Anda di halaman 1dari 4

Hiperfokus, Gejala ADHD yang

Jarang Diketahui

Selain perilaku impulsif, kurangnya perhatian, dan hiperaktif, ada


gejala lain ADHD yang tidak biasa dan mungkin jarang diketahui,
yaitu hiperfokus.

Attention deficit hyperactivity disorder atau lebih dikenal sebagai


ADHD adalah kelainan yang memiliki gejala khas perilaku impulsif,
kurangnya perhatian, dan hiperaktif. Selain itu, ada pula gejala lain
yang mungkin lebih jarang diketahui, yaitu hiperfokus.

ADHD adalah gangguan perilaku yang umumnya dimulai sejak masa


kanak-kanak. Menurut penjelasan dari dr. Andika Widyatama dari
KlikDokter, gejala ADHD bisa berbeda antara satu orang dengan
orang lain. Meski bisa dialami saat kanak-kanak dan dewasa, tetapi
umumnya gejala ADHD muncul sejak kecil. ADHD bisa mengganggu
aktivitas penderitanya hingga menurunkan produktivitas.

Dipaparkan oleh dr. Andika, berikut ini adalah gejala ADHD yang
dapat timbul:

Gejala impulsif: kurangnya kesabaran, menjawab pertanyaan


orang lain sebelum pertanyaan selesai diajukan, sering menyela
orang lain, atau memulai percakapan pada waktu tidak tepat.
Gejala kurang perhatian: kurang fokus dan konsentrasi mudah
pecah, tidak teliti dan cenderung lalai dalam bekerja, sering
berbicara di luar topik pembicaraan, atau mudah lupa terhadap
aktivitas rutin.
Gejala hiperaktif: senang berjalan dan berlari, ingin terus
bergerak dan berbicara, mudah gelisah, atau sulit mengerjakan
suatu hal dengan tenang.

Gejala lain ADHD: hiperfokus


Selain gejala-gejala yang disebutkan di atas, ada pula gejala ADHD
yang mungkin jarang diketahui, yaitu hiperfokus. Kondisi ini
menggambarkan seseorang yang terpaku pada sesuatu yang
menarik perhatiannya.

Digambarkan fokus tinggi, bahkan sulit teralihkan pada sesuatu yang


dianggap menarik, hiperfokus sebagai gejala ADHD tak banyak
diketahui karena berlawanan dengan gejala khas ADHD yaitu sulit
konsentrasi.

Pada keadaan hiperfokus, seseorang bisa mendapati dirinya asyik


tenggelam dalam pekerjaan, hobi, atau aktivitas lainnya. Seseorang
yang mengalami episode hiperfokus kadang bisa kehilangan minat
tanpa sebab yang jelas.

Perlu juga diketahui bahwa pada buku manual American Psychiatric


Association’s Diagnostic and Statistical Manual, Fifth Edition (DSM-
5) tidak memasukkan hiperfokus di antara criteria ADHD.

Tips menangani hiperfokus pada ADHD


Dilansir dari Medical News Today, untuk membantu mengendalikan
hiperfokus pada anak, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa
dilakukan:
Kenali bentuk kegiatan yang cenderung mencetuskan gejala
hiperfokus. Ini mungkin termasuk membatasi waktu yang
dihabiskan untuk menonton televisi atau bermain gim.
Cobalah untuk membuat anak sadar bahwa hiperfokus adalah
gejala dari kondisi ADHD yang dialaminya. Hal ini dapat
membantu mereka waspada dan mengendalikannya.
Lakukan kegiatan yang membuat si Kecil dengan ADHD terlepas
dari “isolasi” atau tidak mengurung diri. Ini penting agar anak
mau dan mampu bersosialisasi.

Pada orang-orang dengan ADHD usia dewasa, cara menanganinya


berbeda, yaitu:

Atur pengingat (reminder) mengenai semua tugas atau kegiatan


lain yang belum terselesaikan.
Tetapkan prioritas dan lakukan segala sesuatunya selangkah
demi selangkah. Ini mencegah terlalu lama fokus pada satu
aktivitas.
Jangan takut meminta orang-orang di sekitar Anda untuk
mematikan televisi atau pengalih perhatian lainnya jika gejala
hiperfokus mulai terlihat.
Meminta seseorang untuk menelepon atau mengirim pesan
singkat pada waktu tertentu. Ini dapat membantu memecah
periode fokus yang intens.
Minum obat dari dokter secara rutin dan teratur agar hiperfokus
dan gejala ADHD lainnya bisa dikendalikan.

Karena berkebalikan dengan karakteristik khas ADHD yang sulit


fokus, itulah yang membuat gejala hiperfokus jarang diketahui.
Hiperfokus dapat menyebabkan seseorang tak mampu mengalihkan
perhatian dari apa yang menarik perhatiannya. Gejala ini umumnya
lebih sering terjadi pada orang-orang dengan ADHD usia dewasa,
meski sebetulnya bisa juga dialami anak-anak dan remaja. Mungkin
dibutuhkan kombinasi obat-obatan dan terapi perilaku untuk
mengendalikan gejala ADHD.

Anda mungkin juga menyukai