Anda di halaman 1dari 26

0

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY " D "


DENGAN ATRESIA ESOPHAGUS
DI RSUD HM.RABAIN DI MUARA ENIM
TAHUN 2009

DISUSUN OLEH :
Deska Yuanda Karen
Desty Prayuni Hs
Dewi Kusmita
Dewi Larasati

Tingkat II A

AKADEMI KEBIDANAN PEMKAB MUARA ENIM


TAHUN AJARAN AKADEMIK
2009-2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atresia esofagus (AE) merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan
tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal.
AE dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan kongenital
dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea.
AE merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan insidensi ratarata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi AE di Amerika
Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4
3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1
kasus dalam 2500 kelahiran hidup.
Masalah pada atresia esofagus adalah ketidakmampuan untuk menelan, makan
secara normal, bahaya aspirasi termasuk karena saliva sendiri dan sekresi dari
lambung.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas mengenai embriologi, etiologi, variasi, patofisiologi,
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, resiko pembedahan, dan prognosis dari atresia
esofagus.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari referat ini adalah:
1. Mengerti mengenai embriologi, etiologi, variasi, patofisiologi, klinis,
diagnosis, anomali penyerta, penatalaksanaan, resiko pembedahan dan
komplikasi, dan prognosis dari atresia esofagus.
2. Dapat mencurigai, melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosa, dan
memberi penatalaksanaan sementara untuk mencegah komplikasi, untuk
selanjutnya merujuk pasien dengan atresia esofagus.
3. Menyelesaikan salah satu syarat pendidikan kepaniteraan klinik senior di
bidang Ilmu Kesehatan Anak.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Secara umum telah diterima bahwa primordial respirasi merupakan evaginasi
ventral dari lantai foregut postfaringeal pada awal gestasi minggu ke empat dan
apeks paru primitif terletak pada bagian caudal evaginasi ini. Pada masa
pertumbuhan cepat, trakea yang terletak di ventral berpisah dari esofagus yang
terletak di dorsal. Menurut sebuah teori, trakea berpisah akibat pertumbuhan cepat
longitudinal dari primordial respirasi yang menjauh dari foregut. Teori lain
menyatakan bahwa trakea pada awalnya merupakan bagian dari foregut yang
belum berpisah kemudian berpisah karena proses pembentukan apeks paru kearah
kranial. Proses ini berhubugan dengan pola temporospatial dari gen Sonic
hedgehog (Shh) dan pembelahan selanjutnya. Proses pemisahan foregut
berlangsung ke arah kranial yang akan menyebabkan perpisahan trakeoesofageal.
Lebih lanjut pemisahan epitel foregut ini ditandai dengan peningkatan apoptosis.
Belum jelas bagaimana ekspresi gen ini menyebabkan apoptosis.
Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa defek primer diakibatkan tidak
membelahnya foregut akibat kegagalan pertumbuhan trakea ataupun kegagalan
trakea untuk berpisah dari esofagus. Menurut kedua teori ini atresia esofagus
proksimal bukan merupakan malformasi primer tetapi sebagai hasil pengaturan
kembali foregut proksimal. Teori kegagalan pemisahan ini menghubungkan

keberadaan celah trakeoesofageal pada aresia esofagus dengan FTE. Teori lain
menyatakan bahwa atresia esofagus proksimal merupakan malformasi sebagai
akibat dari persambungan antara trakea dengan esofagus distal. Teori kegagalan
pemisahan menyatakan bahwa FTE merupakan persambungan foregut dorsal
sedangkan teori atresia primer menyatakan bahwa fistula tumbuh dari trakea
menuju esofagus.
2.2 Etiologi
Hingga saat ini, teratogen penyebab kelainan ini masih belum diketahui.
Terdapat laporan yang menghubungkan atresia esofagus dalam keluarga. Terdapat
2% resiko apabila saudara telah terkena kelainan ini. Kelainan ini juga
dihubungkan dengan trisomi 21, 13 dan 18. angka kejadian pada anak kembar
dinyatakan 6 X lebih banyak dibanding bukan kembar.
Saat ini, banyak yang percaya bahwa perkembangan terjadinya atresia
esofagus

tidak

berhubungan

dengan

genetik.

Debat

mengenai

proses

embriopatologi ini terus berlangsung, akan tetapi hanya sedikit perkembangan yan
didapat. Teori His lama menyatakan lateral infolding membagi foregut menjadi
esofagus dan trakea, tetapi penemuan di bidang embriologi manusia tidak
mendukung teori ini.
Pada tahun 1984, ORahily menyatakan bahwa terdapat fix cephalad point
dari pemisahan trakeoesofageal, dengan elemen dari trakeobronkial dan esofageal
memanjang menuju kaudal. Teori ini kurang cocok untuk atresia esofagus, tetapi
menjelaskan TEF sebagai defisiensi aau kegagalan mukosa esofagus, sebagai
pertumbuhan linear organ pada pembelahan selular dari epitel esofagus.

Pada tahun 1987, Kluth menyatakan septal trakeoesofageal memegang


peranan penting dalam perkembangan atresia esofagus. Berdasar proses
embriopatologik dalam perkembangan meskipun masih tahap awal, tetapi telah
terjadi diferensiasi antara trakea dan esofagus, dimana jarak diantara keduanya
terlalu dekat sehingga tidak terjadi pemisahan. Ia juga menyatakan bahwa
gangguan vaskularisasi juga dapat berperan dalam terjadinya aresia esofagus
ataupun fistula.
Pada tahun 2001 Oxford dan lainnya menyatakan bahwa kesalahan posisi
ventral ektopik dari notochord pada embrio berusia 21 hari gestasi dapat
menyebabkan gangguan lokus gen, gangguan apoptosis pada foregut dan jenis
jenis atresia esofagus. Kondisi ini dapat terjadi karena variasi pengaruh teratogen
pada masa gestasi awal seperti kembar, paparan racun, atau kemungkinan aborsi.

2.3 Macam-Macam Jenis Atresia Esofhagus


Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut
Gross of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai
berikut :
1. Tipe A atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
2. Tipe B atresia esofagus dengan TEF proksimal (<1%)
3. Tipe C atresia esofagus dengan TEF distal (85%)
4. Tipe D atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (<1%)
5. Tipe E TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%)
6. Tipe F stenosis esofagus kongenital (<1%)

Gambar 2.1 Variasi Atresia Esofagus

2.4 Tanda dan Gejala


Ada beberapa keadaan yang merupakan gejala dan tanda atersia esophagus,
antara lain :
1. Mulut berbuih (gelembung udara dari hidung dan mulut)
2. Sianosis
3. Batuk dan sesak napas
4. Gejala pneumonia akibat regurgitasi air ludah dari esophagus yang buntu dan
regurgitasi cairan lambung melalui fistel ke dalam jalan napas
5. Perut kembung, karena udara melalui fistel masuk ke dalam lambung dan usus
6. Oligouria, karena tidak ada cairan yang masuk
7. Biasanya juga disertai dengan kelainan bawaan yang lain, seperti kelainan
jantung, atresia rectum atau anus.

2.5 Patofisiologi
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan
efektif. Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan

mengalir menuju trakea, ke fistula kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini
dapat terjadi polihidramnion. Polihidramnion sendiri dapat menyebabkan
kelahiran prematur. Janin seharusnya dapat memanfaatkan cairan amnion,
sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil daripada usia gestasinya.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan
banyak air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau
liur. Apabila terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara
dari trakea juga dapat mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau
menerima ventilasi. Hal ini dapat menyebabkan perforasi gaster akut yang
seringkali mematikan. Penelitian mengenai manipulasi manometrik esofagus
menunjukkan esofagus distal seringkali dismotil, dengan peristaltik yang jelek
atau anpa peristaltik. Hal ini akan menimbulkan berbagai derajat disfagia setelah
manipulasi yang berkelanjutan menuju refluks esofagus.
Trakea juga terpengaruh oleh gangguan embriogenesis pada atresia esofagus.
Membran trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa.
Perubahan ini menyebabkan kelemahan sekunder ada struktur anteroposterior
trakea atau trakeomalacia. Kelemahan ini akan menyebabkan gejala batuk kering
dan dapat terjadi kolaps parsial pada eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan
dan dapat menjurus ke pnemona berulang. Trakea juga dapat kolaps secara parsial
ketika makan, setelah manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus; yang
daat menjurus ke kegagalan nafas; hipoksia, bakan apnea.

2.6 Diagnosis

Atresia esofagus dapat dicurigai keberadaan nya sebelum kelahiran melalui


pemeriksaan USG pada minggu ke 18 kehamilan apabila di dapatkan gelembung
perut janin yang sedikit atau tidak ada. Sensitifitas pemeriksaan ini sebesar 42%
akan tetapi bila dikombinasikan dengan adanya polihidramnion maka nilai
prediksi meningkat hingga 56%. Metode lain untuk meningkatkan diagnosa ini
adalah dengan pemeriksaan USG dan MRI pada leher janin untuk melihat
buntunya kantung atas esofagus.
Pada bayi baru lahir dengan ibu polihidramnion semestinya diperiksa dengan
nasogastric tube sesegera mungkin untuk menyingkirkan ada nya AE. Bayi
dengan AE tidak mampu menelan ludah dan air ludah nya akan terus keluar
sehingga membutuhkan suction. Pada tahap ini sebelum pemberian makan
pertama, kateter stiff wide-bored (10 12) dimasukan melalui mulut menuju
esofagus. Pada pasien dengan AE kateter tidak dapat masuk lebih dari 10 cm. Foto
polos dada dan abdomen akan memperlihatkan ujung kateter terhenti di
mediastinum posterior (T2 T4), juga keberadaan udara pada traktus
gastrointestinal menandakan keberadaan FTE distal. Perlu di pehatikan bahwa
kateter harus bersifat kaku. Untuk mencegah kesalahan penilaian.

2.7 Komplikasi
Lebih dari 50% bayi dengan atresia esofagus memiliki 1 atau lebih kelainan
tambahan. Sistem yang terlibat adalah :
1. Kardiovaskuler (29%)
2. Anorektal (14%)
3. Genitourinari (14%)
4. Gastrointestinal (13%)

5. Vertrebral/skeletal (10%)
6. Respirasi (6%)
7. Genetik (4%)

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Secara Medis
Penatalaksanaan yang dilaksanakan secara medis antara lain sebagai berikut :
1. rencanakan jadwal operasi
2. lakukan tindakan bedah
3. berikan antibiotik

2.8.2 Secara Perawatan


a. Perawatan Pre Operasi
1. merawat bayi di ruang pedriatik khusus
2. mengatur posisi tidur pasien
3. melakukan suction
4. memberikan O2
5. merencanakan jadwal operasi
6. memasang infus RL
7. mengobservasi tanda-tanda vital

b. Perawatan Post Operasi

10

1.

10.

memantau tanda-tanda vital

2.

memantau perdarahan

3.

merawat luka jahit bekas operasi

4.

mengganti pakaian dan alat tenun pasien

5.

merawat diruang pediatrik khusus

6.

mengatur posisi pasien

7.

melakukan suction dan memasang NGT

8.

mamasang O2

9.

memasang infus RL
berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan therapy berbentuk
antibiotik

2.9 Prognosis
Prognosis menjadi lebih buruk bila diagnosis terlambat akibat penyulit pada
paru. Keberhasilan pembedahan tergantung pada beberapa faktor resiko, antara
lain berat badan lahir bayi, ada atau tidaknya komplikasi pneumonia dan kelainan
congenital lainnya yang menyertai. Prognosis jangka panjang tergantung pada ada
tidaknya kelainan bawaan lain yang mungkin multiple.

10

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY " D "
DENGAN ATRESIA ESOPHAGUS
DI RSUD HM.RABAIN DI MUARA ENIM
TAHUN 2009

1. Identitas Data
Nama

: By. Ny. " D "

Tanggal Lahir : 12 November 2009


Umur

: 0 Hari

Agama

: Islam.

Kultur

: Sumatera

Diagnosa medis : Atresia Esophagus


Tgl. Dikaji

: 12 November 2009

Tgl. Masuk RS : 12 November 2009


No. Medrec : 291112

Nama Ayah / Ibu : Tn. F/Ny.D


Pekerjaan Ayah / Ibu: PNS / IBRT
Pendidikan Ayah / Ibu: S1/SMA

11

12

2. Keluhan Utama / alasan masuk RS :


Ibu datang dengan keluhan mau melahirkan G1 P0 A0, bayi lahir 09.00 wib
dan mengeluarkan buih dari mulut.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Bayi datang usia 0 hari, mengalami batuk dan sesak nafas , badannya
tampak biru, perut kembung serta oliguria.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Prenatal
Saat dalam kandungan ibu rajin periksa ke bidan di PKM. Ibu
mengalami riwayat polihidromnion pada pertengahan kehamilan, gizi
cukup, ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan, tidak mengalami sakit
serius.

b. Natal
Bayi lahir spontan, di rumah sakit langsung menangis, ditolong
oleh bidan. Os lahir umur kehamilan 37 minggu / 9 bulan 1 minggu.
BB : 2400 gr, PB : 42 cm.

12

13

c. Post Natal
Dua jam setelah bayi lahir ditemukan atresia esophagus, tidak
dapat menelan dan menghasilkan banyak air liur serta badan bayi
membiru.

5. Riwayat Masa Lalu :


Os mengeluarkan banyak air liur karena gelembung udara dari hidung dan
mulut, perut kembung karena udara melalui fistel ke dalam lambung dan
usus.

6. Riwayat Keluarga :
Menurut orang tua Os bahwa pernah ada anggota keluarganya yang
menderita sakit atresia esophagus.

7. Genogram :

13

14

: laki-laki

: Perempuan

: tinggal 1 rumah

: Menikah

: Klien

8. Riwayat Sosial :

14

15

Bayi di asuh oleh ayah dan ibunya

9. Kebutuhan dasar ( makan, minum, eliminasi, tidur, aktivitas berrmain ) :


a. Makan / Minum : Os mendapat ASI
b. Eliminasi
BAB : bayi belum bisa makan dikarenakan esophagus terganggu
BAK : 1x / hari, warna : kuning jernih
c. Tidur

: Os tidur cukup

d. Aktivitas Bermain
Audiotory : belum ada reaksi
Visual

: belum ada reaksi

Tactile

: keluarga menggendong dan memberi kehangatan,


membelai dengan lembut.

e. Personal Hygiene : bayi di lap dengan air hangat, kulit bayi senantiasa
terlihat bersih, begitu juga pakaiannya ( celana, popok dan gurita).

10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tanda tanda Vital : - Suhu : 37 0 C
- RR : 46 X/ menit, tidak teratur

15

16

- Pols : 112 x / menit

b. Antropometri
- BB : 2400 gr
- TB : 42 cm
- LK : 35 cm
- LD : 33 cm

c. Kulit
- Torgor : Baik
- Kelembaban : Baik, Cenderung kering
- Warna Kulit : Kuning Langsat, kebiru-biruan

d. Kepala : Tidak ada kelainan, distribusi rambut merata, warna coklat,


ikal

e. Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, fungsi

penglihatan
baik, dolls eye reflek (+), reflek mengedip (+).

f. Telinga : Kebersihan cukup, Kartilago (+), pinna flexible, posisi :


bagian atas pinna sejajar dengan uter chanthous eyes.
g. Hidung : Kebersihan cukup, simetris, tidak ada polip, glabelar reflek
(+).

16

17

h. Mulut dan kerongkongan : outtake, bersih, reflek menghisap (+), reflek


rooting (+), Saliva (+).

i. Leher : Tonic Neck (+).

j. Dada
- Bentuk dada gerakan simetris
- Processus xipold jelas
- Breast Enlargement ( Besar) sekresi (-)

k. Paru-paru
- Respirasi abnormal
- Nafas cepat dan tidak teratur

l. Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan

m. Abdomen : Bentuk simetris, kembung.

n. Genetalia : Labia dan Klitoris normal

o. Bokong dan Rektum : Spina intake dan anus terbuka


p. Ektremitas atas : Simetris, Pergerakan normal, cresis (+), kuku :pucat

17

18

q. Ektremitas bawah : Simetris, Pergerakan normal, reflek babinski(+).

11. Pemeriksaan Perkembangan


a. Motorik Kasar : Gerakan seimbang
b. Motorik Halus : Menangis saat lapar, menangis saat digendong
c. Bahasa

: Bereaksi terhadap bunyi sentuhan tangan

d. Personal Social : Merasa senang dengan sentuhan

12. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan photo rontgen pada leher bayi untuk melihat adanya kantung
atas esophagus.

13. Informasi Tambahan


a. Bayi dalam perawatan lebih lanjut
b. Bayi belum di imunisasi
c. Keluarga belum mengetahui yang dialami anaknya

14. Analisa Data

18

19

NO

DATA

ETIOLOGI

Ibu mengatakan bahwa

gelembung udara dari

bayinya

hidung dan mulut tidak

mengeluarkan

buih dari mulut.

MASALAH
PERAWATAN
Gangguan
asupan nutrisi

dapat masuk ke dalam


saluran esophagus

Gejala klasik obstruksi


(tersumbatnya saluran
esophagus)

Gangguan asupan nutrisi


2

ibu mengatakan bahwa


bayinya kebiru-biruan/
sianosis

Gangguan
bayinya mengalami sianosis
karena mengalami sesak
nafas

pneumonia aspirasi dapat


terjadi bila aspirasi susu
atau liur

Gangguan Pernafasan

19

Pernafasan

20

3.

Perut bayi kembung

Udara melalui fistel masuk

Gangguan

ke dalam lambung dan usus

Pencernaan

menyebabkan perforasi
gaster akut yang seringkali
mematikan

Gangguan Pencernaan
4.

bayinya jarang BAK

Karena tidak ada cairan

Gangguan

yang masuk

eliminasi

mengalami oliguria

gangguan eliminasi
5.

Orang tua tidak mengerti

atresia esophagus

Ketidaktahuan

penyakit yang di derita

keluarga tentang

anaknya

penyakit
anaknya

15. Diagnosa Perawatan


a. Gangguan eliminasi
b. Gangguan Nafas
c. Gangguan Asupan Nutrisi

20

21

d. Gangguan Pencernaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY " D "

21

22

DENGAN ATRESIA ESOPHAGUS


DI RSUD HM.RABAIN DI MUARA ENIM
TAHUN 2009

NO

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

1.

Pre Operasi

TUJUAN

PERENCANAAN

INTERVENSI

memenuhi
keb.fisik
dan rasa
nyaman

1. rawat bayi di
ruang pedriatik
khusus
2. atur posisi tidur
pasien

1. merawat bayi
di ruang
pedriatik khusus
2. mengatur
posisi tidur
pasien
3. melakukan
suction

3. lakukan suction
4. beri O2

memenuhi
keb. nutrisi

5. rencanakan
jadwal operasi

4. memberikan
O2
5.merencanakan
jadwal operasi

1. pasang infus
RL

1. memasang
infus RL

melakukan
1. observasi
pemeriksaan tanda-anda vital
fisik

22

EVALUASI
Keb. Fisik
dan rasa
nyaman bayi
telah
terpenuhi ,
tindakan
bedah sudah
dijadwalkan

Keb. Nutrisi
bayi telah
terpenuhi

1.mengobservasi Telah
tanda-tanda vital dilakukan
pemeriksaan
fisik pada

23

bayi
2.

Post Operasi

mencegah
timbulnya
komplikasi
lain

1. kolaborasi
dengan dokter
dalam
memberikan
therapy

melakukan
1. pantau tandapemeriksaan tanda vital
fisik
2. pantau
perdarahan

1. berkolaborasi
dengan dokter
dalam
memberikan
therapy
berbentuk
antibiotik

Telah
diberikan
antibiotik
profilaksis
berspektrum
luas

memantau
tanda-tanda vital
memanta
12.
u perdarahan

Pemeriksaan
fisik telah
dilaksanakan,
perdarahan
yang terjadi
masih dalam
batas normal

11.

mencegah
infeksi

1. rawat luka jahit


bekas operasi
2. ganti pakaian
dan alat tenun
pasien

1. merawat luka
jahit bekas
operasi
2. mengganti
pakaian dan alat
tenun pasien

Perawatan
telah
dilakukan ,
pakaian dan
alat tenun
telah diganti

memenuhi
keb.fisik
dan rasa
nyaman

1. rawat bayi di
ruang pedriatik
khusus
2. atur posisi tidur
pasien

1. merawat bayi
di ruang
pedriatik khusus
2. mengatur
posisi tidur
pasien
3. melakukan
suction
4. memberikan
O2

Perawatan di
ruang khusus
tetap
dilanjutkan,
keb.rasa
nyaman dan
fisik telah
terpenuhi

1. memasang
infus RL
2. memasang
NGT

Kebutuhan
nutrisi telah
terpenuhi
secara
berangsurangsur seiring
mengeringnya
luka bekas
operasi

3. lakukan suction
4. beri O2

memenuhi
keb. nutrisi
pasien

1. pasang infus
RL
2. pasang NGT

23

24

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Atresia Esofagus merupakan kelainan kongenital dengan variasi fistula
trakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esofagus dapat
dicurigai sejak kehamilan, dan didiagnosa segera setelah bayi lahir. Bahaya utama
pada AE adalah resiko aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang.
Penatalaksanaan pada AE utama adalah pembedahan, tetapi tetap dapat
meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan gangguan
motilitas esofagus.

4.2 Saran
Sebagai petugas kesehatan kami akan menyarankan bahwa ;
1.

perlu dilakukan pemeriksaan dengan NGT untuk mencari ada tidaknya


Atresia

2.

Esofagus pada BBL

lakukan tindakan khusus saat pemindahan pasien

24

25

3.

jaga personal hygiene pasien dan lingkungan sekitar

4.

memberitahu keluarga bahwa pasien mengalami kelainan Atresia Esofagus


dan perlu perawatan khusus

5.

merencanakan jadwal tindakan bedah ulang

25

Anda mungkin juga menyukai