Definisi
Apa itu ADHD?
Attention-deficit hyperactivity disorder, atau yang lebih dikenal dengan ADHD, adalah
gangguan yang ditandai dengan perilaku impulsif, hiperaktif, dan kurangnya perhatian.
ADHD biasanya didiagnosis pada masa kanak-kanak, namun gejala ADHD dapat berlanjut
hingga masa remaja dan dewasa.
ADHD sangat umum ditemui dan termasuk salah satu kelainan paling umum terjadi pada
anak-anak. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. ADHD dapat
ditangani dengan mengurangi fator-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi
lebih lanjut.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Anda harus menghubungi dokter bila perilaku anak Anda mempengaruhi hidup Anda.
Ingatlah bahwa ADHD dapat dikendalikan dengan bantuan pengobatan dan dukungan.
Penyebab
Apa penyebab abses payudara?
Belum ditemukan banyak informasi mengenai penyebab ADHD. Namun, para ilmuwan
mempercayai bahwa zat kimia dalam otak memiliki pengaruh. Apabila zat kimia di otak tidak
seimbang, perilaku dapat menjadi terpengaruh.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk ADHD?
Walau beberapa tes dapat mendiagnosis ADHD, biasanya ADHD didiagnosis berdasarkan
observasi perilaku dan bagaimana reaksi orang tersebut terhadap situasi tertentu:
Pemeriksaan medis, dokter dapat melakukan beberapa tes gambar dan tes
laboratorium untuk mengeliminasi kemungkinan penyebab lainnya
Pengumpulan informasi: seperti isu medis, sejarah medis personal dan keluarga, serta
catatan sekolah
Wawancara atau kuesioner yang dilakukan terhadap anggota keluarga, guru anak atau
orang lain yang mengenal baik anak, seperti pengasuh
Kriteria ADHD dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
Skala penilaian ADHD untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai
anak Anda
Penanganan standar untuk ADHD pada anak-anak mencakup pengobatan, edukasi, pelatihan,
serta konseling.
Pengobatan: dapat membantu tanda-tanda dan gejala inatensi dan hiperaktif, sebagai
contoh:
o Amphetamine seperti dextroamphetamine (Dexedrine), dextroamphetamine-
amphetamine (Adderall) dan lisdexamfetamine (Vyvanse)
o Methylphenidate seperti methylphenidate (Concerta, Metadate, Ritalin, others)
dan dexmethylphenidate (Focalin)
o Atomoxetine (Strattera)
o Antidepressan seperti bupropion (Wellbutrin, others)
o Guanfacine (Intuniv, Tenex)
o Clonidine (Catapres, Kapvay)
Beberapa pengobatan alternatif telah diuji coba, seperti:
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi ADHD?
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi
ADHD:
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.
Sumber
Direview tanggal: Desember 14, 2016 | Terakhir Diedit: Desember 14, 2016
Indahnya Sehat
Selasa, 28 Oktober 2014
Makalah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang menandakanadanya kelainan khusus.
Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dan yang
lainnya. Di negara Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan perkembangan
dan telahdiberikan layanan antara lain adalah anak dengan ADHD.ADHD adalah singkatan dari
Attention Deficit Hyperactivity Disorder,suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit
Disorder (Sulitmemusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak),Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak /
aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3-5% anak usiasekolah menderita ADHD (Tanner, 2007).
Dengan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan jenis dan tingkatankelainan ABK khususnya
anak dengan ADHD, diharapkan ABK khususnyaADHD memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
berguna untuk dirinyasendiri serta dapat turut berpatisipasi dalam pembangunan demi
menciptakankesejahteraan bangsa dan negaranya.Prinsip bimbingan dan konseling adalahGuiedance
For All´dimanasemua individu memiliki hak yang sama dalam mendapatkan layanan bimbingandan
konseling, siapa pun individu itu, dari mana pun individu itu berasal, dan bagaimana pun kondisi konseling.
B. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistemneurobehavior
yang berjudul ” ADHD”.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan pada gangguan
ADHD agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi
neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH) atau
juga disebut dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut
sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang
menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya).
Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan
yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih
dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang
menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif
(bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak
kunjung datang.
B. KLASIFIKASI
a. Tipe Anak yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian
Dalam tipe ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-
awang”.Tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-
pindah, pelupa dan kacau.
c. Tipe Gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak-
anak termasuk tipe seperti ini.Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu
memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah
terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.
C. ETIOLOGI
Pandangan-pandangan serta pendapat–pendapat mengenai asal usul, gambaran–gambaran,
bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih berbeda–beda serta dipertentangkan satu
sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul
sebagai akibat dari gangguan–gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf
pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh banyak orang diyakini
sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetik,
pembuahan ataupun racun, bahaya–bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau
immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
a. Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif.
Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun
pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu
XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
b. Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-
masalahprenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi
forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal.
Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu
muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuorologi yang sampai
kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak
hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya
sisi sebelah kanan.
c. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah dalam serum darah anak
yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga
dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk
makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya
sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri
hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
D. MANIFESTASI KLINIS
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini memperlihatkan
aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak–anak kontrol yang normal, tetapi
gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah
dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat
impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan
akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan
secara emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan
hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok,
tetapi secara sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan
dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan
psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan,
namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder
terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima
celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya
dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka
dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri
sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri
mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami
depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika,
mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit
daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah
gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa
disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan
dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.
Selain itu, digunakan instrumen Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif (SPPAHI) untuk
deteksi ADHD pada anak berusia 6-13 tahun, yang dapat dipakai oleh orang tua, guru, dokter. Jika
fasilitas tersedia, sebelum dan sesudah pemberian terapi, dapat dilakukan pemeriksaan cognitive
Event Related Potential (ERP), Matching Familiar Test, dan Continuous Performance Test untuk
menilai kemampuan memusatkan perhatian dan tingkat kewaspadaan.
F. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami gangguan
hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta
kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan
yang terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan
kepada anak itu sendiri.
Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut jadwal yang
sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata
pujian.
Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah dihindarakan, anak
tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan
kegiatan fisik yang kuat dan keras
Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara-
acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-barang yang
membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan hadiah
kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
2. Medis
Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif.
Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin
serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara
bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-
gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon
yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya
diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan
pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau
tidak.
Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh
yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.
Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing anak akan
tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada
saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis di
naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis
yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan
memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya
anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis
yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi
yang diharapkan.
Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit
demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita
hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira
sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam
Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk
selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu
untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh
terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping :
perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.
CONCERTA
Indikasi
Adhd yang bekerja selamaq 12 jam dengan dosis 1x1 di pagi hari
kandungan : metilfenidat HCL 18mg,36mg.
Dosis max 1 hari 1x54mg.
PROHIPER 10
Kandungan : metifenidat HCL 10mg.
Dosis anak2 (< 6 th):2x5mg
Dewasa 20-30 mg
Persediaan tablet
RITALIN/RITALIN SR/RITALIN LA
Kandungan : metilfenidat HCL 10 mg,30 mg, 40 mg
Dosis : tab dewasa sehari 2-3 tab
Anak-anak <6 th,awal 2x1/2 tab dg peningkatan ½ - 1 tab per minggu
Max sehari 6 tab.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia
dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis
serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan
pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan
obat-obatan perlu dihentikan.
Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang ADHD
memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang
ADHD sendiri. Pada anak penyandang ADHD, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu
mengendalikan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas), melatih kemampuan mempertahankan
perhatian pada objek tertentu, mengembangkan ketrampilan menunggu giliran, dan mengendalikan
tingkat agresivitas. Tentu saja pemberian terapi perilaku ini akan kurang efektif tanpa dibarengi
dengan tritmen yang berupa obat-obatan yang membantu untuk mengendalikan agresivitas,
memberikan ketenangan kepada anak, dan mengurangi kecemasan.
Pada prinsipnya terapi bermain digunakan untuk menjadi media bagi anak untuk:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi bermain bagi anak ADHD adalah:
1. Salah satu yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalah sensitivitas mereka terhadap perubahan
sehingga kita harus membantu menciptakan sesuatu yang rutin untuk mereka. Dalam hal ini
konsistensi yang dapat diciptakan terapis misalnya dalam hal waktu, aturan bermain, tempat, dan
jumlah alat permainan. Pemilihan ini harus didasarkan pada kondisi anak dan target perilaku yang
dituju.
2. Permainan yang digunakan harus dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil yang diajarkan
satu persatu dengan tahap dan cara yang sama. Mereka selalu sulit mengorganisasikan waktu
sehingga kita harus membantu untuk memecah-mecah tugas menjadi komponen-komponen kecil
yang sederhana. Misalnya: cara menggambar di bagi dalam kegiatan mengambil kertas, mengambil
pensil, mengambil crayon, dst.
3. Terapi diberikan dalam beberapa tahap, pertama dengan satu anak satu terapis dalam tempat terapi
khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam permainan bersama anak lain
(sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok
yang lebih besar. Permainan sosial ini harus dirancang terapis dan orang tua untuk membantu anak
mengembangkan ketrampilan bersosialisasi.
4. Terapi bagi anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal. Mengingat
bahwa gangguannya berkaitan dengan sirkuit di dalam otak, maka terapi bermain sebaiknya
dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain, yaitu terapi farmakologi. Rencana program terapi
yang dijalankan pun harus disusun dengan terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses
evaluasinya.
5. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan
eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan untuk memperkenalkan aturan-
aturan dan mengendalikan perilaku.
H. TERAPI BERMAIN
1. Pelampung, anak ADHD memiliki banyak energi yang perlu disalurkan lewat aktivitas fisik. Olahraga
seperti berenang bisa jadi salah satu cara.
2. Balok mencocokkan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat sehingga membangkitkan
kepercayaam diri anak ADHD yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas yang perlu waktu lama.
3. Krayon besar, memberi kesempatan anak ADHD melakukan sesuatu tanpa ada yang mengatakan
benar-salah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan
mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
Bimbingan dan konseling menjadi sarana mengatasi anak hiperaktif baik bimbingan konseling
yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu ada kerjasama antara pihak sekolah dan
orang tua dalam menangani anak yang hiperaktif. Kerjasama yang baik antara semua pihak dalam
menangani anak hiperaktif akan sangat membantu dalam perbaikannya kedepan demi masa depan
anak tersebut.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik
lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 1978. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia
L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Alih Bahasa Jan Tambayong.
Jakarta, EGC.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya Medika.
Setiawani, Mary Go . 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]