Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bina Diri Anak dengan Hambatan Intelektual
Dosen Pengampu: Neti Asmiati, M. Pd
Oleh :
Rizky Agustin
NIM 2287190047
PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan sehingga saya diberi kesempatan yang luar
biasa untuk menyelesaikan tugas mengenai mata kuliah Bina Diri Anak dengan Hmabatan
Intelektual..
Selanjutnya, ucapan terima kasih tak lupa saya ucapkan kepada Ibu Neti Asmiati, M.Pd
yang telah memberikan tugas mengenai pembuatan Instrument Asesmen Bina Diri Anak dengan
Hmabatan Intelektual, sehingga dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai asesmen
Bina Diri Anak dengan Hmabatan Intelektual.
Tidak lupa dengan seluruh kerendahan hati, saya meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah saya ini, untuk
kemudian saya akan merevisi kembali di waktu berikutnya. Semoga dengan tersusunnya makalah
ini, dapat menambah informasi untuk para pembaca.
Rizky Agustin
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
3. Bagaimana penyusunan butir-butir instrumen asesmen bina diri anak
tunagrahta sedang usia 12-1 tahun?
4. Bagaimana penilaian isntrumen asesmen bina diri anak
5. tunagrahta sedang usia 12-1 tahun?
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep dasar asesmen, anak tunagrahita dan bina diri.
2. Untuk mengetahui penyusunan kisi-kisi isntrumen asesmen bina diri anak. tunagrahta
sedang usia 12-1 tahun.
3. Untuk mengetahui butir-butir instrumen asesmen bina diri anak sedang usia 12-1 tahun.
4. Untuk mengetahui penilaian isntrumen asesmen bina diri anak
tunagrahta sedang usia 12-1 tahun.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
1) Fungsi Asesmen
6
Dalam konteks pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajarannya. Dengan perkataan lain, asesmen
digunakan untuk menemukan dan menetapkan di mana letak masalah yang dihadapi
serta apa yang menjadi kebutuhan belajar seorang anak.
Berdasarkan informasi itulah seorang guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realistis dan obyektif atau sesuai dengan kenyataan tentang
anak tersebut. Moh. Amin (1995) mengemukakan tentang perlunya asesmen dalam
pendidikan bagi ABK didasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut.
Pertama, pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan
deteksi. Pada kegiatan deteksi semata-mata hanya berusaha menemukan atau
menelusuri keadaan perkembangan anak yang sehingga akhirnya dapat diduga bahwa
anak tersebut diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian
dalam kegiatan deteksi tidak dibicarakan mengenai tindak lanjut atau bagaimana
pelaksanaan pembelajarannya.
Kedua, perbedaan individual. Anak berkebutuhan khusus memiliki
perbedaanperbedaan individual, baik perbedaan yang bersifat inter individual maupun
perbedaan yang bersifat intra individual. Perbedaan inter individual, yaitu perbedaan
kemampuan ABK dengan teman-temannya yang ABK. Misalnya: diberikan pelajaran
berhitung dengan materi yang sama kepada dua orang anak tunagrahita yang berada
pada tingkat ketunagrahitaan yang sama. Ternyata dalam penyelesaian tugasnya, kedua
anak tersebut berbeda kecepatannya, yang mengakibatkan adanya perbedaan materi
berhitung bagi masing-masing anak tersebut. Adapun perbedaan intra individual, yaitu
perbedaan kemampuan pada diri ABK itu sendiri. Dia memiliki kemampuan dalam
satu bidang tertentu, akan tetapi ia mengalami kesulitan yang tergolong berat dalam
bidang yang lainnya. Untuk mengetahui kemampuan dan kesulitan tersebut diperlukan
tindakan atau kegiatan asesmen
2) Tujuan Asesmen
Pada dasarnya tujuan utama dilakukannya asesmen adalah untuk memperoleh
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
7
program pembelajaran bagi anak yang bersangkutan. Moh.Amin (1995)
mengemukakan bahwa tujuan dilakukannya asesmen berkaitan erat dengan waktu
mengadakannya. Kegiatan asesmen yang dilakukan setelah ditemukan bahwa
seseorang itu ABK atau setelah kegiatan deteksi, maka asesmen diperlukan untuk:
a. Menyaring kemampuan ABK; hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
anak dalam setiap aspek. Misalnya: bagaimana kemampuan bahasanya,
kemampuan kognitifnya, kemampuan geraknya, atau kemampuan penyesuaian
dirinya..
b. Untuk keperluan pengklasifikasian, penempatan, dan penemuan program
pendidikan ABK
c. Untuk menentukan arah atau tujuan pendidikan serta kebutuhan ABK. Tujuan
pendidikan ABK pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya.
Mengingat kemampuan dan kebutuhan mereka berbeda-beda dan perbedaan
tersebut sedemikian rupa, sehingga perlu dirumuskan tujuan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tersebut.
d. Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasikan yang
dikenal dengan IEP (Individualized Educational Program). Dengan data yang
diperoleh sebagai hasil asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan
ketidakmampuan ABK. Kemampuan dan ketidakmampuan menjadi dasar untuk
mengembangkan kemampuan berikutnya. Dengan demikian program yang
dikembangkan akan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap anak..
e. Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, dan evaluasi pengajaran.
8
sendiri, dapat belajar keterampilan akademis yang sederhana, seperti: membaca tanda-
tanda, berhitung sederhana, mengenal nomor-nomor sampai dua angka atau lebih,
dapat bekerja pada “tempat terlindung” atau pekerjaan rutin di bawah pengawasan.
Pendapat lain dari Sutratinah Tirtonegoro (1996:6) menyebutkan bahwa anak
tunagrahita sedang dalam bahasa inggris sering disebut retarded child, setingkat
dengan moderade, semi dependent, imbisil, IQ antara 20/25-50/55.
Dari pendapat di atas maka pengertian anak tunagrahita sedang dalam penelitian
ini mengacu pada anak yang kecerdasannya berada di bawah ratarata yaitu mempunyai
IQ antara 20/25 – 50/55.
9
1.2.3 Konsep Dasar Program Bina Diri,
1) Pengertian Bina Diri
Pembelajaran pengembangan bina diri merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru
yang profesional dalam pendidikan khusus secara terencana dan terprogram terhadap
peserta didik tunagrahita yang mengalami hambatan berkaitan dengan bina diri dan
koordinasi motorik agar mereka dapat melakukan aktivitas dan keterampilan hidup
sehari-hari secara optimal secara mandiri tanpa terlalu bergantung dengan bantuan
orang lain. Hal tersebut sejalan dengan (Astati, 2003:15) bahwa “Bina diri adalah suatu
usaha dalam membangun diri individu baik sebagai individu maupun makluk sosial
melalui pendidikan keluarga, disekolah maupun dimasyarakat, sehingga terwujud
kemandirian dan ketelibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai”.
10
dengan baik. Karena kemampuan komunikasi sangat berhubungan dnegan
kemampuan bicara dan komunikasi.
Merupakan keterampilan dasar pada seseorang dalam hal merawat diri sendiri.
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan memelihara tubuh: seperti mandi,
menggosok gigi, membersihkan telinga, mencuci tangan, merawat rambut, kemudian
keselamatan diri seperti : melindungi diri dari bahaya, kemudian hal yang berkaitan
dengan kesehatan.
11
2. Keterampilan Mengurus Diri
4. Keterampilan Berkomunikasi
5. Keterampilan Bersosialisasi
Merupakan keterampilan yang berkaitan dengan menjalin relasi dengan orang lain,
teman, ataupun masyarakat, seperti kemampuan berempati, bersimpati, menjaga perasaan
orang lain, mentaati norma sosial, mampu bergaul, menghormati orang lain, menghargai
orang lain, dan keterampilan sosial lainnya.
6. Keterampilan Hidup
Keterampilan hidup yang perlu berikan bagi tunagrahita antara lain seperti
keterampilan berbelanja di pasar atau di tempat belanja, keterampilan menggunakan uang,
dan keterampilan lainnya dalam bekerja.
12
1.4 STARTEGI DAN PROSEDUR ASESMEN
A. Prosedur Asesmen
Dalam pelaksaan asesmen secara umum terdapat 2 prosedur asesmen, yakni
asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen formal dapat diartiakn sebagai Asesmen
yang menggunakan tes dan instrumen yang sudah terstandarisasi. Asesmen informal
adalah asesmen yang menggunakan instumen yang termodifikasi atau dibuat oleh guru
atau asesor.
Dalam Pengembangan instrumen asesmen bindairi anak tunagraihita ini, penulis
menggunggunakan prosedur asesmen informal.
B. Strategi Asesmen
Penulis akan melakukan asesmen bina diri ini dalam dua teknik yakni wawancara,
tes dan observasi. Teknik wawancara dilakukan dengan Mewawancarai kepala sekolah
untuk memperoleh data tetang kebijakan pelaksanaan Bina Diri, serta upaya guru mata
pelajaran Bina Diri dalam membimbing peserta didik mengikuti program Bina Diri
disekolah dan juga mewawancarai orang tua murid tentang penerapan hasil pembelajaran
Bina Diri bagi peserta didik tunagraita didalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
yang diwawancarai adalah kepala sekolah, guru khusus Bina Diri dan orang tua murid.
Untuk melakukan wawancara disusun pedoman wawancara. Observasi digunakan untuk
memperoleh data tambahan terkait dengan pelaksanaan program Bina Diri bagi anak
tunagrahita disekolah.
Adapun beberapa langkah yang ditempuh dalam proses pelaksanaan asesmen
binadiri ini antara lain.
1. Persiapan
Pada tahap ini dipersiapkan keperluan administrasi dan perizinan ke sekolah tempat
melakukan proses identifikasi dan asesmen. Proses pertama yang dilakukan adalah
dengan meminta izin kepada kepala sekolah dan menetapkan jadwal untuk praktik
lapangan di sekolah.
Kemudian, dibuatlah instrumen bina drii anak tunagrahita sedang sesuai dengan
subjek yang akan diasesmen.
2. Pelaksanaan
13
Proses identifikasi dan asesmen dilakukan melalui dua pertemuan. Pertemuan
pertama dilakukan asesmen binda diri anak tunagrahita dan pada pertemuan ke dua
dilakukan proses pembelajaran bina diri yang sudah diprogramkan untuk anak.
3. Analisis hasil asesmen
Setelah asesmen dilaksanakan maka data dan informasi hasil asesmen
dianalisis penyebab hambatan atau kelemahan anak, ditemukan potensi anak. Dari
hambatan dan penyebabnya diturunkan menjadi kebutuhan belajar anak. Kemudian,
dari analisis – analisis tersebut diturunkan menjadi rekomendasi pembelajaran.
14
BAB III
KISI-KISI, INSTRUMEN DAN PENILAIAN
Identitas Anak:
1 Nama : Putra
2 Umur : 14 Tahun
3 Jenis Kelamin : Laki-laki
4 Kelas : 7 SMP
5 Sekolah : SKh Negeri 01 Kab. Tangerang
15
Anak mampu memasukkan nasi dan lauk kedalam mulut.
Anak mampu makan hingga habis.
Anak mampu membaca Hamdallah setelah makan.
Anak mampu mencuci tangan setelah makan.
Anak mampu merapihkan peralatan makan.
Anak mampu minum Anak mampu menyiapkan peralatan minum.
Anak mampu mengambil air minum di dispenser.
Anak mampu minum sambil duduk.
Anak mampu merapihkan peralatan minum.
Anak mampu Anak mampu mengenali parfum.
berdandan Anak mampu memencet parfum.
(menggunakan Anak mampu menyemporkan parfum ke area tubuh.
parfum)
Anak mampu Anak mampu mengenali sisir.
merapihkan rambut Anak mampu menyisir rambut ke belakang
Anak mampu menyisir rambut dengan rapih.
Anak mampu Anak mampu memasukkan lengan ke baju.
mengenakan pakaian Anak mampu menarik dua ujung bawah baju sehingga
(mengancingkan baju) mempermudah mengancing baju.
Anak mampu mengancing baju dari bawah keatas agar tidak ada
kancing yang tertinggal untuk dipasang.
Anak mampu Anak mampu memasukkan ujung jari kaki ke mulut kaos kaki.
memakai kaos kaki Anak mampu menarik mulut kaos kaki hingga ke betis.
dan sepatu. Anak mampu memasangkan kedua kaos kakinya.
Anak mampu membuka tali sepatu.
Anak mampu memasukkan ujung jari ke mulut sepatu.
Anak mampu memasukkan seluruh telapak kaki ke sepatu.
Anak mampu mengikatkan kembali tali sepatu.
Anak mampu memasangkan kedua sepatunya.
16
3.3 PENILAIAN ISNTRUMEN ASESMEN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG
Batasan penilaian bina diri yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Nilai 1 : Belum mampu, walaupun telah dibantu
Nilai 2 : Mampu , dengan bantuan penuh.
Nilai 3 : Mampu, dengan dengan sedikit bantuan.
Nila 4 : Mampu, tanpa bantuan
Kemudian data yang telah diperoleh dihitung dengan menarik persentase ketercapaian indikator.
Sedangkan perhitungan persentase ketercapaian indikator dengan menggunakan rumus:
𝐹
𝑃= X 100%
𝑁
Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan dipersentasekan
N = Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil
Data kemampuan bina diri siswa yang telah diperoleh dilanjutkan dengan mencari tingkatan
kemampuan pengembangan diri siswa. Tingkatan kemampuan pengembangan diri siswa dapat
ditentukan dengan membandingkan P(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan
kriteria sebagai berikut.
Tabel
Pedoman Konversi Skala Lima
17
40 - 64 Kurang
0 - 39 Sangat kurang
18
Penilaian
No. Butir Instrumen 1 2 3 4 Keterangan
1. Anak mampu meyiapkan peralatan
makan
2. Anak mampu mencuci tangan sebelum
makan.
3. Anak mampu duduk dimeja makan.
4. Anak mampu membaca Basmallah
sebelum makan.
5. Anak mampu mengambil nasi dan lauk
menggunakan sendok.
6. Anak mampu mengambil nasi dan lauk
menggunakan sendok.
19
13. Anak mampu mengambil air minum di
dispenser.
14. Anak mampu minum sambil duduk.
15. Anak mampu merapihkan peralatan
minum.
16. Anak mampu mengenali parfum.
17. Anak mampu memencet parfum.
18. Anak mampu menyemporkan parfum ke
area tubuh.
19. Anak mampu mengenali sisir.
20. Anak mampu menyisir rambut ke
belakang
21. Anak mampu menyisir rambut dengan
rapih.
22. Anak mampu memasukkan lengan ke
baju.
23. Anak mampu menarik dua ujung bawah
baju sehingga mempermudah
mengancing baju.
24. Anak mampu mengancing baju dari
bawah keatas agar tidak ada kancing
yang tertinggal untuk dipasang.
25. Anak mampu memasukkan ujung jari
kaki ke mulut kaos kaki.
26. Anak mampu menarik mulut kaos kaki
hingga ke betis.
27. Anak mampu memasangkan kedua kaos
kakinya.
28. Anak mampu membuka tali sepatu.
20
29. Anak mampu memasukkan ujung jari ke
mulut sepatu.
30. Anak mampu memasukkan seluruh
telapak kaki ke sepatu.
31. Anak mampu mengikatkan kembali tali
sepatu.
32. Anak mampu memasangkan kedua
sepatunya.
21
BAB III
INTERPRETASI HASIL ASESMEN
Intepretasi dalam asesmen bina diri disajikan dalam bentuk data angka dan
dekskriptif. Data yang telah didapat tersebut dijadikan dasar dalam membahas
kemampuan bina diri anak, hambatan, penyebab, potensi dan kebutuhan anak.
Berdasarkan hasil asesmen juga dapat direkomendasikan pemeblajaran untuk anak.
Interpretasi hasil asesmen sebaiknya dilakukan bersam-sama natara asesor,
observer dan pewawancara, sehingga hasil asesmen yang didapatkan memiliki
akurasi yang maksimal.
22
DAFTAR PUSTAKA
Sundari, Tjutju., Abdurrahman, Maman. 2013. Bahan Belajar Mata Kuliah Asesmen
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Fakultas Ilmu Pendidikan. UPI.
https://www.academia.edu/11134813/Modul_Asesmen_ABK_08&ved=2a
hUKE (Diakses pada 11 oktober 2021)
Atto, Onesimus Albertus. 2014 Kemampuan Bina Diri Makan Bagi Anak
Tunagrahita Kategori Sedang Di Sekolah Luar Biasa Tegar Harapan
Yogyakarta [Skripsi]. Fkip: Universitas Negeri Yogyakarta.
https://eprints.uny.ac.id/56885/1/09103249003_ONESIMUS%20ALBER
TUS%20ATTO.pdf (diakses 8 Oktober 2021).
23