Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

KASUS

Diagnosis

EPISODE DEPRESI BERAT


DENGAN GEJALA PSIKOTIK
F 32.3

Penyaji

Dr. I Gde Yudhi Kurniawan

Pembimbing

Dr. Lely Setyawati, Sp.KJ(K)

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
JUNI 2013
Laporan Kasus1
Dr. I Gde Yudhi Kurniawan2

I. ALASAN PENGAJUAN KASUS


 Menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat
 Mendiskusikan psikodinamika

II. IDENTITAS PASIEN


Nama : DKR
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Tirta Lepang Gg. II A Blok B No. 7 Denpasar
Pendidikan : Sarjana Muda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Janda (Mati)
Suku : Bali
Agama : Hindu
Periode MRS : 3 Mei 2013 sampai dengan 20 Mei 2013
Periode Pemeriksaan : 8 Mei 2013 sampai dengan 20 Mei 2013
Tempat Pemeriksaan : Ruang Lely RSUP Sanglah

III. RIWAYAT PSIKIATRI


Data autoanamnesis dan heteroanamnesis dari anak, ipar dan tetangga yang diperoleh
pada periode tanggal 8 Mei 2013 sampai dengan 20 Mei 2013 , selama dirawat di ruang Lely
RSUP Sanglah, serta beberapa tambahan saat dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 1
Juni 2013.
A. Keluhan Utama
Autoanamnesa : minum baygon
Heteroanamnesa : tidak sadar

1
Dibawakan pada Pertemuan Ilmiah Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar pada Sabtu 22
Juni 2013 di ruang pertemuan Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, dibimbing oleh Dr. Lely
Setyawati,SpKJ(K)
2
Dokter residen yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Psikiatri FK UNUD/
RSUP Sanglah

2
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar ke rumah sakit oleh anaknya karena ditemukan tidak sadar di
rumahnya. Pasien mengenakan baju kaos coklat dan kain batik, berbaring di atas tempat
tidur dengan tangan kiri terpasang infus dan kedua tungkai tertutup selimut. Rambut
sebahu acak acakan.
Selama wawancara, pasien bicara dengan artikulasi jelas, kecepatan sedang
kadang melambat dengan fluktuasi intonasi yang relatif sempit. Sikap pasien kooperatif,
mau bercerita dan mau mengikuti perintah yang diberikan untuk pemeriksaan, meskipun
sesekali berhenti dan kadang juga bengong dengan pandangan jauh menerawang. Pasien
menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan dengan jawaban yang mudah dimengerti.
Pasien mampu menyebutkan namanya, umur, dan alamat tempat tinggalnya
dengan benar. Dia juga mengetahui tempat dan waktu saat itu, serta dapat menyebut
orang yang menungguinya di rumah sakit dengan benar.
Pasien mengaku minum satu gelas baygon pagi hari saat masuk rumah sakit
(MRS). Sebelumnya pasien juga meminum beberapa kapsul obat (jumlah pastinya lupa)
yang didapatkannya dari psikiater. Pasien melakukan hal ini agar mati karena merasa
bosan hidup, merasa tidak berguna dan hanya memberatkan anak-anaknya saja. Saat itu
pasien inguh dan tiba-tiba merasa ada yang menggerakkan tangannya untuk mengambil
kapsul obat lalu meminumnya sekaligus dan juga baygon cair yang dituangkan ke dalam
gelas lalu diminumnya tanpa bisa dikendalikan. Pasien juga mendengar suara
“jangan...lakukan....jangan....lakukan...” berulang-ulang saat itu. Pasien tidak mengenal
suara tersebut dan suara tersebut terdengar di hatinya bukan di telinganya. Pasien merasa
sudah berusaha untuk melawannya namun tidak mampu. Menurut pasien hal ini juga
karena merasa tangannya ada yang menggerakkan tanpa bisa dikendalikan. Pasien tidak
merasa sesuatu masuk ke badannya lalu mengontrolnya hanya merasa tangannya seperti
bergerak sendiri tanpa bisa dikontrol. Menurut kedua anaknya, pasien ditemukan oleh
anak bungsunya di dalam kamar di atas tempat tidur dalam keadaan tidak sadar seperti
tertidur disertai suara mengorok. Pasien awalnya dikira tidur namun seelah dicoba
dibangunkan pasien hanya buka mata tanpa bisa bicara, anaknya menjadi takut dan
menghubungi kakaknya. Di sebelahnya ditemukan sepucuk surat yang ditujukan kepada
kedua anaknya yang berisi tentang pesan pasien bila meninggal agar diselesaikan
upacaranya di Denpasar jangan dibawa pulang ke kampung karena hanya mebanjar dinas
di kampung. Lalu anak pasien meminta bantuan tetangganya dan mengajak pasien ke
RSUP Sanglah.
3
Saat ini pasien merasa menyesal dan sedih. Menyesal karena telah melakukan
suatu tindakan bodoh yang menyebabkannya hingga diopname. Sedih karena sekarang
tidak bisa mengurus kedua anaknya karena harus opname. Tampak ekspresi pasien sedih
dengan tatapan mata kosong menerawang jauh. Ketika pasien menceritakan tentang hobi
memasak yang disenanginya, ekspresi pasien tampak tidak berubah. Sejak tiga bulan
sebelum masuk rumah sakit pasien sudah merasa takut dan sedih. Perasaan tersebut
campur aduk karena memikirkan sakit anaknya, tetangganya yang demam berdarah,
sakitnya yang tidak bisa tidur tidak kunjung sembuh dan anaknya yang mengeluh bosan
merawat pasien.
Pikiran pasien inguh sejak dua minggu sebelum masuk rumah sakit dan timbul
keinginan mati sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasa inguh karena
sakitnya yang tidak bisa tidur tidak sembuh-sembuh. Hal ini diperberat dengan
pertengkaran dan perkataan anak sulungnya yang mengatakan sudah bosan mengurus
pasien dalam keadaan sakit seperti ini. Pasien ingin mengakhiri hidupnya. Pasien lalu
meminta anak sulungnya untuk ikut dengannya ke bank untuk balik nama tabungan dan
deposito. Saat itu pasien beralasan hal ini untuk jaga-jaga seandainya pasien opname di
rumah sakit karena tidak bisa tidur. Anak pasien menolak ide pasien, namun karena terus
diminta dan didesak akhirnya satu hari sebelum masuk rumah sakit anak pasien mau
mengikuti ibunya ke bank. Anak sulung pasien merasa curiga karena sikap pasien ini
namun tidak bisa menolak atau bertanya lebih jauh.
Pasien juga merasakan ketakutan sejak enam bulan sebelum masuk rumah sakit.
Rasa takut tersebut awalnya karena anak keduanya yang laki-laki diketahui menderita
sakit kuning dan setelah berobat ke dokter diketahui menderita sakit hepatitis A. Pasien
menjadi takut sakit anaknya memberat dan tidak bisa sembuh ditambah banyak cerita-
cerita yang mengatakan bahwa sakit hepatitis membuat sulit mencari pekerjaa. Meskipun
dokter telah mengatakan bahwa anaknya membaik, namun pasien tetap merasakan
ketakutan dan terus memikirkan sakit anaknya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
sangat protektif terhadap anaknya dengan membatasi kegiatan anaknya dan selalu
mengingatkan anaknya minum obat dan gula batu. Tiga bulan sebelum masuk rumah
sakit pasien mendengar tetangganya menderita sakit demam berdarah sekaligus tiga
orang dalam satu keluarga. Setelah mendengar berita ini pasien pergi menjenguk ke
rumah tetangganya tersebut. Hal ini menimbulkan ketakutan pada pasien jika tertular
dan mengalami sakit yang sama. Malam hari setelah menjenguk pasien mulai terbagun
dini hari dan tidak bisa tidur lagi. Menurut tetangganya pasien berulang kali berkunjung
4
ke rumahnya dan terus menanyakan tentang sakit demam berdarah, obat yang diberikan
dan cara pencegahannya.
Pasien juga menduga sakitnya yang sulit tidur disebabkan oleh faktor non medis
yang dikirim oleh keponakan almarhum suaminya. Pasien curiga akan hal ini karena
pada satu setengah bulan sebelum masuk rumah sakit pasien dikunjungai oleh
keponakan almarhum suaminya tersebut dan malam harinya pasien tidak bisa tidur sama
sekali selama dua hari berturut-turut. Kecurigaan pasien ini diperkuat oleh keterangan
balian dan Jro Mangku yang mengatakan bahwa sakit pasien karena “kiriman” oleh
keluarga lainnya yang tidak suka terhadap keluarga pasien. Meskipun coba dibantah
pasien tetap yakin bahwa sakitnya ini disebabkan dan diperberat oleh “kiriman” dari
keponakan almarhum suaminya. Keponakan ini dianggap musuh karena dendam akibat
dipindah tugaskan. Keponakan ini datang membawakan map dari kantor polisi temapat
almarhum suami pasien bertugas. Pasien merasa aneh dan curiga kepada keponakan
almarhum suaminya ini karena menerima map yang sama dengan isi yang mirip ketika
suaminya meninggal 3 tahun yang lalu. Pasien tidak bertanya lebih jauh tentang surat
tersebut padahal pasien ingin menanyakan perihal surat tersebut. Saat itu pasien merasa
seperti terhipnotis untuk tidak bertanya lebih jauh. Setelah dibaca surat tersebut isinya
tentang pemberhentian dengan hormat suaminya karena telah meninggal sama seperti
surat 3 tahun sebelumnya namun ada tambahan tentang gaji berkala dan tunjangan.
Pasien lalu mengkonfirmasi ke kantor suaminya namun dikatakan tidak ada titipan untuk
suaminya.
Pasien mengeluh sering terbangun dini hari dan sulit untuk tidur kembali sejak 3
bulan yang lalu. Setelah menjenguk tetangganya yang menderita demam berdarah,
malam harinya pasien terbangun dini hari dan sulit tidur lagi. Setelah sebulan keluhan
tidur sempat membaik hingga kurang lebih seminggu. Satu setengah bulan yang lalu
setelah kedatangan keponakan almarhum suaminya pasien sama sekali tidak bisa tidur
hingga dua hari. Setelah mendapatkan pengobatan dari psikiater pasien mulai dapat tidur
meskipun masih sering terbangun. Keluhan tidur kembali memberat dua minggu
sebelum masuk rumah sakit hingga pasien sering merasa lemas karena kurang tidur.
Karena semua keluhan tersebut sejak tiga bulan yang lalu pekerjaan pasien
membuat “abon” terganggu dimana pasien merasa cepat lelah padahal hal yang
dikerjakan sama dengan sebelumnya. Awalnya mulai jarang-jarang dan sejak dua bulan
sama sekali tidak membuat “abon” lagi. Namun pasien masih bisa memasak untuk
keperluan sehari-hari. Nafsu makan menurun sejak lima bulan yang lalu saat mengetahui
5
anaknya sakit hepatitis A. Frekuensi makan tidak menurun hanya jumlahnya menurun
dan untuk makan kadang dipaksakan dicampur air agar bisa masuk ke dalam perut.
Menurut anaknya pasien jauh terlihat lebih kurus saat ini dibandingkan sebelumnya.
Karena keluhan sering terbangun pada dini hari tiga bulan yang lalu disertai
badan ngilu dan pegal-pegal serta ketakutan tertular demam berdarah pasien berobat ke
bidan dekat rumahnya. Di bidan pasien mendapat penjelasan bahwa tekanan darahnya
tinggi yaitu 160 per 90. Pasien juga dijelaskan mengenai gejala demam berdarah dan
cikungunya dimana kedua penyakit tersebut harus didertai demam bukan hanya pegal-
pegal dan ngilu. Karena tekanan darahnya dikatakan tinggi pasien menjadi khawatir.
Setelah minum obat yang diberikan bidan, pasien kembali kontrol ke bidan namun
tekanan darahnya masih dikatakan tinggi. Karena keluhan tekanan darah tinggi dan tidur
terganggu tidak membaik ini pasien berobat ke Rumah Sakit Trijata.
Satu setengah bulan yang lalu pasien berobat ke Rumah Sakit Darma Yadnya
karena pasien merasa perutnya kembung dan mual seperti sakit magnya kumat disertai
sering terbangun dari tidur. Pasien disarankan berobat dan diberikan rujukan ke dokter
psikiater. Di psikiater pasien dikatakan menderita depresi dan mendapat tiga macam
obat. Pasien tidak tau nama obat tersebut karena dalam bentuk kapsul. Menurut anaknya
pasien tidak teratur minum obat, kadang obat pagi diminum siang dan obat sore
diminum malam bahkan bila sulit tidur pasien menambah sendiri dosis obat yang
diberikan.
Tiga bulan yang lalu pasien juga berobat alternatif ke balian karena curiga
keluhan pegal-pegal dan tidak bisa tidur disebabkan oleh gangguan non medis. Pasien
dipijat dan dilukat serta mendapatkan terapi air toya. Setelah menjalani terapi di Jro
Balian ini, pegal-pegal hilang dan keluhan tidur membaik, pasien dapat tidur lalu terjaga
dan bisa tidur lagi, namun belum sepenuhnya kembali seperti sebelum sakit. Menurut
Jro Balian sakit pasien disebabkan karena ada keluarga yang tidak suka kepada keluarga
pasien lalu mengirimkan penyakit secara gaib. Pasien berobat mulai tiap hari dan setelah
membaik berobat tiap dua hari. Setelah hampir dua puluh kali berobat pasien pasien bisa
tidur baik selama beberapa hari lalu pasien disarankan “kembalikan penyakit” oleh Jro
Balian dengan cara menghaturkan banten pejati di merajan. Pasien melaksanakan
anjuran Jro Balian dan setelah itu tidur pasien baik seperti semula. Pasien menjadi lega
karena keluhannya berkurang. Menurut anaknya, selama berobat di Jro Balian pasien
tidak teratur minum tirta yang diberikan oleh Jro Balian.

6
Karena sulit tidur yang kembali muncul atu setengah bulan sebelum masuk
rumah sakit, pasien kembali berobat alternatif ke Jro Mangku Dalem Tengaling. Saat
berobat pasien dikatakan seperti kerauhan dan berkata “Allah wakbar”, menurut Jro
Mangku pasien mendapat kiriman “penyakit Lombok” tanpa menyebut nama individu
yang mengirim penyakit tersebut. Disini pasien juga dikatakan mengalami “kekurangan”
karena sejak kecil tidak pernah sembahyang ke merajan kawitannya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Pasien berobat ke psikiater karena keluhan ketakutan dan tidak bisa tidur satu
setengah bulan yang lalu. pasien dikatakan menderita depresi dan mendapat tiga
macam obat. Pasien tidak tau nama obat tersebut karena dalam bentuk kapsul.
Setelah minum obat pasien, pasien dapat tidur baik hampir seperti sebelum sakit.
Setelah obat habis pasien kontrol kembali ke psikiater, namun setelah kontrol ke dua
pasien pasien kembali sering terbangun dini hari. Pasien dapat tidur jam 11 malam
dan terbangun jam 3 dini hari. Karena kembali timbul keluhan pasien kembali
kontrol ke psikiater namun keluhan menetap sering terbangun dini hari.
2. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak pernah merokok, menggunakan alkohol, narkotika, ataupun zat adiktif
lainnya.
3. Riwayat Penyakit Medis
Tidak terdapat riwayat trauma kepala, penyakit diabetes melitus, tekanan darah
tinggi, demam, kejang atau penyakit infeksi pada pasien.
4. Riwayat kepribadian sebelumnya
Anak pasien yang sulung memandang pasien sebagai seorang yang pencemas, kaku
dan keras kepala. Kecemasan pasien sering dianggap berlebihan oleh anak
sulungnya. Sejak anak bungsunya sakit, kecemasan pasien makin bertambah hebat
dan bahkan untuk hal-hal kecil yang tidak perlu dicemaskan. Pasien sering berbeda
pendapat dengan anak sulungnya terutama masalah pekerjaan rumah. Pasien sudah
memberikan jadwal-jadwal sebagai tugas pekerjaan rumah namun sering tidak ditaati
oleh anaknya. Hal ini membuat pasien jengkel. Menurut anaknya, ia tidak suka
dijadwal dalam melakukan kegiatan rumah namun pasti ia akan kerjakan menunggu
mood yang tepat.

7
D. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Keluarga pasien
merantau ke Bima sejak sebelum pasien lahir mengikuti jejak pamannya. Bapak pasien
bekerja sebagi kontraktor bangunan dan juga berprofesi sebagi pemangku. Menurut
pasien bapaknya memiliki sifat yang baik dan sering menasehatinya sesuai ajaran
agama.
Ibu pasien bekerja sebagai pedagang di pasar dan sebagian besar waktunya
dihabiskan di pasar. Pasien merasa kurang dekat dengan ibunya karena ibunya jarang di
rumah dan juga sifat ibunya yang pendiam.
Adik pasien yang nomor 5 dikatakan memilki keluhan yang sama dengan pasien
yaitu awalnya gangguan tidur kemudian timbul perasaan takut mati dan setelah
diperiksakan ke psikiater dikatakan mengalami depresi. Saat ini adik pasien sudah sehat
sepenuhnya.

Genogram

: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Riwayat Gangguan jiwa
: Meninggal

8
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Prenatal dan perinatal
Pasien adalah anak keempat dari delapan bersaudara dan merupakan anak yang
diinginkan. Tidak diketahui selama kehamilan pernah kontrol ke tempat pelayanan
kesehatan. Pasien lahir di dukun beranak di Bima, Nusa Tenggara Barat.
2. Riwayat masa kanak awal (0 – 3 tahun)
Pasien tidak bisa mengingat secara pasti bagaimana masa kanak awalnya, tetapi
berdasarkan cerita kedua orang tuanya pasien lahir di Bima kemudian saat pasien
masih balita, keluarga pasien memutuskan pindah ke Dompu untuk mencari lahan
yang lebih bagus. Bapak pasien bekerja sebagai pemborong bangunan disertai juga
mengelola lahan untuk pertanian.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Berdasarkan ingatannya, pasien senang bermain bersama teman-teman sebayanya.
Biasanya pasien bermain “dagang-dagangan” dan juga mencari kepiting lalu direbus
dan dimakan bersama. Pasien masuk SD tanpa melalui TK. Pasien tidak pernah tidak
naik kelas meskipun nilainya tidak selalu bagus. Pasien lebih dekat dengan bapak
pasien karena ibunya jarang di rumah karena waktunya lebih banyak di pasar karena
berjualan. Pasien lebih nyaman bercerita dengan bapaknya dibandingkan dengan
ibunya. Bila melakukan kesalahan pasien biasanya dinasehati jarang dimarah dan
tidak pernah hingga dipukuli.
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Setamat SD, pasien tidak diberikan ijin oleh bapaknya untuk melanjutkan sekolah.
Saat itu teman-teman sebayanya sedikit yang melanjutkan sekolah. Pasien kecewa
dan menangis karena sangat ingin sekolah namun tidak diijinkan, pasien berpikir
bahwa ia akan menyesali keputusan bapaknya ini. Lalu pasien bekerja ke sawah
mengawasi sawah bapaknya. Setelah dua tahun pasien diminta oleh bapaknya ke
Bali untuk melanjutkan sekolah. Hal ini karena pasien diketahui berpacaran dengan
laki-laki berbeda agama. Di Bali pasien masuk SMP dan tinggal bersama pamannya.
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam pergaulan meskipun baru pindah ke Bali
karena kebanyakan temannya di sekolah adalah saudara-saudaranya.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien langsung masuk sekolah dasar (SD) tanpa TK terlebih dahulu di Dompu.
Setelah tamat SD, pasien dilarang melanjutkan sekolah oleh bapak pasien karena
9
biasanya anak-anak perempuan di sana hanya hingga tamat SD. Pasien diberi
pekerjaan mengawasi sawah pertanian bapak pasien. Hal ini bertentangan
dengan keinginan pasien dimana pasien sangat ingin melanjutkan sekolah hingga
tamat SMA. Karena hal ini pasien beberapa kali menangis. Saat ini pasien mulai
memiliki pacar yaitu dari tetangga dekat rumahnya. Hubungan ini tidak disetujui
oleh bapak pasien karena perbedaan agama dimana pacar pasien beragama
Islam. Agar pacaran ini tidak berlanjut, pasien dikirim untuk melanjutkan
sekolah SMP di Bali. Tamat SMP, atas kehendak bapaknya pasien melanjutkan
SMA di Mataram. Di Mataram pasien tinggal dengan kakaknya. Saat kelas 2
SMA, pasien pindah ke Dompu karena kangen dengan orang tuanya. Tamat
SMA pasien kembali merantau kuliah ke Mataram untuk kuliah di IKIP
Mataram. Pasien sebenarnya tidak berkeinginan menjadi guru namun terpaksa
kuliah bidang guru karena bapak pasien ingin pasien sukses seperti kakaknya
yang telah menjadi guru. Pasien kuliah hanya sampai Sarjana Muda, dan tidak
dilanjutkan lagi karena bapaknya meninggal.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja di bank selama kurang lebih satu tahun lalu berhenti dan
kemudian bekerja menjadi guru honorer. Namun setelah menikah pasien tidak
bekerja lagi, hanya mengurus anak-anak di rumah. Setelah suami pasien
meninggal 3 tahun yang lalu pasien mencoba berusaha dengan membuat abon
untuk dijual kembali. Hasil usaha abon ini digunakan sebagai tambahan gaji
pensiunan suaminya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari.
c. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada tahun 1991 dan saat ini mempunyai dua orang anak, anak
pertama perempuan berumur 21 tahun dan anak kedua laki-laki berumur 17
tahun. Suami pasien adalah seorang polisi, sama-sama berasal dari Gianyar
namun dari desa yang berbeda. Pasien dan suaminya bertemu di Lombok saat
pasien masih SMA dan akhirnya menikah setelah sebelas tahun berpacaran.
Selama pacaran pasien tidak pernah melakukan hubungan seks. Setelah menikah
pasien ikut dengan suaminya pulang ke Bali. Suami memilki sifat yang keras
namun baik dan bijaksana. Pasien beberapa kali pernah bertengkar dengan
suaminya yang biasanya dipicu masalah anak-anak namun pertengkaran tidak
pernah hingga penyiksaan fisik hanya kata-kata yang tegas dan keras. Enam
tahun yang lalu suami pasien diketahui menderita sakit kanker nasofaring. Hal
10
ini membuat pasien terpukul namun berusaha kuat dan tegar menghadapinya
agar mampu merawat suaminya. Suami pasien meninggal 3 tahun yang lalu,
pasien merasa sedih namun tetap tegar karena telah menyiapkan diri akan hal ini.
Setelah suaminya meninggal hingga sekarang, pasien tidak pernah mempunyai
pikiran untuk menjalin hubungan lagi dengan laki-laki lain hanya fokus
membesarkan dan mengurus anak hingga sukses.
d. Riwayat Agama
Pasien lahir dalam keluarga yang beragama Hindu, namun karena lahir dan besar
di perantauan yang mayoritas beragama Islam, pasien lebih toleran terhadap
agama lainnya. Bapak pasien merupakan seorang pemangku di Dompu, pasien
sering dinasehati berdasarkan ajaran-ajaran agama Hindu.
e. Riwayat Aktivitas Sosial
Ketika masih sekolah pasien pasien merupakan anak yang cukup senang bergaul
dan memliki cukup banyak teman. Pasien tidak pernah bermusuhan dengan
teman-temannya. Ketika sudah menikah dan tinggal di asrama polisi, pasien
rutin mengikuti arisan asrama dan juga arisan bayangkari meskipun tidak
menjadi pengurus bayangkari. Setelah mempunyai rumah sendiri dan pindah ke
asrama, pasien kadang masih sering berkunjung ke asrama untuk sekedar
kumpul-kumpul dan mengobrol.
f. Riwayat psikoseksual
Pasien mulai haid pertama kali ketika kira-kira berusia 14 tahun. Setelah tamat
SD pasien tidak diijinkan melanjutkan sekolah oleh bapaknya dan disuruh
bekerja ke sawah. Saat itu pasien berpacaran untuk pertama kali. Pasien menjalin
hubungan pacaran dengan tetangganya. Hubungan tersebut tidak disetujui oleh
bapak pasien karena pacarnya beragama Islam. Karena hal ini, pasien kemudian
dikirim pulang ke Bali untuk melanjutkan SMP dan hubungan pacaran ini pun
terputus. Saat bersekolah SMA di Mataram pasien kembali menjalin hubungan
pacaran dengan seorang polisi yang akhirnya menjadi suaminya. Pacaran kedua
ini berlangsung cukup lama sampai 11 tahun hingga akhirnya menikah.
Pernikahan ini akhirnya dikarunia dua orang anak. Selama pernikahan pasien
menyangkal terjadinya kekerasan seksual. Sejak suaminya sakit 6 tahun yang
lalu hingga akhirnya meninggal 3 tahun yang lalu pasien sudah tidak pernah
berhubungan seksual lagi karena memang keinginan untuk hal itu sudah tidak
ada selain itu pasien juga sudah menopause sejak 5 tahun yang lalu.
11
g. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan melawan hukum atau terlibat dalam
masalah hukum.
h. Riwayat penggunaan waktu luang
Semasa remaja pasien sering memanfaatkan waktu luang untuk membuat
rajutan. Setelah menikah pasien senang mencoba-coba berbagai resep masakan.
Setelah suami pasien meninggal, kesibukan pasien bertambah selain beraktivitas
mengurus pekerjaan rumah tangga, pasien juga membuka usaha abon. Bila ada
waktu luang pasien memanfaatkannya untuk sekedar berkunjung ke tetangga
untuk ngobrol-ngobrol. Sejak empat bulan yang lalu pasien jarang berkunjung ke
tetangga untuk mengobrol dan juga tidak pernah lagi mencoba resep-resep
masakan yang baru.
F. Riwayat Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di sebuah rumah di Perumahan Pesona Kartika Tohpati,
Denpasar, bersama kedua orang anaknya. Rumah tersebut merupakan milik suami
pasien. Sebelum tinggal di tempat ini, pasien bersama keluarganya tinggal di Asrama
Polisi. Kemudian pada tahun 2009 pasien berhasil membeli sebuah rumah dan sejak saat
itu pasien tinggal di tempat yang mereka tempati sekarang.

Denah Lantai 1

Teras Garase
Sanggah Denah Lantai 2

Void
Kamar
Ruang U
Tamu
Anak Pertama

Kamar Pasien

Meja Makan
Kamar Kamar Mandi
Anak Kedua Ruang Serbaguna

Halaman Belakang Dapur Kamar Mandi

Tanah yang ditempati saat ini seluas kurang lebih 1,5 are, terdiri dari satu
bangunan utama berlantai dua dengan halaman yang sempit. Jarak antara rumah pasien
dengan rumah tetangga yang lain sangat berdekatan. Pada lantai bawah terdiri dari tiga
12
kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi dan dapur. Sedangkan lantai atas hanya
terdapat satu ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan sembahyang dan hari
raya keagamaan. Pasien menempati salah satu kamar di lantai bawah.
Keadaan rumah tampak gelap, kurang pencahayaan. Kamar pasien berukuran
2,5×3,5m dengan ventilasi dan pencahayaan kurang. Dalam kamar terdapat sebuah
tempat tidur, ditutupi sprei berwarna biru muda, cukup rapi, sebuah lemari pakaian, dan
sebuah mesin jahit. Lantai kamar terbuat dari keramik, cukup bersih. Kamar mandi
berada dalam kamar pasien tampak cukup bersih.
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya mengalami depresi. Pasien merasa sangat menyesal dan sedih
karena perbuatannya untuk mengakhiri hidup menghasilkan penderitaan baik bagi pasien
dan anak-anaknya.
H. Fantasi dan Nilai-Nilai
Pasien ingin segera sehat, terbebas dari gangguan yang dialaminya saat ini dan dapat
kembali pada kehidupannya yang dulu.

13
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan pada tanggal 10 Mei 2013 (hari ke-3 setelah dirawat di ruang Lely RSUP
Sanglah), dilakukan di ruang Lely.
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang wanita, usia dewasa, roman muka sesuai umur, rambut sebahu tampak acak-
acakan, mengenakan baju kaos coklat dan kain batik, kontak verbal cukup dan kontak
visual kurang.
b. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Secara umum pasien tenang selama pemeriksaan, kadang rahangnya bergerak-gerak,
lebih banyak menunduk dan bengong.
c. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif terhadap pemeriksa, mau menjawab pertanyaan pemeriksa
namun terkadang pandangan pasien jauh.
B. Pembicaraan
Penderita berbicara dalam Bahasa Bali bercampur Bahasa Indonesia dengan kata-kata
yang jelas. Pasien bicara dengan volume kecil, lambat dan fluktuasi intonasi yang
sedikit.
C. Mood dan Afek
a. Mood : Sedih
b. Afek : Tumpul
c. Keserasian : Inapropriate
D. Proses Pikir
a. Bentuk pikir : non logis non realistik
b. Arus pikir : koheren, kadang perlambatan
c. Isi pikir : waham curiga (terinduksi), ide aneh, ide bunuh diri, obsesif,
preokupasi pada gangguan tidur
E. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik (tidak ada), halusinasi visual (tidak ada), ilusi (tidak ada),
depersonalisasi (tidak ada), derealisasi (tidak ada)
F. Kognisi dan Sensorium
a. Tingkat kesadaran dan kesiagaan : kompos mentis
b. Orientasi
 Tempat : baik, mengetahui berada di Ruang Lely RSUP Sanglah Denpasar
14
 Waktu : baik, mengetahui hari, tanggal, dan jam saat pemeriksaan
 Orang : baik, mengatahui nama penunggunya dan pemeriksa
c. Daya ingat
 Daya ingat jangka segera : baik, mampu mengingat nama pemeriksa dan tiga
nama benda yang telah disebutkan sebelumnya.
 Daya ingat jangka pendek : baik, mampu mengingat menu makan paginya.
 Daya ingat jangka menengah : baik, mampu menceritakan dengan benar
pengalaman seminggu terakhir.
 Daya ingat jangka panjang : baik, mampu mengingat riwayat dimana dia
dibesarkan dan riwayat sekolahnya.
d. Konsentrasi : baik, pasien mampu menyebutkan
pengurangan 100 kurang tujuh sebanyak 5 kali
e. Perhatian : baik, dapat mengeja kata secara terbalik
dengan benar
f. Kemampuan membaca dan menulis : baik, penderita membaca dan memahami
kalimat serta menuliskan kalimat dengan
benar.
g. Kemampuan visuospasial : baik
1. Penderita mampu menggambar jam yang menunjukkan waktu 10.10 dengan
lengkap dan benar.
2. Penderita mampu mencontoh dua buah segi lima yang saling berpotongan.
h. Pikiran abstrak : baik, pasien memahami dan kadang
menggunakan metafora dalam pembicaraannya.
i. Kapasitas intelegensia : baik, pasien memiliki pengetahuan sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
j. Bakat kreatif : memasak, terganggu sejak sakit
k. Kemampuan menolong diri sendiri : penderita mampu melakukan perawatan diri dan
aktivitas sehari-hari sebelum sakit.
G. Daya nilai dan tilikan
a. Daya nilai sosial : baik, penderita memahami bahwa mencuri adalah perbuatan
yang tidak benar dan berdosa bila dilakukan.
b. Uji daya nilai : baik, penderita akan mengembalikan dompet jika
menemukan tergeletak di tengah jalan.

15
c. Penilaian realitas : terganggu, ditemukan adanya ide bunuh diri dan ide aneh.
d. Tilikan : Derajat 3, pasien mengetahui bahwa ia mengalami gangguan
jiwa tetapi menyalahkan orang lain atas keadaannya tersebut.
H. Dorongan Instingtual
Insomnia (ada) tipe campuran, hipobulia (ada), raptus (tidak ada).
I. Pengendalian Impuls
Saat ini tidak ada gangguan. Riwayat adanya tindakan bunuh diri.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


A. Status Internistik
Status present : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Temperatur axilla : 36,3o C
Status generalis : Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-,
reflex pupil +/+ isokor
THT : Kesan tenang
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening tidak
ada
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler,
murmur tidak ada
Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus (+)
normal, hepar/lien tidak teraba
Extremitas : Hangat pada keempat ekstremitas,
edema dan cyanosis tidak ada
B. Status Neurologis
GCS : E4V5M6 Motorik :
Meningeal sign tidak ada Tenaga 555 555
555 555
Refleks patologis - -
- -
Tonus N N
N N
Refleks fisiologis + +
+ + Trofik N N
N N

C. Status Lokalis

16
Regio Gluteal : Combustio Grade II AB 5%
Pus (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah Rutin (2/5/2013) Kimia Klinik (2/5/2013)
WBC : 11,89 K/Ul SGOT : 80 U/L
HGB : 10,97 M/Ul SGPT : 69 U/L
RBC : 3,989 g/dL BUN : 15 mg/dL
HCT : 32,67 % SC : 1,01 mg/dL
PLT : 228 K/Ul GDS : 99 mg/dL

Analisa Gas Darah (2/5/2013) Kimia Klinik (3/5/2013)


pH : 7,37 Natrium : 142 K/uL
pCO2 : 42 mmHg Kalium : 4,12 M/uL
pO2 : 124 mmHg
HCO3 : 24 mmol/L Kimia Klinik (4/5/2013)
: 25 mmol/L Bil total : 0,37 mg/dL
BE : -1 mmol/L Bil direct : 0,17 mg/dL
SO2 : 99 % Bil indirect : 0,20 mg/dL
Natrium : 135 K/uL SGOT : 133 U/L
Kalium : 2,69 M/uL SGPT : 66 U/L
Natrium : 140 K/uL
Urinalisis (4/5/2013) Kalium : 3,93 M/uL
pH : 5
Leukosit : 500 leu/uL Kimia Klinik (4/5/2013)
Keton : neg mg/uL HbsAg : 0,441 COI
Bilirubin : neg mg/uL Anti HCV : 0,092 COI
Eritrosit : 25 ery/uL
Sedimen Urin Kimia Klinik (7/5/2013)
Leukosit : banyak /lp SGOT : 30 U/L
Eritrosit : 2-3 /lp SGPT : 43 U/L
Bakteri : +++ /lp

2. Radiologi
Thorax : kesan kardiomegali, pulmo tak tampak kelainan
CT Scan Kepala tanpa kontras : kesan normal

E. Pemeriksaan Psikometri
1. Tes Warteg

17
2. HTP

3. Mengarang

18
19
4. MMPI-2

20
21
5. Skor SAD PERSON
No Keterangan Skor
.
1 Jenis kelamin laki-laki 0
2 Usia 38 tahun (bukan <19 tahun atau >45 tahun) 1
3 Depresi (+) 1
4 Riwayat bunuh diri sebelumnya (-) 0
5 Penggunaan alkohol berlebihan (-) 0
6 Kehilangan pikiran rasional (+) 1
7 Menikah 0
8 Rencana bunuh diri yang terorganisir (+) 1
9 Dukungan sosial ada 0
10 Penyakit kronis (-) 0
TOTAL 4

6. Skala Stres Holmes dan Rahe untuk Dewasa


Cedera atau sakit pribadi 53
Perubahan kesehatan anggota keluarga 44
Perubahan kondisi keuangan 38
Perubahan frekuensi perdebatan 35
TOTAL 170

22
7. Skor BDI
No Pernyataan Skor
.
1 Sepanjang waktu saya sedih dan tidak bisa menghilangkan perasaan 2
itu.
2 Saya merasa bahwa masa depan saya tanpa harapan dan bahwa 3
semuanya tidak akan dapat membaik
3 Saya merasa bahwa saya telah gagal lebih dari kebanyakan orang 1
4 Saya tidak lagi menikmati berbagai hal seperti yang pernah saya 1
rasakan dulu
5 Saya merasa bersalah sepanjang waktu 3
6 Saya merasa bahwa saya sedang dihukum 3
7 Saya membenci diri saya sendiri 3
8 Saya menyalahkan diri saya atas semua hal buruk yang terjadi 3
9 Saya mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri, namun saya 1
tidak akan melakukannya
10 Sekarang saya lebih banyak menangis daripada sebelumnya 1
11 Kini saya merasa jengkel sepanjang waktu 3
12 Saya agak kurang berminat terhadap orang lain dibandingkan 1
biasanya
13 Saya mengambil keputusan 0
14 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen 2
dalam penampilan saya sehingga membuat saya tampak tidak
menarik
15 Saya harus memaksa diri sekuat tenaga untuk melakukan sesuatu 2
16 Saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan merasa sukar 2
sekali untuk bisa tidur kembali
17 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya 0
18 Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari biasanya 0
19 Berat badan saya turun lebih dari lima belas pon 3
20 Saya cemas mengenai masalah-masalah fisik seperti rasa sakit dan 1
tidak enak badan, atau perut mual atau sembelit
21 Saya telah kehilangan minat terhadap seks sama sekali 3
TOTAL 38

8. Skor HDRS
No Pernyataan Skor
.
1 Perasaan sedih 4
2 Persaan bersalah 3
3 Bunuh diri 4
4 Insomnia (initial) 2
5 Insomnia (middle) 1
6 Insomnia (late) 2
7 Kerja dan kegiatan 2
8 Kelambatan 2
9 Kegiatan/agitasi 2

23
10 Ansietas psikis 3
11 Ansietas somatik 2
12 Gejala somatik 1
gastrointestinal
13 Gaya somatik umum 1
14 Gejala pada genital dan 2
libido
15 Hipokondriasis 3
16 BB berkurang 2
17 Tilikan 1
18 Variasi harian 1
Derajat perubahan 1
19 Depersonalisai dan 0
derealisasi
20 Gejala paranoid 2
20 Gejala obsesi kompulsi 0
TOTAL 0

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Perempuan, dewasa, 54 tahun, Hindu, Bali, janda (ditinggal meninggal), Sarjana
Muda, ibu rumah tangga. Datang diantar anaknya beserta tetangganya karena minum
baygon. Pasien minum baygon disertai beberapa kapsul yang didapatnya dari psikiater
dengan tujuan agar mati karena merasa bosan hidup, merasa tidak berguna dan hanya
memberatkan anak-anaknya saja akibat sakitnya yang tidak kunjung sembuh. Selama
wawancara pasien bersikap kooperatif dan sesekelai tampak bengong dengan pandangan
jauh menerawang.
Merasa menyesal dan sedih karena akibat perbuatannya pasien harus diopname dan
tidak bisa mengurus anak-anaknya. Tampak ekspresi pasien sedih dengan tatapan mata
kosong menerawang jauh. Tiga bulan sebelum masuk rumah sakit merasa cemas, takut dan
sedih. Perasaan tersebut campur aduk karena memikirkan sakit anaknya, tetangganya yang
demam berdarah, sakitnya yang tidak bisa tidur tidak kunjung sembuh dan anaknya yang
mengeluh bosan merawat pasien
Pikiran pasien inguh sejak dua minggu sebelum masuk rumah sakit dan timbul
keinginan mati sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasa inguh karena
sakitnya yang tidak bisa tidur tidak sembuh-sembuh. Ketakutan sejak enam bulan sebelum
masuk rumah sakit karena kepikiran terus anak keduanya yang sakit hepatitis sulit mencari
pekerjaan. Pikiran ini timbul terus menerus hingga pasien lebih protektif terhadap anaknya.
Tiga bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mendengar tetangganya menderita sakit
demam berdarah sekaligus tiga orang dalam satu keluarga. Timbul ketakutan pada pasien

24
jika tertular dan mengalami sakit yang sama. Karena hal ini pasien berulang kali berkunjung
ke etangganya yang sakit sekedar menanyakan tentang demam berdarah, obat yang
diberikan dan cara pencegahannya. Pasien juga menduga sakitnya yang sulit tidur
disebabkan oleh faktor non medis yang dikirim oleh keponakan almarhum suaminya.
Kecurigaann ini diperkuat oleh keterangan Jro Balian dan Jro Mangku hingga pasien yakin
dan tidak terbantahkan.
Pasien mendengar suara saat akan minum kapsul dan baygon, suara tersebut di
dengar di hatinya bukan di telinganya.
Pasien mengeluh sering terbangun dini hari dan sulit untuk tidur kembali sejak 3
bulan yang lalu. Karena semua keluhan tersebut sejak tiga bulan yang lalu pasien tidak bisa
bekerja membuat “abon” lagi. Nafsu makan menurun, frekuensi makan tetap namun
porsinya bertambah sedikit.
Dari pemeriksaan tanda vital, status general dan status neurologis dalam batas
normal. Status lokalis pada regio glutea didapatkan adanya combustio grade II yang
membaik dan luka yang terawat. Pemeriksaan laboratorium penunjang didapatkan riwayat
peningkatan kadar SGOT dan SGPT serta adanya tanda-tanda infeksi dari urinalisis.
Pemeriksaan radiologi Rontgen thorax menunjukkan adanya kardiomegali sedangkan CT
Scan Kepala tanpa kontras kesan menunjukkan tidak adanya kelainan.
Pemeriksaan status mental ditemukan penampilan tidak wajar, roman muka sesuai
umur, kontak verbal cukup, kontak visual kurang, bicara dengan volume kecil, lambat dan
fluktuasi intonasi yang sedikit. Pada emosi terdapat mood sedih dengan afek yang tumpul
dan tidak serasi. Proses pikirnya ditemukan bentuk pikir non logis non realistik dengan arus
pikir koheren kadang perlambatan. Pada isi pikir ditemukan adanya waham curiga
(terinduksi), ide aneh, riwayat ide bunuh diri, ide obsesif dan preokupasi pada gangguan
tidur. Terdapat gangguan dorongan instingtual berupa insomnia tipe campuran dan
hipobulia. Terdapat pula gangguan bakat kreatif. Penilaian realitasnya terganggu dengan
tilikan derajat 4. Terdapat riwayat gangguan dalam pengendalian impuls dengan adanya
tindakan bunuh diri. Penilaian skor SAD PERSON didapatkan skor 4, termasuk dalam
kategori resiko sedang. Penilaian skala stres Holmes dan Rahe didapatkan nilai 170 dan
diinterpretasikan sebagai resiko penyakit moderat. Penilaian skor BDI didapatkan skor 38
dan diinterpretasikan sebagai depresi parah. Penilaian skor HDRS diperoleh skor 41 dan
termasuk dalam depresi berat.

VII.DIAGNOSIS BANDING
25
a. Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
b. Skizoafektif tipe depresif (F25.1)
c. Skizofrenia Paranoid (F20.0)
d. Gangguan afektif bipolar episode kini depresif dengan gejala psikotik (F31.5)

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada pasien ditemukan gejala perilaku dan psikologis yang secara klinis cukup
bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) serta hendaya (dissabilities) dalam
kehidupan sehari-hari yang menunjukkan bahwa penderita mengalami gangguan jiwa.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan gangguan medis umum
yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa
yang diderita saat ini. Berdasarkan hal tersebut diatas, gangguan mental organik dapat
disingkirkan.
Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif, sehingga
gangguan mental akibat zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan status mental pada pasien ditemukan
adanya afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang
suram dan pesimistis, perbuatan bunuh diri, gangguan tidur dan nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari dua minggu dan disertai adanya gangguan bentuk
pikir non logis non realistik dan adanya gangguan isi pikir yaitu waham curiga (terinduksi),
ide aneh, ide bunuh diri, ide obsesif serta preokupasi pada gangguan tidur. Berdasarkan
PPDGJ III gejala-gejala pasien memenuhi kriteria diagnosis Aksis I sebagai Episode
Depresi Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3).
Pasien juga melakukan tindakan bunuh diri dengan minum beberapa tablet yang
didapatkan dari psikiater sekaligus dan juga minum obat nyamuk cair. Hal ini menjadi fokus
perhatian klinis pada Aksis I sebagai Peracunan diri dengan sengaja dengan memakai
bahan kimia dan zat berbahaya lain dan YTT (X69).
Sejak sebelum sakit, anak sulungnya memandang pasien sebagai seseorang yang
pencemas dan sering mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan Hal ini mengarah pada
gejala gangguan kepribadian cemas namun hanya memenuhi 2 dari 6 kriteria. Selain itu
pasien juga sangat kaku dan keras kepala. Pasien sangat terjadwal dalam menjalankan
26
berbagai aktivitas dan sering memaksakan keinginannya. Hal ini mengarah pada gejala
gangguan kepribadian anankastik namun hanya memenuhi 3 dari 8 kriteria. Karenanya pada
Aksis II dicatat sebagai Ciri Kepribadian Campuan Cemas dan Anankastik.
Pada Aksis III didapatkan adanya gastritis akut et causa bahan korosif,
kardiomegali, hipertensi terkontrol dan combustio grade II 5% di regio glutea.
Pasien memilki stressor masalah kurangnya dukungan dari keluarga inti, dimana
pasien sering bertengkar dengan anaknya. Pada Aksis IV dicatat adanya masalah pada
Primary support group.
Pada Aksis V , GAF (Global Assesment of Functioning) Scale pada saat diperiksa
adalah 20-11 (bahaya mencederai diri, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri), sedangkan GAF terbaik dalam satu tahun terakhir adalah 80-71 (gejala
sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll).

IX. FORMULASI PSIKODINAMIK


a. Faktor Organobiologis
Saat pemeriksaan, pada pasien ditemukan mengalami gangguan organ yaitu
gastritis akut ec. bahan korosif, kardiomegali, hipertensi terkontrol dan combustio grade
II AB 5% pada regio glutea. Gastritis akut disebabkan efek karena iritasi bahan korosif
dari bahan yang dipakai perilaku bunuh diri. Pada pasien ditemukan adanya
kardiomegali (dari pemeriksaan Rontgen Thorak) disertai adanya riwayat hipertensi.
Saat pemeriksaan tekanan darah dalam batas normal, kardiomegali diduga disebabkan
oleh adanya riwayat hipertensi tersebut. Combustio grade II AB 5% pada regio glutea
kemungkinan karena efek langsung dari bahan korosif yang dipakai perilaku bunuh diri.
Ketiga gangguan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan mental
pada pasien.
Pada faktor genetik didapatkan adanya riwayat gangguan jiwa pada saudara
kandung pasien. Data keluarga menunjukkan bahwa jika salah satu orangtua memiliki
gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25 persen untuk
gangguan mood. Jika kedua orang tua yang terkena, risiko ini berlipat ganda. Semakin
banyak anggota keluarga yang terkena, semakin besar risiko untuk anak. Risikonya
lebih besar jika anggota keluarga yang terkena adalah kerabat tingkat pertama daripada
kerabat yang lebih jauh.
Pasien memiki riwayat pengobatan ke psikiater dan dikatakan mengalami
depresi lalu mendapatkan obat kapsul yang diminum tiga kali satu kapsul. Pasien tidak
27
mengetahui nama obat yang diberikan karena berbentuk kapsul tanpa nama. Obat ini
pula yang diminum pasien untuk perilaku bunuh diri.
b. Faktor Psikologis
Pasien lahir melalui persalinan normal di dukun beranak. Riwayat
perkembangan kanak-kanak awal tidak banyak diketahui. Bapak dan ibu pasien
menyayangi pasien namun pasien lebih banyak diasuh oleh bapaknya karena ibu pasien
sibuk berjualan di pasar. Pasien lebih dekat dan merasa nyaman dengan bapaknya.
Pasien pada masa kanak-kanak awal pindah dari Bima ke Dompu. Perpindahan
tempat tinggal memerlukan banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Kondisi ini
dapat menjadi stresor bagi orang tua pasien, yang selanjutnya dapat memberi efek pada
pengasuhan pasien. Saat itu pasien berusia 2 tahun, di mana menurut Freud, pasien
sedang berada dalam fase anal dari tahap perkembangan psikoseksual. Pada masa
dewasa, fiksasi fase anal dapat bermanifestasi sebagai depresi mayor dan/atau gangguan
kepribadian.
Tamat SD pasien tidak diijinkan untuk melanjutkan sekolah ke SMP. Hal ini
menimbulkan kekecewaan pada pasien namun hal ini di-represi oleh pasien. Setelah
menganggur dua tahun pasien dikirim ke Bali untuk sekolah SMP. Pasien tinggal di
Bali beserta keluarga besarnya dan kakaknya. Pasien sering merasa kangen dengan
orang tuanya. Saat SMA di Mataram, pada kelas 2 pasien meminta pindah ke Dompu
karena kangen dengan orang tuanya. Pada masa ini, masa kanak akhir dan remaja pasien
kehilangan figur orang tuanya. Pada awal masa dewasa pasien kehilangan bapaknya, hal
ini menjadi pukulan bagi pasien karena merasa bapaknya adalah orang terdekatnya.
Pasien juga kembali kehilangan figur suami setelah ditinggal meninggal karena
kanker nasofaring 3 tahun yang lalu. Akibatnya pasien mengalami guncangan ekonomi,
pasien berusaha kuat dan tegar lalu pasien membuka suatu usaha untuk menutupi
kebutuhan ekonomi (sublimasi).
c. Faktor Sosial
Saat anak keduanya diketahui menderita hepatitis, pasien sangat khawatir dan
merasa masa depan anaknya suram karena akan sulit mencari kerja sehingga pasien
bersikap sangat protektif terhadap anaknya. Selain itu saat mendengar ada tetangganya
menderita demam berdarah pasien juga sangat khawatir bahwa pasien dan keluarga ikut
tertular. Pasien menjadi berulang kali berkunjung ke rumah tetangganya yang terkena
demam berdarah untum bertanya mulai ciri penyakit, pengobatan maupun pencegahan.

28
Sikap yang berlebihan ini membentuk gejala obsesif kompulsif yang berhubungan
dengan mekanisme pembelaan ego reaksi formasi.
Keluhan gangguan tidur pasien yang tidak membaik sering dihubung-hubungkan
dengan keluarga lainnya yang dianggap pasien tidak suka dan iri dengan keluarganya.
Gangguan pada diri pasien di-proyeksi-kan kepada orang lain, dimana hal ini diperkuat
dari keterangan dari pengobatan alternatif.
X. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Episode depresi berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Fokus perhatian peracunan diri dengan sengaja dengan memakai bahan
kimia dan zat berbahaya lain dan YTT (X69)
Aksis II : Gangguan Kepribadian tidak ada
Ciri kepribadian cemas dan anankastik
Aksis III : Gastritis akut ec. bahan korosif, Kardiomegali, Hipertensi terkontrol dan
Combustio grade II AB 5% di regio glutea
Aksis IV: Primary support group
Aksis V : GAF saat MRS : 20 - 11
GAF terbaik 1 tahun terakhir : 80 - 71

XI. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologis
- Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
- Rriwayat pengobatan psikiatri
- Adanya penyakit kronis (hipertensi)
b. Psikologis
- Rasa sedih karena merepotkan anaknya akibat sakitnya
- Kecemasan akan masa depan anaknya
- Ketakutan tertular penyakit
- Gangguan tidur
- Ciri kepribadian campuran cemas dan anankastik
- Kecurigaan dibuat sakit oleh orang lain yang iri dengannya
c. Sosial
- Kurangnya dukungan keluarga
- Tidak adanya pasangan hidup (janda ditinggal mati suami)

29
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia

Faktor yang meringankan prognosis:


- Stresor jelas
- Pasien kooperatif
- Pengobatan ditanggung oleh Askes.
Faktor yang memberatkan prognosis:
- Adanya aktor genetik
- Janda
- Ekonomi keluarga tidak stabil
- Dukungan keluarga kurang
- Ciri kepribadian campuran cemas dan anankastik

XIII. RENCANA PENATALAKSANAAN


a. Farmakoterapi
Usulan terapi :
1. Fluoxetine 20 mg, 1xI tablet intra oral
2. Risperidon 2 mg, 2xI tablet intra oral
b. Psikoterapi
1. Kepada pasien
 Edukasi
Mengenai gangguan yang dialami pasien, rencana penatalaksanaan yang akan
diberikan, baik psikoterapi maupun psikofarmaka.
 Psikoterapi suportif
Memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan ventilasi tentang
perasaan negatif yang dialami seperti sedih, rasa bersalah, cemas berlebihan
dan juga memberikan penenteraman (reassurance) agar pasien merasa lebih
nyaman
 Cognitive Behaviour Therapy (CBT)

30
Diharapkan pasien akan menyadari (aware) akan distorsi kognitif yang
dimiliknya. Koreksi pikiran-pikiran yang salah dan yang menimbulkan
hendaya akan memperbaiki keadaan klinis.

2. Kepala keluarga
 Psikoedukasi dan konseling
Memberikan informasi tentang gangguan yang dialami oleh pasien secara
keseluruhan dan menjelaskan mengenai penatalaksaan yang akan diberikan
sehingga diharapkan keluarga dapat mendukung proses terapi.

31
XIV. DISKUSI
Depresi adalah keadaan mental yang paling sering mendasari tindakan bunuh diri.
Laki-laki tiga kali lebih banyak melakukan tindakan bunuh diri yang berhasil dibandingkan
perempuan, namun perempuan tiga kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri (dan upaya bunuh diri yang berhasil) dianggap berhubungan
dengan ketidakseimbangan aminergik pada tubuh, di mana terjadi penurunan kadar
serotonin, sedangkan kadar amin adrenergik (adrenalin, noradrenalin) dapat menurun atau
meningkat. Individu depresi dengan perilaku bunuh diri atau upaya bunuh diri yang
berhasil mempunyai kadar serotonin yang lebih rendah dibandingkan dengan individu
depresi tanpa perilaku bunuh diri.
Ketidakseimbangan ini berhubungan dengan diagnosis aksis I dengan manifestasi
dominan berupa gangguan afek/mood. Gangguan yang terjadi dicirikan antara lain dengan
peningkatan agresivitas/impulsivitas dan kecenderungan untuk mengalami depresi, yang
nantinya juga dapat berhubungan dengan peningkatan ide dan perilaku bunuh diri.
Berdasarkan penelitian yang universal di dapatkan prevalensi depresi dua kali lebih
besar pada perempuan dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini diduga melibatkan perbedaan
hormonal, efek melahirkan, berbeda stressor psikososial bagi perempuan dan laki-laki, dan
model perilaku ketidakmampuan yang dipelajari.
Usia rata-rata onset untuk gangguan depresi mayor adalah sekitar 40 tahun, dengan
50 persen dari semua pasien memiliki onset antara usia 20 dan 50 tahun. Gangguan depresi
mayor terjadi paling sering pada orang-orang tanpa hubungan interpersonal yang dekat
atau pada mereka yang bercerai atau berpisah.
Individu dengan gangguan mood mayor memiliki komorbiditas satu atau lebih pada
axs sat. Gangguan yang paling sering adalah penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol,
gangguan panik, obsessif kompulsif (OCD), dan gangguan kecemasan sosial.
Penelitian menunjukkan bahwa jika salah satu orangtua memiliki gangguan mood,
seorang anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25 persen untuk gangguan mood. Jika
kedua orang tua yang terkena, risiko ini berlipat ganda. Semakin banyak anggota keluarga
yang terkena, semakin besar risikonya untuk anak. Risikonya lebih besar jika anggota
keluarga yang terkena adalah kerabat tingkat pertama daripada kerabat yang lebih jauh.
Pernikahan mengurangi risiko bunuh diri secara signifikan, terutama jika ada anak-
anak di rumah. Orang yang tidak pernah menikah, memiliki tingkat hampir dua kali lipat
dari orang yang sudah menikah. Perceraian meningkatkan risiko bunuh diri, dimana laki-
laki yang bercerai tiga kali lebih mungkin untuk bunuh diri dibandingkan wanita yang
32
bercerai. Janda dan duda juga memiliki tingkat resiko tinggi. Bunuh diri terjadi lebih sering
dari biasanya pada orang yang terisolasi secara sosial dan memiliki riwayat keluarga bunuh
diri (percobaan atau nyata).
Depresi dikaitkan dengan kehilangan tidur yang prematur (gelombang lambat) dan
peningkatan gairah malam hari. Yang terakhir ini tercermin dari empat jenis gangguan: (1)
peningkatan terbangun malam hari, (2) pengurangan waktu tidur total, (3) peningkatan fase
gerakan mata cepat (REM), dan (4) peningkatan suhu tubuh inti . Pasien yang
menampakkan karakteristik gangguan tidur khas telah ditemukan kurang responsif
terhadap psikoterapi dan memiliki risiko yang lebih besar kambuh.
Tidak ada ciri kepribadian tunggal atau tipe unik sebagai predisposisi seseorang
untuk depresi, semua manusia, apa pun pola kepribadian, dapat dan menjadi tertekan
dalam keadaan yang tepat. Orang dengan kepribadian tertentu seperti obsesif kompulsif,
histrionik, dan borderline memilki risiko lebih besar untuk depresi dibandingkan orang-
orang dengan gangguan kepribadian antisosial atau paranoid. Yang terakhir ini dapat
menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan eksternalisasi lain untuk melindungi
diri dari kemarahan batin mereka.
Pemahaman psikodinamik depresi didefinisikan oleh Sigmund Freud dan diperluas
oleh Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik depresi. Itu teori melibatkan empat
poin kunci: (1) gangguan hubungan anak ibu selama fase oral (10 sampai 18 bulan
kehidupan pertama) sebagi predisposisi kerentanan menjadi depresi, (2) depresi dapat
dikaitkan dengan kehilangan obyek nyata atau khayalan, (3) introyeksi dari obyek
menyimpang adalah mekanisme pertahanan yang melibatkan distress yang berhubungan
dengan kehilangan objek, dan (4) karena kehilangan obyek dianggap campuran cinta dan
benci, perasaan batin marah yang diarahkan  pada diri sendiri. 
Melanie Klein memahami depresi dengan melibatkan ekspresi agresi terhadap
orang yang dicintai. Edward Bibring mengaanggap depresi sebagai fenomena ketika
seseorang menjadi sadar akan perbedaan antara cita-cita yang luar biasa tinggi dan
ketidakmampuan untuk memenuhi tujuan tersebut. Silvano Arieti mengamati bahwa
banyak orang depresi telah menjalani kehidupan mereka untuk orang lain daripada untuk
diri mereka sendiri.  Konseptualisasi Heinz Kohut tentang depresi, berasal dari teori self-
psikologis, bertumpu pada asumsi bahwa pengembangan diri memiliki kebutuhan khusus
yang harus dipenuhi oleh orang tua untuk memberikan anak rasa harga diri positif dan self-
kohesi. Ketika orang lain tidak memenuhi kebutuhan ini, ada kehilangan besar harga diri
yang muncul sebagai depresi. John Bowlby percaya bahwa kesulitan pada awal dan
33
pemisahan traumatis di masa kanak-kanak sebagai predisposisi depresi. Kehilangan pada
masa dewasa dikatakan menghidupkan kembali kehilangan masa kecil yang traumatis
sehingga memicu episode depresi pada masa dewasa. 
Menurut teori kognitif, depresi dihasilkan dari distorsi kognitif tertentu yang hadir
pada orang yang rentan terhadap depresi.  Aaron Beck mendalilkan triad kognitif depresi
yang terdiri dari (1) pandangan tentang diri sendiri sebagai ajaran negatif, (2) tentang
lingkungan, kecenderungan untuk mengalami dunia sebagai permusuhan dan tuntutan, dan
(3) tentang masa depan, harapan penderitaan dan kegagalan. 
Sekitar 10 sampai 15 persen dari semua pasien depresi bunuh diri, dan sekitar dua
pertiga memiliki keinginan bunuh diri. Pasien depresi dengan ciri psikotik kadang-kadang
mempertimbangkan membunuh seseorang sebagai akibat dari sistem waham mereka, tetapi
kebanyakan pasien mengalami depresi berat sering kekurangan motivasi atau energi untuk
bertindak dengan cara yang impulsif atau kekerasan. Pasien dengan gangguan depresi
berada pada peningkatan risiko bunuh diri ketika mereka mulai meningkatkan dan
mendapatkan kembali energi yang dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan
bunuh diri (bunuh diri paradoks). Hal ini biasanya secara klinis tidak bijaksana untuk
memberikan pasien depresi resep besar untuk sejumlah besar antidepresan, obat-obatan
khususnya trisiklik, pada saat keluar dari rumah sakit tersebut. Demikian pula, obat-obatan
yang mungkin mengaktifkan, seperti fluoxetine, dapat ditentukan sedemikian rupa bahwa
kualitas energi diminimalkan (misalnya, diberikan benzodiazepin pada waktu yang sama).
Pengobatan antidepresan harus dipertahankan selama minimal 6 bulan atau panjang
episode sebelumnya, mana yang lebih besar. Pengobatan profilaksis dengan antidepresan
efektif dalam mengurangi jumlah dan tingkat keparahan rekurensi.
Penggunaan farmakoterapi spesifik kira-kira dua kali lipat kemungkinan bahwa
pasien depresi akan sembuh dalam 1 bulan. Semua antidepresan yang tersedia saat ini bisa
memakan waktu hingga 3 sampai 4 minggu untuk memberi efek terapeutik yang
signifikan, meskipun mereka mungkin mulai menunjukkan efek mereka
sebelumnya. Pilihan antidepresan ditentukan oleh profil efek samping yang paling pantas
untuk status pasien yang diberikan fisik, temperamen, dan gaya hidup

34
XV. FOLLOW UP PASIEN
a. Rawat Inap di Ruang MS
3/5/2013 4/5/2013 5/5/2013 6/5/2013
Pasien terbaring lemas Pasien dalam posisi Pasien mengaku tidak Pasien dalam posisi
dengan mata setengah berbaring, mengatakan bisa tidur danmerasa berbaring mengeluh
terbuka. Saat wawancara bisa tidur dan sudah inguh. Minum baygon semalam tidak bisa tidur.
terdapat disoriaentasi makan. Bercerita sambil karena ada suara yang Perasaan takut setelah
waktu dan orang. Pasien menangis bahwa pasien menyuruhnya. Berobat minum obat yang kecil.
mengaku tidak bosan hidup karena tidak ke SpKJ karena tidak Berdebar-debar di
mendengar suara-suara. bisa tidur dalam tiga bisa tidur sejak 3 bulan bagian perut. Hak
Pasien menjawab dengan bulan terakhir. Pasien yang lalu. Pasien ada tersebut dirasakan
Kel. lemah dan suara tidak sebelumnya pernah masalah dengan anak- sebelum minum obat.
jelas, jawaban asien tidak kerauhan dan anaknya. Pasien mengatakan ada
nyambung dengan mengatakan sakitnya Pasien dikatakan yang menggerakkannya.
pertanyaan. disebabkan saudaranya anaknya tidak bisa tidur
yang iri dengan pasien. sejak 3 bulan yang lalu
Pasien minum obat 7 dan bingung sejak 2
butir dari psikiater dan bulan yang lalu sehingga
baygon diajak berobat ke
psikiater.
Penampilan wajar, Penampilan tidak wajar, Penampilan tidak wajar, Penampilan tidak wajar,
KU kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual
kurang cukup cukup cukup
Kes. Fluktuatif Jernih Jernih Jernih
M/A Disforik/inappropriate Sedih/Inappropriate Takut/Iinadekuat Bingung/Inappropriate
BP Logis, realistis Non logis non realis Non logis non realis Non logis non realis
AP Irrelevan Koheren Koheren Perlambatan
IP Waham (-) Ide curiga (+) Ide aneh (+) Ide aneh (+)
Persepsi Halusinasi (-), ilusi (-) Halusinasi (-), ilusi(-) Halusinasi (+) Halusinasi (-), ilusi (-)
DI Ins (-) hip (-) raptus(-) Ins (-) hip(-)raptus(-) Ins (+) hip (-)raptus(-) Ins (+) hip (-)raptus(-)
Psikmtr Tenang Tenang Tenang Tenang
Dx kerja F05.8 F05.8 DD/ F32.3 F32.3 dd/F23.8 F32.3 dd/F23.8
Psikoterapi suportif Risperidon 2x1 mg Risperidon 2x1 mg
Terapi Psikoedukasi keluarga
Psikoedukasi keluarga KIE keluarga KIE keluarga
TS Interna
TS Interna TS Interna TS Interna
Dx
Dx Dx Dx
- Tentamen suicide
- Tentamen suicide - Tentamen suicide - Tentamen suicide
- Kardiomegali
- Hipokalemi - Kardiomegali - Kardiomegali
- HT terkontrol
- Kardiomegali - HT terkontrol - HT terkontrol
- Transaminitis
- HT terkontrol - Transaminitis - Transaminitis
- Susp. ISK
- Transaminitis - Susp. ISK - Susp. ISK
Tx
Tx Tx Tx
- IVFD NaCl 0,9% 20
- O2 kanul 4 lpm - IVFD NaCl 0,9% 20 - IVFD NaCl 0,9% 20
tpm
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm tpm
- Ciprofloxacin
tpm - Ciprofloxacin - Ciprofloxacin
2x200mg iv
- Drip Kcl 25 meq 2x200mg iv 2x200mg iv
- BPD
TS Bedah Plastik
TS Neuro TS Neuro
TS Bedah Plastik Dx
Dx Dx
Dx - Combustio II 5%
- Tentamen suicide - Tentamen suicide
- Combustio II 5% Tx
Tx Tx
Tx - Rawat luka dengan
- Sesuai TS Interna dan - Sesuai TS Interna dan
- Rawat luka dengan sofratule dan sucralfat
Psikiatri Psikiatri
sofratule dan sucralfat @3hari
- Co Bedah Plastik - Poliklinis

35
b. Rawat Inap di Ruang Lely
7/5/2013 8/5/2013 9/5/2013 10/5/2013 11/5/2013
Menerima pindahan Pasien dalam posisi Pasien dalam posisi Pasien dalam posisi Pasien dalam posisi
pasien dari ruang MS. berbaring, mengatakan berbaring berbaring mengeluh duduk diatas tempat
Pasien dalam posisi tidurnya hanya sedikit mengatakan semalam tidak bisa tidur mengatakan
berbaring mengeluh saja, Merasa tangannya menyesal atas tidur. Perasaan takut tidurnya membaik
inguh dan dadanya seperti ada yang perbuatannya karena setelah minum obat namun terasa kurang
berdebar-debar, menggerakkan. Nafsu hanya menyusahkan yang kecil. Berdebar- lelap. Pasien juga
namun pasien makan membaik, anak-anaknya lalu debar di bagian perut. sempat membantah
Kel. menunjukkan ke arah namun belum habis pasien menangis. Hal tersebut ketika pemeriksa
perutnya. Merasa satu porsi. Pasien bisa tidur dirasakan sebelum mewawncarai
takut tanpa bisa sempat terbangun minum obat. Pasien anaknya dan
menjelaskan namun bisa tidur lagi mengatakan ada yang didengar oleh pasien
alasannya serta menggerakkannya. dengan berteriak.
merasa tangannya ada
yang menggerakkan.
Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar,
KU kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual
cukup cukup cukup cukup cukup
Kes. Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
Disforik,
M/A Disforik/Inappropriate Disforik/Inappropriate Sedih/Inappropriate Sedih/Inappropriate
inappropriate
BP Non logis non realis Non logis non realis Non logis non realis Non logis non realis Logis, realistis
AP Perlambatan Koheren Koheren Koheren Koheren
Ide aneh (+),
IP Ide aneh (+) Ide aneh (+) Ide aneh (+) preokupasi pada Waham (-)
penyakit (+)
Persep Halusinasi (-), ilusi
Halusinasi (-), ilusi (-) Halusinasi (-), ilusi (-) Halusinasi (-) Halusinasi (-), ilusi (-)
si (-)
Ins (+) hip
DI Ins (+) hip (-)raptus(-) Ins (+) hip (-)raptus(-) Ins (-) hip (-)raptus(-) Ins (+) hip (-)raptus(-)
(-)raptus(-)
Psikmt
Tenang Tenang Tenang Tenang Tenang
r
Dx
F32.3 + X69 dd/F23.8 F32.3 + X69 dd/F23.8 F32.3 + X69 F32.3 + X69 F32.3 + X69
kerja
Risperidon 2x1 mg Risperidon 2x1 mg Risperidon 2x1 mg
Risperidon 2x1 mg Risperidon 2x1 mg
Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg
Terapi KIE keluarga KIE keluarga
KIE keluarga KIE keluarga KIE keluarga
Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif
TS Interna
TS Interna
Dx
Dx
- Tentamen suicide
- Tentamen suicide TS Bedah Plastik
- Kardiomegali TS Bedah Plastik TS Bedah Plastik
- Kardiomegali Dx
- HT terkontrol Dx Dx
- HT terkontrol - Combustio II 5%
- Transaminitis - Combustio II 5% - Combustio II 5%
- Transaminitis Tx
- Susp. ISK Tx Tx
- Susp. ISK - Rawat luka dengan
Tx - Rawat luka dengan - Rawat luka dengan
Tx sofratule dan
- IVFD NaCl 0,9% 20 sofratule dan sofratule dan
- IVFD NaCl 0,9% sucralfat @3hari
tpm sucralfat @3hari sucralfat @3hari
20 tpm - Poliklinis
- Ciprofloxacin
- Ciprofloxacin
2x200mg iv
2x200mg iv
- Poliklinis
TS Bedah Plastik TS Bedah Plastik
Dx Dx
- Combustio II 5% - Combustio II 5%
Tx Tx
- Rawat luka dengan - Rawat luka dengan
sofratule dan sofratule dan
sucralfat @3hari sucralfat @3hari

36
12/5/2013 13/5/2013 14/5/2013 15/5/2013 16/5/2013
Pasien diwawancara Pasien dalam posisi Pasien dalam posisi Pasien dalam Pasien dalam posisi
dalam posisi duduk berbaring, berbaring posisi duduk, duduk diatas
diatas kursi mengatakan mengatakan tidurnya mengeluh tempat tidur
mengatakan tidurnya kondisinya sudah hanya sebentar, jam kepalanya tersa mengatakan
membaik namun membaik. Tidurnya tiga terbangun lalu kosong. Tidurnya tidurnya terganggu,
Kel. terbangun tengah membaik namun tidak bisa tidur lagi kemarin baik, sering terbangun
malam karena pasien banyak mimpi makan dan minum namun bisa tidur
lain ribut. Mengeluh sehingga kurang juga baik kembali. Kepala
anaknya tidak nyenyak.. terasa kosong.
mengerti keadaannya Makan dan minum
saat ini. baik
Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar,
KU kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal kontak verbal visual
cukup cukup cukup visual cukup cukup
Kes. Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
M/A Sedih, inadekuat Disforik, Inadekuat Disforik, Inadekuat Disforik, Inadekuat Disforik, Inadekuat
BP Logis realis Logis realis Logis realis Logis realis Logis realis
AP koheren koheren koheren koheren koheren
IP Ide ketakutan (+) Waham (-) Waham (-) Waham (-) Waham (-)
Persep Halusinasi (-), ilusi Halusinasi (-), ilusi Halusinasi (-), ilusi Halusinasi (-), ilusi
Halusinasi (-), ilusi (-)
si (-) (-) (-) (-)
Ins (+) hip Ins (+) hip Ins (+) hip Ins (+) hip
DI Ins (+) hip (-)raptus(-)
(-)raptus(-) (-)raptus(-) (-)raptus(-) (-)raptus(-)
Psikmt
Tenang Tenang Tenang Tenang Tenang
r
Dx
F32.3 + X69 F32.3 + X69 F32.3 + X69 F32.3 + X69 F32.3 + X69
kerja
Risperidon 1mg-2mg
Risperidon 2x1 mg Risperidon 1mg-2mg Risperidon 1mg-2mg Risperidon 1mg-2mg
Fluoxetin 1x10 mg
Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg
Terapi KIE keluarga
KIE keluarga KIE keluarga KIE keluarga KIE keluarga
Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif
Rencana Poliklinis

37
17/5/2013 18/5/2013 19/5/2013 20/5/2013
Pasien dalam posisi Pasien dalam posisi Diwawancara Pasien tampak jalan-
duduk diatas kursi berdiri dalam dalam posisi duduk jalan di halaman
mengatakan tidurnya ruangan mengeluh di kursi bangsal lalu
terganggu, sering tidurnya masih mengatakan diwawancara dalam
terbangun namun bisa terganggu, pasien tidurnya lebih baik posisi duduk di
tidur kembali. Belum tidur jam setengah 7 namun baru bisa selasar. Pasien
siap pulang takut di malam dan tidur agak larut. mengatakan tidurnya
rumah tidak bisa tidur dibangunkan Khawatir di rumah sempat terbangun tapi
Kel. lagi. Pikiran masih minum obat jam 10 kesehatannya drop bisa tidur lagi. Pasien
tersa sering kosong dan malam lalu tidak dan ditertawakan ingin tidurnya benar-
merasa cepat lelah. bisa tidur lagi. orang karena benar lelap sebelum
Perasaan terasa pasien akan tinggal pulang. Pasien takut
kosong, kaki terasa di kampung dan di rumah tidak bisa
lemas dan cepat banyak orang tidak tidur. Kaki masih
lelah bila dipakai suka dengannya. terasa cepat lelah dan
jalan merasa tidak mampu
duduk lama.
Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar, Penampilan wajar,
KU kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual kontak verbal visual
cukup cukup cukup cukup
Kes. Jernih Jernih Jernih Jernih
M/A Disforik, Inadekuat Disforik, Inadekuat Disforik, Inadekuat Disforik, Inadekuat
BP Logis realis Logis realis Logis realis Logis realis
AP koheren koheren koheren koheren
Waham (-), Waham (-), Waham (-),
Waham (-), preokupasi
IP preokupasi pada preokupasi pada preokupasi pada
pada gangguan tidur (+)
gangguan tidur (+) gangguan tidur (+) gangguan tidur (+)
Persep Halusinasi (-), ilusi Halusinasi (-), ilusi
Halusinasi (-), ilusi (-) Halusinasi (-), ilusi (-)
si (-) (-)
Ins (+) hip Ins (+) hip
DI Ins (+) hip (-)raptus(-) Ins (+) hip (-)raptus(-)
(-)raptus(-) (-)raptus(-)
Psikmt
Tenang Tenang Tenang Tenang
r
Dx
F32.3 + X69 F32.3 + X69 F32.3 + X69 F32.3 + X69
kerja
Risperidon 1mg-2mg Risperidon 1mg-2mg Risperidon 1mg-2mg Risperidon 1mg-2mg
Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg Fluoxetin 1x10 mg
Terapi KIE keluarga KIE keluarga KIE keluarga KIE keluarga
Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif
Rencana Poliklinis Persiapan Poliklinis Rencana Poliklinis Rencana Poliklinis

38
LAMPIRAN

39
40

Anda mungkin juga menyukai