Anda di halaman 1dari 11

ADHD

I. Definisi
Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan defisit atensi dan
hiperaktivitas adalah kondisi kronis yang mempengaruhi jutaan anak dan seringkali tetap ada
sampai dewasa. ADHD merupakan kombinasi beberapa masalah seperti kesulitan untuk
menjaga perhatian, hiperaktivitas, dan perilaku impulsive. Anak dengan ADHD juga dapat
memiliki rasa rendah diri, hubungan yang bermasalah, dan mendapat nilai yang jelek
disekolah. Dulu ADHD disebut ADD (attention deficit disorder atau gangguan defisit atensi),
tetapi sekarang ADHD karena menggambarkan kedua aspek kondisinya, yang itu inatensi dan
perilaku hiiperaktif dan impulsif.2

II. Etiologi
Yang menjadi penyebab dari ADHD adalah faktor-faktor lingkungan dan sifat keturunan,
bukan bagaimana caranya anak itu dibesarkan, yaitu:2

 Perubahan fungsi dan anatomi otak. Terdapat perbedaan struktur otak dan aktivitas area

 Keturunan. ADHD cenderung menurun dalam satu keluarga.


otak yang mengontrol tingkat aktivitas dan perhatian.

 Merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, serta paparan terhadap toksin selama
kehamilan. Keempat hal ini akan meningkatkan resiko lahirnya anak dnegan ADHD.
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat menurunkan aktivitas

 Paparan terhadap toksin-toksin dilingkungan. Paparan terhadap logam berat seperti lead
sel saraf (neuron) yang menghasilkan neurotransmitter.

(Pb) akan menyebabkan perilaku yang disruptif bahkan agresif, dan mempengaruhi

 Zat tambahan dalam makanan. Bahan-bahan yang ditambahkan ke makanan seperti


kemampuan berkonsentrasi.

pewarna buatan atau pengawet makanan dapat menjadikan anak hiperaktif. Walaupun
gula sering dicurigai menyebabkan hiperaktivitas, tidak terdapat bukti yang nyata.

III. Gejala
Gejala ADHD lebih jelas terlihat pada aktivitas-aktivitas yang membutuhkan usaha mental
yang terfokus. Agar dapat didiagnosa dengan ADHD< tanda dan gejalanya harus muncul
sebelum usia 7 tahun, kadang sampai semuda usia 2-3 tahun.2 Gejala ADHD terbagi menjadi
tiga kelompok, yaitu kurang perhatian atau inattentiveness, hiperaktivitas, dan perilaku
impulsif atau impulsivity.3 Gejala akan meringan seiring pertumbuhan anak, tetapi tidak akan
menghilang sepenuhnya.2,3

Tanda dan gejala inatensi adalah:2,3

 Seringkali gagal memperhatikan detail/perincian atau membuat kecerobohan dalam


mengerjakan tugas dari sekolah ataupun aktivitas lainnya, serta berganti-ganti kegiatan

 Sering mengalami kesulitan untuk menjaga tingkat atensi yang sama selama
dengan cepat.

mengerjakan tugas atau bermain atau kesulitan berkonsentrasi pada satu kegiatan saja.
 Terlihat seperti tidak mendengar walaupun diajak berbicara langsung.
 Mengalami kesulitan untuk mengikuti perintah dan sering gagal menyelesaikan tugas

 Menghindari atau tidak menyukai atau mengalami kesulitan tugas-tugas yang


dari sekolah, pekerjaan rumah, ataupun tugas-tugas lainnya.

 Seringkali kehilangan barang yang diperlukan seperti buku, pensil, mainan atau
membutuhkan usaha mental yang lama, seperti tugas dari sekolah atau pekerjaan rumah,

 Mudah bosan pada suatu tugas atau kegiatan, kecuali melakukan sesuatu yang mereka
peralatan.

 Mengalami kesulitan untuk memfokuskan diri pada mengorganisasi dan menyelesaikan


sukai.

 Perhatiannya dapat teralihkan dengan mudah.


suatu tugas atau mempelajari sesuatu yang baru.

 Mengalami kesulitan untuk memproses informasi secepat dan seakurat anak lain.
 Kesulitan untuk mengikuti instruksi.
 Berkhayal, mudah menjadi bingung, dan bergerak dengan lamban.
 Seperti tidak mendengar ketika diajak berbicara.
 Pelupa.

Tanda dan gejala perilaku hiperaktivitas:2,3

 Gelisah, tidak bisa diam ditempat duduk, selalu bergerak ditempat duduk.
 Berbicara nonstop.
 Seringkali berdiri meninggalkan bangkunya dikelas atau situasi lainnya dimana

 Berlari atau memanjat berlebihan ketika tidak seharusnya, atau pada remaja, selalu
seharusnya tetap duduk.

 Sulit untuk bermain dengan tenang


merasa gelisah.

 Selalu siap bergerak.

Tanda dan gejala impulsivitas:2,3



Berbicara berlebihan.


Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai dikatakan.


Seringkali sulit menunggu gilirannya.
Seringkali menyela atau mengganggu pembicaraan atau permainan orang lain.

Perilaku ADHD pada anal laki-laki dan wanita dapat berbeda, seperti:2

 Anak laki-laki lebih cenderung hiperaktivitasnya yang menonjol, sedangkan anak

 Anak perempuan yang sulit berkonsentrasi, seringkali berkhayal, tetapi anak laki-laki
perempuan lebih sering tidak terdiagnosa karena cenderung inatentif secara diam-diam.

 Anal laki-laki lebih cenderung kurang menurut dengan guru atau orang dewasa lainnya,
yang inatentif lebih cenderung bermain atau bergerak tanpa tujuan.

sehingga perilakunya cenderung lebih mudah diamati.

Dapat digolongkan ADHD jika perilaku-perilaku diatas:2

 Berlangsung lebih dari enam bulan.




Muncul sebelum berusia 7 tahun.


Terjadi pada lebih dari satu setting (sekolah dan rumah).


Mengganggu aktivitas sekolah, bermain, dan aktivitas sehari-hari lainnya secara reguler.
Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anak-anak
lainnya.

Pada bayi:1
Anak dg ADHD sangat sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu, serta perubahan lingkungan
lainnya, sehingga sangat aktif dalam buaian, tidurnya sangat sedikit, dan sering menangis.
Atau sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan, dn berkembang sangat lambat pada
beberapa bulan pertama.

IV. Tipe-tipe ADHD:


1. ADHD dengan predominan inatensi – anak memiliki paling sedikit 6 gejala inatensi dan
kurang dari enam gejala hiperaktivitas-impulsivitas. Anak dengan tipe ini kurang
cenderung ‘acting out’ atau mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan anak lainnya.
Anak mungkin akan duduk tenang, tetapi tidak memperhatikan apa yang sedang
dikerjakan. Jadi, kemungkinan besar akan tidak disadari oleh orangtua dan gurunya
bahwa ia memiliki ADHD.2,3,4
2. ADHD dengan predominan hiperaktivitas-impulsivitas – anak memiliki paling tidak 6
gejala hiperaktivitas-impulsivitas dan kurang dari 6 inatensi.2,3 Anak tidak bisa duduk
diam dan banyak berbicara. Anak dapat berlari, loncat-loncat atau memanjat dengan
konstan. Anak merasa gelisah dan impulsif (seringkali menyela, mengambil barang dari
orang lain, atau berbicara pada saat yang tidak tepat). Anak sulit menunggu serta lebih
sering mengalami kecelakaan dan cedera daripada anak lainnya.2,4
3. ADHD tipe kombinasi – anak memiliki 6 atau lebih tanda dan gejala dari ketiga
kelompok tersebut. Ini tipe yang biasanya dimiliki oleh sebagian besar anak dengan
ADHD.2,3,4

V. Faktor resiko
Faktor resiko ADHD adalah paparan maternal terhadap toksin, merokok, minum alkohol atau
menggunakan narkoba selama kehamilan, riwayat keluarga ADHD atau gangguan perilaku
dan mood lainnya, serta berat badan lahir rendah.3

VI. Tanda dan tes


Diagnosis ADHD berdasarkan gejala-gejala spesifik berikut, yang harus hadir dalam lebih
dari satu setting:

 Anak harus memiliki paling tidak 6 gejala atensi atau 6 gejala hiperaktivitas/impulsivitas,

 Gejala-gejala tersebut harus hadir selama paling sedikit 6 bulan, dalam dua setting, dan
serta beberapa gejala yang muncul sebelum usia 7 tahun.

 Gejalanya harus cukup berat untuk menyebabkan gangguan bermakna dalam berbagai
tidak disebabkan oleh masalah lainnya.

setting, termasuk rumah, sekolah, dan hubungan dengan teman-temannya.


Pada anak yang lebih tua, ADHD dapat remisi parsial, ketika mereka gejalanya masih ada,
tetapi tidak memenuhi seluruh definisi gangguannya.

VII. Evaluasi
Yang termasuk evaluasi ADHD adalah:3

 Kuesioner untuk orang tua dan guru (contohnya Connors, Burks).


 Evaluasi psikologis anak dan keularga, termasuk tes IQ dan tes psikologis.
 Pemeriksaan perkembangan, mental, nutrisi, fisik, dan psikososial.

VIII. Patologi dan Pemeriksaan Laboratorium


Tidak ada hasil pemeriksaan laboratorium yang khas atau patognomunik untuk ADHD. Pada
beberapa anak hiperaktif didapatkan hasil EEG yang tidak terorganisir dan imatur, dan PET
menunjukkan jumlah aliran darah otak yang kurang. Uji Kognitif yang membantu
mengkonfirmasi inatensi dan impulsivitas seorang anak adalah sebuah continuous
performance task, dimana si anak diminta untuk menekan tombol setiap kali sebuah huruf
atau angka muncul dilayar. Anak dengan perhatian yang buruk akan gagal menekan tombol
walau huruf atau angka tersebut muncul. Sedangkan anak impulsif akan menekan tombol
walaupun huruf atua angka tidak muncul.1

IX. Komplikasi
ADHD dapat membuat anak-anak mengalami:3

 Kesulitan belajar didalam kelas, yang dapat menyebabkan kegagalan akademik dan

 Cenderung untuk mengalami kecelakaan dan berbagai macam cedera lebih sering
dihakimi oleh anak-anak lainnya dan orang dewasa.

 Lebih cenderung mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman dan orang
daripada anak lainnya.

 Lebih beresiko menyalahgunakan alkohol dan narkoba, serta tindakan-tindakan


dewasa.

delinquent lainnya.

X. Gangguan Penyerta
ADHD tidak menyebabkan masalah-masalah psikologis atau perkembangan lainnya, tetapi
anak-anak dengan ADHD lebih cenderung untuk memiliki kondisi-kondisi seperti gangguan
pembelajaran, Oppositional defiant disorder (ODD), gangguan Conduct (mencuri, berkelahi,
menghancurkan benda, dan menyakiti orang atau binatang), penyalahgunaan obat, gangguan
cemas dan depresi, sindrom Tourette, serta penyalahgunaan obat.2,3

XI. Kondisi-kondisi yang mirip ADHD (Differential Diagnosis)


Gangguan pembelajaran dan bahasa (gangguan membaca, gangguan matematika, dan
gangguan ekspresi tertulis), gangguan mood (depresi dan mania), gangguan cemas, gangguan
kejang, gangguan penglihatan atau pendengaran, sindrom tourette, gangguan tidur,
pengobatan tiroid. Beberapa kondisi ini mirip ADHD, tetapi juga dapat menyertainya.2

XII. Pengobatan dan Terapi


Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi dan konseling. Terapi lainnya adalah
untuk meringankan efeksi gejala ADHD, yaitu akomodasi khusus didalam ruang kelas, serta
dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar. Mengobati ADHD merupakan kerjasama
antara pemberi pelayanan kesehata, orangtua atau pengasuh, dan anak itu sendiri. Agar terapi
sukses, harus membuat target terapi yang spesifik dan sesuai, memulai terapi medikamentosa
dan perilaku, serta melakukan followup dengan dokter untuk memeriksa target, hasil, dan
efek samping pengobatan. Selama pengecekan ini, gali informasi dari orangtua, guru dan
anak itu sendiri. Jika pengobatan tampaknya tidak berpengaruh, pemberi pelayanan kesehatan
sebaiknya memastikan apakah anak tersebut memang memiliki ADHD, memeriksan apakah
ada alasan lain yang mungkin menyebabkan gejala yang mirip, dan memastikan bahwa
rencana pengobatan diikuti dengan baik.1,2,3

1. Medikamentosa

Tipe-tipe obat ADHD:


1. Psikostimulan atau stimulan. Ini merupakan obat ADHD yang paling sering
digunakan. Walaupun disebut stimulan, tetapi memiliki efek menenangkan pada
orang dengan ADHD. Obat-obatan ini adalah Amfetamin-dekstroamfetamin
(Adderall), Deksmetilfenidat (Focalin), Dekstroamfetamin (Dexedrine, Dextrostat),
Lisdeksamfetamin (Vyvanse), dan Metilfenidat (ritalin, Concerta, Metadate,
Daytrana). Yang terdapat di Indonesia adalah golongan metilfenidat dan
dekstroamfetamin, hanya dengan merek dagang yang berbeda.1,2,3,4
Obat ini bekerja dengan meningkatkan dan menyeimbangkan kadar neurotransmitter
otak, sehingga memperbaiki tanda-tanda dan gejala-gejala inti (inatensi, impulsivitas
dan hiperaktivitas). Tetapi obat-obatan ini hanya bekerja untuk waktu terbatas. Selain
itu, dosisnya berbeda pada tiap anak, jadi membutuhkan waktu yang cukup lama
hingga tercapai dosis yang sesuai.2,3
Ada 2 jenis stimulan, yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Yang jangka panjang
berfungsi selama 6-12 jam, sementara yang jangka pendek berfungsi selama kurang
lebih 4 jam. Metilfenildat merupakan stimulan jangka panjang yang berupa patch
ditempelkan pada pinggul dan berfungsi selama 9 jam. Walaupun dapat bekerja
selama 9 jam, tetapi obat ini baru akan berfungsi setelah 3 jam. Agar dapat bekerja
pada pagi hari, patch-nya harus ditempelkan sewaktu anak masih tertidur.
Efek samping paling umum dari obat-obatan stimulan adalah penurunan selera
makan, penurunan berat badan, gangguan tidur, dan irritability sewaktu efek obat
berkurang. Beberapa anak dapat menderita gerakan otot yang menyentak, seperti tics,
yang akan menghilang sewaktu dosis diturunkan. Obat ini juga dapat sedikit
menurunkan kecepatan pertumbuhan anak, walaupun pada sebagian besar kasus, tidak
ada efek permanen. Efek samping yang jarang terjadi adalah kematian anak karena
penyakit jantung, terutama pada yang telah memiliki penyakit jantung atau defek
jantung.1,2,3
Sebelum memberikan obat jenis ini kepada anak, sebaiknya lakukan pemeriksaan
fisik, tekanan darah, denyut nadi, berat badan dan tinggi badan anak. Selain itu
periksa tekanan darah, denyut nadi, berat badan dan tinggi badan pasien tiap 3 bulan
sekali dan lakukan pemeriksaan fisik tiap tahun.1
Tabel 1. Obat-obatan Stimulan untuk Terapi ADHD1
Nama Obat Sediaan Lama kerja Dosis Anjuran
(mg)
Golongan Metilfenildat
Ritalin 5, 10, 15, 20 3-4 jam 0,3-1 mg/kg 3x/hari; ~60mg/hari
Ritalin-SR 20 8 jam ~60mg/hari
Concerta 18, 36, 54 12 jam ~54mg/tiap pagi
Metadate ER 10,20 8 jam ~60mg/hari
Metadate CD 20 12 jam ~60mg/tiap pagi
Ritalin LA 5, 10, 15, 20 8 jam
Golongan Deksmetilfenidat
Focalin 2,5, 5, 10 3-4 jam ~10mg
Focalin XR 5, 10, 20 6-8 jam ~20mg
Golongan Dekstroamfetamin
Dexedrin 5, 10 3-4 jam 0,15-0,5mg/kgBB 2x/hari; ~40mg/hari
Dexedrin Spansule 5, 10, 15 8 jam ~40mg/tiap pagi
Golongan Dekstroamfetamin
& Garam Amfetamin
Adderall 5, 10, 20, 30 4-6 jam 0,15-0,5mg/kgBB 2x/hari; ~40mg/hari
Adderall XR 10, 20, 30 12 jam ~40mg/tiap pagi

2. Obat nonstimulan, yaitu Atomoksetin (Strattera) dapat bekerja sebaik stimulan, tetapi
kemungkinan penyalahgunaan lebih rendah. Obat ini diberikan pada anak dengan
ADHD yang tidak merespon obat-obatan stimulan atau mengalami efek samping pada
pemberian stimulan. Selain mengurangi gejala ADHD, atomoksetin juga dapat
mengurangi rasa cemas. Obat ini diberikan satu atau dua kali sehari. Efek samping
dari atomoksetin adalah rasa mual dan sedasi, penurunan selera makan dan berat
badan. Efek samping yang jarang muncul adalah gangguan fungsi hati yang ditandai
dengan kulit yang berwarna kuning (jaundice), urin berwarna gelap atau gejala-gejala
flu yang tidak dapat dijelaskan, peningkatan resiko timbulnya ide-ide bunuh diri pada
anak dan remaja atau tanda-tanda depresi lainnya. Tetapi obat ini tidak dijual
diIndonesia.1,2,3,4
Tabel 2. Obat-obatan Nonstimulan untuk Terapi ADHD1
Obat Sediaan (mg) Dosis Anjuran
Golongan Amoksetin HCl
Strattera 10, 18, 25, 40 (0,5-1,8mg/kgBB) 40-80 mg/haril boleh
dibagi menjadi 2 dosis
Golongan Bupropion
Wellbutrin 75, 100 (3-6mg/kgBB) 150-300mg/hari; ~150mg/x,
2x/hari
Wellbutrin SR 100, 150 (3-6mg/kgBB) 150-300mg/hari; ~150mg/tiap
pagi; >150mg/hari, 2x/hari
Golongan Venlafaxin
Effexor 25, 37,5 , 50, 75, 100 25-150 mg/hari; 2x/hari
Effexor XR 37,5, 75, 150 37,5-150mg tiap pagi
Golongan Agonis α-
adrenergik
Clonidine (Catapres) 0,1, 0,2, 0,3 3-10μg/kg/hari dibagi 3dosisl hingga 0,1mg
3x/hari
Guanfacine (Tenex) 1, 2 0,5-1,5mg/hari
3. Antidepresan. Obat ini digunakan pada anak yang tidak merespon stimulan atau
atomoksetin, dan memiliki gangguan mood penyerta.2,3
4. Obat tekanan darah tinggi, yaitu Clonidine (Catapres) dan Guanfacine (Intuniv,
Tenex). Obat ini akan membantu menredakan gejala-gejala ADHD. Diberikan untuk
mengurangi tics atau insomnia yang disebabkan obat ADHD lainnya atau mengobati
agresi yang disebabkan oleh ADHD.1,2,3

 Pastikan anak anda mendapatkan dosis yang tepat. Anak dengan ADHD tidak beresiko
Memberikan Obat dengan Aman2

mengalami ketergantungan, tetapi saudara dan teman-temannya beresiko. Karena pada


anak ADHD kadar neurotransmitter otaknya akan naik perlahan-lahan hingga mencapai

 Berikan obat hati-hati. Anak-anak dan remaja sebaiknya tidak bertanggungjawab atas
kadar yang tepat.

 Letakkan obat dalam lemari yang terkunci dirumah. Overdosis stimulan sangat
obatnya sendiri.

 Jangan titipkan obat-obatan ke anak untuk diberikan ke perawat atau pos kesehatan
berbahaya dan fatal.

sekolah. Berikan langsung ke perawat atau pos kesehatan sekolah.

2. Terapi Perilaku dan Konseling1,2,3,4


Terapi perilaku dan konseling diberikan oleh psikiater, psikolog, atau petugas kesehatan jiwa
lainnya. Beberapa anak dengan ADHD juga mengalami kondisi lainnya seperti gangguan
cemas dan depresi. Konseling dapat membantu ADHD dan masalah penyertanya. Hasil yang
terbaik didapatkan dari kerjasama tim, dimana semua pihak bekerjasama.

a. Konseling2,3
1. Terapi Perilaku. Guru dan orang tua dapat mempelajari strategi-strategi yang dapat
mengubah perilaku anak untuk menangani situasi yang sulit. Strategi-strategi ini dapat
berupa sistem reward dan timeout.
2. Psikoterapi. Ini memungkinkan anak dg ADHD yang lebih tua untuk membicarakan
masalah-masalah yang mengganggunya, menelaah pola tingkah laku dan belajar cara
untuk menangani gejalanya.
3. Parenting Skills Training. Ini akan membantu orang tua mengembangkan cara untuk
memahami dan mengarahkan perilaku anaknya.
4. Terapi Keluarga. Cara ini dapat membantu orangtua dan saudaranya untuk mengatasi
stress hidup dengan orang dengan ADHD.
5. Pelatihan social skills. Ini akan membantu anak mempelajari perilaku sosial yang sesuai.
6. Kelompok Dukungan. Kelompok support dapat memberikan anak dengan ADHD dan
orangtuanya jaringan dukungan sosial, informasi, dan pendidikan.

b. Terapi Perilaku2,3

Terapi saling berbicara untuk anak dan keluarganya akan membantu semua pihak memahami
dan mengatasi perasaan-perasaan tertekan karena ADHDnya. Orangtua sebaiknya
menggunakan sistem reward dan hukuman untuk membantu angarahkan perilaku anaknya.
Mempelajari bagaimana mengatasi perilaku disruptif sangatlah penting. Kelompok
pendukung dapat membantu keluarga untuk berhubungan dengan orang lain yang memiliki
masalah yang sama.
Terapi Gaya Hidup dan Penanganan di Rumah2,3
Karena ADHD merupakan gangguan yang kompleks, dan setiap orang dengan ADHD itu
gejalanya unik, sulit memberikan anjuran yang tepat bagi tiap anak. Tetapi beberapa hal
berikut mungkin dapat membantu.

 Tunjukkan kasih sayang anda pada anak. Anak-anak perlu mendengar bahwa mereka
Di Rumah:2,3

dicintai dan dihargai. Hanya memperhatikan aspek-aspek negatif perilaku anak dapat
merusak hubungan orangtua dan anak atau merusak rasa percaya diri dan harga diri anak.
Jika anak sulit menerima tanda-tanda verbal rasa kasih sayang, berikan senyuman, tepuk

 Bersabarlah. Tetap sabar dan tenang ketika menangani anak, walaupun sepertinya tidak
pundaknya, atau peluk anak untuk menunjukkan kasih sayang. Puji perilaku yang baik.

 Jaga perspektif diri. Orangtua harus realisitis dalam pengharapan akan perbaikan kondisi
dapat dikontrol. Jika orangtua tenang, anak akan menjadi lebih tenang.

 Kenali anak. Bermainlah bersama anak. Luangkan waktu dimana anak hanya bermain
anak.

 Jaga agar anak memiliki jadwal tidur dan makan yang tetap. Gunakan kalender yang
dengan orangtua, tanapa ada orang lain. Coba berikan perhatian positif daripada negatif.

besar untuk menandari aktivitas-aktivitas penting yang akan terjadi. Anak dengan ADHD
mengalami kesulitan untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Hindari

 Pastikan anak beristirahat cukup. Anak yang tidak cukup istirahat akan menunjukkan
transisi yang tiba-tiba dari satu aktivitas menjadi aktivitas lainnya.

 Identifikasi situasi yang sulit. Coba hindari situasi yang sulit bagi anak anda, seperti
gejala ADHD yang lebih buruk.

duduk diam selama presentasi yang panjang atau berbelanja di Mall dan Supermarket

 Gunakan timeout atau hilangkan priviledge untuk mendisiplinkan anak. Untuk anak
dimana aneka ragam barang dapat membuatnya bingung.

dengan ADHD, timeout dari stimulasi sosial sangat efektif. Sebaiknya timeout dilakukan
dengan waktu yang singkat, tetapi cukup lama bagi anak untuk mengontrol dirinya.
Intinya adalah untuk memutuskan dan menghentikan perilaku yang tak terkontrol. Ini
tidak selelalu dapat diterapkan, tetapi bagi banyak orang telah terbukti dapat membantu

 Bantu anak anda mengorganisir dan membuat sebuah buku tugas harian. Dan pastikan
mengatasi perilaku anak yang impulsif atau overaktif.

anak memiliki tempat yang tenagn untuk belajar. Kelompokkan barang-barang dalam
kamar anak dan simpan dalam tempat-tempat yang ditandai dengan jelas. Jaga

 Cari cara untuk memperbaiki rasa percaya diri dan rasa disiplin anak. Anak dengan
lingkungan anak tetap terorganisir dan rapi.

ADHD seringkali berprestasi dalam membuat karya seni, les musik atau les menari, atau
les bela diri, terutama karate atau tae kwon do. Tetapi jangan memaksa anak ke dalam
aktivitas yang diluar kemampuannya. Beberapa kesuksesan kecil yang berturut-turut

 Gunakan kata-kata yang singkat dan demonstrasikan ektika memberikan anak instruksi.
lebih membangun rasa percaya diri anak dari pada satu kesuksesan yang besar.

Berbicaralah dengan perlahan dan tenang, bicaralah dengan spesifik dan konkret.
Berikan instruksi satu demi satu. Hentikan anak dan lakukan kontak mata dengan anak
sebelum dan selama memberikan instruksi.
 Orangtua juga harus beristirahat. Jika orangtua kelelahan dan stress, akan menjadi
kurang efektif sebagai orangtua.

 Tanyakan program sekolahnya. Apakah ada program khusus disekolah tersebut untuk
Di Sekolah2,3

anak dengan ADHD. Ini dapat termasuk penyesuaian kurikulum, perubahan tata urang
kelas, modifikasi teknik mengajar, instruksi keahlian belajar, serta peningkatan

 Orangtua berbicaralah dengan guru. Sebaiknya orangtua berkomunikasi dengan guru


kerjasama antara orangtua dan guru.

ankanya, dan mendukung usaha guru untuk menangani anak anda didalam kelas.
Pastikan guru mengawasi belajar anak, memberikan umpanbalik positif, fleksibel dan

 Tanya apakah boleh menggunakan komputer didalam kelas. Anak dengan ADHD
sabar. Minta agar guru memberikan instruksi dan target yang jelas.

cenderung mengalami kesulitan menulis dan penggunaan komputer atau mesin ketik
akan sangat membantu.

c. Coping dan Dukungan


Mengasuh anak dengan ADHD merupakan tantangan bagi seluruh keluarganya. Orangtua
mungkin akan tersakiti oleh perilaku anaknya dan bagaimana orang lain bereaksi terhadap
perilaku anaknya. Stress menangani anak dengan ADHD dapat menekan pernikahannya.
Belum lagi ditambah dengan beban keuangan yang ditangggung oleh karena ADHD.
Saudara-saudara anak dengan ADHD juga mungkin mengalami kesulitan. Mereka dapat
terpengaruh oleh saudaranya yang agresif atau menuntut tersebut, dan juga mungkin akan
menerima perhatian yang lebih sedikit, karena anak dengan ADHD membutuhkan waktu dan
perhatian yang lebih banyak dari orangtuanya.

Teknik Coping
Banyak orangtua yang menyadari pola perilaku anaknya dan respons mereka terhadap
perilaku mereka itu. Contohnya, anak mungkin akan menangis meraung-raung sebelum
waktunya makan malan, dan orangtuanya akana memberikan cemilan agar anak itu diam
sementara orangtua menyiapkan makanan. Ini secara tidak langsung mendorong anak untuk
mengulang perilakunya. Merubah kebiasaan lama dengan yang baru memang sulit dan
membutuhkan kerja keras. Jadi pastikan orangtua memiliki target dan pengharapan yang
realisitis, sesuai dengan kemampuan fisik dan mental anak. Susun target-target kecil bagi
orangtua dan anak, serta jangan mencoba nutuk membuat perubahan yang besar atau banyak
sekaligus.

XIII. Pencegahan
Tidak ada cara mencegah ADHD. Tetapi ada cara untuk mencegah masalah yang mungkin
ditimbulkannya, serta untuk memastikan bahwa anak anda akan sesehat mungkin. Baik itu
sehat secara fisik, mental, ataupun emosional, yaitu:2

 Hindari penggunaan apapun yang dapat mengganggu pertumbuhan fetus selama


kehamilan. Jangan merokok, minum alkohol, ataupun menggunakan narkoba atau obat-

 Lindungi anak dari paparan polutan dan toksin, termasuk asap rokok, bahan kimia untuk
obat yang dapat merusak janin.

 Selalu konsisten. Buat batasan dan hukuman yang jelas untuk perilaku anak.
pertanian (pestisida, pupuk kimia) atau industru, dan cat yang mengandung Pb.
 Susun jadwal kegiatan rutin anak dengan tujuan yang jelas yang termasuk waktu tidur,
kegiatan pagi hari, waktu makan, tugas-tugas sederhana dirumah dan waktu menontoh

 Hindari multitasking ketika berbicara dengan anak, lakukan kontak mata saat
TV.

 Bekerjasama dengan guru dan pengasuh untuk mengidentifikasi masalah sedini mungkin.
memberikan instruksi, dan berikan pujian pada anak setiap hari.

Jika anak anda memang memiliki ADHD atau kondisi lainnya yang mengganggu
pembelajaran atau interaksi sosial, pengobatan dini dapat mengurangi efek dari
kondisinya.

XIV. Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Perjalanan ADHD itu bervariasi, ada yang mengalami remisi, ada yan menetap.
1. Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga masa remaja
atau dewasa.1,2 Gejala akan lebih cenderung menetap jika terdapat riwayat keluarga,
peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas dengan gejala-gejala perilaku, depresi
dan gangguan cemas. Dalam beberapa kasus, hiperaktivitasnya akan menghilang,
tetapi tetap mengalami inatensi dan kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif,
tetapi impulsif dan ceroboh). Anak ini rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan
narkoba, kegagalan disekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta pelanggaran
hukum.1
2. Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada masa
remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12 hingga 20 tahun.
Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas dan yang paling terakhir
adalah distractibility.1
a. Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja dan
dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan memiliki
gejala sisa yang sedikit.1
b. Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah menjadi
antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan pekerjaan,
mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan menyalahgunakan
alkohol dan narkoba.1

Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi psikopatologi komorbidnya,
terutama gangguan perilaku, disabilitas sosial, serta faktor-faktor keluarga. Prognosa yang
optimal dapat didukung dengan cara memperbaiki fungsi sosial anak, mengurangi agresivitas
anak, dan memperbaiki keadaan keluarganya secepat mungkin.1

Referensi
1. Kaplan and Sadock’s Sinopsis of Psychiatry, Sadock, Benjamin J., Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia, USA, 2007.
2. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in Children by MayoClinic Staff,
diunduh pada tanggal 06/04/2012 pada pukul 14.25 dari
http://www.mayoclinic.com/health/adhd/DS00275
3. Attention deficit hyperactivity disorder oleh Davis Zieve dan Fred K. Berger diunduh pada
tanggal 06/04/2012 pada pukul 14.29 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002518/
4. Facts about ADHD diunduh pada tanggal 06/04/2012 pada pukul 15.16 dari
http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html
5. Farmakologi dan Terapi edisi ke 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas
Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.

Anda mungkin juga menyukai