2. Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat kategori,
yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
c. Usia tua (old) : 75-89 tahun
d. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun
3. Teori Penuaan
Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan Goldman, (2007), yaitu:
a. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan (overuse)
dan disalahgunakan (abuse).
b. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh yaitu
dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus telah menurun.
c. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA, dimana kita
dilahirkan dengan kode genetik yang unik, dimana penuaan dan usia hidup kita
telah ditentukan secara genetik.
d. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal
bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena
kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi
suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada
molekul lain.
Berdasarkan konsep lansia dan proses penuaan yang telah dijabarkan, maka
lansia rentan sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik maupun
psikologis. Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang
sering dihadapi lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut 14i Sindrom
Geriatri (Geriatric Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah: 1)
Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi); 2) Instability
(ketidakseimbangan, risiko jatuh); 3) Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak
mampu menahan buang air kecil/besar); 4) Intelectual Impairment (penurunan
fungsi kognitif, demensia); 5) Infection (rentan mengalami infeksi); 6) Impairment
of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran); 7) Impaction (sulit buang
air besar); 8) Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri); 9)
Inanition (kurang gizi); 10) Impecunity (penurunan penghasilan); 11) Iatrogenesis
(efek samping obat-obatan); 12) Insomnia (sulit tidur); 13) Immunedeficiency
(penurunan daya tahan tubu); 14) Impotence (impotensi).
2. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik).
Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan
produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam
Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam Urat,
terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua penyebab
tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum
terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).
Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout
Arthritis adalah :
a. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan
Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi
pada saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah
yang dapat membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga
Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di
dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
d. Konsumsi alkohol
e. Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi
3. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati
(Nurarif, 2015) diantaranya:
a. Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini Asam
Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat
serum.
b. Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
Metatarsofalangeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout
Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam
Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.
4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi
(Sudoyo dkk, 2009).
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal
oleh leukosit (Nurarif, 2015).
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya
membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang
dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi
ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini
menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal
kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi
kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif, 2015).
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,
penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi
juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat
sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan
pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan
merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala
yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang (Sudoyo dkk, 2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang
biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut atau
Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan
Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal (Sudoyo dkk, 2009).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
d. Pemeriksaan Radiologi.
6. Penatalaksanaan Kasus
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam
terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat
pada jaringan, terutama persendian.
3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
Gout Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b. Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi
lini pertama dalam menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak
ada kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi
Aspirin berkompetisi dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan
Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan
klien, misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga
diberikan klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang
menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik
seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan
Akut (Nurarif, 2015).
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
a) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien
yang mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih
melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID
harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam
pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin banyak diresepkan
untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari.
Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan
meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain
pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat
dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk
mengatasi Gout Arthritis Akut adalah :
- Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.
- Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
- Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48
jam. Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.
b) COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor
yang dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat
ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang
tidak tahan terhadap efek Gastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2
Inhibitor mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal bagian atas
yang lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
c) Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk
serangan Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang
populer karena awal kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping
lebih sering dijumpai.
d) Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan
cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus
dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout
Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena pemberian Steroid
Intra-Articular akan memperburuk infeksi.
2) Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting
untuk mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous
Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai
diberikan obat penurun kadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan
Allopurinol, Urikourik dan Feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk
terapi Gout Arthritis Kronis akan dijelaskan berikut ini:
a) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis
adalah Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi
fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan cara
menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi
ginjal normal dosis awal Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24
jam. Respon terhadap Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan
kadar Asam Urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan
maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam serum harus
dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan
turunnya kadar Asam Urat.
b) Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik.
Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon
(100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative Allopurinol. Urikosurik
harus dihindari pada klien Nefropati Urat yang memproduksi Asam
Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien dengan fungsi ginjal
yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar 5% klien yang
menggunakan Probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati,
kembung atau konstipasi (Nurarif, 2015).
7. WOC
Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum
Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekskresi melalui urin
Penyakit ginjal
Asam urat dalam serum Kemampuan ekskresi asam (Gromerulonefritis dan Gagal
meningkat (hiperurisemia) urat menurun Ginjal
Gangguan
Rasa Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan Integritas Jaringan
Nyaman
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)
B. Fokus Pengkajian
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi
peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan
terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya
dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis
Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
e. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya
sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan
akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik
akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap
konsep diri yang maladaptif.
f. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutrisi klien apakah klien sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi (melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti
kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam) dan palpasi
(meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan
merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien
melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah
gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan
kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).
D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Manajemen Nyeri (1.08238)
cedera biologis Observasi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi nyeri non verbal
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan itensitas nyeri
- Monitor penggunaan analgesik
Terapeutik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
- Berikan tekhnik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri (terapi
usik,acupressure, terapi bermain,
hypnosis, TENS)
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan tekhnik non farmakologi untuk
meredakan nyeri
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2. Gangguan mobilitas fisik Dukungan Ambulasi (I.06171)
berhubungan dengan nyeri persendian Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Anjurkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan
3. Hipertemia berhubungan dengan Manajemen Hipertermia (I. 15506)
proses penyakit Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sedikan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linn setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Ermawati & Sudarji, S., 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut Usia.
Psibernetika Universitas Bunda Mulya, 6(1).
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika
Jayanti, Sedyowinarso & Madyaningrum, 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Depresi Lansia di Panti Werdha Wiloso Wredho Purworejo. Jurnal Ilmu Keperawatan,
3(2), pp. 133-138.
Kane, R. L., Ouslander, J. G. & Abrass, I. B., 1999. Essentials of Clinical Geriatrics. 4th ed.
New York: McGraw-Hill, Health Professions Division.
Klatz, R. & Goldman, R., 2007. The Official Anti Aging Revolution: Stop the Clock, Time is
on Your Side for a Younger, Stronger, Happier You. 4th ed. United States: Basic Health
Publications, Inc.
Kunaifi, A., 2009. Hubungan Tingkat Kepuasan Interaksi Sosial dengan Tingkat Depresi
Lansia di Panti Werdha Surabaya. Surabaya: Skripsi Universitas Airlangga.
Maryam, R. S., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Menteri Negara Sekretaris Negara RI, 1998. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Orimo, H. et al., 2006. Reviewing the Definition of Elderly. Geriatric Gerontol Int,
Volume 6, pp. 149-158.
Pangkahila, W., 2007. Anti-Aging Medicine: Memperlambat Penuaan Meningkatkan Hidup.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
PPNI, D. (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
PPNI, D. (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawatan. 1st edn. Jakarta.
PPNI, D. (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil.
Jakarta.
Septiningsih, D. S. & Na'imah, T., 2012. Kesepian pada Lanjut Usia: Studi tentang Bentuk,
Faktor Pencetus, dan Strategi Koping. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 11(2).
Sudoyo, Samudra A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5. Jakarta:
Interna Publishing.
Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Buku
Pintar.
Zahara, R. (2013). Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat
oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan Posisi Menggenggam Statis.
Volume 1 nomor 3.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/115/11 3. Diaks
es pada tanggal 27 April 2020.
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn.T
Umur : 61 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Semarang
Tanggal datang : .......................................... Lama Tinggal di Panti ..............
2. DATA KELUARGA :
Nama : Ny.S
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Guru
Alamat : Semarang Telp : 0819xxxxxxxx
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Tn.T mengatakan sudah 3 hari kakinya sakit saat digunakan
untuk berjalan
Obat-obatan: -
2. Integumen Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah pada sistem integumen
3. Hematopoetic Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel limfe : √
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak diteukan masalah pada sistem hematopoetic
4. Kepala Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit kepala : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah pada kepala
5. Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan : √
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Ditemukan masalah pada mata yaitu perubahan penglihatan
6. Telinga Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan telinga : √
Dampak pada ADL : Saat berbicara dengan Tn.T terkadang ia meminta
untuk diulang karena tidak mendengar dengan jelas
KETERANGAN : Meskipun mengalami penurunan pendengaran,
namun Tn.T tidak menggunakan alat bantu dengar
9 Leher Ya Tidak
. Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada leher
6. LINGKUNGAN :
● Kamar : Kamar Tn.T terlihat bersih dan rapi
● Kamar mandi : lantai tidak licin, penerangan cukup, tapi tidak ada pegangan di kamar
mandi
● Dalam rumah wisma : rumah terlihat bersih, rajin dibersihkan oleh istrinya,
penerangan cukup
● Luar rumah : kurang asri karena minim pepohonan di luar rumah
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No. Item yang dinilai Skor Skor
Klien
1. Makan 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong lauk, mengoles 2
mentega dll
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain 1
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain 1
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain 2
1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 1
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
2
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang) 3
3 = Mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0 = Immobile (tidak mampu)
permukaan datar) 1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 3
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2 = Mandiri
Interpretasi: 18 (ketergantungan ringan)
1. Skor 20 : Mandiri
2. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
3. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
4. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
5. Skor 0-4 : Ketergantungan Total
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama : Tn.T
Tgl/Jam: 28 April 2020 jam 09.30
Tahun : ..........................................
Hari :...............................................
Musim : ..........................................
Bulan : ...........................................
Tanggal :........................................
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: …………..........……..….…
Panti : ……………………….…..…..
Propinsi: …………………................
Wisma : …………………………......
Kabupaten/kota : ……………….….
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : 27 (tidak ada gangguan kognitif)
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 28 April 2020 jam 09.30 14
2 28 April 2020 jam 09.45 16
3 28 April 2020 jam 10.00 15
Rata-rata Waktu TUG 15
Interpretasi hasil Resiko tinggi jatuh
Hasil pengamatan Tanpa alat bantu, lurus, perlahan-
lahan
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≤13,5 detik Tidak ada resiko jatuh
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 3
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Kesimpulan: 3 (tidak diindikasikan depresi)
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
Skrining Skor
Mengalami penurunan asupan makanan lebih dari tiga bulan selama adanya
penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, menelan dan kesulitan menelan
makanan
A 0 = Adanya penurunan asupan makanan yang besar
1 = Adanya penurunan asupan makanan yang sedang 1
2 = Tidak ada penurunan asupan makanan
Mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir
0 = Penurunan BB >3 kg
B 1 = Tidak diketahui 1
2 = Penurunan BB 1-3 kg
3 = Tidak mengalami penurunan BB
Mobilitas
0 = Tidak dapat turun dari tempat tidur / kursi roda
C
1 = Dapat turun dari tempat tidur / kursi roda namun tidak dapat berjalan jauh 1
2 = Dapat berjalan jauh
Mengalami stres psikologis atau memiliki penyakit akut tiga bulan terakhir
D 0 =Ya 2
2 = Tidak
Mengalami gangguan neuropsikologis
0 = Mengalami demensia atau depresi berat 2
E
1 = Mengalami demensia ringan
2 = Tidak mengalami gangguan neuropsikologis
Indeks massa tubuh (IMT)
0 = IMT < 19
F1 1 = IMT 19-21
2 = IMT 21-23
3 = >23
Jika IMT tidak dapat diukur ganti pertanyaan F1 dengan F2
Jangan menjawab pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terpenuhi
Lingkar betis (cm)
F2 0 = jika < 31 3
3 = jika > 31
Skor 10
Hari/
N Dx
Tgl/ Klien Kegiatan Rasional Tindakan
o Keperawatan
Jam
1 Jumat, 1 Tn.T Kesiapan Nama Kegiatan: Art Fungsi
Mei peningkatan Therapy neurokognitif
2020 pengetahuan merupakan suatu
(D.0113) Kegiatan: Melukis proses terkait fungsi
berpikir sehingga
Proses pelaksanaan: waspada akan objek
1. Beri salam dan pikiran atau
panggil klien persepsi, mencakup
dengan namanya. aspek pengamatan,
Bina hubungan pemikiran, dan
saling percaya ingatan
2. Jelaskan tujuan, (Laksmidewi,
prosedur, dan 2016). Penurunan
lamanya tindakan fungsi neurokognitif
pada klien/keluarga dapat terjadi karena
3. Atur posisi klien adanya perubahan
sebelum dilakukan biologis dan
terapi melukis. dihubungkan
Bantu klien untuk dengan proses
memilih posisi penuaan (Ong et al.
yang nyaman 2009).
4. Bagikan alat lukis Penelitian
yang diperlukan yang dilakukan
dan damping klien Mariam (2013)
saat melukis menunjukkan bahwa
apabila klien warna dapat
bersedia di menghasilkan
damping tingkat perhatian
5. Identifikasi yang lebih tinggi
pilihan/jenis dan efektif untuk
lukisan. kinerja memori.
6. Anjurkan klien Begitu juga pada
untuk melukis penelitian Putri et
sesuai dengan al. (2018) bahwa
keinginan klien. ada korelasi kuat
7. Apabila sudah antara aktivitas
selesai berikan melukis dan fungsi
kesempatan klien kognitif.
untuk menjelaskan
lukisannya
Dokumentasi:
Referensi:
Laksidewi, AAAP. 2016. Cognitive Changes Associated with Normal Aging. Bali Neurology
Update, hal 6-23
Mariam AD, Muhammad FM. 2013. The Influence of Colour on Memory Performence: A
Review. Malays J Med Sci, 20(2): 3-9
Ong, FS dkk. 2009. The Correlates of Cognitive Aging and Adoption of Defensive Ageing
Strategies among Older Adults. Asia Pasific Journal of Marketing and Logistics,
21(2):294-305
Putri, Ni Luh Putu Dirasandhi Semedi Putri dkk. 2018. Korelasi Antara Aktivitas Seni Lukis
dengan Fungsi Neurokognitif Pada Lansia Pelukis Wayang Kamasan di Desa Kamasan
Klungkung. Medicina, 50(1):46-51
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Asam urat merupakan salah satu masalah kesehatan yang berhubungan dengan
persendian dan pergerakan. Oleh karenanya apabila persendian terkena asam urat maka
pergerakan menjadi terbatas,dan lama-kelamaan bila dibiarkan akan menjadi tofi dimana
terjadi penumpukan kristal-kristal disekitar jaringan sehingga kalau dilihat dari luar
seperti ada daging yang menonjol terutama pada daerah persendian. hal ini biasanya
terjadi pada orang dewasa.
Kelebihan asam urat bisa disebabkan karena proses pemasukan makanan yang
banyak mengandung purin atau karena proses pengeluaran purin lewat urin yang kurang.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.T didapatkan keterangan bahwa Tn.T menderita
asam urat dan mengeluh sakit pada lutut kiri bila digerakkan dan saat beranjak tidur atau
istirahat pada malam hari.
E. Materi :
1. Pengertian Asam Urat
2. Penyebab Asam Urat
3. Tanda dan gejala Asam Urat
4. Komplikasi- komplikasi Asam Urat
5. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Asam Urat
6. Makanan yang harus dihindari untuk penderita Asam Urat
7. Kompres hangat untuk mengurangi nyeri
F. Metode :
1. Diskusi
2. Tanya jawab
G. Media : Leaflet
H. Evaluasi Pembelajaran :
1. Prosedur : Post Test
2. Jenis Tes : Lisan
3. Butir Soal :
a. Sebutkan pengertian Asam Urat ?
b. Sebutkan penyebab Asam Urat ?
c. Sebutkan tanda dan gejala Asam Urat
d. Sebutkan komplikasi- komplikasi Asam Urat
e. Sebutkan makanan yang dianjurkan untuk penderita Asam Urat.
f. Sebutkan makanan yang harus dihindari untuk penderita Asam Urat.
I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
.
1. 5 menit Pembukaan :
● Mengucapkan salam. ● Menjawab salam.
● Memperkenalkan diri. ● Mendengarkan.
● Menjelaskan tujuan dari kegiatan ● Memperhatikan.
penyuluhan.
● Menyebutkan materi yang akan ● Memperhatikan.
disampaikan.
2. 15 menit Pelaksanaan :
● Menjelaskan pengertian Asam Urat ● Memperhatikan
● Menjelaskan penyebab Asam Urat ● Memperhatikan.
● Menjelaskan tanda dan gejala Asam Urat ● Memperhatikan.
● Menjelaskan komplikasi- komplikasi ● Bertanya dan
Asam Urat menjawab
● Menjelaskan makanan yang dianjurkan pertanyaan yang
untuk penderita Asam Urat. diberikan oleh
● Menjelaskan makanan yang harus pembicara.
dihindari untuk penderita Asam Urat.
● Menjelaskan tentang kompres hangat
untuk mengurangi nyeri asam urat
3. 5 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada klien tentang materi yang Menjawab pertanyaan.
telah disampaikan.
4. 5 menit Terminasi :
● Mengucapkan terimakasih atas waktu yang ● Mendengarkan dan
diluangkan, perhatian serta peran aktif membalas ucapan
klien selama mengikuti kegiatan terimakasih.
penyuluhan. ● Menjawab salam.
● Salam penutup.
J. Pengorganisasian
Pembicara/Fasilitator : Aulia Alfafa Rizqa
K. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur:
- Klien ikut dalam kegiatan penyuluhan.
- Penyuluhan dilakukan di rumah Tn.T
2. Evaluasi proses :
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan.
- Klien terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan (diskusi).
3. Evaluasi hasil :
Klien mengerti tentang asam urat dan mampu menjelaskan ulang tentang :
a. Pengertian Asam Urat
b. Penyebab Asam Urat
c. Tanda dan gejala Asam Urat
d. Komplikasi- komplikasi Asam Urat
e. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Asam Urat.
f. Makanan yang harus dihindari untuk penderita Asam Urat.
MATERI
ASAM URAT
A. Pengertian
Menurut Mutia Sari (2010) asam urat adalah akibat tingginya kadar asam urat di
tubuh. Silvia (2009) berpendapat bahwa asam urat adalah asam yang berbentuk kristal
yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukeloprotein) yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Khomsan
(2008) mengatakan asam urat ialah terjadinya penumpukan kristal asam urat pada daerah
persendian.
B. Penyebab
Kelainan metabolisme dalam tubuh yaitu reaksi peradangan jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat yang berhubungan dengan
hiperurisemia (pengeluaran asam urat melalui urin yang berlebihan). Menurut Fitriana
(2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis adalah :
a. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout
Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat
Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat
membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga Asam Urat didalam
darah dapat terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
wanita memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalam
darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
d. Konsumsi alkohol
e. Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang dari 2-
3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi
C. Tanda Dan Gejala
Menurut Mutia Sari (2010) biasanya asam urat mengenai sendi ibu jari, tetapi
bisa juga pada tumit, pergelangan kaki dan tangan atau sikut. Kebanyakan asam urat
muncul sebagai serangan kambuhan. Penyakit ini timbul dari kondisi hiperurikemi, yaitu
keadaan di mana kadar asam urat dalam darah di atas normal.
Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,4 - 7 mg/dL, sedangkan pada wanita
2,6 - 6 mg/dL. Serangan asam urat biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan
menyerang pada malam hari. Jika asam urat menyerang, sendi-sendi yang terserang
tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang
sangat hebat, dan persendian sulit digerakan. Serangan pertama asam urat pada umumnya
berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan seringkali hanya satu
sendi yang diserang. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain
seperti pada tumit, lutut, siku dan lain-lain.
Asam urat yang berlebih kemudian akan terkumpul pada persendian sehingga
menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Kadang-kadang, kita pun sering merasa nyeri atau
pegal-pegal dan sejenisnya. Anda bisa memastikan apakah Anda terkena asam urat atau
tidak dengan cara mengetahui gejala-gejala asam urat. Adapun gejala-gejalanya, yaitu:
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
3. Sendi yang terkena asam urat akan terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi.
4. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang kali.
5. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit, pergelangan
tangan serta siku.
6. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat akan bergerak.
7. Selain nyeri sendi, asam urat yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal serta dalam
jangka waktu lama, akan merusak ginjal secara permanen hingga diperlukan cuci
darah seumur hidup. Kadar asam urat yang tinggi ternyata juga berhubungan dengan
kejadian diabetes mellitus (kencing manis) dan hipertensi.
8. Selain itu, gejala asam urat juga bisa terlihat dari keadaan tubuh tidak sehat seperti
demam, menggigil, dan rasa tidak enak badan. Gejala asam urat lain seperti denyut
jantung yang sangat cepat bisa juga terjadi. Gejala asam urat umumnya akan muncul
pada usia pertengahan untuk pria, sedangkan pada wanita gejala asam urat akan
mulai muncul setelah menopause. Serangan asam urat berupa gejala awal yang terasa
pada persendian biasanya akan berlangsung selama beberapa hari dan kemudian
menghilang sampai dengan serangan berikutnya. Gejala asam urat harus benar-benar
diwaspadai untuk menghindari serangan asam urat yang lebih parah.
Menurut Khomsam (2008) gejala serangan asam urat ditandai dengan nyeri dan
pembengkakan pada ibu jari sampai ke jari-jari lainnya. Biasanya, rasa nyeri yang hebat
tersebut berlangsung selama 24 jam. Selanjutnya, berangsur berkurang sampai
menghilang dalam waktu 3-7 hari. Jika kadar asam urat serangan pertama tidak
diturunkan menjadi normal, akan terjadi serangan selanjutnya dan bersifat menahun.
Nyeri yang disebabkan asam urat mengakibatkan kesulitan gerak sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Tirnbulnya serangan kedua dan selanjutnya sulit
diprediksi. Namun, dari berbagai penelitian dikemukakan bahwa semakin tinggi kadar
asam urat, semakin sering juga terjadi serangan nyeri dengan berbagai komplikasi.
Serangan pun tidak hanya di ibu jari tangan, tetapi menyebar ke pergelangan kaki, lutut,
siku, telinga, sendi kecil lain pada tangan, dan otot. Nyeri akan semakin bertambah saat
tengah malam. Sendi yang terserang akan tampak merah, mengilat, bengkak, kulit di
atasnya terasa panas, dan persendian sulit digerakkan. Selain itu, badan menjadi demam,
kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar (Silvia, 2009).
D. Komplikasi-Komplikasi
Tidak jarang, penderita menjadi depresi karena kualitas dan produktivitasnya
menurun drastis. Yang harus diwaspadai adalah komplikasi di kemudian hari, seperti
benjolan pada bagian tubuh tertentu, kerusakan tulang dan sendi sehingga dapat
pincang,peradangan tulang,kerusakan ligamen dan tendon (otot ), batu ginjal, kerusakan
ginjal, dan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Khomsun A. S. Halinawati. 2008. Terapi Jus untuk rematik dan Asam Urat, Cetakan V.
Jakarta : Puspa Swara, Anggota IKAPI
Mansjoer, A. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga, Jilid Satu. Jakarta: Media
Aeskulapius
Price, A. S., &Wilson M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. & Harmoko, H. 2012. Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik
Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saraswati, S. 2009. Diet Sehat untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi dan Stroke,
Cetakan 1, Jogjakarta : A Plus Books
Sari M. 2010. Sehat dan Bugar tanpa Asam Urat, cetakan 1. Nopember, Araska Publisher
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC
Steven. 2014. Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC
sam
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau
pagi hari saat bangun tidur.
ASAM URAT???
Asam urat ialah terjadinya penumpukan
kristal asam urat pada daerah persendian. TANDA DAN MAKANAN YANG
GEJALA DIPERBOLEHKAN
ASAM URAT
● Konsumsi makanan yang adalah memberikan rasa nyaman dan
mengandung potasium tinggi 1. Sumber protein hewani: Sarden, kerang, menurunkan rasa nyeri.
(kentang, yogurt, dan pisang) jantung, hati, usus, limpa, paru-paru, otak, 3. Alat dan Bahan
ekstrak daging (abon, dendeng), bebek, d. Wadah+air hangat secukupnya
● Konsumsi buah yang banyak
angsa, burung, udang, cumi-cumi, sotong, e. Handuk/kain/washlap untuk
mengandung vitamin C (jeruk,
kerang, remis, tiram, kepiting, ikan teri. kompres
pepaya dan strawberry)
2. Minuman : Alkohol f. Handuk pengering
● Contoh buah dan sayuran untuk
3. Buah: durian, nanas dan air kelapa 4. Prosedur
mengobati penyakit asam urat:
4. Makanan yang digoreng atau bersantan g. Cuci tangan
buah naga, belimbing wuluh,
5. Kacang-kacangan: kacang kedelai h. Basahi kain/washlap dengan air
jahe, labu kuning, sawi hijau,
(termasuk tempe, tauco, oncom, susu hangat, peras kain agar tidak terlalu
sawi putih, serai dan tomat basah
kedelai), kacang tanah, kacang hijau,
● Perbanyak konsumsi karbohidrat i. Letakkan kain pada daerah yang
tauge, melinjo, emping.
kompleks seperti nasi, singkong, nyeri dan akan dikompres
6. Sayuran: kembang kol, bayam,
roti dan ubi j. Tutup kain kompres dengan handuk
asparagus, buncis, jamur kuping, daun
● Kurangi konsumsi karbohidrat kering
singkong, daun pepaya, kangkung.
sederhana jenis fruktosa seperti k. Apabila kain sudah kering atau suhu
gula, permen, arum manis, gulali kain relative menjadi dingin,
dan sirup masukkan/celup kembali kain
● Banyak minum untuk membantu kedalam wadah air hangat dan
letakkan kembali di daerah kompres
pengeluaran asam urat
l. Lakukan berulang-ulang agar efek
yang diinginkan tercapai
KOMPRES HANGAT
Adalah suatu prosedur menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan air
MAKANAN YANG TIDAK hangat dan ditempelkan pada bagian tubuh
DIPERBOLEHKAN tertentu. Salah satu manfaat kompres hangat
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada lansia seringkali mempengaruhi
aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial lansia. Salah satu upaya untuk mempertahankan
kognitif agar tidak menurun yaitu dengan terapi non farmakologi. Intervensi non
farmakologi meliputi intervensi-intervensi yang tercakup dalam Cognitive Rehabilitation
Therapy (CRT). Salah satu dari intervensi CRT adalah terapi alternatif seperti terapi seni
(Art Therapy).
Malchiodi (2012) menyatakan art therapy adalah suatu bentuk terapi yang bersifat
ekspresif dengan menggunakan materi seni seperti lukisan, kapur, spidol, dan lainnya.
Tujuan kegiatan art therapy yaitu untuk membantu mengekspresikan diri, meningkatkan
keterampilan coping individu, mengelola stres, memperkuat rasa percaya diri,
memelihara fungsi kognitif dan mencegah demensia.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.T didapatkan keterangan bahwa Tn.T tidak
pernah mencari tahu tentang penyakitnya. Alasan tersebut merupakan cerminan
rendahnya minat untuk belajar. Bila kondisi ini terus dibiarkan, maka dapat menyebabkan
menurunnya status kesehatan lansia, semakin cepat mengalami demensia serta dapat
menurunkan kualitas hidup lansia (Ulfiana, 2020).
D. Sasaran : Tn.T
E. Materi :
1. Definisi art therapy
2. Jenis-jenis art therapy
3. Manfaat art therapy
4. Prosedur art therapy
F. Metode :
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
G. Media : Leaflet
H. Evaluasi Pembelajaran :
1. Prosedur : Post Test
2. Jenis Tes : Lisan
3. Butir Soal :
a. Definisi art therapy
b. Jenis-jenis art therapy
c. Manfaat art therapy
d. Prosedur art therapy
I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
.
1. 5 menit Pembukaan :
● Mengucapkan salam. ● Menjawab salam.
● Memperkenalkan diri. ● Mendengarkan.
● Menjelaskan tujuan dari kegiatan ● Memperhatikan.
penyuluhan.
● Menyebutkan materi yang akan ● Memperhatikan.
disampaikan.
2. 15 menit Pelaksanaan :
● Menjelaskan definisi art therapy ● Memperhatikan
● Menjelaskan jenis-jenis art therapy ● Memperhatikan.
● Menjelaskan manfaat art therapy ● Memperhatikan.
● Menjelaskan prosedur art therapy ● Memperhatikan
3. 5 menit Evaluasi :
● Evaluasi pemahaman peserta tentang Menjawab pertanyaan.
materi
● Memberikan reinforcement
● Evaluasi perasaan
4. 5 menit Terminasi :
● Mengucapkan terimakasih atas waktu yang ● Mendengarkan dan
diluangkan, perhatian serta peran aktif membalas ucapan
klien selama mengikuti kegiatan terimakasih.
penyuluhan. ● Menjawab salam.
● Salam penutup.
J. Pengorganisasian
Pembicara/Fasilitator : Aulia Alfafa Rizqa
K. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur:
- Klien ikut dalam kegiatan penyuluhan
- Penyuluhan dilakukan di rumah Tn.T
- Pelaksanaan program sesuai satuan acara penyuluhan
2. Evaluasi proses :
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan.
- Klien terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan (diskusi).
3. Evaluasi hasil :
Klien mengerti tentang asam urat dan mampu menjelaskan ulang tentang :
a. Definisi art therapy
b. Jenis-jenis art therapy
c. Manfaat art therapy
d. Prosedur art therapy
MATERI
ART THERAPY
A. Pengertian
Art therapy atau terapi seni adalah terapi dengan menggunakan seni sebagai media
utamanya. Art therapy dapat diartikan sebagai seni yang menjadi media terapi atau
melakukan kegiatan seni sebagai terapi. Terapi seni merupakan salah satu jenis dari
berbagai jenis terapi ekspresif melibatkan individu dalam aktivitas kreatif dalam bentuk
penciptaan (karya atau produk) seni. Art therapy merupakan metode terapeutik yang
menggunakan pembuatan seni, hubungan professional, pada individu yang memiliki
pengalaman yang menyakitkan, trauma, atau individu yang memiliki tantangan dalam
hidupnya. Melalui kesenian dan melakukan refleksi terhadap seni dan prosesnya, individu
dapat meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain, mengatasi gejala-
gejala stress, pengalaman traumatic, meningkatkan kemampuan kognitif, dan dapat
menikmati kehidupan yang menyenangkan dengan membuat kesenian. Melalui aktifitas
seni tersebut individu diasumsikan mendapat media paling aman untuk memfasilitasi
komunikasi melalui eksplorasi pikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya
emosi (Holt & Kaiser, 2009).
NO PROSEDUR
Pre interaksi
1 Siapkan alat-alat
2 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Beri salam dan panggil klien dengan namanya. Bina hubungan saling percaya.
5 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
6 Atur posisi klien sebelum dilakukan terapi melukis. Bantu klien untuk memilih
posisi yang nyaman.
7 Bagikan alat lukis yang diperlukan dan damping klien saat melukis apabila klien
bersedia di damping
8 Identifikasi pilihan/jenis lukisan.
9 Anjurkan klien untuk melukis sesuai dengan keinginan klien.
10 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman.
11 Apabila sudah selesai berikan kesempatan klien untuk menjelaskan lukisannya
12 Anjurkan klien untuk melukis kembali apabila klien ingin melukis
Terminasi
13 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
14 Berikan umpan balik positif
15 Kontrak pertemuan selanjutnya
16 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
17 Bereskan alat-alat
18 Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA
Edward David. (2014). Art Therapy 2nd Edition. India : SAGE
Holt, E & Kaiser, D.H. (2009). The first step series: art therapy for early substance abuse
treatment. The Arts in Psychotherapy.
Geue, Kristina ., Goetze, Heide., Buttstaedt, Marianne., Kleinert, Evelyn., Richter, Diana dan
Singer, Susanne. (2010). An overview of art therapy interventions for cancer patients
and the results of research. Complementary Therapiesin Medicine (2010) 18, 160—
170. doi:10.1016/j.ctim.2010.04.001
Malchiodi, C.A. (2012). Handbook of Art Therapy (2nd Ed). New York: The Guildford Press.
Ulfiana, E., Makhfudli, Kusnul Chotimah dan Zenitha Rani. (2020). “Penerapan Art Therapy
Membatik Colet Sebagai Upaya Memelihara Fungsi Kognitif Lansia di Posyandu
Barokah, Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Propinsi
Jawa Timur: The Application of Art Therapy Batik Colet as An Effort to Mantain
Elderly Cognitive Functions in Posyandu Barokah, Kelurahan Klampis Ngasem,
Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur”, Jurnal Pengabdian
Masyarakat Kesehatan, 6(1), pp41-45. doi: 10.33023/jpm.vi1.563.
PENGERTIAN
ART
ART THERAPY
THERAPY
Art therapy atau terapi seni adalah terapi 2. Terapi seni dalam dance atau menari
dengan menggunakan seni sebagai media
utamanya. Art therapy dapat diartikan
sebagai seni yang menjadi media terapi
atau melakukan kegiatan seni sebagai
terapi