Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.T DENGAN GOUT ARTHR


BAB 1
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia dan Proses Penuaan


1. Definisi Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Lebih lanjut Maryam (2008) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang
yang telah berusia lanjut dan telah terjadi perubahan- perubahan dalam sistem
tubuhnya.
Namun berbeda dengan definisi yang dikemukakan oleh Orimo et al. (2006),
peneliti asal Jepang, yang menjelaskan bahwa lansia merupakan orang yang berusia
lebih dari 75 tahun. Definisi tersebut berdasar pada hasil riset yang telah
dilakukannya dengan menemukan fakta bahwa: 1) lansia di Jepang yang berusia 65
tahun atau lebih ternyata masih bisa melakukan aktifitas fisik tanpa keluhan dan
hambatan berarti; 2) arteri serebral pada lansia tampak belum mengalami penuaan
dan penurunan fungsi; dan 3) lansia penderita diabetes mellitus yang berumur 65
tahun masih menunjukkan tingkat kemandirian yang tinggi untuk memenuhi
kebutuhannya. Tetapi definisi lansia dari penelitian tersebut memang tidak bisa
digunakan secara global karena faktor budaya dan lingkungan juga berpengaruh
terhadap proses penuaan.

2. Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat kategori,
yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
c. Usia tua (old) : 75-89 tahun
d. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun

3. Teori Penuaan
Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan Goldman, (2007), yaitu:
a. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan (overuse)
dan disalahgunakan (abuse).
b. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh yaitu
dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus telah menurun.
c. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA, dimana kita
dilahirkan dengan kode genetik yang unik, dimana penuaan dan usia hidup kita
telah ditentukan secara genetik.
d. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal
bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena
kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi
suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada
molekul lain.

4. Tahapan Proses Penuaan


Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila,
2007):
a. Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu
hormon testosteron, growth hormon dan hormon estrogen. Pembentukan
radikal bebas dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh.
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar, karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal.
b. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang
sendi, berkurangnya memori, penyakit jantung koroner dan diabetes.
c. Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang meliputi DHEA,
melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan juga hormon tiroid.
Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan,
vitamin dan mineral. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh
mulai mengalami kegagalan.

5. Perubahan Fisik dan Psikososial pada Lansia


a. Perubahan Fisik pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut
usia adalah :
1) Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi: terjadinya penurunan jumlah sel,
terjadi perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan
berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya
mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-
10%.
2) Sistem Persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi : berat otak yang menurun 10-20% (setiap
orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya), cepat
menurunnya hubungan persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk
bereaksi khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra,
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
ketahanan terhadap sentuhan, serta kurang sensitif terhadap sentuan.
3) Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: terjadinya presbiakusis
(gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta,50% terjadi pada umur diatas 65
tahun. Terjadinya otosklerosis akibat atropi membran timpani. Terjadinya
pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratinin.
Terjadinya perubahan penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress.
4) Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola),
terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya
ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat
dan susah melihat pada cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang, serta menurunnya daya untuk membedakan
warna biru atau hijau. Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi
adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan
juga terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi
lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan
untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap
seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang
suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat dalam
cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko cedera. Sementara cahaya
menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk
membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi
kemampuan fungsional para lansia sehingga dapat menyebabkan lansia
terjatuh.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: terjadinya penurunan
elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah yang
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi yang dapat mengakibatkan tekanan darah
menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri) yang
mengakibatkan resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada
pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui
antara lain temperatur suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik
kurang lebih 35°C, ini akan mengakibatkan metabolisme yang menurun.
Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami
kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan
elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun,
karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan kemampuan batuk
berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering
terjadi emfisema senilis, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernapasan menurun seiring pertambahan usia.
8) Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan gigi, penyebab
utama periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indra
pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa
asin, asam dan pahit, esofagus melebar, rasa lapar nenurun, asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati
semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.
9) Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat
untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk
keginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron
(tempatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang, akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi urine menurun, berat
jenis urine menurun. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan buang air seni
meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang
menyebabkan retensi urine.
10) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi semua
hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya
pertukaran zat menurun. Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon
kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.
11) Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau keriput
akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam,
kasar, dan bersisi. Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut
menipis dan berwarna kelabu, berkurangnya elestisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan
fungsi kelenjar keringat berkurang.
12) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang kehilangan
densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang
menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga
gerakan menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor, aliran darah ke
otot berkurang sejalan dengan proses menua. Semua perubahan tersebut
dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak, langkah kaki yang pendek,
penurunan irama. Kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih
cenderung gampang goyah, perlambatan reaksi mengakibatkan seorang
lansia susah atau terlambatmengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset,
tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
b. Perubahan Psikososial pada Lansia
Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat perubahan
psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:
1) Kesepian
Septiningsih dan Na’imah (2012) menjelaskan dalam studinya bahwa
lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang dialami dapat
berupa kesepian emosional, situasional, kesepian sosial atau gabungan
ketiga-tiganya. Berdasarkan penelitian tersebut beberapa hal yang dapat
memengaruhi perasaan kesepian pada lansia diantaranya: a) merasa tidak
adanya figur kasih sayang yang diterima seperti dari suami atau istri, dan
atau anaknya; b) kehilangan integrasi secara sosial atau tidak terintegrasi
dalam suatu komunikasi seperti yang dapat diberikan oleh sekumpulan
teman, atau masyarakat di lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena
tidak mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan di kompleks
hidupnya; c) mengalami perubahan situasi, yaitu ditinggal wafat pasangan
hidup (suami dan atau istri), dan hidup sendirian karena anaknya tidak
tinggal satu rumah.
2) Kecemasan Menghadapi Kematian
Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil penelitiannya
bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe pertama lansia
yang cemas ringan hingga sedang dalam menghadapi kematian ternyata
memiliki tingkat religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua
adalah lansia yang cemas berat menghadapi kematian dikarenakan takut
akan kematian itu sendiri, takut mati karena banyak tujuan hidup yang
belum tercapai, juga merasa cemas karena sendirian dan tidak akan ada
yang menolong saat sekarat nantinya.
3) Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Menurut Jayanti,
Sedyowinarso, dan Madyaningrum (2008) beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya depresi lansia adalah: a) jenis kelamin, dimana
angka lansia perempuan lebih tinggi terjadi depresi dibandingkan lansia
laki-laki, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan hormonal, perbedaan
stressor psikososial bagi wanita dan laki-laki, serta model perilaku tentang
keputusasaan yang dipelajari; b) status perkawinan, dimana lansia yang
tidak menikah/tidak pernah menikah lebih tinggi berisiko mengalami
depresi, hal tersebut dikarenakan orang lanjut usia yang berstatus tidak
kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam hal ini dari
orang terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu keadaan yang
tidak menyenangkan dan kesendirian; dan c) rendahnya dukungan sosial.

Berdasarkan konsep lansia dan proses penuaan yang telah dijabarkan, maka
lansia rentan sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik maupun
psikologis. Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang
sering dihadapi lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut 14i Sindrom
Geriatri (Geriatric Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah: 1)
Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi); 2) Instability
(ketidakseimbangan, risiko jatuh); 3) Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak
mampu menahan buang air kecil/besar); 4) Intelectual Impairment (penurunan
fungsi kognitif, demensia); 5) Infection (rentan mengalami infeksi); 6) Impairment
of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran); 7) Impaction (sulit buang
air besar); 8) Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri); 9)
Inanition (kurang gizi); 10) Impecunity (penurunan penghasilan); 11) Iatrogenesis
(efek samping obat-obatan); 12) Insomnia (sulit tidur); 13) Immunedeficiency
(penurunan daya tahan tubu); 14) Impotence (impotensi).

B. Konsep Gout Arthritis Pada Lansia


1. Definisi
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di
dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme
Purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah
Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar
Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi
jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki manifestasi berupa
penumpukan Kristal Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis
berupa Tofi (Zahara, 2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar
Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas
normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ
lainnya (Susanto, 2013).

2. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik).
Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan
produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam
Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam Urat,
terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua penyebab
tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum
terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).
Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout
Arthritis adalah :
a. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan
Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi
pada saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah
yang dapat membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga
Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di
dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
d. Konsumsi alkohol
e. Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi

3. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati
(Nurarif, 2015) diantaranya:
a. Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini Asam
Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat
serum.
b. Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
Metatarsofalangeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout
Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam
Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.

4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi
(Sudoyo dkk, 2009).
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal
oleh leukosit (Nurarif, 2015).
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya
membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang
dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi
ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini
menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal
kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi
kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif, 2015).
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,
penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi
juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat
sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan
pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan
merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala
yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang (Sudoyo dkk, 2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang
biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut atau
Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan
Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal (Sudoyo dkk, 2009).

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
d. Pemeriksaan Radiologi.

6. Penatalaksanaan Kasus
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam
terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat
pada jaringan, terutama persendian.
3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
Gout Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b. Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi
lini pertama dalam menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak
ada kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi
Aspirin berkompetisi dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan
Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan
klien, misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga
diberikan klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang
menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik
seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan
Akut (Nurarif, 2015).
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
a) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien
yang mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih
melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID
harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam
pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin banyak diresepkan
untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari.
Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan
meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain
pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat
dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk
mengatasi Gout Arthritis Akut adalah :
- Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.
- Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
- Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48
jam. Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.
b) COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor
yang dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat
ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang
tidak tahan terhadap efek Gastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2
Inhibitor mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal bagian atas
yang lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
c) Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk
serangan Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang
populer karena awal kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping
lebih sering dijumpai.
d) Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan
cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus
dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout
Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena pemberian Steroid
Intra-Articular akan memperburuk infeksi.
2) Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting
untuk mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous
Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai
diberikan obat penurun kadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan
Allopurinol, Urikourik dan Feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk
terapi Gout Arthritis Kronis akan dijelaskan berikut ini:
a) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis
adalah Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi
fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan cara
menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi
ginjal normal dosis awal Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24
jam. Respon terhadap Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan
kadar Asam Urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan
maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam serum harus
dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan
turunnya kadar Asam Urat.
b) Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik.
Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon
(100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative Allopurinol. Urikosurik
harus dihindari pada klien Nefropati Urat yang memproduksi Asam
Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien dengan fungsi ginjal
yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar 5% klien yang
menggunakan Probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati,
kembung atau konstipasi (Nurarif, 2015).
7. WOC

Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekskresi melalui urin

Penyakit ginjal
Asam urat dalam serum Kemampuan ekskresi asam (Gromerulonefritis dan Gagal
meningkat (hiperurisemia) urat menurun Ginjal

Hipersaturasi dalam plasma Peningkatan asam laktat


dan garam urat di cairan tubuh sebagai produksi samping Konsumsi alkohol
metabolisme

Terbentuk kristal monosodium


urat (MSU) Merangsang neutrofil (leukosit
Peningkatan asam laktat
sebagai produksi samping PMN)
metabolisme
Di jaringan lunak dan
persendian Terjadi fagositosis kristal oleh
leukosit

Penumpukan dan pengendapan Sumber:


MSU Nurarif, 2015 Terbentuk fagolisosom

Pembentukan Trophus Respon inflamasi meningkat Merusak selaput protein kristal

Terjadi ikatan hydrogen antara


Hipertermi Pembesaran dan/atau permukaan kristal dengan
penonjolan sendi membran lisosom

Membran lisosom robek,


Nyeri Akut Deformitas sendi terjadi pelepasan enzyme dan
oksida radikal ke sitoplasma

Terjadi pada malam hari


Kontraktur sendi Peningkatan kerusakan
jaringan
Gangguan Pola Tidur
Fibrosis dan/atau
ankilosis tulang Kekakuan sendi

Gangguan
Rasa Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan Integritas Jaringan
Nyaman
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)

A. Konsep Carrol A. Miller


1. Filosofi Teori
Model teori yang diperkenalkan oleh Carol disebut teori konsekuensi fungsional
untuk promosi kesehatan bagi lansia (Functional Consequences Theory for
Promoting Wellness in Older Adults). Perawat dapat menggunakan model
keperawatan ini di berbagai situasi dimana tujuan dari keperawatannya ialah
promosi kesehatan bagi lansia. Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan
pertanyaan seperti: apakah keunikan dari promosi kesehatan untuk lansia? Dan
bagaimana penerapan keperawatan untuk kebutuhan kesehatan bagi lansia?
2. Terminologi Teori
The Functional Consequences Theory terdiri dari teori tentang penuaan, lansia,
dan keperawatan holistik. Konsep domain keperawatan adalah orang, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan dihubungkan bersama secara khusus dalam kaitannya
dengan lansia.
a. Functional Consequence
Mengobservasi akibat dari tindakan, faktor risiko, dan perubahan terkait usia
yang mempengaruhi kualitas hidup atau aktivitas sehari-hari dari lansia. Efek
tersebut berhubungan dengan semua tingkat fungsi, termasuk tubuh, pikiran, dan
semangat. Konsekuensi fungsional yang positif atau negatif adalah efek-efek
yang bisa diamati dari tindakan, faktor risiko dan perubahan terkait umur yang
mempengaruhi kualitas hidup atau kegiatan sehari-hari dari lansia. Faktor-faktor
risiko bisa berasal dari lingkungan atau berasal dari pengaruh fisiologi dan
psikososial. Dampak-dampak fungsional positif ketika mereka membantu level
performa tertinggi dan jumlah ketergantungan yang paling kecil. Sebaliknya
mereka negatif ketika berinterferensi dengan level fungsi atau kualitas hidup
seseorang.
b. Negative Functional Consequences
Hal-hal yang menghambat fungsi dari lansia atau kualitas hidup dari lansia.
Dampak-dampak fungsional negatif biasanya terjadi karena kombinasi
perubahan terkait usia dan faktor-faktor resiko yang dijelaskan dalam contoh
gangguan performa visual. Hal ini juga bisa disebabkan oleh intervensi, dimana
kasus intervensi menjadi faktor-faktor resiko. Misalnya, konstipasi yang berasal
dari penggunaan obat analgesik adalah contoh dari konsekwensi fungsional
negatif yang disebabkan oleh sebuah intervensi. Dalam kasus ini obat
merupakan intervensi untuk nyeri dan faktor resiko untuk gangguan fungsi
pencernaan.
c. Positive Functional Consequences (Wellness Outcomes)
Hal-hal yang memfasilitasi tingkat tertinggi fungsi dari lansia secara baik,
sedikit ketergantungan, dan kualitas hidup terbaik. Konsekuensi fungsional
positif bisa berasal dari tindakan tooatmis atau intervensi sengaja. Seringkali
lansia membawa dampak fungsional positif ketika mereka mengompensasi
perubahan-perubahan terkait usia dengan atau tanpa maksud sadar. Misalnya
seorang lansia mungkin meningkatkan jumlah cahaya untuk membaca atau
mulai menggunakan kacamata tanpa menyadari bahwa tindakan tersebut
mengompensasi perubahan-perubahan terkait umur. Misalnya seorang wanita
mungkin memandang ketidakmampuan post menopausal untuk menjadi hamil
sebagai efek positif penuaan. Akibatnya, hubungan seksual mungkin lebih
memuaskan pada masa lansia.

B. Fokus Pengkajian
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi
peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan
terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya
dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis
Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
e. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya
sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan
akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik
akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap
konsep diri yang maladaptif.
f. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutrisi klien apakah klien sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi (melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti
kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam) dan palpasi
(meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan
merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien
melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah
gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal).

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan
kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).

D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Manajemen Nyeri (1.08238)
cedera biologis Observasi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi nyeri non verbal
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan itensitas nyeri
- Monitor penggunaan analgesik
Terapeutik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
- Berikan tekhnik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri (terapi
usik,acupressure, terapi bermain,
hypnosis, TENS)
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan tekhnik non farmakologi untuk
meredakan nyeri
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2. Gangguan mobilitas fisik Dukungan Ambulasi (I.06171)
berhubungan dengan nyeri persendian Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Anjurkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan
3. Hipertemia berhubungan dengan Manajemen Hipertermia (I. 15506)
proses penyakit Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sedikan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linn setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati & Sudarji, S., 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut Usia.
Psibernetika Universitas Bunda Mulya, 6(1).
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika
Jayanti, Sedyowinarso & Madyaningrum, 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Depresi Lansia di Panti Werdha Wiloso Wredho Purworejo. Jurnal Ilmu Keperawatan,
3(2), pp. 133-138.
Kane, R. L., Ouslander, J. G. & Abrass, I. B., 1999. Essentials of Clinical Geriatrics. 4th ed.
New York: McGraw-Hill, Health Professions Division.
Klatz, R. & Goldman, R., 2007. The Official Anti Aging Revolution: Stop the Clock, Time is
on Your Side for a Younger, Stronger, Happier You. 4th ed. United States: Basic Health
Publications, Inc.
Kunaifi, A., 2009. Hubungan Tingkat Kepuasan Interaksi Sosial dengan Tingkat Depresi
Lansia di Panti Werdha Surabaya. Surabaya: Skripsi Universitas Airlangga.
Maryam, R. S., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Menteri Negara Sekretaris Negara RI, 1998. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Orimo, H. et al., 2006. Reviewing the Definition of Elderly. Geriatric Gerontol Int,
Volume 6, pp. 149-158.
Pangkahila, W., 2007. Anti-Aging Medicine: Memperlambat Penuaan Meningkatkan Hidup.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
PPNI, D. (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
PPNI, D. (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawatan. 1st edn. Jakarta.
PPNI, D. (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil.
Jakarta.
Septiningsih, D. S. & Na'imah, T., 2012. Kesepian pada Lanjut Usia: Studi tentang Bentuk,
Faktor Pencetus, dan Strategi Koping. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 11(2).
Sudoyo, Samudra A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5. Jakarta:
Interna Publishing.
Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Buku
Pintar.
Zahara, R. (2013). Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat
oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan Posisi Menggenggam Statis.
Volume 1 nomor 3.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/115/11 3. Diaks
es pada tanggal 27 April 2020.
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama wisma : Tanggal Pengkajian : 28 April 2020

1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn.T
Umur : 61 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Semarang
Tanggal datang : .......................................... Lama Tinggal di Panti ..............

2. DATA KELUARGA :
Nama : Ny.S
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Guru
Alamat : Semarang Telp : 0819xxxxxxxx
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Tn.T mengatakan sudah 3 hari kakinya sakit saat digunakan
untuk berjalan

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: Tn.T tidak


melakukan apapun terkait kondisinya

Obat-obatan: -

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES


MENUA) :
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
Ditemukan gangguan pada nafsu makan, pola tidur dan
KETERANGAN :
kemampuan ADL

2. Integumen Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah pada sistem integumen

3. Hematopoetic Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel limfe : √
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak diteukan masalah pada sistem hematopoetic

4. Kepala Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit kepala : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah pada kepala

5. Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan : √
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Ditemukan masalah pada mata yaitu perubahan penglihatan

6. Telinga Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan telinga : √
Dampak pada ADL : Saat berbicara dengan Tn.T terkadang ia meminta
untuk diulang karena tidak mendengar dengan jelas
KETERANGAN : Meskipun mengalami penurunan pendengaran,
namun Tn.T tidak menggunakan alat bantu dengar

7. Hidung sinus Ya Tidak


Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah pada hidung sinus

8. Mulut, tenggorokan Ya Tidak


Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : Tn.T menggosok giginya 2x sehari saat mandi
KETERANGAN : Tn.T kurang bisa merasakan rasa makanan (sering terasa
hambar), sehingga Tn.T hanya makan dengan porsi kecil (±5
sendok makan)

9 Leher Ya Tidak
. Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada leher

10. Pernafasan Ya Tidak


Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada sistem pernafasan

11. Kardiovaskuler Ya Tidak


Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal nocturnal : √
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada sistem kardiovaskuler
12. Gastrointestinal Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : 1x/hari
KETERANGAN : Tn.T mengalami penurunan nafsu makan karena sering merasa
makanannya hambar. Tn.T menyukai makanan jeroan.

13. Perkemihan Ya Tidak


Dysuria : √
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Frekuensi : 4-5x/hari
Pola BAK : Normal, warna kuning jernih
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah pada sistem perkemihan

14. Reproduksi (laki-laki) Ya Tidak


Lesi : √
Disharge : √
Testiculer pain : √
Testiculer massa : √
Perubahan gairah sex : √
Impotensi : √
Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Aktifitas seksual :
Pap smear :
Riwayat menstruasi : ................................................................................................
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi

15. Muskuloskeletal Ya Tidak


Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Tn.T masih aktif melakukan aktivitas
Dampak ADL : Tn.T berjalan secara perlahan-lahan
KETERANGAN : Tn.T mempunyai keluhan asam urat sejak ±6 bulan yang
lalu, namun Tn.T hanya pernah minum obat 1x saat pertama
kali mengetahui dirinya menderita asam urat. Setelah itu,
setiap asam uratnya kambuh Tn.T tidak pernah periksa ke
dokter/membeli obat. Tn.T tidak ingat nama obat yang
pernah dikonsumsi

16. Persyarafan Ya Tidak


Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada sistem persyarafan

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Mekanisme koping Tn.T adaptif
Persepsi tentang kematian:
Tn.T menganggap bahwa kematian adalah hal yang wajar terjadi pada semua orang, Tn.T
mempersiapkan diri dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dampak pada ADL : -
Spiritual
● Aktivitas ibadah :
Tn.T rajin sholat berjamaah di masjid meskipun nyeri di lutut kirirnya
● Hambatan : -
KETERANGAN :-

6. LINGKUNGAN :
● Kamar : Kamar Tn.T terlihat bersih dan rapi
● Kamar mandi : lantai tidak licin, penerangan cukup, tapi tidak ada pegangan di kamar
mandi
● Dalam rumah wisma : rumah terlihat bersih, rajin dibersihkan oleh istrinya,
penerangan cukup
● Luar rumah : kurang asri karena minim pepohonan di luar rumah

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat ini :
Sejak muda, Tn.T gemar mengkonsumsi makanan tinggi purin seperti jeroan dan kacang-
kacangan.
8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES
1. Kemampuan ADL : mampu menjalankan ADL dengan bantuan minimal
2. Aspek Kognitif : tidak terjadi gangguan pada aspek kognitif
3. Tes Keseimbangan : 15 detik (resiko tinggi jatuh)
4. GDS : 3 (tidak diindikasikan depresi)
5. Status Nutrisi : 10 (resiko mengalami malnutrisi)
6. Fungsi social lansia : 8 (fungsi baik)
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik :

No Jenis pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan Hasil


Diagnostik
1. Kemampuan ADL 28 April 2020 18 (ketergantungan ringan)
2. MMSE 28 April 2020 27 (tidak ada gangguan kognitif)
3. Tes keseimbangan 28 April 2020 15 detik (resiko tinggi jatuh)
(Time Up Go Test)
4. GDS 28 April 2020 3 (tidak ada indikasi depresi)
5. Status nutrisi 28 April 2020 10 (resiko mengalami malnutrisi)
6. Fungsi sosial lansia 28 April 2020 8 (fungsi baik)
7 Kuesioner kualitas 28 April 2020 14 (kualitas tidur klien buruk)
tidur
Lampiran

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No. Item yang dinilai Skor Skor
Klien
1. Makan 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong lauk, mengoles 2
mentega dll
2 =  Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain 1
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain 1
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0  =  Tergantung orang lain 2
1  =  Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
2  =  Mandiri
5. Buang air kecil 0  =  Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
1  =  Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
2  =  Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air besar 0  =  Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
1  =  Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 1
2  =  Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0  =  Tergantung bantuan orang lain
1  =  Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
2
beberapa hal sendiri
2  =  Mandiri
8. Transfer 0  =  Tidak mampu
1  =   Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2  =   Bantuan kecil (1 orang) 3
3  =   Mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0  =   Immobile (tidak mampu)
permukaan datar) 1  =   Menggunakan kursi roda
2  =   Berjalan dengan bantuan satu orang 3
3  =   Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun tangga 0  =   Tidak mampu
1  =   Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2  =   Mandiri
Interpretasi: 18 (ketergantungan ringan)

1. Skor 20 : Mandiri
2. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
3. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
4. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
5. Skor 0-4 : Ketergantungan Total
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)

Nama : Tn.T
Tgl/Jam: 28 April 2020 jam 09.30

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :

Tahun : ..........................................
Hari :...............................................
Musim : ..........................................
Bulan : ...........................................
Tanggal :........................................
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?

Negara: …………..........……..….…
Panti : ……………………….…..…..
Propinsi: …………………................
Wisma : …………………………......
Kabupaten/kota : ……………….….
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas

4 Perhatian dan 5 4 Meminta klien berhitung mulai dari 100


kalkulasi kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
ATAU
Ejalah kata "DUNIA" secara mundur. Skor 1
poin per huruf dalam urutan yang benar

Variasi Jawaban Klien:


AINUD = 5; AIND = 4; AND = 3; AN = 2;
UINDA=1
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 7 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
1)...................................
2)...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi”
Klien menjawab :
........................................................
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah.
4) Ambil kertas ditangan anda
5) Lipat dua
6) Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila


aktifitas sesuai perintah nilai satu poin)
7). Meminta klien untuk membaca kalimat
yang bertuliskan: “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 27 Tidak ada gangguan kognitif

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : 27 (tidak ada gangguan kognitif)
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 28 April 2020 jam 09.30 14
2 28 April 2020 jam 09.45 16
3 28 April 2020 jam 10.00 15
Rata-rata Waktu TUG 15
Interpretasi hasil Resiko tinggi jatuh
Hasil pengamatan Tanpa alat bantu, lurus, perlahan-
lahan

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≤13,5 detik Tidak ada resiko jatuh
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 3
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Kesimpulan: 3 (tidak diindikasikan depresi)
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
Skrining Skor
Mengalami penurunan asupan makanan lebih dari tiga bulan selama adanya
penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, menelan dan kesulitan menelan
makanan
A 0 = Adanya penurunan asupan makanan yang besar
1 = Adanya penurunan asupan makanan yang sedang 1
2 = Tidak ada penurunan asupan makanan
Mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir
0 = Penurunan BB >3 kg
B 1 = Tidak diketahui 1
2 = Penurunan BB 1-3 kg
3 = Tidak mengalami penurunan BB
Mobilitas
0 = Tidak dapat turun dari tempat tidur / kursi roda
C
1 = Dapat turun dari tempat tidur / kursi roda namun tidak dapat berjalan jauh 1
2 = Dapat berjalan jauh
Mengalami stres psikologis atau memiliki penyakit akut tiga bulan terakhir
D 0 =Ya 2
2 = Tidak
Mengalami gangguan neuropsikologis
0 = Mengalami demensia atau depresi berat 2
E
1 = Mengalami demensia ringan
2 = Tidak mengalami gangguan neuropsikologis
Indeks massa tubuh (IMT)
0 = IMT < 19
F1 1 = IMT 19-21
2 = IMT 21-23
3 = >23
Jika IMT tidak dapat diukur ganti pertanyaan F1 dengan F2
Jangan menjawab pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terpenuhi
Lingkar betis (cm)
F2 0 = jika < 31 3
3 = jika > 31
Skor 10

Interpretasi: 10 (resiko menngalami malnutrisi)


12-14 : Status gizi normal
8-11 : Resiko mengalami malnutrisi
0-7 : Mengalami malnutrisi
6. Fungsi sosial lansia
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATION 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya PARTNERSHIP 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 2
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 8
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

Kesimpulan: 8 (fungsi baik)


7. Pengkajian kualitas tidur (PSQI)
KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)
1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam? 23.00
2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? 30-60 menit
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi? 03.00
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari? ±3-3,5 jam
5 Seberapa sering masalah-masalah dibawah Tidak 1x 2x ≥3x
ini mengganggu tidur anda? pernah seminggu seminggu seminggu

a. Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak √


berbaring
b. Terbangun ditengah malam atau terlalu dini √
c. Terbangun untuk ke kamar mandi √
d. Tidak mampu bernafas dengan leluasa √
e. Batuk atau mengorok √
f. Kedinginan dimalam hari √
g. Kepanasan dimalam hari √
h. Mimpi buruk √
i. Terasa nyeri √
j. Alasan lain ……… √
6 Seberapa sering anda menggunakan obat √
tidur
7 Seberapa sering anda mengantuk ketika √
melakukan aktifitas disiang hari
Tidak Kecil Sedang Besar
antusias

8 Seberapa besar antusias anda ingin √


menyelesaikan masalah yang anda hadapi
Sangat Baik Kurang Sangat kurang
baik
9 Pertanyaan pre-intervensi : Bagaimana √
kualitas tidur anda selama sebulan yang lalu
Pertanyaan post-intervensi : Bagaimana
kualitas tidur anda selama seminggu yang
lalu

Cara perhitungan Skor PSQI dan Interpretasi Skor


KOMPONEN KETERANGAN SKOR

Komponen 1 Skor pertanyaan #9 2


Komponen 2 Skor pertanyaan #2 + #5a 3
Skor pertanyaan #2 ( <15 menit=0), (16-30 menit=1), (31-60
menit=2), ( >60 menit=3) + skor pertanyaan #5a, jika jumlah
skor dari kedua pertanyaan tersebut jumlahnya 0 maka
skornya = 0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3
Komponen 3 Skor pertanyaan #4 ( >7=0 ; 6-7=1 ; 5-6=2 ; <5=3 ) 3
Komponen 4 Jumlah jam tidur pulas ( #4 ) / Jumlah jam ditempat tidur 1
( kalkulasi #1 & #3 ) x 100%, ( >85%=0 ; 75-84%=1 ; 65-
74%=2 ; <65%=3 )
Komponen 5 Jumlah skor 5b hingga 5j ( bila jumlahnya 0 maka skornya =0, 1
jika jumlahnya 1-9=1 ; 10-18=2 ; 18-27=3
Komponen 6 Skor pertanyaan #6 0
Komponen 7 Skor pertanyaan #7 + #8, jika jumlahnya 0 maka skornya =0, 4
jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3
TOTAL SKOR Jumlah skor komponen 1-7 14
INTERPRETASI:
JIKA TOTAL SKOR = ≤5 menunjukkan kualitas tidur klien
yang BAIK,
JIKA TOTAL SKOR = >5-21 menunjukkan kualitas tidur
klien yang BURUK

Interpretasi : 14 (kualitas tidur klien buruk)


ANALISA DATA
Tanggal Data Diagnosa
28 April DS: Nyeri kronis berhubungan
2020 Klien mengatakan lutut kirinya nyeri dengan agen cedera biologis
karena asam urat semenjak ±6 bulan yang
lalu
P = nyeri karena asam urat dan banyak
berjalan
Q = Ditusuk – tusuk
R = lutut kiri
S=4
T = Hilang timbul
DO:
- Klien tampak meringis jika lutut
kirinya ditekuk
- Kadar asam urat 8 mg/dl
- Terlihat adanya kemerahan dan
bengkak di sekitar lutut kiri
28 April DS: Gangguan pola tidur
2020 - Klien mengatakan tidak bisa tidur berhubungan dengan nyeri pada
karena nyeri pada lutut kirinya persendian
- Klien mengatakan ia hanya tidur
sekitar 3-3,5 jam perhari
DO:
- Klien memiliki lingkaran hitam di
sekitar mata
- Klien tampak mengantuk
28 April DS: Kesiapan peningkatan
2020 - Klien mengatakan tidak tahu apa itu pengetahuan
asam urat (penyebab, tanda gejala,
dan pengobatan)
- Klien bertanya tentang cara
meredakan nyeri di lutut kirinya
DO:
- Klien terlihat bingung saat ditanya
tentang asam urat
- Klien memakan apa saja yang
dimasak oleh istrinya (termasuk
makanan yang tidak dianjurkan)

Prioritas Diagnosis Keperawatan :


1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskoskleletal kronis (D.0078).
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).
3. Kesiapan peningkatan pengetahuan (D.0113)
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.T


Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi (SIKI)
Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI)
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan dengan keperawatan selama 6x30 - Identifikasi skala nyeri
kondisi menit, maka diharapkan - Identifikasi nyeri non
muskoskleletal tingkat nyeri menurun dengan verbal
kronis (D.0078) kriteria hasil:
- Identifikasi lokasi,
- Keluhan nyeri cukup
karakteristik, durasi,
menurun (4). Skala nyeri
frekuensi, kualitas dan
1
itensitas nyeri
- Meringis cukup menurun
- Berikan tekhnik non
(4)
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
(kompres hangat)

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur (I.05174)


berhubungan dengan keperawatan selama 6x30 - Identifikasi pola aktivitas
nyeri pada menit, maka diharapkan pola dan tidur
persendian (D.0055) tidur membaik dengan kriteria - Identifikasi faktor
hasil:
pengganggu
- Keluhan sulit tidur cukup
- Jelaskan pentingnya tidur
menurun (2). Klien
yang cukup
mampu tidur dalam 10-15
- Ajarkan relaksasi otot
menit
autogenik atau cara non
- Keluhan tidak puas tidur
farmakologi lainnya
cukup menurun (2). Klien
(relaksasi nafas dalam)
tidur 5-6 jam/hari
3. Kesiapan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Proses Penyakit
peningkatan keperawatan selama 3x30 (I.12444)
pengetahuan menit, maka diharapkan - Identifikasi kesiapan dan
(D.0113) tingkat pengetahuan kemampuan menerima
meningkat dengan kriteria informasi
hasil:
- Jelaskan tanda dan gejala
- Verbalisasi kemampuan
yang ditimbulkan asam
mempelajari tentang asam
urat
urat cukup meningkat (4).
- Jelaskan pada klien
Mampu menjelaskan
makanan yang harus
kembali minimal tentang
dihindari dan jenis
5 tanda dan gejala, serta 8
makanan yang dibutuhkan
makanan yang harus
klien
dihindari
- Jelaskan cara meredakan
atau mengatasi gejala
yang dirasakan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Stimulasi Kognitif (I. 06208)
- Libatkan dalam program
multistimulasi untuk
meningkatkan
kemampuan kognitif
(terapi melukis)
FORMAT IMPLEMENTASI & EVALUASI

Nama Klien : Tn.T


E Tgl/ DX Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
Selasa, Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi S = Klien menyatakan
28 April skala nyeri masih nyeri lutut kiri
berhubungan
- Skala nyeri 4 karena asam urat,
2020 dengan kondisi seperti ditusuk-tusuk,
2. Mengidentifikasi
skala nyeri 4, hilang
muskoskleletal nyeri non verbal timbul
kronis (D.0078) - Klien tampak O = Klien tampak
meringis dan meringis menahan
memegangi lutut nyeri, klien tampak
kirinya memegangi lutut
3. Mengidentifikasi kirinya yang nyeri,
kadar asam urat 8
lokasi, karakteristik,
mg/dl
durasi, frekuensi, A = Masalah nyeri kronis
kualitas dan itensitas belum teratasi
nyeri P = Lanjutkan intervensi
- Lokasi: lutut kiri (no.1-5)
- Karakteristik:
seperti ditusuk-
tusuk
- Durasi: +15 menit
- Frekuensi: setiap
digerakkan dan
saat tidur di
malam hari
- Intensitas: hilang
timbul
4. Memberikan tekhnik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri (kompres
hangat)
- Klien tampak
menikmati
kompres hangat di
lutut kirinya
Selasa, Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola S = Klien mengatakan
28 April aktivitas dan tidur masih sulit tidur
tidur
- Klien hanya ±3- (tertidur setelah ±30-
2020 berhubungan 60 menit), klien
3,5 jam
mengatakan tidur
dengan nyeri 2. Mengidentifikasi selama ±3-3,5 jam
pada persendian faktor pengganggu (00.00-03.15)
- Nyeri lutut kiri O = Klien tampak
(D.0055)
karena asam urat mengantuk, tidak
bersemangat, terdapat
3. Menjelaskan
lingkaran hitam di
pentingnya tidur daerah mata
cukup A = Masalah gangguan
- Klien memahami pola tidur belum
pentingnya tidur teratasi
cukup, namun ia P = Lanjutkan intervensi
tidak nyaman (1,2, 4)
dengan nyeri yang
dirasakan
4. Mengajarkan relaksasi
otot autogenik atau
cara non farmakologi
lainnya (relaksasi
nafas dalam)
- Klien
mendengarkan
dan mampu
mempraktekkan
kembali
Selasa, Kesiapan 1. Mengidentifikasi S = Klien mengatakan
28 April kesiapan dan sudah paham tentang
peningkatan
kemampuan asam urat
2020 pengetahuan O = Klien hanya mampu
menerima informasi
menyebutkan 3 tanda
(D.0113) - Klien mengatakan dan gejala asam urat
mau A = Kesiapan
mendengarkan peningkatan
penjelasan tentang pengetahuan belum
asam urat teratasi
2. Menjelaskan tanda P = Lanjutkan intervensi
dan gejala yang (no.1-5)
ditimbulkan asam urat
- Klien mengatakan
ia mengalami
beberapa tanda
dan gejala asam
urat tersebut
3. Menjelaskan pada
klien makanan yang
harus dihindari dan
jenis makanan yang
dibutuhkan klien
- Klien mengatakan
ia memang suka
makan jeroan, dan
tidak tahu bahwa
jeroan dilarang
4. Menjelaskan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
- Klien
mendengarkan
dan
mempraktekkan
kompres hangat
5. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
- Klien tidak
bertanya
Rabu, Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi S = Klien menyatakan
29 April skala nyeri nyeri lutut kiri masih
berhubungan
- Skala nyeri 4 sama, seperti ditusuk-
2020 dengan kondisi tusuk, skala nyeri 4,
2. Mengidentifikasi
hilang timbul
muskoskleletal nyeri non verbal O = Klien tampak lebih
kronis (D.0078) - Klien memegangi tampak nyaman dan
lutut kirinya, rileks saat diberikan
tampak meringis kompres hangat
3. Mengidentifikasi A = Masalah nyeri kronis
lokasi, karakteristik, belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
durasi, frekuensi,
kualitas dan itensitas (no.1-5)
nyeri
- Lokasi: lutut kiri
- Karakteristik:
seperti ditusuk-
tusuk
- Durasi: +15 menit
- Frekuensi: setiap
digerakkan dan
saat tidur di
malam hari
- Intensitas: hilang
timbul
4. Memberikan tekhnik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri (kompres
hangat)
- Klien tampak
lebih nyaman dan
rileks
Rabu, Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola S = Klien mengatakan
29 April aktivitas dan tidur masih sulit tidur
tidur
- Klien tidur 3 jam (tertidur setelah ±30-
2020 berhubungan 60 menit), klien
2. Mengidentifikasi
mengatakan tidur
dengan nyeri faktor pengganggu selama ±3 jam (23.30
pada persendian - Nyeri lutut kiri – 02.30 WIB)
karena asam urat O = Klien tampak lesu
(D.0055)
3. Mengajarkan relaksasi dan mengantuk,
otot autogenik atau terdapat lingkaran
cara non farmakologi hitam di daerah mata
A = Masalah gangguan
lainnya (relaksasi
pola tidur belum
nafas dalam) teratasi
- Klien sedikit lupa P = Lanjutkan intervensi
tentang relaksasi
(1,2, 3)
nafas dalam
Rabu, Kesiapan 1. Mengidentifikasi S = Klien mengatakan
29 April kesiapan dan sudah paham tentang
peningkatan
kemampuan asam urat dan cara
2020 pengetahuan mengurangi nyeri
menerima informasi
O = Klien mampu
(D.0113) - Klien mengatakan menyebutkan 5 tanda
sedikit lupa dan gejala asam urat
tentang asam urat serta 3 makanan yang
dan cara harus dihindari
mengurangi nyeri A = Kesiapan
2. Menjelaskan tanda peningkatan
pengetahuan belum
dan gejala yang
teratasi
ditimbulkan asam urat P = Lanjutkan intervensi
- Klien
(no.1-5)
memperhatikan
dan mampu
menyebutkan 5
tanda dan gejala
asam urat
3. Menjelaskan pada
klien makanan yang
harus dihindari dan
jenis makanan yang
dibutuhkan klien
- Klien
memperhatikan
dan mampu
menyebutkan 3
makanan yang
harus dihindari
4. Menjelaskan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
- Klien mampu
mempraktikkan
secara mandiri
5. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
- Klien tidak
bertanya
Kamis, Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi S = Klien menyatakan
30 April skala nyeri nyeri berkurang,
berhubungan
- Skala nyeri 3 seperti ditusuk-
2020 dengan kondisi tusuk, skala nyeri 3,
2. Mengidentifikasi
hilang timbul
muskoskleletal nyeri non verbal O = Klien tampak lebih
kronis (D.0078) - Klien tampak rileks, meringis
lebih rileks, menurun
meringis menurun A = Masalah nyeri kronis
3. Mengidentifikasi belum teratasi
lokasi, karakteristik, P = Lanjutkan intervensi
durasi, frekuensi,
(no.1-5)
kualitas dan itensitas
nyeri
- Lokasi: lutut kiri
- Karakteristik:
seperti ditusuk-
tusuk
- Durasi: ±10 menit
- Frekuensi: setiap
digerakkan dan
saat tidur di
malam hari
- Intensitas: hilang
timbul
4. Memberikan tekhnik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri (kompres
hangat)
- Klien tampak
lebih nyaman dan
rileks
Kamis, Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola S = Klien mengatakan
30 April aktivitas dan tidur masih sulit tidur
tidur
- Klien tidur 4 jam (tertidur setelah ±30
2020 berhubungan menit), klien
2. Mengidentifikasi
mengatakan tidur
dengan nyeri faktor pengganggu selama ±4 jam (23.30
pada persendian - Nyeri lutut kiri – 03.30 WIB)
karena asam urat O = Klien tampak lebih
(D.0055)
3. Mengajarkan relaksasi bugar
otot autogenik atau A = Masalah gangguan
cara non farmakologis pola tidur belum
teratasi
lainnnya
P = Lanjutkan intervensi
- Klien mampu
mempraktekkan (1,2, 3)
kembali secara
mandiri
Kamis, Kesiapan 1. Mengidentifikasi S = Klien mengatakan
30 April kesiapan dan sudah paham tentang
peningkatan
kemampuan asam urat dan cara
2020 pengetahuan mengurangi nyeri
menerima informasi
O = Klien mampu
(D.0113) - Klien mengatakan menyebutkan 5 tanda
sudah paham dan gejala asam urat
tentang asam urat serta 8 makanan yang
dan cara harus dihindari
mengurangi nyeri A = Kesiapan
2. Menjelaskan tanda peningkatan
pengetahuan teratasi
dan gejala yang
P = Lanjutkan intervensi
ditimbulkan asam urat stimulasi kognitif
- Klien mampu - Libatkan dalam
menyebutkan 5 program
tanda dan gejala multistimulasi
asam urat untuk
3. Menjelaskan pada meningkatkan
klien makanan yang kemampuan
harus dihindari dan kognitif (melukis)
jenis makanan yang
dibutuhkan klien
- Klien mampu
menyebutkan 8
makanan yang
harus dihindari
4. Menjelaskan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
- Klien mampu
mempraktikkan
secara mandiri
5. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
- Klien tidak
bertanya
Jumat, 1 Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi S = Klien menyatakan
Mei skala nyeri rasa nyeri di lututnya
berhubungan
- Skala nyeri 3 masih sama dengan
2020 dengan kondisi kemarin (skala 3)
2. Mengidentifikasi
O = Meringis menurun,
muskoskleletal nyeri non verbal tampak lebih rileks
kronis (D.0078) - Klien tampak A = Masalah nyeri kronis
lebih rileks, belum teratasi
meringis menurun P = Lanjutkan intervensi
3. Mengidentifikasi (no.1-4)
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan itensitas
nyeri
- Lokasi: lutut kiri
- Karakteristik:
seperti ditusuk-
tusuk
- Durasi: <10 menit
- Frekuensi: setiap
digerakkan dan
saat tidur di
malam hari
- Intensitas: hilang
timbul
4. Memberikan tekhnik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri (kompres
hangat)
- Klien tampak
lebih nyaman dan
rileks
Jumat, 1 Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola S = Klien mengatakan
Mei aktivitas dan tidur masih sulit tidur
tidur
- Klien tidur 4 jam (tertidur setelah ±15
2020 berhubungan menit), klien
2. Mengidentifikasi
mengatakan tidur
dengan nyeri faktor pengganggu selama ±4 jam (00.00
pada persendian - Nyeri lutut kiri – 04.00 WIB)
karena asam urat O = Klien tampak lebih
(D.0055)
3. Mengajarkan relaksasi bugar, tidak lesu
otot autogenik atau A = Masalah gangguan
cara non farmakologis pola tidur belum
teratasi
lainnnya
P = Lanjutkan intervensi
- Klien mampu (1,2, 3)
mempraktekkan
kembali secara
mandiri
Sabtu, 2 Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi S = Klien menyatakan
Mei skala nyeri nyeri berkurang,
berhubungan
- Skala nyeri 2 seperti ditusuk-
2020 dengan kondisi tusuk, skala nyeri 2,
2. Mengidentifikasi
hilang timbul
muskoskleletal nyeri non verbal O = Klien tampak lebih
kronis (D.0078) - Klien tampak rileks, meringis
lebih rileks, menurun
meringis menurun A = Masalah nyeri kronis
3. Mengidentifikasi belum teratasi
lokasi, karakteristik, P = Lanjutkan intervensi
durasi, frekuensi, (no.1-5)
kualitas dan itensitas
nyeri
- Lokasi: lutut kiri
- Karakteristik:
seperti ditusuk-
tusuk
- Durasi: ±5 menit
- Frekuensi: setiap
digerakkan dan
saat tidur di
malam hari
- Intensitas: hilang
timbul
4. Memberikan tekhnik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri (kompres
hangat)
- Klien tampak
lebih nyaman dan
rileks
Sabtu, 2 Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola S = Klien mengatakan
Mei aktivitas dan tidur keluhan sulit tidur
tidur
- Klien tidur 4,5 berkurang (tertidur
2020 berhubungan setelah ±10-15
jam
menit), klien
dengan nyeri 2. Mengidentifikasi mengatakan tidur
pada persendian faktor pengganggu selama ±4,5 jam
- Nyeri lutut kiri (23.00 – 03.30 WIB),
(D.0055)
karena asam urat klien mengatakan
3. Mengajarkan relaksasi puas dengan tidurnya
otot autogenik atau O = Klien tampak lebih
bugar, tidak lesu,
cara non farmakologis
lingkaran hitam di
lainnnya sekitar mata
- Klien mampu berkurang
mempraktekkan A = Masalah gangguan
kembali secara pola tidur belum
mandiri teratasi
P = Lanjutkan intervensi
(1,2, 3)
Minggu Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi S = Klien menyatakan
, 3 Mei skala nyeri nyeri berkurang,
berhubungan
- Skala nyeri 1 skala nyeri 1
2020 dengan kondisi O = Klien tampak rileks,
2. Mengidentifikasi
muskoskleletal tidak meringis
nyeri non verbal
A = Masalah nyeri kronis
kronis (D.0078) - Klien tampak
teratasi
rileks, tidak P = Hentikan intervensi
meringis
3. Mengidentifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan itensitas
nyeri
- Lokasi: lutut kiri
- Karakteristik:
seperti ditusuk-
tusuk
- Durasi: <5 menit
- Frekuensi: setiap
digerakkan dan
saat tidur di
malam hari
- Intensitas: hilang
timbul
4. Memberikan tekhnik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri (kompres
hangat)
- Klien tampak
lebih nyaman dan
rileks
Minggu Gangguan pola 1. Mengidentifikasi pola S = Klien mengatakan
, 3 Mei aktivitas dan tidur keluhan sulit tidur
tidur
- Klien tidur 5 jam berkurang (tertidur
2020 berhubungan setelah ±5 menit),
2. Mengidentifikasi
klien mengatakan
dengan nyeri faktor pengganggu tidur selama ±5 jam
pada persendian - Nyeri lutut kiri (23.00 – 04.00 WIB),
karena asam urat klien mengatakan
(D.0055)
3. Mengajarkan relaksasi puas dengan tidurnya
otot autogenik atau O = Klien tampak lebih
cara non farmakologis bugar, tidak lesu,
lingkaran hitam di
lainnnya
sekitar mata
- Klien mampu berkurang
mempraktekkan A = Masalah gangguan
kembali secara pola belum teratasi
mandiri P = Hentikan intervensi
FORMAT AGENDA PENDAMPINGAN LANSIA

Hari/
N Dx
Tgl/ Klien Kegiatan Rasional Tindakan
o Keperawatan
Jam
1 Jumat, 1 Tn.T Kesiapan Nama Kegiatan: Art Fungsi
Mei peningkatan Therapy neurokognitif
2020 pengetahuan merupakan suatu
(D.0113) Kegiatan: Melukis proses terkait fungsi
berpikir sehingga
Proses pelaksanaan: waspada akan objek
1. Beri salam dan pikiran atau
panggil klien persepsi, mencakup
dengan namanya. aspek pengamatan,
Bina hubungan pemikiran, dan
saling percaya ingatan
2. Jelaskan tujuan, (Laksmidewi,
prosedur, dan 2016). Penurunan
lamanya tindakan fungsi neurokognitif
pada klien/keluarga dapat terjadi karena
3. Atur posisi klien adanya perubahan
sebelum dilakukan biologis dan
terapi melukis. dihubungkan
Bantu klien untuk dengan proses
memilih posisi penuaan (Ong et al.
yang nyaman 2009).
4. Bagikan alat lukis Penelitian
yang diperlukan yang dilakukan
dan damping klien Mariam (2013)
saat melukis menunjukkan bahwa
apabila klien warna dapat
bersedia di menghasilkan
damping tingkat perhatian
5. Identifikasi yang lebih tinggi
pilihan/jenis dan efektif untuk
lukisan. kinerja memori.
6. Anjurkan klien Begitu juga pada
untuk melukis penelitian Putri et
sesuai dengan al. (2018) bahwa
keinginan klien. ada korelasi kuat
7. Apabila sudah antara aktivitas
selesai berikan melukis dan fungsi
kesempatan klien kognitif.
untuk menjelaskan
lukisannya
Dokumentasi:

Referensi:
Laksidewi, AAAP. 2016. Cognitive Changes Associated with Normal Aging. Bali Neurology
Update, hal 6-23
Mariam AD, Muhammad FM. 2013. The Influence of Colour on Memory Performence: A
Review. Malays J Med Sci, 20(2): 3-9
Ong, FS dkk. 2009. The Correlates of Cognitive Aging and Adoption of Defensive Ageing
Strategies among Older Adults. Asia Pasific Journal of Marketing and Logistics,
21(2):294-305
Putri, Ni Luh Putu Dirasandhi Semedi Putri dkk. 2018. Korelasi Antara Aktivitas Seni Lukis
dengan Fungsi Neurokognitif Pada Lansia Pelukis Wayang Kamasan di Desa Kamasan
Klungkung. Medicina, 50(1):46-51
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Gerontik


Topik : Asam Urat
Sasaran : Lansia dan Keluarga
Tempat : Rumah Tn.T
Hari/tanggal : Selasa, 28 April 2020
Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang
Asam urat merupakan salah satu masalah kesehatan yang berhubungan dengan
persendian dan pergerakan. Oleh karenanya apabila persendian terkena asam urat maka
pergerakan menjadi terbatas,dan lama-kelamaan bila dibiarkan akan menjadi tofi dimana
terjadi penumpukan kristal-kristal disekitar jaringan sehingga kalau dilihat dari luar
seperti ada daging yang menonjol terutama pada daerah persendian. hal ini biasanya
terjadi pada orang dewasa.
Kelebihan asam urat bisa disebabkan karena proses pemasukan makanan yang
banyak mengandung purin atau karena proses pengeluaran purin lewat urin yang kurang.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.T didapatkan keterangan bahwa Tn.T menderita
asam urat dan mengeluh sakit pada lutut kiri bila digerakkan dan saat beranjak tidur atau
istirahat pada malam hari.

B. Tujuan Instruksional Umum :


Setelah diberikan penyuluhan klien dapat memahami mengenai Asam Urat.

C. Tujan Instruksional Khusus :


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Menyebutkan pengertian Asam Urat
2. Menyebutkan penyebab Asam Urat
3. Menyebutkan tanda dan gejala Asam Urat
4. Menyebutkan komplikasi- komplikasi Asam Urat
5. Menyebutkan makanan yang dianjurkan untuk penderita Asam Urat
6. Menyebutkan makanan yang harus dihindari untuk penderita Asam Urat
7. Mempraktekkan kompres hangat untuk mengurangi nyeri
D. Sasaran : Tn.T

E. Materi :
1. Pengertian Asam Urat
2. Penyebab Asam Urat
3. Tanda dan gejala Asam Urat
4. Komplikasi- komplikasi Asam Urat
5. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Asam Urat
6. Makanan yang harus dihindari untuk penderita Asam Urat
7. Kompres hangat untuk mengurangi nyeri

F. Metode :
1. Diskusi
2. Tanya jawab

G. Media : Leaflet

H. Evaluasi Pembelajaran :
1. Prosedur : Post Test
2. Jenis Tes : Lisan
3. Butir Soal :
a. Sebutkan pengertian Asam Urat ?
b. Sebutkan penyebab Asam Urat ?
c. Sebutkan tanda dan gejala Asam Urat
d. Sebutkan komplikasi- komplikasi Asam Urat
e. Sebutkan makanan yang dianjurkan untuk penderita Asam Urat.
f. Sebutkan makanan yang harus dihindari untuk penderita Asam Urat.

I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
.
1. 5 menit Pembukaan :
● Mengucapkan salam. ● Menjawab salam.
● Memperkenalkan diri. ● Mendengarkan.
● Menjelaskan tujuan dari kegiatan ● Memperhatikan.
penyuluhan.
● Menyebutkan materi yang akan ● Memperhatikan.
disampaikan.
2. 15 menit Pelaksanaan :
● Menjelaskan pengertian Asam Urat ● Memperhatikan
● Menjelaskan penyebab Asam Urat ● Memperhatikan.
● Menjelaskan tanda dan gejala Asam Urat ● Memperhatikan.
● Menjelaskan komplikasi- komplikasi ● Bertanya dan
Asam Urat menjawab
● Menjelaskan makanan yang dianjurkan pertanyaan yang
untuk penderita Asam Urat. diberikan oleh
● Menjelaskan makanan yang harus pembicara.
dihindari untuk penderita Asam Urat.
● Menjelaskan tentang kompres hangat
untuk mengurangi nyeri asam urat
3. 5 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada klien tentang materi yang Menjawab pertanyaan.
telah disampaikan.
4. 5 menit Terminasi :
● Mengucapkan terimakasih atas waktu yang ● Mendengarkan dan
diluangkan, perhatian serta peran aktif membalas ucapan
klien selama mengikuti kegiatan terimakasih.
penyuluhan. ● Menjawab salam.
● Salam penutup.

J. Pengorganisasian
Pembicara/Fasilitator : Aulia Alfafa Rizqa

K. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur:
- Klien ikut dalam kegiatan penyuluhan.
- Penyuluhan dilakukan di rumah Tn.T
2. Evaluasi proses :
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan.
- Klien terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan (diskusi).
3. Evaluasi hasil :
Klien mengerti tentang asam urat dan mampu menjelaskan ulang tentang :
a. Pengertian Asam Urat
b. Penyebab Asam Urat
c. Tanda dan gejala Asam Urat
d. Komplikasi- komplikasi Asam Urat
e. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Asam Urat.
f. Makanan yang harus dihindari untuk penderita Asam Urat.
MATERI
ASAM URAT

A. Pengertian
Menurut Mutia Sari (2010) asam urat adalah akibat tingginya kadar asam urat di
tubuh. Silvia (2009) berpendapat bahwa asam urat adalah asam yang berbentuk kristal
yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukeloprotein) yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Khomsan
(2008)  mengatakan asam urat ialah terjadinya penumpukan kristal asam urat pada daerah
persendian.

B. Penyebab
Kelainan metabolisme dalam tubuh yaitu reaksi peradangan jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat yang berhubungan dengan
hiperurisemia (pengeluaran asam urat melalui urin yang berlebihan). Menurut Fitriana
(2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis adalah :
a. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout
Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat
Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat
membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga Asam Urat didalam
darah dapat terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
wanita memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalam
darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
d. Konsumsi alkohol
e. Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang dari 2-
3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi
C. Tanda Dan Gejala
Menurut Mutia Sari (2010) biasanya asam urat  mengenai sendi ibu jari, tetapi
bisa juga pada tumit, pergelangan kaki dan tangan atau sikut. Kebanyakan asam urat
muncul sebagai serangan kambuhan. Penyakit ini timbul dari kondisi hiperurikemi, yaitu
keadaan di mana kadar asam urat dalam darah di atas normal.
Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,4 - 7 mg/dL, sedangkan pada wanita
2,6 - 6 mg/dL. Serangan  asam urat biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan
menyerang pada malam hari. Jika asam urat menyerang, sendi-sendi yang terserang
tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang
sangat hebat, dan persendian sulit digerakan. Serangan pertama asam urat pada umumnya
berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan seringkali hanya satu
sendi yang diserang. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain
seperti pada tumit, lutut, siku dan lain-lain.
Asam urat yang berlebih kemudian akan terkumpul pada persendian sehingga
menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Kadang-kadang, kita pun sering merasa nyeri atau
pegal-pegal dan sejenisnya. Anda bisa memastikan apakah Anda terkena asam urat atau
tidak dengan cara mengetahui gejala-gejala asam urat. Adapun gejala-gejalanya, yaitu:
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
3. Sendi yang terkena asam urat akan terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi.
4. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang kali.
5. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit, pergelangan
tangan serta siku.
6. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat akan bergerak.
7. Selain nyeri sendi, asam urat yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal serta dalam
jangka waktu lama, akan merusak ginjal secara permanen hingga diperlukan cuci
darah seumur hidup. Kadar asam urat yang tinggi ternyata juga berhubungan dengan
kejadian diabetes mellitus (kencing manis) dan hipertensi.
8. Selain itu, gejala asam urat juga bisa terlihat dari keadaan tubuh tidak sehat seperti
demam, menggigil, dan rasa tidak enak badan. Gejala asam urat lain seperti denyut
jantung yang sangat cepat bisa juga terjadi. Gejala asam urat umumnya akan muncul
pada usia pertengahan untuk pria, sedangkan pada wanita gejala asam urat akan
mulai muncul setelah menopause. Serangan asam urat berupa gejala awal yang terasa
pada persendian biasanya akan berlangsung selama beberapa hari dan kemudian
menghilang sampai dengan serangan berikutnya. Gejala asam urat harus benar-benar
diwaspadai untuk menghindari serangan asam urat yang lebih parah.
Menurut Khomsam (2008) gejala serangan asam urat ditandai dengan nyeri dan
pembengkakan pada ibu jari sampai ke jari-jari lainnya. Biasanya, rasa nyeri yang hebat
tersebut berlangsung selama 24 jam. Selanjutnya, berangsur berkurang sampai
menghilang dalam waktu 3-7 hari. Jika kadar asam urat serangan pertama tidak
diturunkan menjadi normal, akan terjadi serangan selanjutnya dan bersifat menahun.
Nyeri yang disebabkan asam urat mengakibatkan kesulitan gerak sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Tirnbulnya serangan kedua dan selanjutnya sulit
diprediksi. Namun, dari berbagai penelitian dikemukakan bahwa semakin tinggi kadar
asam urat, semakin sering juga terjadi serangan nyeri dengan berbagai komplikasi.
Serangan pun tidak hanya di ibu jari tangan, tetapi menyebar ke pergelangan kaki, lutut,
siku, telinga, sendi kecil lain pada tangan, dan otot. Nyeri akan semakin bertambah saat
tengah malam. Sendi yang terserang akan tampak merah, mengilat, bengkak, kulit di
atasnya terasa panas, dan persendian sulit digerakkan. Selain itu, badan menjadi demam,
kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar (Silvia, 2009).

D. Komplikasi-Komplikasi
Tidak jarang, penderita menjadi depresi karena kualitas dan produktivitasnya
menurun drastis. Yang harus diwaspadai adalah komplikasi di kemudian hari, seperti
benjolan pada bagian tubuh tertentu, kerusakan tulang dan sendi sehingga dapat
pincang,peradangan tulang,kerusakan ligamen dan tendon (otot ), batu ginjal, kerusakan
ginjal, dan tekanan darah tinggi (hipertensi).

E. Makanan Yang Diajurkan Pada Penderita Asam Urat


1. Konsumsi makanan yang mengandung potasium tinggi seperti kentang, yogurt, dan
pisang
2. Konsumsi buah yang banyak mengandung vitamin C, seperti jeruk, pepaya dan
strawberry
3. Contoh buah dan sayuran untuk mengobati penyakit asam urat: buah naga, belimbing
wuluh, jahe, labu kuning, sawi hijau, sawi putih, serai dan tomat
4. Perbanyak konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
5. Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum
manis, gulali dan sirup
6. Jangan minum aspirin
7. Jangan bekerja terlalu keras / kelelahan
8. Pada orang yang kegemukan (obesitas), biasanya kadar asam urat cepat naik tapi
pengeluaran sedikit, maka sebaiknya turunkan berat badan dengan olahraga yang
cukup
9. Sesuaikan asupan energi dengan kebutuhan tubuh, berdasarkan tinggi dan berat
badan

F. Makanan Yang Harus Dihindari Pada Penderita Asam Urat


1. Jeroan: ginjal, limpa, babat, usus, hati, paru dan otak.
2. Seafood: udang, cumi-cumi, sotong, kerang, remis, tiram, kepiting, ikan teri, ikan
sarden.
3. Ekstrak daging seperti abon dan dendeng.
4. Makanan yang sudah dikalengkan (contoh: kornet sapi, sarden).
5. Daging kambing, daging sapi, daging kuda.
6. Bebek, angsa dan kalkun.
7. Kacang-kacangan: kacang kedelai (termasuk tempe, tauco, oncom, susu kedelai),
kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping.
8. Sayuran: kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur kuping, daun singkong,
daun pepaya, kangkung.
9. Keju, telur, krim, es krim, kaldu atau kuah daging yang kental.
10. Buah-buahan tertentu seperti durian, nanas dan air kelapa.
11. Makanan yang digoreng atau bersantan atau dimasak dengan menggunakan
margarin/mentega.
12. Makanan kaya protein dan lemak.
13. Selain beberapa pantangan di atas, penderita penyakit asam urat juga harus selalu
banyak minum air putih apalagi bagi mereka yang mempunyai penyakit batu ginjal.
Dengan banyak minum air putih akan sangat membantu ginjal untuk mengeluarkan
kristal asam urat dari dalam tubuh melalui urine.

G. Kompres Hangat Untuk Mengurangi Nyeri


Pengobatan non farmakologis sangat efektif dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri
yang timbul pada gout arthritis. Kompres hangat dan kompres dingin dapat meringankan
rasa nyeri dan radang ketika terjadi serangan asam urat yang berulang-ulang. Banyak
referensi yang mengatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan nyeri pada gout
arthritis.
Menurut Riyadi (2012), kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan untuk
melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit. Kompres hangat
menimbulkan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran
darah.Peningkatan aliran darah dapat menyingkirkan produk produk inflamasi seperti
bardikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal.Selain itu kompres
hangat dapat merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls
nyeri ke medula spinalis dan otak dapat dihambat (Price & Wilson, 2006). Menurut
Steven (2014), dengan pemberian kompres hangat, pembuluh-pembuluh darah akan
melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut. Dengan cara
ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari
zat-zat yang dibuang akan diperbaiki. Aktivitas sel meningkat akan mengurangi rasa
nyeri dan akan menunjang proses penyembuhan.
1. Alat dan Bahan
a. Wadah+air hangat secukupnya
b. Handuk/kain/washlap untuk kompres
c. Handuk pengering
2. Prosedur
a. Cuci tangan
b. Basahi kain/washlap dengan air hangat, peras kain agar tidak terlalu basah
c. Letakkan kain pada daerah yang nyeri dan akan dikompres
d. Tutup kain kompres dengan handuk kering
e. Apabila kain sudah kering atau suhu kain relative menjadi dingin,
masukkan/celup kembali kain kedalam wadah air hangat dan letakkan kembali
di daerah kompres
f. Lakukan berulang-ulang agar efek yang diinginkan tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Khomsun A. S. Halinawati. 2008. Terapi Jus untuk rematik dan Asam Urat, Cetakan V.
Jakarta : Puspa Swara, Anggota IKAPI
Mansjoer, A. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga, Jilid Satu. Jakarta: Media
Aeskulapius
Price, A. S., &Wilson M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. & Harmoko, H. 2012. Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik
Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saraswati, S. 2009. Diet Sehat untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi dan Stroke,
Cetakan 1, Jogjakarta : A Plus Books
Sari M. 2010. Sehat dan Bugar tanpa Asam Urat, cetakan 1. Nopember, Araska Publisher
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC
Steven. 2014. Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC
sam
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau
pagi hari saat bangun tidur.

Urat FAKTOR RESIKO


3. Sendi yang terkena asam urat akan
terlihat bengkak, kemerahan,
panas, dan nyeri luar biasa pada
ASAM URAT malam dan pagi.
4. Yang diserang biasanya sendi jari
f. Usia kaki, jari tangan, dengkul, tumit,
Lebih sering terjadi pada pergelangan tangan serta siku.
laki-laki mulai dari usia pubertas 5. Pada kejadian kasus yang parah,
hingga usia 40-69 tahun, persendian terasa sangat sakit saat
sedangkan pada wanita serangan akan bergerak.
asam urat terjadi pada usia lebih
tua dari pada laki-laki, biasanya 6. Kadang kadang peradangan
terjadi pada saat menopause. disertai demam dan di sendi yang
g. Jenis kelamin bengkak terasa panas, ini biasanya
Disusun Oleh : Laki-laki memiliki kadar berlangsung 24-36 jam.
Aulia Alfafa Rizqa Asam Urat yang lebih tinggi 7. Nyeri hebat di punggung.
131923143063 h. Konsumsi Purin yang
berlebih
FKP Unair Surabaya i. Konsumsi alkohol
2020 j. Obat-obat

ASAM URAT???
Asam urat ialah terjadinya penumpukan
kristal asam urat pada daerah persendian. TANDA DAN MAKANAN YANG
GEJALA DIPERBOLEHKAN
ASAM URAT
● Konsumsi makanan yang adalah memberikan rasa nyaman dan
mengandung potasium tinggi 1. Sumber protein hewani: Sarden, kerang, menurunkan rasa nyeri.
(kentang, yogurt, dan pisang) jantung, hati, usus, limpa, paru-paru, otak, 3. Alat dan Bahan
ekstrak daging (abon, dendeng), bebek, d. Wadah+air hangat secukupnya
● Konsumsi buah yang banyak
angsa, burung, udang, cumi-cumi, sotong, e. Handuk/kain/washlap untuk
mengandung vitamin C (jeruk,
kerang, remis, tiram, kepiting, ikan teri. kompres
pepaya dan strawberry)
2. Minuman : Alkohol f. Handuk pengering
● Contoh buah dan sayuran untuk
3. Buah: durian, nanas dan air kelapa 4. Prosedur
mengobati penyakit asam urat:
4. Makanan yang digoreng atau bersantan g. Cuci tangan
buah naga, belimbing wuluh,
5. Kacang-kacangan: kacang kedelai h. Basahi kain/washlap dengan air
jahe, labu kuning, sawi hijau,
(termasuk tempe, tauco, oncom, susu hangat, peras kain agar tidak terlalu
sawi putih, serai dan tomat basah
kedelai), kacang tanah, kacang hijau,
● Perbanyak konsumsi karbohidrat i. Letakkan kain pada daerah yang
tauge, melinjo, emping.
kompleks seperti nasi, singkong, nyeri dan akan dikompres
6. Sayuran: kembang kol, bayam,
roti dan ubi j. Tutup kain kompres dengan handuk
asparagus, buncis, jamur kuping, daun
● Kurangi konsumsi karbohidrat kering
singkong, daun pepaya, kangkung.
sederhana jenis fruktosa seperti k. Apabila kain sudah kering atau suhu
gula, permen, arum manis, gulali kain relative menjadi dingin,
dan sirup masukkan/celup kembali kain
● Banyak minum untuk membantu kedalam wadah air hangat dan
letakkan kembali di daerah kompres
pengeluaran asam urat
l. Lakukan berulang-ulang agar efek
yang diinginkan tercapai

KOMPRES HANGAT
Adalah suatu prosedur menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan air
MAKANAN YANG TIDAK hangat dan ditempelkan pada bagian tubuh
DIPERBOLEHKAN tertentu. Salah satu manfaat kompres hangat
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Gerontik


Topik : Melukis
Sasaran : Lansia
Tempat : Rumah Tn.T
Hari/tanggal : Jumat, 1 Mei 2020
Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang
Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada lansia seringkali mempengaruhi
aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial lansia. Salah satu upaya untuk mempertahankan
kognitif agar tidak menurun yaitu dengan terapi non farmakologi. Intervensi non
farmakologi meliputi intervensi-intervensi yang tercakup dalam Cognitive Rehabilitation
Therapy (CRT). Salah satu dari intervensi CRT adalah terapi alternatif seperti terapi seni
(Art Therapy).
Malchiodi (2012) menyatakan art therapy adalah suatu bentuk terapi yang bersifat
ekspresif dengan menggunakan materi seni seperti lukisan, kapur, spidol, dan lainnya.
Tujuan kegiatan art therapy yaitu untuk membantu mengekspresikan diri, meningkatkan
keterampilan coping individu, mengelola stres, memperkuat rasa percaya diri,
memelihara fungsi kognitif dan mencegah demensia.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.T didapatkan keterangan bahwa Tn.T tidak
pernah mencari tahu tentang penyakitnya. Alasan tersebut merupakan cerminan
rendahnya minat untuk belajar. Bila kondisi ini terus dibiarkan, maka dapat menyebabkan
menurunnya status kesehatan lansia, semakin cepat mengalami demensia serta dapat
menurunkan kualitas hidup lansia (Ulfiana, 2020).

B. Tujuan Instruksional Umum :


Setelah diberikan penyuluhan klien dapat mempraktikan secara mandiri.

C. Tujan Instruksional Khusus :


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Mengerti tentang art therapy
2. Mengerti tentang jenis-jenis art therapy
3. Mengerti tentang manfaat art therapy
4. Mengerti tentang prosedur art therapy

D. Sasaran : Tn.T

E. Materi :
1. Definisi art therapy
2. Jenis-jenis art therapy
3. Manfaat art therapy
4. Prosedur art therapy

F. Metode :
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi

G. Media : Leaflet

H. Evaluasi Pembelajaran :
1. Prosedur : Post Test
2. Jenis Tes : Lisan
3. Butir Soal :
a. Definisi art therapy
b. Jenis-jenis art therapy
c. Manfaat art therapy
d. Prosedur art therapy

I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
.
1. 5 menit Pembukaan :
● Mengucapkan salam. ● Menjawab salam.
● Memperkenalkan diri. ● Mendengarkan.
● Menjelaskan tujuan dari kegiatan ● Memperhatikan.
penyuluhan.
● Menyebutkan materi yang akan ● Memperhatikan.
disampaikan.
2. 15 menit Pelaksanaan :
● Menjelaskan definisi art therapy ● Memperhatikan
● Menjelaskan jenis-jenis art therapy ● Memperhatikan.
● Menjelaskan manfaat art therapy ● Memperhatikan.
● Menjelaskan prosedur art therapy ● Memperhatikan
3. 5 menit Evaluasi :
● Evaluasi pemahaman peserta tentang Menjawab pertanyaan.
materi
● Memberikan reinforcement
● Evaluasi perasaan
4. 5 menit Terminasi :
● Mengucapkan terimakasih atas waktu yang ● Mendengarkan dan
diluangkan, perhatian serta peran aktif membalas ucapan
klien selama mengikuti kegiatan terimakasih.
penyuluhan. ● Menjawab salam.
● Salam penutup.

J. Pengorganisasian
Pembicara/Fasilitator : Aulia Alfafa Rizqa

K. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur:
- Klien ikut dalam kegiatan penyuluhan
- Penyuluhan dilakukan di rumah Tn.T
- Pelaksanaan program sesuai satuan acara penyuluhan
2. Evaluasi proses :
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan.
- Klien terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan (diskusi).
3. Evaluasi hasil :
Klien mengerti tentang asam urat dan mampu menjelaskan ulang tentang :
a. Definisi art therapy
b. Jenis-jenis art therapy
c. Manfaat art therapy
d. Prosedur art therapy

MATERI
ART THERAPY

A. Pengertian
Art therapy atau terapi seni adalah terapi dengan menggunakan seni sebagai media
utamanya. Art therapy dapat diartikan sebagai seni yang menjadi media terapi atau
melakukan kegiatan seni sebagai terapi. Terapi seni merupakan salah satu jenis dari
berbagai jenis terapi ekspresif melibatkan individu dalam aktivitas kreatif dalam bentuk
penciptaan (karya atau produk) seni. Art therapy merupakan metode terapeutik yang
menggunakan pembuatan seni, hubungan professional, pada individu yang memiliki
pengalaman yang menyakitkan, trauma, atau individu yang memiliki tantangan dalam
hidupnya. Melalui kesenian dan melakukan refleksi terhadap seni dan prosesnya, individu
dapat meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain, mengatasi gejala-
gejala stress, pengalaman traumatic, meningkatkan kemampuan kognitif, dan dapat
menikmati kehidupan yang menyenangkan dengan membuat kesenian. Melalui aktifitas
seni tersebut individu diasumsikan mendapat media paling aman untuk memfasilitasi
komunikasi melalui eksplorasi pikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya
emosi (Holt & Kaiser, 2009).

B. Jenis-Jenis Art Therapy


Art therapy memiliki 3 jenis menurut Geue et al. (2010) yaitu :
1. Terapi seni dalam melukis atau menggambar.
Melukis sebagai terapi, berkaitan dengan aspek kontemplatif atau sublimasi.
Kontemplatif atau sublimasi merupakan suatu cara atau proses yang bersifat
menyalurkan atau mengeluarkan segala sesuatu yang bersifat kejiwaan, seperti
perasaan, memori, pada saat kegiatan berkarya seni berlangsung. Aspek ini merupakan
salah satu fungsi seni yang dimanfaatkan secara optimal pada setiap sesi terapi.
Kontemplatif dalam arti, berbagai endapan batin yang ditumpuk, baik itu berupa
memori, perasaan, dan berbagai gangguan persepsi visual dan auditorial, diusahakan
untuk dikeluarkan atau disampaikan. Dengan demikian pasien tidak terjebak pada
suatu situasi dimana hanya diri sendiri terjebak pada realitas imajiner yang diciptakan
oleh diri sendiri.
Aspek kontemplatif atau sublimasi inilah yang kemudian dikenal dengan istilah
katarsis dalam dunia psikoanalisa.Hal tersebut, juga sekaligus dapat menjadi media
untuk mencari pemicu atau akar permasalahan melalui berbagai visualisasi atau
simbol-simbol yang muncul selama terapi berlangsung. Berdasar visualisasi yang
tercurah selama terapi berlangsung, seringkali tampak gambar beberapa image yang
merupakan simbolisasi dari ekspresi bawah sadar dari pasien.Kemudian bagi terapis,
beragam visualisasi inilah yang menjadi perangkat untuk menentukan diagnosa sampai
sejauh apakah kerusakan kondisi kejiwaan pasien, dan pengobatan jenis apakah yang
sesuai bagi pasien.
2. Terapi seni dalam dance atau menari
Terapi tari dan gerak merupakan psikoterapeutik dengan menggunakan tarian
dan gerakan dimana setiap orang dapat ikut serta secara kreatif dalam proses untuk
memajukan integritas emosional, kognitif, fisik, dan social. Terapi tari dan gerak
diberikan untuk individu dan kelompok terapi dalam konteks untuk kesehatan,
pendidikan, social, dan dalam latihan pribadi.Terapi tari dan gerak tidak hanya
mengajarkan kemampuan menari atau latihan tari, terapi tari dan gerak mempuanyai
dua asumsi pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan mengeskpresikan
perasaan serta merupakan pendekatan holistik yang penting bagi tubuh, peoses
berfikir, dan bekerja mengacu pada integrasi diri.Individu selalu mengungkapkan diri
dalam gerak dan tari, mengungkapkan rasa terimakasih.
Perilaku individu yang dikenal dengan baik ini dapat dilihat dari kerangka teori
yang digunakan untuk mendeskripsikan proses dan hasil akhir terapi tari dan
gerak.Terapi tari dan gerak berpusat pada klien, nonverbal dan bottom-up (body-mind)
therapy. Gerak merupakan pengalaman secara langsung dan menyertakan komunikasi
nonverbal yang didasarkan pada tubuh. Gerak memberikan pelepasan fisik terhadap
emosi yang dapat dialami sebagai sebuah aliran seperti proses kreatif dalam interaksi
dengan penerimaan orang lain.
3. Terapi seni dalam memainkan alat musik, atau menyanyi
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Terapi musik adalah terapi yang universal.Music memiliki
kekuatan untuk meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional dan spiritual.Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
karena music bersifat nyaman, menyenangkan, mempu membuat rileks, berstruktur,
dan universal. Terdapat dua macam terapi musik yaitu:
a. Terapi musik aktif
Dalam terapi music aktif pasien diajak bernyanyi, belajar memainkan alat music,
menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien
berinteraksi aktif dengan dunia musik.
b. Terapi musik pasif
Terapi musik pasif yaitu pasien mendengarkan dan menghayati suatu alunan
musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya.Hal terpenting dalam terapi
musik pasif yaitu pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien.

C. Manfaat Art Therapy


Manfaat dari penerapan terapi seni menurut Edward (2014) yaitu:
1. Menstrimulasi partisipasi yang aktif
2. Mendorong untuk mempelajari hal dan fungsi yang baru
3. Mendorong munculnya kesempatan untuk sukses, menjadi positif dan menyenangkan
di dalam sosialisasi
4. Meningkatkan motivasi
5. Pengembangan diri
6. Meningkatkan kemandirian dan arah diri
7. Meningkatkan kesadaran diri
8. Memperkuat memori
9. Dapat meningkatkan konsep diri dapat terjadi karena tumbuhnya percaya diri dalam
bersosialisasi, sehingga memudahkan mereka untuk memandang dirinya lebih positif
10. Mengeksplorasi perasaan klien
11. Mengembangkan keterampilan sosial
12. Mengurangi kecemasan
13. Mampu mengatasi tekanan fisik seperti nyeri
D. Prosedur Art Therapy

NO PROSEDUR

Pre interaksi
1 Siapkan alat-alat
2 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Beri salam dan panggil klien dengan namanya. Bina hubungan saling percaya.
5 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
6 Atur posisi klien sebelum dilakukan terapi melukis. Bantu klien untuk memilih
posisi yang nyaman.
7 Bagikan alat lukis yang diperlukan dan damping klien saat melukis apabila klien
bersedia di damping
8 Identifikasi pilihan/jenis lukisan.
9 Anjurkan klien untuk melukis sesuai dengan keinginan klien.
10 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman.
11 Apabila sudah selesai berikan kesempatan klien untuk menjelaskan lukisannya
12 Anjurkan klien untuk melukis kembali apabila klien ingin melukis

Terminasi
13 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
14 Berikan umpan balik positif
15 Kontrak pertemuan selanjutnya
16 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
17 Bereskan alat-alat
18 Cuci tangan

DAFTAR PUSTAKA
Edward David. (2014). Art Therapy 2nd Edition. India : SAGE
Holt, E & Kaiser, D.H. (2009). The first step series: art therapy for early substance abuse
treatment. The Arts in Psychotherapy.
Geue, Kristina ., Goetze, Heide., Buttstaedt, Marianne., Kleinert, Evelyn., Richter, Diana dan
Singer, Susanne. (2010). An overview of art therapy interventions for cancer patients
and the results of research. Complementary Therapiesin Medicine (2010) 18, 160—
170. doi:10.1016/j.ctim.2010.04.001
Malchiodi, C.A. (2012). Handbook of Art Therapy (2nd Ed). New York: The Guildford Press.
Ulfiana, E., Makhfudli, Kusnul Chotimah dan Zenitha Rani. (2020). “Penerapan Art Therapy
Membatik Colet Sebagai Upaya Memelihara Fungsi Kognitif Lansia di Posyandu
Barokah, Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Propinsi
Jawa Timur: The Application of Art Therapy Batik Colet as An Effort to Mantain
Elderly Cognitive Functions in Posyandu Barokah, Kelurahan Klampis Ngasem,
Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur”, Jurnal Pengabdian
Masyarakat Kesehatan, 6(1), pp41-45. doi: 10.33023/jpm.vi1.563.
PENGERTIAN
ART
ART THERAPY

THERAPY

Art therapy atau terapi seni adalah terapi 2. Terapi seni dalam dance atau menari
dengan menggunakan seni sebagai media
utamanya. Art therapy dapat diartikan
sebagai seni yang menjadi media terapi
atau melakukan kegiatan seni sebagai
terapi

JENIS - JENIS ART


THERAPY Gerak memberikan pelepasan fisik
Disusun oleh: 1. Terapi seni dalam melukis atau terhadap emosi yang dapat dialami sebagai
menggambar sebuah aliran seperti proses kreatif dalam
Aulia Alfafa Rizqa
Melukis sebagai terapi, berkaitan dengan interaksi dengan penerimaan orang lain.
131923143063 aspek kontemplatif atau sublimasi. 3. Terapi seni dalam memainkan alat
Kontemplatif atau sublimasi merupakan musik atau bernyanyi
suatu cara atau proses yang bersifat Musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
PROGRAM STUDI
menyalurkan atau mengeluarkan segala karena music bersifat nyaman,
PENDIDIKAN NERS
sesuatu yang bersifat kejiwaan, seperti menyenangkan, mempu membuat rileks,
FAKULTAS perasaan, memori, pada saat kegiatan berstruktur, dan universal.
KEPERAWATAN berkarya seni berlangsung
UNIVERSITAS
11. Mengembangkan keterampilan sosial 3. Atur posisi klien sebelum dilakukan
12. Mengurangi kecemasan terapi melukis. Bantu klien untuk
13. Mampu mengatasi tekanan fisik memilih posisi yang nyaman
seperti nyeri 4. Bagikan alat lukis yang diperlukan
dan damping klien saat melukis
apabila klien bersedia di damping
5. Identifikasi pilihan/jenis lukisan.
6. Anjurkan klien untuk melukis sesuai
dengan keinginan klien.
MANFAAT 7. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan
ART THERAPY berbagi pengalaman.
1. Menstrimulasi partisipasi yang aktif 8. Apabila sudah selesai berikan
2. Mendorong untuk mempelajari hal dan kesempatan klien untuk menjelaskan
fungsi yang baru lukisannya
3. Mendorong munculnya kesempatan
untuk sukses, menjadi positif dan
menyenangkan di dalam sosialisasi
4. Meningkatkan motivasi
5. Pengembangan diri
6. Meningkatkan kemandirian dan arah
diri
7. Meningkatkan kesadaran diri
8. Memperkuat memori
9. Dapat meningkatkan konsep diri dapat
PROSEDUR ART THERAPY
terjadi karena tumbuhnya percaya diri
dalam bersosialisasi, sehingga 1. Beri salam dan panggil klien dengan
memudahkan mereka untuk namanya. Bina hubungan saling
memandang dirinya lebih positif percaya
10. Mengeksplorasi perasaan klien 2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan
lamanya tindakan pada klien/keluarga

Anda mungkin juga menyukai