Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ATRESIA ESOFAGUS

LAPORAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH

OLEH :
Rafi Maulana, S.Kep
NIM : 2314901110051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
1. Definisi
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan kongenital dimana esophagus tidak
terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula
trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Atresia esophagus (AE)
merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan tindak menyambungnya esophagus
bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat terjadi bersama fistula
trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi persambungan abnormal
antara esophagus dengan trakea. ). Atresia esophagus adalah malformasi yang
disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu.
Esophagus mungkin saja membentuk sambungan dengan trachea (fistula
trakheaesofagus) (Wong, Donna L. 2020)

2. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya
kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2% jika salah satu
dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan dengan
sindroma trisomi 21, 13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori
tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan
dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus
berlanjut.

Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus dapat
terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula trakeoesofagus
akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan
dan belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus.

Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki
kelainan kelahiran seperti :

 Trisomi
 Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia
duodenal, dan anus imperforata).
 Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan
patent ductus arteriosus).
 Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau
horseshoe kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
 Gangguan Muskuloskeletal
 Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac,
tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
 Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki
kelainan lahir
Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai
berikut :
 Faktor obat, Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
yaitu thali domine .
 Faktor radiasi, radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan
mutasi pada gen
 Faktor gizi, Kurang gizi saat hamil bisa menybabkan terjadinya kurang
maksimalnya perkembangan pada janin
 Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari
masing-masing menjadi esopagus dan trachea.
 Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia.
 Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga
terjadi fistula trachea esophagus
 Tumor esophagus.
 Kehamilan dengan hidramnion
 Bayi lahir prematur,

Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan
yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi
dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima
3. Tanda Gejala
Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul:

 Batuk ketika makan atau minum


 Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau
ketidakmampuan untuk menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan
yang buruk
 Gelembung berbusa putih di mulut bayi
 Memiliki kesulitan bernapas
 Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa karena
kekurangan oksigen (sianosis)
 Meneteskan air liur
 Muntah-muntah
 Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan
kenaikan frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan
keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidramnion hendaknya dilakukan
kateterisasi esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga
atresia esofagus.
 Bila Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di
curigai terdapat atresia esofagus.
 Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis
karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.

Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena
itu bayi sering sianosis

4. Klasifikasi
Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross of
Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut:
a) Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
b) Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (<1%)
c) Tipe C – atresia esofagus dengan TEF distal (85%)
d) Tipe D – atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (<1%)
e) Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%)
f) Tipe F – stenosis esofagus kongenital (<1%)

Gambar Variasi Atresia Esofagus

5. Penatalaksanaan dan Pencegahan


Pre Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru
lahir mulai umur 1 hari antara lain :
a. Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
b. Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan
posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45ᴼ.
d. NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.
e. Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas
diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada
resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi
masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini
dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube sampai kepintu masuk
fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus penting
untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan
kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.
Selama Operasi

Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal yang
darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan respiratorik
yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar melalui distal
fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan mengganggu fungsi pernapasan.
Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture dari lambung
sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat
fungsi pernapasan.

Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan melakukan
ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi sampai masalah
gangguan respiratorik pada bayi benar-benar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan
8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari memperbaiki esophagus. Pada
prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas anatomi.

Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler yang
baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak
menybabkan distensi lambung. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk
mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.

Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk
dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan melalui
leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki esophagus. esophagus.

Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit
kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan
esophagus.

Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara esofagus
proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary repairyaitu
apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas
vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu,
sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak
kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabila jarak
kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas,
apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai kolon.

Post Operasi

Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin.
Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai
bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3
bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.

Pemberian minum baik oral/enteral merupakan kontra indikasi mutlak untuk bayi ini.
Bayi sebaiknya ditidurkan dengan posisi “prone”/ telungkup, dengan posisi kepala 30 ᴼ
lebih tinggi. Dilakukan pengisapan lendir secara berkala, sebaiknya dipasang sonde
nasogastrik untuk mengosongkan the blind-end pouch. Bila perlu bayi diberikan dot agar
tidak gelisah atau menangis berkepanjangan.

6. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan radiologi digunakan sebagai screening non-invasif untuk mendiagnosis
penyakit motilitas esofagus. Dapat dilakukan pemeriksaan konvensional, seperti
pemeriksaan barium atau endoskopi.
- Foto thorax untuk mengetahui adanya penebalan pada dinding posterior trakea,
motilitas, refluks, dan aspirasi.
7. Mekanisme Fisiologis Sesuai Kebutuhan dalam Bentuk Skema

Kelainan Bawaan

Atresia Esofagus Faktor lain : - Factor gen

Kerongkongan Buntu - Defisiensi vitamin

- Obat-obatan

- Alcohol
- Paparan virus
- Bahan kimia

Udara mengalir MK : Kesulitan menelan Mengeluarkan air liur


Ansietas
ke fistula
MK :
Gangguan
Menelan
Pneumonia aspirasi

Gaster perforasi akut

Reflux gastrofageal Perut kembung Pneumonia berulang Batuk, sesak nafas


membuncit

Anoreksia
MK :
Kegagalan nafas - Ketidakefektifan pola nafas
- Ketidakefetifan bersihan jalan
MK : nafas
MK : Ketidakefektifan
Ketidakseimbangan
pola nafas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Sianosis

Sumber: Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2020

8. Komplikasi Atresia Esophagus


Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia
esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :

a) Dismotilitas esophagus => Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin


esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini.
Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
b) Gastroesofagus refluk => Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana
mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana
asam lambung naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki
dengan obat (medical) atau pembedahan.
c) Trakeo esogfagus fistula berulang => Pembedahan ulang adalah terapi untuk
keadaan seperti ini.
d) Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada
tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air
untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
e) Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses
menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
f) Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan
atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
g) Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah
dengan mencegah kontak dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan
daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil

1 Bersihan jalan napas NOC NIC


tidak 1. Respiratory status: Airway suction
efektif berhubungan ventilation 1. Pastikan kebutuhan
dengan lubang abnormal 2. Respiratory status: oral/tracheal
antara esophagus dan airway patency suctioning
trakea atau obstruksi Kriteria hasil: 2. Auskultasi suara nafas
untuk menelan sekresi. 1. Mendemonstrasikan sebelum dan sesudah
bentuk efektif dan suara suctioning
nafas yang bersih, tidak 3. Informasikan pada
ada sianosis dan klien dan keluarga
dyspnea (mampu rentang suction
mengeluarkan sputum, 4. Minta klien nafas
mampu bernafas dengan dalam sebelum
mudah , tidak ada suction dilakukan
pursed lips) 5. Berikan O2 dengan
2. Menunjukkan jalan menggunakan nasal
nafas yang paten(klien untuk memfasilitasi
tidak merasa tercekik, suction nasotrakeal
frekuensi pernafasan 6. Monitor status
dalam rentang normal, oksigen pasien
tidak ada suara nafas Airway Management
abnormal) Mampu 1. Buka jalan
mengidentifikasi dan nafas,gunakan teknik
mencegah factor yang chin lift atau jaw
dapat menghambat jalan thrust bila perlu
nafas 2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila
perlu
5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
2 Ansietas berhubungan NOC NIC
dengan kesulitan
1. Anxiety self control 1. Gunakan pendekatan
menelan, dan
2. Anxiety level yang menenangkan
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil pasien
2. Nyatakan dengan jelas
1. Keluarga klien mampu
harapan terhadap
mengidentifikasi pasien
pasien
dan mengungkapkan
3. Jelaskan semua
gejala cemas
prosedur kepada
2. Mengidentifikasi,
keluarga dan apa yang
mengungkapkan dan
dirasakan klien selama
menunjukkan teknik
prosedur
untuk mengontrol cemas
4. Pahami prespektif
3. Vital sign dalam batas
pasien terhadap situasi
normal
stress.
4. Postur tubuh, ekspresi
5. Temani pasien untuk
wajah, bahasa tubuh dan
memberikan
tingkat aktivitas
kenyamanan dan
menunjukkan
megurangi takut
berkurangnya kecemasan

3 Gangguan menelan NOC NIC


berhubungan dengan 1. Pencegahan aspirasi
obstruksi mekanis 2. Ketidakefektifan pola Aspiration Precautions

menyusui
1. Memantau tingkat
3. Statusmenelan: tindakan
kesadaran, reflex
pribadi untuk mencegah
batuk, reflex
pengeluaran cairan dan
muntah, dan
partikel padat kedalam
kemampuan
paru
menelan
4. Status menelan: fase
2. Memonitor status
esophagus: penyaluran
paru
cairan atau partikel
3. Menjaga/
padat dari faring ke
lambung mempertahanakan
5. Status menelan: fase jalan nafas
oral: persiapan, 4. Posisi tegak 90
penahanan,dan derajat atau sejauh
pergerakan cairan atau mungkin
partikel padat kearah 5. Jauhkan manset
posterior dimulut trake meningkat
Kriteria Hasil:
1. Dapat
mempertahankan
makanan didalam
mulut
2. Kemampuan menelan
adekuat
3. Pengiriman bolus ke
hipofaring selaras
dengan reflex
menelan
4. Kemampuan untuk
mengosongkan
rongga mulut
5. Mampu mengontrol
mualdan muntah
Daftar Pustaka
Gloria M. Bulecheck. NIC Nursing Interventions Classification. Edisi keenam
Gloria M. Bulecheck. NOC Nursing Outcome Classification. Edisi kelima
Heather T, Herdman. 2021-2023. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2020. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC.

Suriadi dan Rita Yulianti. 2020. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV Sagung
Seto

.
Banjarmasin, 8 Januari 2023
Preseptor Akademik

Evy Norhasanah, S. Kep.Ns., M.Imun

Anda mungkin juga menyukai