Anda di halaman 1dari 23

INSTRUMEN ASESMEN BINA DIRI ANAK DENGAN HAMBATAN INTELEKTUAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bina Diri Anak dengan Hambatan Intelektual
Dosen Pengampu: Neti Asmiati, M. Pd

Oleh :
Rizky Agustin
NIM 2287190047

PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan sehingga saya diberi kesempatan yang luar
biasa untuk menyelesaikan tugas mengenai mata kuliah Bina Diri Anak dengan Hmabatan
Intelektual..

Selanjutnya, ucapan terima kasih tak lupa saya ucapkan kepada Ibu Neti Asmiati, M.Pd
yang telah memberikan tugas mengenai pembuatan Instrument Asesmen Bina Diri Anak dengan
Hmabatan Intelektual, sehingga dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai asesmen
Bina Diri Anak dengan Hmabatan Intelektual.

Tidak lupa dengan seluruh kerendahan hati, saya meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah saya ini, untuk
kemudian saya akan merevisi kembali di waktu berikutnya. Semoga dengan tersusunnya makalah
ini, dapat menambah informasi untuk para pembaca.

Tangerang, 5 Oktober 2021

Rizky Agustin

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4


1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4

BAB II KAJIAN TEORI............................................................................. 11


2.1 Konsep Dasar .......................................................................................... 4
2.1.1 Konsep Dasar Asesmen .................................................................
2.1.2 Konsep Dasar Tunagrahita ..............................................................
2.1.3 Konsep Dasar Bina Diri ..................................................................
2.2 Ruang Lingkup Asesmen Bina Diri Anak Tunagrahita ............................ 8
2.3 Strategi dan Prosedur............................................................................... 8

BAB III KISI-KISI, INSTRUMEN DAN PENILAIAN ............................ 11


3.1 Kisi-Kisi Instrumen Binadiri Anak Tunagrahita Sedang Usia
12-15 Tahun. ........................................................................................... 11
3.2 Butir-Butir Instrumen Asesmen Binadiri Anak Tunagrahita
Sedang Usia 12-15 Tahun........................................................................ 12
3.3 Penilaian Instrumen Asesmen Binadiri Anak Tunagarahita
Sedang Usia 12-15 Tahun........................................................................

BAB IV INTERPRETASI HASIL ASESMEN .......................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK) yaitu berorientasi kepada kebutuhan anak. Layanan
pendidikan lebih ditekankan kepada layanan individual. Layanan pendidikan seperti ini,
sebetulnya merupakan bentuk penghargaan dari heterogenitas yang dialami anak
berkebutuhan khusus. Dalam upaya memahami kebutuhan ABK, seorang guru selalu
membutuhkan data yang akurat berkenaan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
setiap anak didiknya. Untuk dapat menggali data dan informasi tentang kebutuhan dan
masalah yang dihadapi ABK, guru dapat melakukannya melalui kegiatan yang disebut
dengan asesmen. Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk
mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil
asesmen dapat dijadikan bahan dalam penyusunan program pembelajaran secara
individual. Sehubungan dengan itu, asesmen harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru
khususnya dalam menangani ABK.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penyusunan makalah ini akan membahas:
1. Bagaimana konsep dasar asesmen, anak tunagrahita dan bina diri?
2. Bagaimana penyusunan kisi-kisi isntrumen asesmen bina diri anak
tunagrahta sedang usia 12-1 tahun?

4
3. Bagaimana penyusunan butir-butir instrumen asesmen bina diri anak
tunagrahta sedang usia 12-1 tahun?
4. Bagaimana penilaian isntrumen asesmen bina diri anak
5. tunagrahta sedang usia 12-1 tahun?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep dasar asesmen, anak tunagrahita dan bina diri.
2. Untuk mengetahui penyusunan kisi-kisi isntrumen asesmen bina diri anak. tunagrahta
sedang usia 12-1 tahun.
3. Untuk mengetahui butir-butir instrumen asesmen bina diri anak sedang usia 12-1 tahun.
4. Untuk mengetahui penilaian isntrumen asesmen bina diri anak
tunagrahta sedang usia 12-1 tahun.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

1.2 KONSEP DASAR

1.2.1 Pengertian Asesmen, Fungsi Asesmen dan Tujuan Asesmen

1) Pengertian Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Asesmen berasal dari bahasa Inggris to assess (kk: menaksir); Assessment


(kb: taksiran). Istilah menaksir mengandung makna deskriptif atau menggambarkan
sesuatu, sehingga sifat atau cara kerja asesmen sangat komprehensif. Artinya utuh dan
menyeluruh. Banyak para ahli pendidikan yang mengemukakan tentang definisi
asesmen diantaranya: Wallace & Longlin (1979) mengemukakan bahwa asesmen
merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk
mengetahui perilaku belajar, penempatan, dan pembelajaran. Rosenberg (1982)
mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi
yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan
dengan pembelajaran anak. Sedangkan menurut Robert M. Smith (2002).
Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota
tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya
dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai
dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Ahli pendidikan lainnya
McLoughlin & Lewis (1986) mengemukakan bahwa Asesmen adalah proses yang
sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk
menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut,
guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan
kenyataan yang obyektif. keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan.

1) Fungsi Asesmen

6
Dalam konteks pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajarannya. Dengan perkataan lain, asesmen
digunakan untuk menemukan dan menetapkan di mana letak masalah yang dihadapi
serta apa yang menjadi kebutuhan belajar seorang anak.
Berdasarkan informasi itulah seorang guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realistis dan obyektif atau sesuai dengan kenyataan tentang
anak tersebut. Moh. Amin (1995) mengemukakan tentang perlunya asesmen dalam
pendidikan bagi ABK didasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut.
Pertama, pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan
deteksi. Pada kegiatan deteksi semata-mata hanya berusaha menemukan atau
menelusuri keadaan perkembangan anak yang sehingga akhirnya dapat diduga bahwa
anak tersebut diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian
dalam kegiatan deteksi tidak dibicarakan mengenai tindak lanjut atau bagaimana
pelaksanaan pembelajarannya.
Kedua, perbedaan individual. Anak berkebutuhan khusus memiliki
perbedaanperbedaan individual, baik perbedaan yang bersifat inter individual maupun
perbedaan yang bersifat intra individual. Perbedaan inter individual, yaitu perbedaan
kemampuan ABK dengan teman-temannya yang ABK. Misalnya: diberikan pelajaran
berhitung dengan materi yang sama kepada dua orang anak tunagrahita yang berada
pada tingkat ketunagrahitaan yang sama. Ternyata dalam penyelesaian tugasnya, kedua
anak tersebut berbeda kecepatannya, yang mengakibatkan adanya perbedaan materi
berhitung bagi masing-masing anak tersebut. Adapun perbedaan intra individual, yaitu
perbedaan kemampuan pada diri ABK itu sendiri. Dia memiliki kemampuan dalam
satu bidang tertentu, akan tetapi ia mengalami kesulitan yang tergolong berat dalam
bidang yang lainnya. Untuk mengetahui kemampuan dan kesulitan tersebut diperlukan
tindakan atau kegiatan asesmen

2) Tujuan Asesmen
Pada dasarnya tujuan utama dilakukannya asesmen adalah untuk memperoleh
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan

7
program pembelajaran bagi anak yang bersangkutan. Moh.Amin (1995)
mengemukakan bahwa tujuan dilakukannya asesmen berkaitan erat dengan waktu
mengadakannya. Kegiatan asesmen yang dilakukan setelah ditemukan bahwa
seseorang itu ABK atau setelah kegiatan deteksi, maka asesmen diperlukan untuk:
a. Menyaring kemampuan ABK; hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
anak dalam setiap aspek. Misalnya: bagaimana kemampuan bahasanya,
kemampuan kognitifnya, kemampuan geraknya, atau kemampuan penyesuaian
dirinya..
b. Untuk keperluan pengklasifikasian, penempatan, dan penemuan program
pendidikan ABK
c. Untuk menentukan arah atau tujuan pendidikan serta kebutuhan ABK. Tujuan
pendidikan ABK pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya.
Mengingat kemampuan dan kebutuhan mereka berbeda-beda dan perbedaan
tersebut sedemikian rupa, sehingga perlu dirumuskan tujuan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tersebut.
d. Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasikan yang
dikenal dengan IEP (Individualized Educational Program). Dengan data yang
diperoleh sebagai hasil asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan
ketidakmampuan ABK. Kemampuan dan ketidakmampuan menjadi dasar untuk
mengembangkan kemampuan berikutnya. Dengan demikian program yang
dikembangkan akan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap anak..
e. Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, dan evaluasi pengajaran.

1.2.2 Konsep Dasar Anak Tunagrahita


1) Pengertian Anak Tunagrahita Kategori Sedang
Pengertian Anak Tunagrahita Kategori Sedang Pengertian anak tunagrahita yang
dikemukakan para ahli pada prinsipnya sama, yaitu anak tunagrahita adalah anak yang
mengalami keterbelakangan mental (Tin Suharmini, 2007: 67).
Menurut Mumpuniarti (2007: 25), tunagrahita kategori sedang termasuk
tunagrahita yang kemampuan intelektual dan adaptasi perilakunya di bawah
tunagrahita ringan. Mereka masih mampu dioptimalkan dalam bidang mengurus diri

8
sendiri, dapat belajar keterampilan akademis yang sederhana, seperti: membaca tanda-
tanda, berhitung sederhana, mengenal nomor-nomor sampai dua angka atau lebih,
dapat bekerja pada “tempat terlindung” atau pekerjaan rutin di bawah pengawasan.
Pendapat lain dari Sutratinah Tirtonegoro (1996:6) menyebutkan bahwa anak
tunagrahita sedang dalam bahasa inggris sering disebut retarded child, setingkat
dengan moderade, semi dependent, imbisil, IQ antara 20/25-50/55.
Dari pendapat di atas maka pengertian anak tunagrahita sedang dalam penelitian
ini mengacu pada anak yang kecerdasannya berada di bawah ratarata yaitu mempunyai
IQ antara 20/25 – 50/55.

2) Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Sedang


Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita kategori sedang banyak dikemukakan oleh
para ahli yang masing-masing banyak terdapat kesamaan sekaligus perbedaan. Adapun
karakteristik anak tunagrahita kategori sedang yang dikemukakan oleh Sri Rumini
(1996: 9) sebagai berikut:
a. Tidak dapat dididik, tetapi dapat dilatih.
b. IQ antara 20/25-50/55 MA (Mental Age) paling tinggi setaraf dengan anak normal
umur 7 tahun. Jadi walaupun ia sudah berumur 12 tahun, MA-nya paling tinggi
setaraf dengan anak normal 7 tahun dan mentalnya tidak pernah dewasa.
c. Mereka termasuk imbisil.
d. Hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak-kanakan, mudah tersinggung, senang
melamun atau sebaliknya malah hiperaktif.
e. Tidak dapat mengadakan konsentrasi dan cepat bosan.
f. Banyak diantara mereka yang sikap sosialnya kurang baik, perasaan etisnya
rendah, sehingga rasa keadilan dan belas kasihan tidak ada.
g. Koordinasi motorik lemah sekali, kadang-kadang gerakannya kaku dan tak
bertujuan. Perkembangan bahasanya tidak baik, sehingga perbendaharaan
bahasanya terbatas dan artikulasinya kurang.
h. Dengan latihan secara tekun maka dapat diberi sedikit pelajaran 3M (Menulis,
membaca, dan menghitung), keterampilan dan dapat sekedar mengurus diri.

9
1.2.3 Konsep Dasar Program Bina Diri,
1) Pengertian Bina Diri
Pembelajaran pengembangan bina diri merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru
yang profesional dalam pendidikan khusus secara terencana dan terprogram terhadap
peserta didik tunagrahita yang mengalami hambatan berkaitan dengan bina diri dan
koordinasi motorik agar mereka dapat melakukan aktivitas dan keterampilan hidup
sehari-hari secara optimal secara mandiri tanpa terlalu bergantung dengan bantuan
orang lain. Hal tersebut sejalan dengan (Astati, 2003:15) bahwa “Bina diri adalah suatu
usaha dalam membangun diri individu baik sebagai individu maupun makluk sosial
melalui pendidikan keluarga, disekolah maupun dimasyarakat, sehingga terwujud
kemandirian dan ketelibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai”.

2) Tujuan Bina Diri


Secara umum, bidang kajian Bina Diri bertujuan agar Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dapat mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada orang lain dan mempunyai
rasa tanggung jawab. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
a) Membantu meningkatkan kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam
tatalaksana pribadi (mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri). Dengan
adanya program bina diri, diharapkan anak berkebutuhan khusus akan mandiri
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sehingga tidak lagi selalu bergantung
pada orang tua maupun orangorang di sekitarnya.
b) Membantu meningkatkan kemampuan dan menumbuhkan Anak Berkebutuhan
Khusus dalam berkomunikasi sehingga anak berkebutuhan khusus menjalin
komunikasi dnegan orang-orang disekitarnya, mampu mengkomunikasikan apa
yangdiinginkan maupun yang tidak diinginkan, mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan padanya, sehingga aktualisasi keberadaan dirinya diakui oleh
orang-orang disekitarnya.
c) Membantu Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Anak Berkebutuhan
Khusus bersosialisasi. Dengan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, maka
anakberkebutuhan khusus dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

10
dengan baik. Karena kemampuan komunikasi sangat berhubungan dnegan
kemampuan bicara dan komunikasi.

3) Prinsip Bina Diri


Menurut Sudrajat dan Rosida (2013), beberapa prinsip bina diri antara lain
sebagai berikut:
a) Prinsip fungsional, adalah layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan
fungsi otot dan sendi. Tujuannya adalah meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi
agar mencapai kemampuan gerak yang optimal sesuai dnegan standar gerak.
b) Prinsip suportif, adalah latihan atau pembinaan untuk meningkatkan motivasi, dan
percaya diri bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan.
Tujuannya adalah menanamkan rasa percaya diri dan motivasi sehingga
mempunyai keyakinan bahwa gangguan/ kecacatan yang dialaminya tidak
menjadi hambatan untuk berprestasi.
c) Prinsip evaluasi diri, adalah kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur
dan berkelanjutan diadakan evaluasi tentang keberhasilan yang telah dicapai
dengan standar perkembangan atau kemampuan standar normal.
d) Prinsip Activity of Daily Living, adalah pembinaan atau latihan yang diberikan
mengacu kepada segala aktivitas yang dapat dilakukan dalam kehidupan segari-
hari mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.

2.2 RUANG LINGKUP ASESMEN BINA DIRI


Asesmen ini mengacu kepada ruang lingkup pembelajaran pengembangan bina diri
bagi tunagrahita menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017 yaitu:

1. Keterampilan Merawat Diri

Merupakan keterampilan dasar pada seseorang dalam hal merawat diri sendiri.
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan memelihara tubuh: seperti mandi,
menggosok gigi, membersihkan telinga, mencuci tangan, merawat rambut, kemudian
keselamatan diri seperti : melindungi diri dari bahaya, kemudian hal yang berkaitan
dengan kesehatan.

11
2. Keterampilan Mengurus Diri

Merupakan keterampialan yang berkaitan dengan kemampuan memelihara diri


secara praktis, kemudian kebutuhan yang bersifat pribadi seperti makan, minum,
,berdandan, berpakaian, mencuci rambut, menyeterika, memakai sepatu, dan kegiatan
lainnya.

3. Keterampilan Menolong Diri

Keterampilan menolong diri merupakan keterampilan yang berkaitan dengan


mencuci pakaian, mencuci sepatu, kegiatan rumah seperti menyapu, dan kegiatan lainnya.

4. Keterampilan Berkomunikasi

Merupakan keterampilan dalam hal menyatakan keinginan secara lisan maupun


tertulis dan kemampuan menjawab sesuatu hal seperti menjawab nama, alamat rumah, atau
identitas lainnya seperti keluarga.

5. Keterampilan Bersosialisasi

Merupakan keterampilan yang berkaitan dengan menjalin relasi dengan orang lain,
teman, ataupun masyarakat, seperti kemampuan berempati, bersimpati, menjaga perasaan
orang lain, mentaati norma sosial, mampu bergaul, menghormati orang lain, menghargai
orang lain, dan keterampilan sosial lainnya.

6. Keterampilan Hidup

Keterampilan hidup yang perlu berikan bagi tunagrahita antara lain seperti
keterampilan berbelanja di pasar atau di tempat belanja, keterampilan menggunakan uang,
dan keterampilan lainnya dalam bekerja.

7. Keterampilan Mengisi Waktu Luang

Keterampilan mengisi waktu luang yang diberikan bagi tunagrahita meliputi


keterampilan yang berkaitan dengan seni, keterampilan yang berkaitan dengan olahraga,
keterampilan yang berkaitan dengan merawat hewan dan tanaman. Hal ini agar anak
tunagrahita memiliki inisiatif.

12
1.4 STARTEGI DAN PROSEDUR ASESMEN
A. Prosedur Asesmen
Dalam pelaksaan asesmen secara umum terdapat 2 prosedur asesmen, yakni
asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen formal dapat diartiakn sebagai Asesmen
yang menggunakan tes dan instrumen yang sudah terstandarisasi. Asesmen informal
adalah asesmen yang menggunakan instumen yang termodifikasi atau dibuat oleh guru
atau asesor.
Dalam Pengembangan instrumen asesmen bindairi anak tunagraihita ini, penulis
menggunggunakan prosedur asesmen informal.

B. Strategi Asesmen
Penulis akan melakukan asesmen bina diri ini dalam dua teknik yakni wawancara,
tes dan observasi. Teknik wawancara dilakukan dengan Mewawancarai kepala sekolah
untuk memperoleh data tetang kebijakan pelaksanaan Bina Diri, serta upaya guru mata
pelajaran Bina Diri dalam membimbing peserta didik mengikuti program Bina Diri
disekolah dan juga mewawancarai orang tua murid tentang penerapan hasil pembelajaran
Bina Diri bagi peserta didik tunagraita didalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
yang diwawancarai adalah kepala sekolah, guru khusus Bina Diri dan orang tua murid.
Untuk melakukan wawancara disusun pedoman wawancara. Observasi digunakan untuk
memperoleh data tambahan terkait dengan pelaksanaan program Bina Diri bagi anak
tunagrahita disekolah.
Adapun beberapa langkah yang ditempuh dalam proses pelaksanaan asesmen
binadiri ini antara lain.
1. Persiapan
Pada tahap ini dipersiapkan keperluan administrasi dan perizinan ke sekolah tempat
melakukan proses identifikasi dan asesmen. Proses pertama yang dilakukan adalah
dengan meminta izin kepada kepala sekolah dan menetapkan jadwal untuk praktik
lapangan di sekolah.
Kemudian, dibuatlah instrumen bina drii anak tunagrahita sedang sesuai dengan
subjek yang akan diasesmen.
2. Pelaksanaan

13
Proses identifikasi dan asesmen dilakukan melalui dua pertemuan. Pertemuan
pertama dilakukan asesmen binda diri anak tunagrahita dan pada pertemuan ke dua
dilakukan proses pembelajaran bina diri yang sudah diprogramkan untuk anak.
3. Analisis hasil asesmen
Setelah asesmen dilaksanakan maka data dan informasi hasil asesmen
dianalisis penyebab hambatan atau kelemahan anak, ditemukan potensi anak. Dari
hambatan dan penyebabnya diturunkan menjadi kebutuhan belajar anak. Kemudian,
dari analisis – analisis tersebut diturunkan menjadi rekomendasi pembelajaran.

14
BAB III
KISI-KISI, INSTRUMEN DAN PENILAIAN

3.1 KISI-KISI INSTRUMEN BINADIRI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG USIA 12-15


TAHUN
Aspek Sub Aspek Indikator
Binadiri Mengurus Diri Anak makan dengan sendok.
Anak mampu minum.
Anak mampu berdandan (menggunakan parfum).
Anak mampu merapihkan rambut.
Anak mampu mengenakan pakaian.

Anak mampu memakai kaos kaki dan sepatu

3.2 BUTIR-BUTIR INSTRUMEN ASESMEN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA USIA


12-15 TAHUN

Identitas Anak:
1 Nama : Putra
2 Umur : 14 Tahun
3 Jenis Kelamin : Laki-laki
4 Kelas : 7 SMP
5 Sekolah : SKh Negeri 01 Kab. Tangerang

Indikator Butir-Butir Instrumen


Anak mampu makan  Anak mampu meyiapkan peralatan makan
menggunakan sendok.  Anak mampu mencuci tangan sebelum makan.
 Anak mampu duduk dimeja makan.
 Anak mampu membaca Basmallah sebelum makan.
 Anak mampu mengambil nasi dan lauk menggunakan sendok.

15
 Anak mampu memasukkan nasi dan lauk kedalam mulut.
 Anak mampu makan hingga habis.
 Anak mampu membaca Hamdallah setelah makan.
 Anak mampu mencuci tangan setelah makan.
 Anak mampu merapihkan peralatan makan.
Anak mampu minum  Anak mampu menyiapkan peralatan minum.
 Anak mampu mengambil air minum di dispenser.
 Anak mampu minum sambil duduk.
 Anak mampu merapihkan peralatan minum.
Anak mampu  Anak mampu mengenali parfum.
berdandan  Anak mampu memencet parfum.
(menggunakan  Anak mampu menyemporkan parfum ke area tubuh.
parfum)
Anak mampu  Anak mampu mengenali sisir.
merapihkan rambut  Anak mampu menyisir rambut ke belakang
 Anak mampu menyisir rambut dengan rapih.
Anak mampu  Anak mampu memasukkan lengan ke baju.
mengenakan pakaian  Anak mampu menarik dua ujung bawah baju sehingga
(mengancingkan baju) mempermudah mengancing baju.
 Anak mampu mengancing baju dari bawah keatas agar tidak ada
kancing yang tertinggal untuk dipasang.
Anak mampu  Anak mampu memasukkan ujung jari kaki ke mulut kaos kaki.
memakai kaos kaki  Anak mampu menarik mulut kaos kaki hingga ke betis.
dan sepatu.  Anak mampu memasangkan kedua kaos kakinya.
 Anak mampu membuka tali sepatu.
 Anak mampu memasukkan ujung jari ke mulut sepatu.
 Anak mampu memasukkan seluruh telapak kaki ke sepatu.
 Anak mampu mengikatkan kembali tali sepatu.
 Anak mampu memasangkan kedua sepatunya.

16
3.3 PENILAIAN ISNTRUMEN ASESMEN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG
Batasan penilaian bina diri yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Nilai 1 : Belum mampu, walaupun telah dibantu
Nilai 2 : Mampu , dengan bantuan penuh.
Nilai 3 : Mampu, dengan dengan sedikit bantuan.
Nila 4 : Mampu, tanpa bantuan

Kemudian data yang telah diperoleh dihitung dengan menarik persentase ketercapaian indikator.
Sedangkan perhitungan persentase ketercapaian indikator dengan menggunakan rumus:

𝐹
𝑃= X 100%
𝑁

Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah skor yang akan dipersentasekan
N = Jumlah skor maksimal semua komponen yang diambil

Data kemampuan bina diri siswa yang telah diperoleh dilanjutkan dengan mencari tingkatan
kemampuan pengembangan diri siswa. Tingkatan kemampuan pengembangan diri siswa dapat
ditentukan dengan membandingkan P(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan
kriteria sebagai berikut.

Tabel
Pedoman Konversi Skala Lima

Presentase (%) Kriteria


90 - 100 Sangat baik
75 - 89 Baik
65 - 74 Cukup

17
40 - 64 Kurang
0 - 39 Sangat kurang

(sumber : Dantes, 2008)

18
Penilaian
No. Butir Instrumen 1 2 3 4 Keterangan
1. Anak mampu meyiapkan peralatan
makan
2. Anak mampu mencuci tangan sebelum
makan.
3. Anak mampu duduk dimeja makan.
4. Anak mampu membaca Basmallah
sebelum makan.
5. Anak mampu mengambil nasi dan lauk
menggunakan sendok.
6. Anak mampu mengambil nasi dan lauk
menggunakan sendok.

7. Anak mampu memasukkan nasi dan lauk


kedalam mulut.
8. Anak mampu makan hingga habis.
9. Anak mampu membaca Hamdallah
setelah makan.
10. Anak mampu mencuci tangan setelah
makan.
11. Anak mampu merapihkan peralatan
makan.
12. Anak mampu menyiapkan peralatan
minum.

19
13. Anak mampu mengambil air minum di
dispenser.
14. Anak mampu minum sambil duduk.
15. Anak mampu merapihkan peralatan
minum.
16. Anak mampu mengenali parfum.
17. Anak mampu memencet parfum.
18. Anak mampu menyemporkan parfum ke
area tubuh.
19. Anak mampu mengenali sisir.
20. Anak mampu menyisir rambut ke
belakang
21. Anak mampu menyisir rambut dengan
rapih.
22. Anak mampu memasukkan lengan ke
baju.
23. Anak mampu menarik dua ujung bawah
baju sehingga mempermudah
mengancing baju.
24. Anak mampu mengancing baju dari
bawah keatas agar tidak ada kancing
yang tertinggal untuk dipasang.
25. Anak mampu memasukkan ujung jari
kaki ke mulut kaos kaki.
26. Anak mampu menarik mulut kaos kaki
hingga ke betis.
27. Anak mampu memasangkan kedua kaos
kakinya.
28. Anak mampu membuka tali sepatu.

20
29. Anak mampu memasukkan ujung jari ke
mulut sepatu.
30. Anak mampu memasukkan seluruh
telapak kaki ke sepatu.
31. Anak mampu mengikatkan kembali tali
sepatu.
32. Anak mampu memasangkan kedua
sepatunya.

21
BAB III
INTERPRETASI HASIL ASESMEN

Intepretasi dalam asesmen bina diri disajikan dalam bentuk data angka dan
dekskriptif. Data yang telah didapat tersebut dijadikan dasar dalam membahas
kemampuan bina diri anak, hambatan, penyebab, potensi dan kebutuhan anak.
Berdasarkan hasil asesmen juga dapat direkomendasikan pemeblajaran untuk anak.
Interpretasi hasil asesmen sebaiknya dilakukan bersam-sama natara asesor,
observer dan pewawancara, sehingga hasil asesmen yang didapatkan memiliki
akurasi yang maksimal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sundari, Tjutju., Abdurrahman, Maman. 2013. Bahan Belajar Mata Kuliah Asesmen
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Fakultas Ilmu Pendidikan. UPI.
https://www.academia.edu/11134813/Modul_Asesmen_ABK_08&ved=2a
hUKE (Diakses pada 11 oktober 2021)

Soendari ,Tjutju. 2009. Asesmen sebagai Dasar Penyusunan Program Intervensi


Anak Berkebutuhan Khusus. Fakultas Ilmu Pendidikan. UPI.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141
980032-TJUTJU_SOENDARI/Makalah/Asesmen__makalah_.pdf
(Diakses pada 9 Oktober 2021).

Atto, Onesimus Albertus. 2014 Kemampuan Bina Diri Makan Bagi Anak
Tunagrahita Kategori Sedang Di Sekolah Luar Biasa Tegar Harapan
Yogyakarta [Skripsi]. Fkip: Universitas Negeri Yogyakarta.
https://eprints.uny.ac.id/56885/1/09103249003_ONESIMUS%20ALBER
TUS%20ATTO.pdf (diakses 8 Oktober 2021).

Munawaroh, Titin. Peningkatan Kemampuan Pengembangan Diri Dalam Memakai


Baju Melalui Teknik Shaping Pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas Iv Slb
Korpri Kauman. Jurnal Pena SD Vol. 05 N0. 01.
Https://Jurnal.Stkippgritulungagung.Ac.Id/Index.Php/PenaSd/Article/Dow
nload/1535/682 (Diakses 8 Oktober 2021).

23

Anda mungkin juga menyukai