01 KOTA SERANG
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Bina Diri dan Bina Gerak bagi Anak
dengan Tunadaksa
Oleh:
Kelompok 5
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan yang berarti.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan yang berjudul “Rancangan Program Pembelajaran
Individu” ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu kepada Ibu Sistriadini Alamsyah Sidik, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bina Diri dan Gerak
untuk Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik, kami meminta saran dan kritik yang bersifat
membangun serta para pembaca demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Pembahasan ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan rancangan program bina diri yaitu agar anak tunadaksa dapat melatih
kemandirian tanpa bergantung pada orang lain, mampu mengatasi kesulitan dan untuk
kepentingan anak dalam kegiatan sehari-hari. Dengan tujuan rancangan program yang
dibuat oleh kami anak mampu memegang sendok sendiri dan mempergunakannya
sebagai alat makan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Tunadaksa
Menurut Sutjihati Somantri, bahwa tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi
dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan
atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan
oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram
terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus (Rochjadi, 2014 : 4). Astati
(2010:7) mengemukakan bina diri adalah usaha membangun diri individu baik sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga,sekolah dan di
masyarakat sehingga terwujud kemandirian dengan keterlibatan dalam kehidupan sehari-
hari secara memadai.
A. Formulir Asessmen
1. Data Anak
Nama : Naufal Mulya Fahli
Tempat/ Tgl. Lahir : Serang, 05 Juni 2011
Umur : 7 tahun
UrutanAnakdalamKeluarga : Anak Pertama (Tunggal)
1. ……………..……...……... (L/P)
2. …………………………… (L/P)
2. Orang Tua
Ayah
Nama Ayah : Makli
Tempat/ Tgl. Lahir :-
Pekerjaan : Swasta
Ibu
NamaIbu : Sofa
Tempat/ Tgl. Lahir :-
Pekerjaan : IRT
3. Sekolah
NamaSekolah : Skh 01 Kota Serang
AlamatSekolah : JL.Bhayangkara No118 B, Sumur pecung
Kec.Serang.
Kelas : 1 SDLB
Guru Kelas : Ibu Tami
4. PelaksanaanTes
TanggalAsesmen : 07 November 2018
TempatAsesmen : Skh 01 Kota Serang
WaktuPelaksanaan : 08.00 – 10.00 WIB
B. Hasil Asesmen
1. Instrumen Asesmen Bina Diri
MATERI
NO. KEMAMPUAN YANG DI ASESMEN SKOR
POKOK
Kebersihan Badan :
− Mencuci tangan tanpa sabun 2
− Mencuci tangan dengan sabun 2
Merawat − Mencuci/ membersihkan muka 2
1.
Diri − Mencuci kaki 2
− Menyikat gigi 2
− Membersihkan kuku 1
− menggunting kuku 1
Keterangan Nilai :
Sangat mampu: 4
Mampu: 3
Kurang mampu: 1
Tidak mampu: 0
Keterangan skor:
80-100 = Baik
60-79 = Cukup
>59 = Kurang
= (27 + 4) x 5 /7
= 22,14 (kurang)
C. Pembahasan
Secara fisik, Ananda Tamaam tidak bisa berjalan, duduk dengan sempurna.
Ananda Tamaam duduk di kursi roda, itupun harus ditopang dengan bantal. Untuk berdiri
harus dipegang. Otot-ototnya belum kuat. Kedua tangannya cukup kaku sehingga dalam
memegang sesuatu seperti menulis harus dibantu, tetapi Ananda Tamaam sudah dapat
menggerakkan pensil contohnya seperti mencoret mengikuti pola garis-garis putus. Bila
di air, kedua tangannya tidak begitu kaku. Ananda Tamaam juga dapat makan dengan
tangan, itupun makanan yang simpel dan mudah digenggam seperti biskuit/kue.
Genggamannya pun belum kuat, sehingga saat makan biskuit/kuenya sering jatuh. Tetapi
ia bisa mengelap mulutnya dengan tisu dengan cukup baik, meskipun harus diarahkan.
Untuk minum ia masih dibantu dan menggunakan sedotan.
Secara kognitif dan afektif, tidak terdapat hambatan. Ananda Tamaam dapat
mengikuti proses pembelajaran seperti mendengarkan guru, mengikuti perintah guru,
berbicara pada guru. Ananda Tamaam termasuk siswa yang aktif berbicara, meskipun
dalam pengucapan kata-kata masih belum jelas. Ananda Tamaam juga kerap menirukan
omongan-omongan dari orang lain sehingga orang di sekelilingnya perlu mengontrol
sikap dalam berbicara.
Untuk aspek emosinya cenderung stabil, belum pernah tantrum di dalam kelas
tetapi ia agak pemalu. Hal tersebut ditunjukkan ketika ia pernah buang air besar di
popoknya, ia tidak mau dibersihkan oleh gurunya karena malu. Ia hanya meminta
dibersihkan oleh ibunya. Karena ibunya tidak ada ia jadi menangis.
Menurut Ibu Lilis sebagai guru dari Ananda Tamaam, Ananda Tamaam tidak
mendapatkan treatment tambahan di luar jam sekolah untuk mengembangkan
kemampuan fisiknya karena orangtuanya (ibunya) sibuk bekerja. Ananda Tamaam hanya
mengandalkan aktivitas sekolah. Hal ini mengakibatkan kemampuan fisiknya
berkembang lambat dibandingkan kemampuan kognitif-afektifnya. Lalu biarpun
kemampuan kognitif-afektifnya lebih baik daripada kemampuan fisiknya, tetap saja
sifatnya berjalan tidak optimal karena kemampuan fisik sebagai penunjang aktivitas
belajarnya juga tidak berkembang dengan optimal. Hal ini berdampak kepada
perkembangan kemandirian Ananda Tamaam yang lambat. Ananda Tamaam hanya
memahami sebagian kecil aspek bina diri seperti makan, kebersihan badan, arah
sederhana, itupun sebagian besar harus dibantu oleh ibu guru maupun orangtuanya.
Berdasarkan hasil asesmen yang kami lakukan beserta saran dari ibu guru, kami
berencana untuk melakukan program penguatan genggaman tangan berupa memegang
sendok. Hal ini dikarenakan Ananda Tamaam masih memakan dengan tangan kosong,
tanpa menggunakan sendok. Kami juga menggunakan bantuan mainan squishy untuk
melatih genggaman Ananda Tamaam, sehingga membantunya dalam memegang sendok
nanti.
II. Indikator :
III. Tujuan:
IV. Metode:
Demonstrasi, pemberian tugas
Squishy berukuran kecil dan sedang, piring plastik, sendok plastik bergagang ramping, tisu, kue
bertekstur lembut yang telah dicacah
VII. Langkah
1. Siswa diberikan pemahaman mengenai squishy yang akan ia mainkan agar melatih otot
tangannya
3. Apabila terlihat kemajuan dalam kemampuan siswa dalam menggenggam squishy, siswa
dapat diarahkan untuk menggenggam sendok
6. Siswa dapat diberikan squishy kembali untuk latihan genggamannya, berseling dengan
penggunaan sendok
7. Jika terlihat kemajuan dalam kemampuan siswa dalam menggenggam sendok, siswa
dapat diarahkan untuk menyendok makanan menggunakan sendok.
VIII. Penilaian
Nama:
Sekolah/Kelas:
Nama Guru:
Mampu dengan Tidak
No Materi Mampu Keterangan
bantuan mampu
1 Memegang squishy
2 Memegang sendok
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (1985). Pedoman Guru Dalam Bina Gerak Bagi Anak Tuna Daksa Untuk Sekolah
Luar Biasa Bagian D. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. (2001). Bina Diri Dan Bina Gerak: Gerak Koordinasi (Untuk Sekolah
Dasar Luar Biasa Tunadaksa). Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek
Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.
Depdiknas. (2001). Gerak Anggota Tubuh: Bina Diri dan Bina Gerak, Gerak
Anggota Tubuh, Gerak Kontrol Kepala (Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa). Jakarta: Dirjen
Dikdasmen Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan Sistem dan Standar
Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.
Bina Diri dan Bina Gerak (Sekolah Dasar Luar Biasa/SDLB; Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/SMPLB Tunadaksa Ringan-D). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031-
DUDI_GUNAWAN/Pembelajaran_Individual.pdf
Efendi, Mohammad. (Tanpa tahun). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Sutjihati, Somantri. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama