Anda di halaman 1dari 16

ADHD (Attention Deficit

Hyperactivity Disorder)
Nama Kelompok :
• Alifiani Retno Palupi
• Endang Purwati
• Setiana Nur Rokhmah
• Seni Sepia
• Fransiska Amelia Putri
Apa itu ADHD?
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga
menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Sekitar 10% anak usia
sekolah mengalami ADHD.
Dilansir dari National Institute of Mental Health, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
adalah gangguan yang terjadi pada otak, ini ditandai dengan kurangnya perhatian dan/atau hiperaktif serta
impulsif yang mengganggu fungsi dan perkembangan otak anak.Anak dengan ADHD mengalami kesulitan
untuk tetap fokus. Ia biasanya tidak betah jika harus duduk dan belajar dalam waktu lama. Namun, hal ini
bukan karena mereka kurang paham dengan apa yang sedang mereka pelajari.Anak ADHD merupakan anak
yang hiperaktif. Mereka suka terus bergerak, bahkan mungkin sampai mengganggu teman yang ada di
dekatnya. Mereka juga suka bertindak impulsif. Artinya, mereka suka melakukan tindakan yang tiba-tiba
tanpa memikirkannya terlebih dahulu, mereka tidak suka menunda keinginan atau kepuasan.
Gejala ADHD

Sulit Memusatkan Perhatian


Gejalanya berupa kesulitan dalam memerhatikan
: • Sulit mengatur tugas dan aktivitas yang dijalani.
arahan dari orang lain atau pelajaran dari guru. • Sulit mengikuti instruksi untuk mengerjakan sesuatu.
Contohnya: • Sering kehilangan barang-barang yang digunakan
•Tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu. sehari-hari.
•Perhatiannya mudah teralihkan. • Tidak menyukai aktivitas yang perlu memusatkan
•Sering terlihat seperti tidak mendengarkan perhatian, seperti mengerjakan PR.
pembicaraan atau arahan, bahkan ketika diajak
berbicara langsung. Bila hanya ada gejala ini tanpa perilaku hiperaktif,
•Tidak memerhatikan hal-hal detail. artinya penderita mengalami ADHD jenis inatentif
•Ceroboh.
Lanjutan
Hiperaktif dan Impulsif
Gejala ini meliputi : • berlarian atau memanjat di situasi yang
• selalu tampak bersemangat tidak sesuai
• berbicara berlebihan
• tidak dapat bermain dengan tenang, sulit
• sulit dalam menunggu giliran untuk bersantai
• tidak dapat duduk tenang
• menghentakkan tangan atau kaki • sering mengganggu orang lain
• selalu gelisah • dan selalu memberi jawaban sebelum
• tidak dapat diajak duduk untuk waktu lama pertanyaan diselesaikan.
lanjutan
• Gejala ADHD pada Orang Dewasa
Gejala ADHD tidak hanya dialami oleh anak-anak, tapi bisa juga dialami oleh orang
dewasa. Orang dewasa yang menderita ADHD diduga pernah mengalami ADHD pada
masa kecilnya.Gejala hiperaktif pada ADHD biasanya akan berkurang seiring
bertambahnya usia. Namun sebaliknya, gejala sulit memusatkan perhatian cenderung
bertambah parah seiring pertambahan usia.Penderita ADHD dewasa akan mengalami
masalah dalam pendidikan maupun pekerjaan, antara lain akibat kesulitan dalam
menentukan prioritas dan memusatkan perhatian. Selain itu, penderita ADHD dewasa juga
sulit untuk memiliki teman atau pasangan, karena cenderung uring-uringan atau mudah
emosi.
Penyebab ADHD

Kelainan Anatomi Otak


Anak-anak yang mengidap ADHD memiliki perbedaan dalam
fungsi otak jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Otak
memiliki bahan kimia yang disebut neurotransmitter yang
berperan dalam proses interaksi sel-sel yang ada di otak. Pada
ADHD, neurotransmitter yang disebut dopamin, cenderung
tidak berfungsi, sehingga mengakibatkan konsekuensi yang
tidak diinginkan seperti impulsif, kurang konsentrasi, dan
hiperaktif. Seorang anak dengan ADHD juga cenderung
memiliki volume otak lebih kecil jika dibandingkan anak usia
sebayanya.
Genetik
Gangguan ADHD diyakini akan
diwariskan dari orangtua yang
mengalami kelainan yang sama.
Satu dari empat anak yang
didiagnosis ADHD memiliki
kerabat dengan gangguan yang
sama. ADHD juga biasanya sering
ditemukan pada anak kembar
identik.
Faktor Orang Tua
Ibu yang sedang hamil dan masih melakukan kebiasaan
merokok juga mempertinggi risiko memiliki anak dengan
ADHD. Begitu juga dengan mengonsumsi alkohol atau obat
lain selama periode kehamilan dapat menghambat aktivitas
neuron yang memproduksi dopamin.Wanita hamil yang
terpapar racun kimia seperti polychlorinated biphenyls juga
berpotensi menyandang ADHD. Bahan kimia ini banyak
digunakan dalam industri pestisida. Konsumsi obat-obatan
terlarang seperti kokain terbukti juga menghambat
pertumbuhan normal reseptor otak. Orangtua yang selalu
mengkritik anak dan sering menghukum untuk kesalahan-
kesalahan kecil juga dapat memicu munculnya perilaku
ADHD.
Faktor Lingkungan
Paparan racun pada anak dari
lingkungan, seperti timbal dan
polychlorinated biphenyls,
dikhawatirkan akan memicu ADHD.
Faktor lingkungan lain yang mungkin
berkontribusi adalah polusi, bahan
makanan yang memiliki warna
buatan, serta paparan sinar neon.
Terapi (Pengobatan)
Kombinasi obat-obatan dan terapi khusus merupakan langkah terbaik
untuk menangani ADHD. Tidak ada jalan pintas untuk mengatasi kondisi ini.
Penanganan ADHD membutuhkan kesiapan dan komitmen dari segi waktu,
emosi, maupun keuangan.Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya,
ADHD dapat ditangani dengan beberapa jenis obat dan terapi untuk
meredakan gejala-gejala yang timbul, sehingga penderitanya bisa menjalani
aktivitas sehari-hari dengan normal.
Obat- Obatan
Obat yang umum diberikan untuk ADHD adalah
methylphenidate. Obat ini bekerja dengan cara
menyeimbangkan senyawa kimia pada otak sehingga
dapat meredakan gejala ADHD.Methylphenidate aman
untuk dikonsumsi anak-anak, namun dokter tetap akan
memantau pengobatan untuk mewaspadai munculnya
efek samping, seperti gangguan pada jantung. Bila anak
mengalami efek samping tersebut, atau berisiko tinggi
untuk mengalaminya, maka dokter akan memberikan
obat lain misalnya, Atomoxetine.Amitriptyline.Obat
golongan agonis alfa, misalnya clonidine.
Penanganan Melalui
Psikoterapi
Penderita ADHD perlu
mendapatkan psikoterapi. Selain
untuk menangani ADHD,
psikoterapi juga berguna untuk
mengatasi gangguan mental lain
yang menyertai ADHD, misalnya
depresi.
Jenis-Jenis Psikoterapi
• Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT)
Terapi perilaku kognitif akan membantu penderita ADHD untuk mengubah pola pikir dan
perilaku saat menghadapi masalah atau situasi tertentu.
• Terapi psikoedukasi
Penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita dalam terapi ini, misalnya kesulitan
mereka dalam mengatasi gejala-gejala ADHD. Dari terapi ini, diharapkan penderita dapat
menemukan cara yang paling sesuai baginya untuk mengatasi gejala tersebut..
lanjutan
• Pelatihan interaksi sosial
Jenis terapi ini dapat membantu penderita ADHD untuk memahami perilaku
sosial yang layak dalam situasi tertentu.Orang tua, keluarga, guru, dan pengasuh
penderita ADHD juga membutuhkan pengetahuan serta bimbingan agar dapat
mendampingi penderita. Oleh karena itu, mereka perlu diberikan program pelatihan
khusus.
Materi yang diajarkan dalam pelatihan ini antara lain adalah cara menerapkan sistem
pujian untuk menyemangati anak, cara menghukum anak ketika berperilaku buruk
atau kasar, dan cara mengarahkan aktivitas anak sesuai dengan kemampuannya
Lanjutan
• Untuk membantu anak mengendalikan gejala-gejala ADHD, orang tua juga
dapat menerapkan pola hidup sehat pada anak, antara lain:Membiasakan
pola makan yang sehat dengan makanan bergiziMemastikan anak cukup
tidur dan istirahat.Membatasi waktu anak dalam menonton televisi dan
menggunakan ponsel atau komputer.Mengajak anak melakukan aktivitas
fisik minimal 60 menit setiap hari.ADHD memang tidak bisa disembuhkan,
tetapi bila terdiagnosis secara dini dan ditangani dengan tepat, penderita
akan mampu beradaptasi dengan kondisinya dan menjalani aktivitas sehari-
hari secara normal.

Anda mungkin juga menyukai