaan tindakan utama. (Amirudin.2017)

F. Mempersiapkan dan Menyajikan Laporan

26
Kebanyakan sistem surveilans dirancang pada tingkat pusat dan
dibutuhkan laporan untuk dikirim ke tingkat tersebut untuk analisis dan
interpretasi. Buku ini dirancang, dimana sebaiknya suatu laporan menjadi
fokus pada kepala puskesmas setempat. Tapi, data yang dihasilkan oleh sistem
ini sebaiknya juga berguna untuk dinas kabupaten dan kota sampai provinsi.
Jika bermaksud membuat laporan formal kepada tingkatan lain, maka
petunjuk berikut akan berguna bagi anda. (Amirudin.2017)

Tinajulah tujuan utama anda (langkah1) untuk memastikan bahwa anda


mengetahui tujuan utama, pertanyaan – pertanyaan, isu – isu dan indikator –
indikator dari pengguna data. (Amirudin.2017)

Tinjauan tabel, bagan dan peta anda. Putuskan mana yang akan informasi
untuk pengguna menurut hal yang paling menarik bagi mereka. Tambahkan
satu narasi singkat untuk menjelaskan masing – masing bagian.
(Amirudin.2017)

Petugas surveilans memperhatikan hal –hal berikut secara berseri :


(Amirudin.2017)

1. Jumlah kasus tiap –tiap penyakit


2. Jumlah kematian, menurut penyebab
3. Suatu analisis trend, dan apa artinya
4. Isu utama yang perlu diperhatikan.

Demikian panduan disusun sebagi acuan dalam penyelengaraan


praktikum surveilans bagi mahasiswa kesehatan masyarakat baik di jenjang
diploma, sarjana maupun pada tingkat megister. (Amirudin.2017)

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

kata “surveilans” mengandung empat unsur yaitu : koleksi,


analisis, interpretasi dan diseminasi data. WHO mendefiniskan surveilans
sebagai suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk
selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana,
implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, di dalam suatu sistem surveilans, hal yang perlu
digaris bawahi adalah :
 Surveilans merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
berkesinambungan, bukan suatu kegiatan yang hanya dilakukan
pada suatu waktu.
 Kegiatan surveilans bukan hanya berhenti pada proses
pengumpulan data, namun yang jauh lebih penting dari itu perlu
adanya suatu analisis, interpretasi data serta pengambilan kebijakan
berdasarkan data tersebut, sampai kepada evaluasinya.
 Data yang dihasilkan dalam sistem surveilans haruslah memiliki
kualitas yang baik karena data ini merupakan dasar yang esensial
dalam menghasilkan kebijakan/ tindakan yang efektif dan efisien.
Langkah – langkah merencang surveilans : Spesifikasi
tujuan,Definisi data yang dikumpulkan,Seleksi metode dan prosedur.
Langkah analisis data surveilans : Pengembangan prosedur pengumpulan
dan pelaporan,Mengumpulkan dan melaporkan data,Menganalisis
data,Pemyelidikan penyebab,Mengembangkan perencanaan
tindakan,Mempersiapkan dan menyajikan laporan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin Ridwan.2017.Surveilans Kesehatan Masyarakat.TIM(Trans Info


Media) .Jakarta

Susanto Nugroho.2017.Modul Surveilans.Universitas Respati


Yogyakarta.Yogyakarta

29

Anda mungkin juga menyukai