Anda di halaman 1dari 19

Critical Appraisal

Therapy
Awliya Rizqi Utami
Arif Dimas Nugroho

SKENARIO

seorang perawat di rumah sakit jiwa


bertemu dengan seorang keluarga pasien,
keluarga pasien itu bercerita kepada
perawat bahwa ia mendengar telah ada
terapi baru yaitu terapi berbasis teknologi,
tetapi selama ini menurutnya terapi yang ia
ketahui yang digunakan oleh anggota
keluargnya yang sakit hanyalah terapi yang
berbasis klinik saja. keluarga pasien
bertanya kepada perawat terapi mana yang
lebih efektif mengatasi depresi dan cemas?

ANALISIS PICO
Patient/Population : pasien dengan DSM-IV diagnosis
suasana hati, kecemasan, atau gangguan penyesuaian.
Intervention
: clinic-based therapy
Comparison
: telehealth-based therapy
Outcome
: mengurangi depersi dan cemas

PERTANYAAN KLINIS

Terapi mana yang lebih efektif mengatasi depresi dan


cemas antara telehealth-based therapy dan clinic-based
therapy ?

PUMED SEARCHING

Comparing telehealth-based and clinic-based group


cognitive behavioral therapy adults with depression
and anxiety : a pilot study

KAJIAN KRITIS UMUM

a.
b.
c.

Judul
Comparing telehealth-based and clinic-based group
cognitive behavioral therapy adults with depression
and anxiety : a pilot study
Pernyataan sudah mencermikan isi artikel
Sudah terdapat variabel penelitian
Mencermikan metode penelitian

penulis
Nasreen Khatri1, Elsa Marziali2, Illia Tchernikov3,
Nancy Shepherd4 : Rotman Research Institute, Toronto,
On Canada.

Tidak dijelaskan secara rinci masing-masing bidang


peneliti

KAJIAN KRITIS JURNAL


1.

Apakah bukti tentang aspek terapi in valid?


Pertanyaan

Bukti

a. Apakah alokasi klien


Tidak.
terhadap terapi
We screened 31
dilakukan secara acak ? individuals, 18 of whom
met the criteria for a
DSM-IV ( Diagnosis an
Statistical Manual of
Mental Disorders)
diagnosis of mood and/or
anxiety disorder

Lanjutan
Pertanyaan
b. Apakah pengambilan sample
dijelaskan secara rinci ?

Bukti
Ya.
Study participants were included if they
met the following criteria: DSM-IV
diagnosis of a mood, anxiety, or
adjusment disorder; absence of a
diagnosis of subtance abuse or
psychisis; absence of active suicidal
ideation; agrrement to remain on stable
doses of any prescribed psychotropic
medication for the duration of the
study; and access to computer, webcam,
and the internet. Eighteen participants
met the study criteria.

Lanjutan
Pertanyaan

Bukti

c. Apakah pengamatan /follow up klien


dilakukan secara cukup panjang dan lengkap
?

Ya.
Both interventions consited of 13 weekly
one-hour sessions of group CBT. The CBT
group protocol was follwed in both formats:
the first 2 weeks of the intervention focused
on sicializing participants into the CBT
model an developing group cohension;
weeke 3-4 centreted on learning the basic
behavioral interventions (eg. Relaxation
training an rating of mood); weeks 5-10
focused on cognitie and behavioral strategies
for coping with stress, anxiety, and
depression; an weeks 11-13 addressed
termination of treatment, consolidation of
gains, and training in relapse prevention

Lanjutan
Pertanyaan

Bukti

d. Apakah pasien , klinisi Ya.


dan staf dibutakan terhadap The clinical supervisor was
terapi yang diuji ?
the first author of this
study, an is a PhD clinical
psychologist with 10 years
of profesional experince (8
years heading a CBT
service fo mood and
anxiety disorders at
Becrest, Toronto, Canada

lanjutan
Pertanyaan
e. Apakah semua klien
dalam kelompok yang
diacak, dianalisa ?

Bukti
Tidak.
seventy-two percent of the
subjects were female,
100% were Caucasuian,
and their avarage age was
50,8 (range 39-64) years
for the on-line group and
58,4 ( range 40-71) years
for the face-to-face group.

Lanjutan
pertanyaan
f. Apakah kelompok
diperlakukan sama
selain dari terapi yang
diuji?

bukti
Ya.
Both the on-line and
face-to-face sessions
were videoed and
archived for subsequent
analysis

Lanjutan
pertanyaan

bukti

g. Apakah kedua kelompok Ya.


terapi sama/mirip pada
We inveted eligible
awal penelitian
participants to choose the
intervention format tht they
would feel most
comfortable using for
participation in group
psychotherapy

2.

Apakah bukti tentang aspek terapi yang valid ini


penting ?

Bukti
Ya.
With regrad to the reliability and validity of treatment,
interrater agrrement on use of the CBT coding system was
established at the 85% and 90% levels.
Subsequently, two early, two middle, and two late sessions
in each group (face-to-face an video conferencing) were
coded and demonstrated that the CBT intervention was
carried out reliably in both conditions.

3.

Apakah kita dapat menerapkan bukti


tentang aspek terapi yang valid dan
penting ini pada pasien kita ?

Pertanyaan

bukti

a. Apakah hasil terapi


tersebut mungkin
dapat diterapkan pada
pasien kita?

Ya.
Kondisi yang sama
dari pasien kita seperti
DSM-IV diagnosis of a
mood, anxiety, or
adjusment disorder;
absence of a diagnosis
of abuse or psychosis.

Lanjutan
Pertanyaan
b. Apakah pasien kita
mempunyai potensi yang
menguntungkan atau
merugikan bila terapi
tersebut diterapkan?

bukti
Merugikan, karena di
Indonesia masih susahnya
akses internet yang
memadai, kemudian masih
banyaknya masyarakat
yang buta akan internet.

Lampiran Jurnal

Thank You

Anda mungkin juga menyukai