Anda di halaman 1dari 8

Penyebab, Tanda, dan Gejala ADHD pada Anak

Anda mungkin pernah melihat anak-anak yang tidak mampu memperhatikan, tidak bisa berkonsentrasi, atau tidak
mampu mengikuti instruksi bahkan setelah diberi penjelasan.

Anak-anak tersebut kemungkinan besar mengalami apa yang disebut Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD).

ADHD adalah gangguan neurologis yang biasanya menyerang anak-anak dan dapat bertahan terus hingga anak
menjadi dewasa.

Anak-anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, hiperaktif, dan pelupa.

Anak-anak tersebut memiliki masalah prestasi di sekolah, kesulitan bergaul, dan rendah diri.

Penyebab ADHD

Kelainan tertentu dalam anatomi dan fungsi otak menjadi salah satu penyebab utama ADHD.

Neurotransmitter dopamin (bahan kimia otak) terutama bertanggung jawab atas perubahan perilaku tersebut.

Beberapa penyebab lain ADHD adalah faktor keturunan, paparan racun dari lingkungan, penyalahgunaan narkoba,
dan ibu yang merokok.

Tanda dan Gejala ADHD

ADHD mempengaruhi sekitar 8-10% anak usia sekolah.

Anak laki-laki lebih mungkin mengalami gangguan ini dibandingkan anak perempuan.

Anak-anak dengan ADHD tidak mampu mengendalikan respon spontan mereka yang melibatkan gerakan, kurang
konsentrasi, serta perilaku hiperaktif dan impulsif.

Tanda dan gejala ADHD dikategorikan menjadi gejala kurangnya perhatian dan perilaku hiperaktif-impulsif.

Gejala Kurangnya Perhatian

Beberapa gejala kurang perhatian mencakup:

 Sulit memberi perhatian pada detil. Kurangnya perhatian membuat mereka bermasalah saat menerima
pelajaran di sekolah atau ketika bermain dengan teman-temannya.
 Sering kehilangan barang-barang seperti seperti mainan, alat-alat, buku, dll.
 Tidak dapat mengikuti instruksi dengan benar sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan.
 Tidak dapat mengatur (mengorganisasi) tugas-tugas atau kegiatan sehari-hari.
 Sering melupakan tugas rutin sehari-hari.
 Cenderung menghindari tugas yang melibatkan upaya mental.
Gejala Perilaku Hiperaktif-impulsif

Gejala yang terkaitan dengan perilaku hiperaktif-impulsif adalah sebagai berikut:

 Sering menggerakkan tangan atau kaki tanpa henti. Mereka memiliki kecenderungan untuk tidak bisa diam
dalam waktu lama.
 Sering berlarian tanpa henti. Anak dengan ADHD seakan memiliki energi yang tidak pernah habis.
 Tidak mampu bermain atau melakukan sesuatu dengan tenang. Mereka juga cenderung berbicara menerus
tanpa tahu kapan harus berhenti.

Anak-anak dengan ADHD memiliki kecenderungan untuk menjawab sebelum pertanyaan selesai disampaikan.

Anak ADHD tidak sabar menunggu giliran selama melakukan permainan. Mereka cenderung mengganggu dan
menuntut terlalu banyak perhatian.

Gejala kurangnya perhatian bisa diamati pada saat anak berusia 8-9 tahun. Gejala ini biasanya bertahan seumur
hidup.

Gejala hiperaktif dimulai saat berusia 5 tahun dan menjadi sangat parah antara usia 7 hingga 8 tahun.

Anak-anak dengan ADHD memiliki harga diri yang rendah, depresi, kecemasan, dan perilaku agresif atau
kekerasan.

Pengobatan ADHD didasarkan pada pengendalian gejala dan meningkatkan kemampuan mental anak.

Perawatan ADHD umumnya merupakan kombinasi dari obat-obatan dan berbagai terapi.

Obat ADHD seperti dextroamphetamine atau methylphenidate membantu meningkatkan perhatian dan konsentrasi
dan mengurangi hiperaktif serta impulsif.

Beberapa jenis terapi yang bisa diberikan pada anak ADHD meliputi terapi perilaku, terapi kognitif, dan terapi
bicara.

Pengobatan ADHD: 4 Jenis Terapi untuk Anak


dengan ADHD

ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder membuat seorang anak berbeda dari anak-anak lainnya.

Namun, ADHD bukanlah kondisi yang selalu menjadi hambatan.

Michael Phelps, perenang Amerika, adalah salah satu contohnya.

Pemenang 14 medali emas Olimpiade ini didiagnosis dengan ADHD pada saat masih anak-anak.

Terdapat berbagai pilihan perawatan ADHD mulai dari obat-obatan hingga terapi.

Berikut adalah beberapa jenis terapi yang bisa digunakan untuk merawat anak dengan ADHD.
Terapi untuk ADHD

Terapi untuk anak ADHD meliputi:

1. Terapi Perilaku (Behavioral Therapy)

Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan reaksi berlebihan terhadap situasi tertentu.

Anak mungkin juga menunjukkan perilaku lebih agresif dibandingkan dengan teman-temannya.

Pada kasus ini, terapi perilaku membantu anak untuk lebih bisa mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan
mereka.

Diharapkan anak mampu mengendalikan reaksi berlebihan, kemarahan, serta menjadikannya lebih tenang.

Terapi perilaku menyasar perubahan cara berpikir serta perilaku anak.

2. Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)

Sisi kognitif membantu seseorang untuk merasa, belajar, dan berargumen. Dengan demikian, sisi kognitiflah yang
mengendalikan emosi dan perasaan.

Sebagian orang mungkin mengalami gangguan emosi yang mengarah pada tindakan negatif dan membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk mengatasinya.

Terapi perilaku kognitif ditujukan untuk membantu seseorang mengendalikan pikiran dan emosi yang akan
mewujud pada perilaku yang lebih positif.

Terapi ini akan melatih anak dengan ADHD untuk berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

Terapi kognitif sering digunakan bersama dengan terapi perilaku.

3. Terapi Membaca (Literary Therapy)

Terapi membaca juga merupakan salah satu pilihan pengobatan untuk ADHD.

Terapi ini menggunakan buku, artikel, dan bahan bacaan lain untuk membantu pasien mengatasi gejala ADHD.

Terapi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk remaja dan orang dewasa.

Terapi membaca ditujukan membuat seseorang memahami masalah yang dihadapinya secara mendalam dengan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya perihal masalah tersebut.

Informasi yang diberikan juga harus disertai dengan solusi untuk mengendalikan masalah hiperaktif.

Membaca juga membantu pasien untuk memfokuskan seluruh energi pada kegiatan tertentu dalam waktu lama
yang bermanfaat untuk menyalurkan energi secara konstruktif.

4. Terapi Bicara

Orang tua umumnya sering mengatakan pada anak-anak apa yang tidak boleh dilakukan.

Jika terlalu berlebihan, anak justru tidak akan mendengarkan dan cenderung malah melakukan hal yang dilarang.

Kecenderungan ini juga berlaku pada anak yang menderita ADHD. Mengatakan anak apa yang tidak boleh
dilakukan (melarang) tidak akan menunjukkan hasil yang positif.

Melalui terapi bicara, orang tua didorong untuk selalu berkomunikasi dengan anak serta membicarakan apa yang
dirasakan anak.
Terapi bicara didasarkan pada prinsip bahwa ADHD dapat disembuhkan, jika anggota keluarga menunjukkan
dukungan, cinta dan perhatian dengan memberikan waktu untuk mendengarkan anak

Tips Menerapkan Disiplin pada Anak dengan ADHD

ADHD pada anak-anak ditandai dengan perilaku hiperaktif, kesulitan konsentrasi, konsentrasi mudah buyar, dan
kesulitan melakukan tugas sehari-hari.

Anak mungkin tampak terlalu aktif dan melakukan sesuatu tanpa banyak berpikir.

Anak dengan ADHD umumnya menghadapi masalah saat melakukan hal-hal sederhana seperti menyelesaikan
pekerjaan rumah, bergaul dengan teman-teman, atau berkenalan dengan teman baru.

Merawat anak yang didiagnosis dengan ADHD merupakan tantangan besar. Orang tua perlu menerapkan disiplin
pada anak-anak dengan kondisi tersebut.

Teknik Mendisiplinkan Anak-anak dengan ADHD

Anak dengan ADHD akan sulit berkonsentrasi. Itu sebab, pengulangan dan rutinitas tugas tertentu akan amat
membantu mereka.

Sebagai contoh, orang tua bisa membuat daftar tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anak setiap harinya.

Daftar tersebut bisa mencakup tugas yang harus dilakukan sebelum berangkat ke sekolah, setelah kembali dari
sekolah, dan yang harus diselesaikan sebelum tidur.

Pada tahap awal, buat tugas yang mudah diselesaikan oleh anak. Jangan marahi anak jika tidak bisa mengikuti
jadwal ini pada awalnya.

Berikan instruksi positif kepada anak untuk mendisiplinkannya.

Alih-alih “Jangan berteriak” gunakan kalimat “Ibu lebih suka jika kamu berbicara pelan”.

Atau “Bisakah kamu membantu Ibu membersihkan kamarmu?” bukannya “Bersihkan kamarmu”.

Jangan bersikap keras pada anak, tapi pastikan pula anak tidak melewatkan apa yang sudah menjadi kewajibannya.

Jelaskan pada anak apa yang harus mereka lakukan. Pada saat berhasil melakukan tugas dengan baik, beri pujian
kepada anak.

Pujian amat penting untuk memotivasi anak untuk terus menjadi lebih baik. Apresiasi juga akan membuat anak
lebih percaya diri dan memiliki rasa tanggung jawab.

Jika Anda hendak membuat perubahan pada jadwal harian, pastikan untuk menginformasikan anak-anak perihal
perubahan tersebut.
Penting pula untuk melibatkan guru dalam terapi perilaku ini. Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu di
sekolah, jadi pastikan guru mengerti tentang kondisi anak.

Membantu Anak ADHD untuk Berinteraksi Sosial

Anak yang didiagnosis dengan ADHD umumnya mengalami kesulitan untuk bergaul dengan rekan-rekan mereka.

Ajarkan anak keterampilan sosial yang akan membantunya menjalin pertemanan.

Amati siapa saja yang menjadi teman favorit anak Anda. Perhatikan perilakunya tanpa harus terlalu banyak campur
tangan.

Saat anak tidak mau berbagi mainan atau tidak sabar menunggu giliran bermain, beri pengertian bahwa perilaku
tersebut mungkin tidak dapat diterima oleh teman-temannnya.

Anak-anak dengan ADHD lebih cocok melakukan olahraga yang bukan permanan tim. Jadi ikutkan mereka dalam
olahraga perseorangan seperti beladiri, berenang, atau senam.

Mendisiplinkan anak dengan ADHD melibatkan kemampuan komunikasi yang baik.

Kenali kebutuhan anak, identifikasi tugas apa saja yang harus diselesaikan, beri penghargaan atas pencapaian anak,
adalah beberapa prinsip dasar yang harus dipegang untuk mendisiplinkan anak.

Menggunakan metode disiplin untuk mengendalikan ADHD terbukti efektif menurunkan ketergantungan pada obat
yang tentu saja akan mengurangi efek samping pada kesehatan

Tips Memilih Olahraga Terbaik untuk Anak ADHD


ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan belajar dan gangguan perkembangan kronis
yang terjadi pada sekitar 3-5% anak usia sekolah di seluruh dunia.

Dari berbagai perawatan untuk meringankan ADHD, latihan fisik amat berguna dan memiliki efek jangka panjang
untuk mengurangi dampak ADHD.

Jadi, melibatkan anak ADHD dalam olahraga dan permainan merupakan cara efektif untuk menyalurkan energi
sekaligus meningkatkan keterampilan sosial mereka.

Olahraga untuk Anak ADHD

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memilih olahraga yang sesuai untuk anak ADHD.

Berikut adalah beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan:

 Pilih olahraga yang tidak terlalu kompleks atau melibatkan banyak proses berpikir.
 Pilih olahraga dimana seorang anak dapat dengan cepat memahami aturan mainnya.
 Utamakan olahraga luar ruangan (outdoor), dimana terdapat ruang terbuka agar anak lebih bebas
berekspresi.
 Olahraga harus intens secara fisik dengan sedikit waktu jeda (timeout).
 Olahraga harus diawasi penuh oleh pelatih, guru, atau instruktur.
 Yang terpenting, anak harus antusias menjalani olahraga tersebut.

Olahraga Tim untuk Anak ADHD

Olahraga tim (beregu) memiliki berbagai manfaat untuk anak dengan ADHD.
Pertama, kerja tim membuat anak merasa diinginkan dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada
dirinya sendiri.

Olahraga tim mengajarkan tanggung jawab pada anak bahwa dia berperan atas keberhasilan atau kegagalan tim.

Olahraga jenis ini ideal untuk membuka kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi serta berkenalan dengan teman-
teman baru.

Olahraga tim umumnya memiliki kapten atau pengatur yang melatih anak untuk menghormati otoritas dan
bagaimana berperilaku di bawahnya.

Contoh olahraga tim yang bisa dipilih diantaranya:

 Sepak bola
 Bola basket
 Hoki
 Bola voli

Olahraga Perseorangan untuk Anak ADHD

Olahraga perseorangan juga dapat membantu anak-anak dengan ADHD.

Olahraga individu memungkinkan anak untuk mengekspresikan diri dengan cara yang lebih terfokus dan
terkonsentrasi.

Daripada tergantung pada kinerja orang lain, anak menyadari bahwa dirinyalah penentu keberhasilan atau
kegagalan.

Olahraga jenis ini akan melatih rasa percaya diri, keyakinan, dan sikap positif seorang anak.

Berikut adalah beberapa olahraga perseorangan yang direkomendasikan:

– Beladiri

Kontrol diri dan disiplin merupakan sebagian ciri penting dari olahraga beladiri.

Segala jenis beladiri merangsang anak untuk selalu fokus dan konsentrasi.

– Olahraga Outdoor

Olahraga outdoor memberikan ruang gerak yang luas bagi anak ADHD untuk menyalurkan energinya.

Jenis olahraga ini juga bisa dilakukan bersama dengan anak lain untuk melatih kemampuan sosialisasi.

Olahraga outdoor meliputi hiking, bersepeda, dan aktivitas kepramukaan.

– Berenang

Berenang membutuhkan kekuatan fisik dan kemauan yang akan memberikan tantangan pada anak ADHD
3 Karakteristik Umum & 5 Gejala Autisme pada
Anak

Menurut National Institute of Mental Health, autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak yang terjadi
pada sekitar 3,4 per 1000 anak berusia antara 3 sampai 10 tahun.

Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks akibat terjadinya gangguan pada saraf komunikasi dan
perilaku.

Gangguan ini memengaruhi fungsi sosial, intelektual dan motorik, serta ketidakmampuan menggunakan indra
sensorik secara efektif sehingga akan memengaruhi perilaku secara keseluruhan.

Singkatnya, autisme memengaruhi semua fungsi pada anak. Hingga kini penyebab pasti autisme masih belum
diketahui.

Berikut beberapa perilaku autistik yang biasanya muncul:

 Pengulangan gerakan tubuh tertentu


 Resistensi terhadap perubahan dalam pola apapun
 Keterikatan yang berlebihan baik pada orang atau benda
 Agresivitas atau regressiveness dalam interaksi pribadi atau sosial

Gejala autisme biasanya mulai muncul pada usia tiga tahun pertama, meskipun pada beberapa anak gejala ini
terlihat sejak lahir.

Kemungkinan anak laki-laki didiagnosis autisme lebih besar dibandingkan anak perempuan.

Autisme tidak berhubungan dengan latar belakang etnis atau sosial atau pola asuh orang tua.

Autisme merupakan spectrum disorder, artinya gejala dan tingkat autisme setiap individu akan berbeda.

Karakteristik Autisme

Autisme didiagnosis setelah dokter mengamati perilaku dan perkembangan anak. Beberapa indikator umum
diantaranya meliputi:

1. Pola Perilaku

Repetitif atau senang melakukan gerakan tubuh yang berulang seperti mengelilingi benda tertentu, berjalan,
menjentikkan jari, resistensi terhadap perubahan hal rutin, sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensorik seperti
sentuhan, suara, rasa, atau cahaya.
Menghindari kontak mata dan seringkali memberikan respon yang tidak tepat, baik dengan kata-kata atau pun
suara.

Terkadang anak mengalami kesulitan tidur dan mengendalikan emosi serta mengarah pada perilaku agresif
terhadap diri sendiri maupun orang lain.

2. Ketidakmampuan dalam Berkomunikasi

Perkembangan pola bicara yang kurang serta keterampilan penggunaan bahasa yang minim menjadikan anak
autisme kurang mampu melakukan interaksi sosial.

Anak autis cenderung menyendiri dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.

3. Keterlambatan Perkembangan Keterampilan Motorik

Anak autis menunjukkan resistensi terhadap pembelajaran dan interaksi bermain dengan teman sebaya.

Anak autis kesulitan dalam meniru keterampilan yang diajarkan serta memiliki imajinasi yang sulit untuk
diekspresikan.

Gejala Autisme

Gejala autis berkembang antara usia 3 sampai 10 tahun sehingga dibutuhkan pengawasan yang ketat untuk melihat
beberapa gejala yang muncul.

Beberapa gejala autisme diantaranya adalah:

 Terlambat atau sedikit berbicara atau merespon,


 Kesulitan makan, refleks mengunyah atau menelan yang buruk,
 Perilaku emosional yang ekstrim,
 Tidak peduli dan tidak yakin tentang lingkungan sekitar,
 Perubahan perilaku secara mendadak dari normal ke perilaku regresif.

Anda mungkin juga menyukai