Anda di halaman 1dari 15

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDU ATD KELAS 1 SD DI SKH N

01 KOTA SERANG

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Bina Diri dan Bina Gerak bagi Anak
dengan Tunadaksa

Dosen pengampu: Sistriadini Alamsyah Sidik, M.Pd.

Oleh:

Kelompok 5

Reca Tri Handayani (2287160005)

Ria Juairiah (2287160013)

Gita Ayuanty (2287160015)

Yuli Insyirah (2287160019)

Dara Ayu Rozaliana (2287160038)

Nur Ahdi Asmara (2287160039)

Dina Yuli Rismonica (2287160041)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan yang berarti.

Adapun tujuan dari penyusunan laporan yang berjudul “Rancangan Program Pembelajaran
Individu” ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu kepada Ibu Sistriadini Alamsyah Sidik, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bina Diri dan Gerak
untuk Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik, kami meminta saran dan kritik yang bersifat
membangun serta para pembaca demi perbaikan kearah kesempurnaan.

Rabu, 24 Oktober 2018

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Tujuan Pembuatan Rancangan Program Pembelajaran Individu..........1

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Anak Tunadaksa ................................................................ 3

B. Bina Diri dan Bina Gerak .................................................................... 3

C. Pengertian Program Pembelajaran Individual ..................................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Formulir Asesmen ............................................................................... 5

B. Hasil Asesmen ..................................................................................... 7

C. Pembahasan ......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Musafak, (2010) mengungkapkan bahwa kemampuan mengurus diri,


atau menolong diri sendiri (self help, self care) bukanlah kemampuan yang diwariskan
dari orang tua, tetapi harus dipelajari terlebih dahulu. Untuk anak yang tergolong nomal
pembelajaran ini bisa dikatakan relative mudah, mereka mengamati, mendengarkan
ataupun menirukan orang lain dengan relative lancar dan tidaklah demikian untuk anak-
anak yang tergolong tunadaksa. Mereka perlu berusaha keras, dan program pembelajaran
disusun dari yang sederhana, sitematis, dan khusus.

Program Bina Diri mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan


kepentingan anak-anak sehari-hari seperti makan, minum, kebersihan diri, dan kerapian
diri. Dengan demikian kemampuan mengurus diri sendiri merupakan kecakapan atau
keterampilan yang harus dikuasai anak-anak tunadaksa agar dapat mengurus dirinya
sendiri dalam keperluan sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Pelaksanaan layanan bina
diri yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai dengan hasil dari identifikasi
dan asesmen, sehingga program bina diri sifatnya individual.

Bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah reguler dapat bekerjasama


dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan tenaga dalam bidang bina-diri bagi
anak-anak yang mengalami gangguan koordinasi-motorik.

B. Tujuan Pembuatan Rancangan Program Bina Diri

Pembuatan rancangan program bina diri yaitu agar anak tunadaksa dapat melatih
kemandirian tanpa bergantung pada orang lain, mampu mengatasi kesulitan dan untuk
kepentingan anak dalam kegiatan sehari-hari. Dengan tujuan rancangan program yang
dibuat oleh kami anak mampu memegang sendok sendiri dan mempergunakannya
sebagai alat makan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Tunadaksa

Menurut Sutjihati Somantri, bahwa tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi
dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan
atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.

Mohammad Efendi, bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh


untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh
untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak
sempurna.

B. Pengertian Bina diri dan Bina Gerak

Bina diri mempunyai beberapa pengertian menurut beberapa pendapat ahli,


diantaranya menurut Munzayanah (Sulistyowati, 2015: 8) bina diri yaitu cara untuk
membentuk seseorang menjadi baik artinya mereka yang mempunyai kemampuan
terbatas perlu pelayanan secara khusus, secara terus menerus agar menjadi baik atau
melayani mengurus dirinya sendiri dalam hidupnya.

Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan
oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram
terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus (Rochjadi, 2014 : 4). Astati
(2010:7) mengemukakan bina diri adalah usaha membangun diri individu baik sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga,sekolah dan di
masyarakat sehingga terwujud kemandirian dengan keterlibatan dalam kehidupan sehari-
hari secara memadai.

Tarmansyah (2008) mengungkapkan bahwa bina gerak adalah serangkaian


kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam
pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang mengalami
gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami
gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi.

C. Pengertian Program Pembelajaran Individual

Program pembelajaran individual dikenal dengan The Individualized Education


Program (IEP) yang diprakarsai oleh SAMUEL GRIDLEY HOWE tahun1871, yang
merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi ABK. Bentuk pembelajaran ini
sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1992, yang merupakan satu rancangan
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka mendapatkan pelayanan sesuai
kebutuhannya dengan lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi
peserta didik.

MERCER and MERCER (1989) mengemukakan bahwa “program pembelajaran


individual menunjuk pada suatu program pembelajaran dimana siswa bekerja dengan
tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi dan motivasinya”. Hal ini disebabkan karena
perbedaan antara individu pada ABK sangat beragam, sehingga layanan pendidikannya
lebih diarahkan pada layanan yang bersifat individual, walaupun demikian layanan yang
bersifat klasikal dalam batas tertentu masih diperlukan.

Program Pembelajaran Individual juga merupakan program yang dinamis, artinya


sensitif terhadap berbagai perubahan dan kemajuan peserta didik, yang diarahkan pada
hasil akhir yaitu kemandirian yang sangat berguna bagi kehidupannya, mampu
berperilaku sesuai dengan lingkungannya atu berperilaku adaptif.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Formulir Asessmen

1. Data Anak
Nama : Naufal Mulya Fahli
Tempat/ Tgl. Lahir : Serang, 05 Juni 2011
Umur : 7 tahun
UrutanAnakdalamKeluarga : Anak Pertama (Tunggal)
1. ……………..……...……... (L/P)
2. …………………………… (L/P)
2. Orang Tua
Ayah
Nama Ayah : Makli
Tempat/ Tgl. Lahir :-
Pekerjaan : Swasta
Ibu
NamaIbu : Sofa
Tempat/ Tgl. Lahir :-
Pekerjaan : IRT

3. Sekolah
NamaSekolah : Skh 01 Kota Serang
AlamatSekolah : JL.Bhayangkara No118 B, Sumur pecung
Kec.Serang.
Kelas : 1 SDLB
Guru Kelas : Ibu Tami
4. PelaksanaanTes
TanggalAsesmen : 07 November 2018
TempatAsesmen : Skh 01 Kota Serang
WaktuPelaksanaan : 08.00 – 10.00 WIB
B. Hasil Asesmen
1. Instrumen Asesmen Bina Diri

MATERI
NO. KEMAMPUAN YANG DI ASESMEN SKOR
POKOK

Kebersihan Badan :
− Mencuci tangan tanpa sabun 2
− Mencuci tangan dengan sabun 2
Merawat − Mencuci/ membersihkan muka 2
1.
Diri − Mencuci kaki 2
− Menyikat gigi 2
− Membersihkan kuku 1
− menggunting kuku 1

Makan dan Minum :


− Makan sendiri tanpa menggunakan sendok dan garpu 3
Mengurus − Makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu 1
2.
Diri Makan dan Minum Bersama :
− Makan menggunakan gelas 3
− Minum menggunakan sedotan 3
Berhias Diri :
− Menyisir rambut 3
− Menggunakan bedak -
− Menggunakan minyak wangi 2

− Mengenakan dan membuka celana luar menggunakan 2


resleting
− Menggunakan dan membuka celama luar menggunakan 2
kancing
− Mengenakan dan membuka kaos 2
− Mengenakan dan membuka kemeja 2
− Mengenakan dan membuka kaos kaki 2
− Mengenakan dan melepaskan sepatu tanpa tali 2
− Mengenakan dan melepaskan sepatu yang 2
menggunakan tali

Memelihara Alat Rumah Tangga :


Menolong − Mencuci gelas dan piring 1
3.
Diri − Mencuci alat-alat rumah tangga 1
− Membersihkan lantai (menyapu/ mengepel) 1

Sosialisasi − Dapat menyebutkan identitas diri 3


4. dan − Bermain dengan teman sebaya 3
Adaptasi

2. Instrumen Bina Gerak

Keterangan Nilai :

3 = Mampu Mandiri (MM)

2 = Mampu Dengan Bantuan (MDB)

1 = Belum Mampu (BM)


Perhitungan skor:

Sangat mampu: 4

Mampu: 3

Mampu dengan bantuan: 2

Kurang mampu: 1

Tidak mampu: 0

Total skor = (jumlah keseluruhan skor + 4) x 5 / 7

Keterangan skor:

80-100 = Baik

60-79 = Cukup

>59 = Kurang

Jumlah skor yang didapat:

= (27 + 4) x 5 /7

= 22,14 (kurang)

C. Pembahasan

Secara fisik, Ananda Tamaam tidak bisa berjalan, duduk dengan sempurna.
Ananda Tamaam duduk di kursi roda, itupun harus ditopang dengan bantal. Untuk berdiri
harus dipegang. Otot-ototnya belum kuat. Kedua tangannya cukup kaku sehingga dalam
memegang sesuatu seperti menulis harus dibantu, tetapi Ananda Tamaam sudah dapat
menggerakkan pensil contohnya seperti mencoret mengikuti pola garis-garis putus. Bila
di air, kedua tangannya tidak begitu kaku. Ananda Tamaam juga dapat makan dengan
tangan, itupun makanan yang simpel dan mudah digenggam seperti biskuit/kue.
Genggamannya pun belum kuat, sehingga saat makan biskuit/kuenya sering jatuh. Tetapi
ia bisa mengelap mulutnya dengan tisu dengan cukup baik, meskipun harus diarahkan.
Untuk minum ia masih dibantu dan menggunakan sedotan.

Secara kognitif dan afektif, tidak terdapat hambatan. Ananda Tamaam dapat
mengikuti proses pembelajaran seperti mendengarkan guru, mengikuti perintah guru,
berbicara pada guru. Ananda Tamaam termasuk siswa yang aktif berbicara, meskipun
dalam pengucapan kata-kata masih belum jelas. Ananda Tamaam juga kerap menirukan
omongan-omongan dari orang lain sehingga orang di sekelilingnya perlu mengontrol
sikap dalam berbicara.

Dalam berinteraksi sosial, Ananda Tamaam mampu berkomunikasi dengan


teman-temannya. Ia suka senyum, memberi salam dan mengajak bicara orang-orang lain
di sekitarnya. Dalam berkomunikasi ia paham mekanisme berkomunikasi sederhana
seperti berbicara, mendengarkan, dan merespon tetapi hambatannya berupa kemampuan
pengucapannya yang masih belum jelas. Dalam aspek kemampuan sensorisnya, ia dapat
meraba sesuatu tetapi belum dapat bertindak spontan dan harus dibantu atau diarahkan.

Untuk aspek emosinya cenderung stabil, belum pernah tantrum di dalam kelas
tetapi ia agak pemalu. Hal tersebut ditunjukkan ketika ia pernah buang air besar di
popoknya, ia tidak mau dibersihkan oleh gurunya karena malu. Ia hanya meminta
dibersihkan oleh ibunya. Karena ibunya tidak ada ia jadi menangis.

Menurut Ibu Lilis sebagai guru dari Ananda Tamaam, Ananda Tamaam tidak
mendapatkan treatment tambahan di luar jam sekolah untuk mengembangkan
kemampuan fisiknya karena orangtuanya (ibunya) sibuk bekerja. Ananda Tamaam hanya
mengandalkan aktivitas sekolah. Hal ini mengakibatkan kemampuan fisiknya
berkembang lambat dibandingkan kemampuan kognitif-afektifnya. Lalu biarpun
kemampuan kognitif-afektifnya lebih baik daripada kemampuan fisiknya, tetap saja
sifatnya berjalan tidak optimal karena kemampuan fisik sebagai penunjang aktivitas
belajarnya juga tidak berkembang dengan optimal. Hal ini berdampak kepada
perkembangan kemandirian Ananda Tamaam yang lambat. Ananda Tamaam hanya
memahami sebagian kecil aspek bina diri seperti makan, kebersihan badan, arah
sederhana, itupun sebagian besar harus dibantu oleh ibu guru maupun orangtuanya.

Berdasarkan hasil asesmen yang kami lakukan beserta saran dari ibu guru, kami
berencana untuk melakukan program penguatan genggaman tangan berupa memegang
sendok. Hal ini dikarenakan Ananda Tamaam masih memakan dengan tangan kosong,
tanpa menggunakan sendok. Kami juga menggunakan bantuan mainan squishy untuk
melatih genggaman Ananda Tamaam, sehingga membantunya dalam memegang sendok
nanti.

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDU

Kegiatan : Memegang Sendok dan Mempergunakannya Sebagai Alat Makan

Waktu : 12 x pertemuan @ 30 menit

I.Kompetensi : Merawat diri

II. Indikator :

2. Melakukan makan dan minum sendiri

III. Tujuan:

1. Siswa dapat memegang sendok dengan posisi benar

2. Siswa dapat mepergunakan sendok sebagai alat makan dengan benar

IV. Metode:
Demonstrasi, pemberian tugas

VI. Alat dan Bahan:

Squishy berukuran kecil dan sedang, piring plastik, sendok plastik bergagang ramping, tisu, kue
bertekstur lembut yang telah dicacah

VII. Langkah

1. Siswa diberikan pemahaman mengenai squishy yang akan ia mainkan agar melatih otot
tangannya

2. Kemudian siswa diarahkan untuk menggenggam squishy

3. Apabila terlihat kemajuan dalam kemampuan siswa dalam menggenggam squishy, siswa
dapat diarahkan untuk menggenggam sendok

4. Siswa diberikan pemahaman mengenai sendok, baik kegunaannya dan cara


pemakaiannya yang benar

5. Kemudian siswa diarahkan untuk menggenggam sendok

6. Siswa dapat diberikan squishy kembali untuk latihan genggamannya, berseling dengan
penggunaan sendok

7. Jika terlihat kemajuan dalam kemampuan siswa dalam menggenggam sendok, siswa
dapat diarahkan untuk menyendok makanan menggunakan sendok.

VIII. Penilaian

Nama:

Sekolah/Kelas:

Nama Guru:
Mampu dengan Tidak
No Materi Mampu Keterangan
bantuan mampu

1 Memegang squishy

2 Memegang sendok

Menggunakan sendok untuk


3
menyendok makanan

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1985). Pedoman Guru Dalam Bina Gerak Bagi Anak Tuna Daksa Untuk Sekolah
Luar Biasa Bagian D. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. (2001). Bina Diri Dan Bina Gerak: Gerak Koordinasi (Untuk Sekolah

Dasar Luar Biasa Tunadaksa). Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek
Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.

Depdiknas. (2001). Gerak Anggota Tubuh: Bina Diri dan Bina Gerak, Gerak

Anggota Tubuh, Gerak Kontrol Kepala (Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa). Jakarta: Dirjen
Dikdasmen Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan Sistem dan Standar
Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.

Depdiknas. (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar: Program Khusus

Bina Diri dan Bina Gerak (Sekolah Dasar Luar Biasa/SDLB; Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/SMPLB Tunadaksa Ringan-D). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196211211984031-
DUDI_GUNAWAN/Pembelajaran_Individual.pdf
Efendi, Mohammad. (Tanpa tahun). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta : Bumi Aksara

Sutjihati, Somantri. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai