Anda di halaman 1dari 19

1.

Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping :  dr. MELIANTO ROMPON

Judul Lap. Kegiatan :  Gizi Pada Pasien Arthritis Gout Akut

PESERTA HADIR : Peserta PIDI, Masyarakat, Lain - lain

LATAR BELAKANG :

Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan potensi
ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri
dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.

Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi
sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout
merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh
meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).

Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas diketahui.
Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout
primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari hiperurisemia karena
penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi yang berlebih (10-20%). Hiperurisemia
karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu karena peningkatan aktivitas varian
dari enzim phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari
enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT). Hiperurisemia primer karena penurunan
ekskresi kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran
asam urat yang menyebabkan hiperurisemia.

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :

1. Suku bangsa

Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di Australia. Prevalensi
suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang
paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena
kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alkohol.

2. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi


asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme
normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatan kadarnya dalam serum.

3. Konsumsi ikan laut

Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan
laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.

4. Penyakit

Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Mis. Obesitas,


diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas tinggi dan berat badan
merupakan faktor resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan
adalah faktor pelindung.

5. Obat-obatan

Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia. Mis. Diuretik,


antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik
sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal
tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal ini pada
gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout.
Gout yang disebabkan oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan
dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat
menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor
risiko penting independen untuk gout.

6. Jenis Kelamin

Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada semua
kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut.
Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan perempuan
secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi managed care di Amerika
Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka
yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh persen lebih dari 65 tahun. Pada
pasien perempuan yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter
didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80
tahun.

7. Diet tinggi purin

Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian dari
kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi dalam
kesimpulan penelitian tentang faktor resiko dari hiperurisemia dengan studi kasus pasien di
rumah sakit Kardinah Tegal. (Purwaningsih, 2010) Gold standard dalam menegakkan gout
arthritis adalah ditemukannya kristal urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus.

Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR
(American College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :

a. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau


b. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
c. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
 Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
 Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
 Arthritis monoartikuler
 Kemerahan pada sendi
 Bengkak dan nyeri pada MTP-1
 Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
 Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
 Kecurigaan terhadap adanya tofus
 Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
 Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
 Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi

Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun kadar asam urat
normal.

Penatalaksanaan Gout Arthritis

Secara umum, penanganan gout arthritis adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan
sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan
nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun asam urat penurun asam urat seperti
alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien
yang secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada
stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat, sampai
kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan
pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.
Penelitian terbaru telah menemukan bahwa konsumsi tinggi dari kopi, susu rendah lemak produk
dan vitamin C merupakan faktor pencegah gout.
PERMASALAHAN :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Seorang wanita usia 50 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada jempol kaki kanan, nyeri
dirasakan sejak 3 hari yang lalu, jempol kaki dirasakan maki nyeri saat pagi hari dan ketika
digunakan untuk berjalan, jempol kaki dirasakan agak bengkak, warna kemerahan, hangat.

2. Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah diperiksakan

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit

□ Riwayat sakit seperti ini sebelumnya 2 bln yang lalu (+) namun tidak diperiksakan

□ Riwayat DM: disangkal

□ Riwayat sakit jantung: disangkal

4. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien tinggal 1 rumah dengan suami dan ketiga anaknya. Pasien bekerja sebgai ibu rumah
tangga. Pasien berobat dengan fasilitas Jamkesda.

5. Riwayat Kebiasaan

Pasiensuka mengkonsumsi kacang-kacangan dan jeroan ayam.

8. Lain – lain

□ Keadaan Umum : baik

□ Tanda Vital : Nadi : 80/menit, TD : 140/80 mmHg

□ Pemeriksaan Fisik :

BB : 60 kgPB : 165 cm

Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret serous (-/-)

Jantung : BJ1>BJ2, bising (-)

Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), suara nafas tambahan (-/-)


Abdomen :

□ Inspeksi: dinding perut // dinding dada

□ Auskultasi : bising usus (+) normal

□ Perkusi : timpani

□ Palpasi: supel, nyeri tekan (-), asites (-),

Ekstremitas :

□ Oedem : -/-/-/-

□ Akral dingin : -/-/-/-

□ Status lokali : tampak tanda – tanda inflamasi

□ Perhitungan Status Gizi

Secara klinis : gizi kesan obes

Secara antropometri

BMI = berat badan (kg) / tinggi badan (m2)= 23,4

Kesan : gizi cukup sesuai antropometri

Pemeriksaan Laboratorium : Asam urat : 12,0 g/dl

Kesimpulan: hiperurisemia

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

1. Kegiatan : Gizi pada Pasien Gout Arthritis Akut

2. Menentukan Sasaran : Pasien dengan diagnosa GA akut

3. Menetapkan Tujuan

Tujuan Umum

• Meningkatkan pengetahuan pasien tentang Gizi untuk Gout Arthritis

Tujuan Khusus

• Menurunkan angka kekambuhan penyakit GA


• Melakukan pemantauan gizi pada pasien GA

• Mendapatkan pengetahuan dari petugas kesehatan mengenai Gizi pada pasien GA

Metode komunikasi berupa edukasi yang dilanjutkan sesi tanya jawab.

5. Penanggung jawab

Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan perawat Pkm

PELAKSANAAN :

Kegiatan : Gizi pada Pasien Gout Arthritis Akut

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan warga mengenai gizi pada pasien Gout Arthritis
Akut

Peserta : Warga lansia yang datang berobat ke pos lansia Ds. Lambara (kehadiran 12
orang)

Waktu : Kamis, 22 Oktober 2019 pukul 10.00- selesai

Metode :

1. Pemberian presentasi oral dengan materi gizi pada Pasien Gout Arthritis

Presentasi berisi definisi Gout Arthritis dan cara pencegahannya. Sesi tanya jawab dilakukan
setelah presentasi oral.

2. Edukasi makanan yang boleh maupun tidak diperbolehkan bagi penderita gout arthritis.

MONITORING & EVALUASI :

Pelaksanaan edukasi gizi pada pasien GA berlangsung dengan lancar dan tertib, kegiatan ini
dilaksanakan secara mandiri di Pos Lansia Ds. Lambara setiap satu minggu sekali. Dalam sesi
penyuluhan peserta dapat mengikuti sesi tanya jawab, memperhatikan, dan aktif bertanya kepada
pemberi materi. Dengan adanya penyuluhan, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan warga
tentang gizi pada penderita Gout Arthritis Akut.

2. Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping :  LUSIANA NINGSIH

Judul Lap. Kegiatan :  Dislipidemia


PESERTA HADIR : Peserta PIDI, Masyarakat, Lain – lain

LATAR BELAKANG :

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
dan penurunan dari fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total (kol-total), kolesterol LDL (kol-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan
kolesterol HDL (kol-HDL).

Ketiganya tidak dapat dibicarakan sendiri-sendiri karena ketiganya memiliki peran yang penting
dan memiliki keterkaitan yang sangat erat satu dengan yang lainnya terhadap proses terjadinya
aterosklerosis, sehingga ketiganya sering dikenal sebagai triad lipid. Klasifikasi dislipidemia
dibagi menjadi dua klasifikasi, yakni :

1. Klasifikasi Europian Atherosclerosis Societ (EAS)

EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk pemilihan terapi, yaitu
hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan hipertrigliseridemia.

2. Klasifikasi WHO

Klasifikasi WHO merupakan modifikasi klasifikasi Fredrickson yang didasarkan pada


pengukuran kol-total dan TG, serta penilaian secara elektroforesis subkelas lipoprotein.

Klasifikasi kedua yakni klasifikasi patogenik, membagi menjadi dislipidemia primer dan
sekunder. Dislipidemia primer dapat disebabkan oleh banyak kelainan genetik, dislipidemia ini
menjadi beberapa keadaan. Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu
penyakit lain, misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan lain-lain.

Diagnosis dislipidemia didapatkan dengan pemeriksaan laboraturium profil lipid plasma.


Pemeriksaan ini dianjurkan pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20 tahun. Kadar lipid
plasma yang diperiksa meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida.
Apabila ditemukan hasil yang normal, maka dianjurkan pemeriksaan ulangan setiap lima tahun

NCEP ATP III pada tahun 2011 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini
masih digunakan :
Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause
kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak
tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:

1. Riwayat keluarga dengan dislipidemia

2. Obesitas

3. Diet kaya lemak

4. Kurang melakukan olahraga

5. Penggunaan alkohol

6. Merokok

7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

8. Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat sementara dan
tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak. Pembuangan lemak dari darah
pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar
lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan
yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol
total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan
dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah.

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi, antara
lain:

1. Atherosklerosis

2. Penyakit jantung koroner

3. Penyakit serebrovaskular seperti strok

4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya

5. Pankreatitis akut

Dislipidemia sering disertai dengan keadaan lain yang tergabung dalam sindroma metabolik.
Keadaan-keadaan tersebut antara lain :
1. Obesitas sentral

2. Resistensi insulin atau intoleransi glukosa

3. Keadaan prothrombotic seperti peningkatan fibrinogen dan plasminogen activator


inhibitor di darah

4. Peningkatan tekanan darah (130/85 mmHg atau lebih)

5. Keadaan proinflamasi (seperti peningkatan high-sensitivity C-reactive protein di dalam


darah)

PERMASALAHAN :

Pasien datang ke Puskesmas Kinovaro dengan keluhan leher terasa cengeng sejak 1 minggu dan
memberat 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Leher cengeng dirasakan terus menerus, terasa
berat. Keluhan memberat jika pasien beraktifitas dan sedikit berkurang jika pasien beristirahat
atau tidur. Pasien juga mengeluh pusing. Kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-) muntah (-),
mual (-), mata berdenyut (-).

Pasien juga datang untuk konsultasi hasil cek kolesterol yang dilakukan beberapa hari yang lalu.
Pasien mengatakan hasil kolesterol 264. Pasien mengaku sehari-hari sering makan tumisan dan
goring-gorengan. Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan dan jarang berolahraga.

Riwayat Pengobatan

1 minggu sebelumnya pasien sudah berobat, karena tekanan darah tinggi diberikan obat
Captopril 25 mg diminum 2x sehari. Keluhan sempat membaik namun kemudian kambuh
kembali.

Riwayat Kesehatan / Penyakit

Riwayat keluhan serupa : (+) sering kambuh-kambuhan

Riwayat maag : disangkal

Riwayat hipertensi : (+) ± 5 tahun yang lalu

Riwayat diabetes : disangkal

Riwayat jantung : disangkal


Riwayat Keluarga

Riwayat keluhan serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : (+) ibu pasien

Riwayat diabetes : disangkal

Riwayat jantung : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dengan suami dalam 1 rumah dan mempunyai 3 orang anak. Pasien sebagai ibu
rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS.

Pemeriksaan Fisik

A. Vital Sign

Tekanan Darah : 160/80 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 36,7oC

B. Status Gizi

BB : 58 kg

TB : 160 cm

IMT : 22,65 kg/m2

Kesimpulan : Normoweight

C. Mata

TIO per palpasi kesan normal, Reflek cahaya (+|+), Pupil isokor (3mm|3mm)
D. Hidung

Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-)

E. Telinga

Sekret (-|-), Tragus pain (-|-)

F. Jantung

BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

G. Paru

SDV (+|+), RBK (-|-), RBH (-|-), Wheezing (-|-)

H. Abdomen

BU (+) normal, supel, timpani, nyeri tekan (-)

I. Ekstremitas

Oedem (-|-), akral dingin (-|-)

J. Px Neurologis

Motorik : dalam batas normal

Sensorik : dalam batas normal

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penatalaksanaan dan prognosis


dislipidemia

b. Untuk perilaku kesehatan keluarga pasien, pasien diberikan edukasi mengenai pola
makan dan olahraga yang baik bagi pasien, tentu hal ini membutuhkan adanya dukungan dari
keluarga. Pasien harus menerapkan pola makan gizi seimbang, pasien juga harus melakukan
olahraga secara terus menerus. Oleh karena itu, selain untuk membantu mengingatkan minum
obat, dukungan dari keluarga terutama suami pasien penting untuk mendukung perubahan pola
makan dan olahraga yang harus dilakukan oleh pasien.

c. Modifikasi diet harus sehat, berimbang dan aman dengan mengurangi asupan makanan
tinggi lemak jenuh dan kolesterol seperti jeroan, santan, minyak dan goreng-gorengan. Pasien
diberikan edukasi mengenai gizi seimbang. Berdasarkan piramida gizi seimbang dari USDA
Department, didapatkan kebutuhan sehari untuk karbohidrat yaitu 3-8 porsi, dimana satu
porsinya sama dengan satu potong roti atau setengah mangkuk nasi atau setengah mangkuk
sereal. Kebutuhan sehari untuk protein yaitu 2-3 porsi, dimana satu porsinya sama dengan satu
potong tahu/tempe atau tiga ons daging/ayam/ikan. Sedangkan kebutuhan lemak yaitu 2-3 porsi,
dimana satu porsinya sama dengan satu sendok teh minyak atau margarin. Kebutuhan sehari
untuk sayur dan buah masing-masing yaitu 3-5 porsi, dimana satu porsinya sama dengan satu
potong buah atau setengah mangkuk sayur dan merupakan kebutuhan kalori serat pada diet
hiperkolesterolemia.

d. Pola makan yang baik bagi pasien, selain menyesuaikan dengan gizi seimbang, perlu
untuk memperbanyak konsumsi serat. Serat didapatkan dari oatmeal, ataupun buah-buahan.
Pasien juga dapat mengkonsumsi ikan sebagai sumber omega 3, dan juga mengkonsumsi
kacang-kacangan. Pasien diharapkan juga dapat mengikuti konsultasi gizi yang dilakukan di
Puskesmas Kinovaro .

e. Pola olahraga yang baik bagi pasien yaitu dilakukan terus menerus. Pasien dapat
melakukan olahraga jalan kaki, naik sepeda, ataupun berenang, disesuaikan dengan kemampuan
dan kesenangan pasien. Latihan jasmani dilakukan selama 150 menit per minggu.

f. Menjelaskan bahwa pasien harus control teratur untuk melihat target terapi dan
maintenance jika target terapi sudah tercapai

PELAKSANAAN :

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan warga mengenai Dislipidemia

Waktu : Kamis, 16 November 2019 pukul 09.00- selesai

Metode :

1. Pemberian presentasi oral dengan materi dislipidemia

Presentasi berisi definisi Dislipidemia dan cara pencegahannya. Sesi tanya jawab dilakukan
setelah presentasi oral.

2. Edukasi tentang cara pencegahan dislipidemia

MONITORING & EVALUASI :

Untuk membantu mengontrol kadar kolesterol penderita, diperlukan penatalaksanaan secara


holistik. Penatalaksanaan ini meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis.
Hiperkolesterolemia merupakan bagian dari penyakit dislipidemia. Kadar kolesterol normal yang
optimal yaitu < 200 mg/dl. Ada beberapa faktor risiko yang berpengaruh dan juga menentukan
kadar kolesterol sasaran pada pasien ini, yaitu pasien juga memiliki hipertensi (≥140/90).
Berdasarkan banyaknya faktor resiko yang dimiliki pasien (1 faktor resiko), maka pasien
termasuk kelompok resiko rendah, sehingga target sasaran kadar kolesterol pada pasien adalah
<160 mg/dl.

Pada kunjungan pasien ke Puskesmas Salaman, pasien diberi terapi medikamentosa dengan
HMG Co-A Reductase Inhibitor yaitu Simvastatin 10 mg diminum stau kali setiap malam. Obat
ini dikonsumsi terus menerus, sampai kadar kolesterol pasien mencapai target <160 mg/dl, dan
pasien telah dapat mengatur diet. Tujuan pemberian simvastatin adalah menurunkan jumlah
kolesterol dengan cara menurunkan sintesis kolesterol di hati. Selain itu, untuk mengontrol
tekanan darah, pasien juga diberi obat anti hipertensi berupa Amlodipin dengan dosis 5 mg sekali
sehari.
3. Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping :  dr. Melianto Rompon

Judul Lap. Kegiatan :  Penyuluhan tentang suplementasi Vit A padaBayi dan Balita

PESERTA HADIR : Peserta PIDI, Masyarakat, Lain - lain

LATAR BELAKANG :

Vitamin A merupakan zat gizi essensial karena tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
didapatkan dari sumber di luar tubuh. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah
kebutaan, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada anak yang tercukupi kebutuhan
vitamin A-nya, apabila mereka terkenadiare, campak atau penyakit infeksi lainnya, maka
penyakit-penyakit tersebut tidak akan mudah bertambah parah. Program penanggulangan
Vitamin A di Indonesia telahdilaksanakan sejak tahun 1995 dengan suplementasi kapsul

Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karenakekurangan Vitamin A, dan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.Pemberian kapsul Vitamin A membantu menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). Maka selain untukmencegah kebutaan,
pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuh ananak.

PERMASALAHAN :

Meski kekurangan vitamin A yang berat sudah jarang ditemui, namun kasus kekurangan vitamin
A tingkat subklinis,yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masihdidapatkan di
lapangan, terutama pada kelompok usia balita. Padahal kekurangan vitamin A tingkat subklinis
ini hanya dapatdiketahui dengan memeriksakan kadar vitamin A dalam darah.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

Berdasarkan permasalahan di atas, dan untuk mencegah bertambahnya angka defisiensi vitamin
A, maka intervensi yang diberikan adalah penyuluhan tentang pelaksanakan program
Suplementasi Vitamin A untuk balita yang dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan
Kapsul Vitamin A)

PELAKSANAAN :
Kegiatan penyuluhan tentang suplementasi vitamin A yang dilakukan pada tanggal 04 Februari
2020. Untuk memudahkan proses pelaksanaan, penyuluhan dilakukan bersamaan dengan jadwal
posyandu balita. Posyandu yang dikunjungi adalah posyandu Arwana, Kelurahan Bantaya,
Parigi.

MONITORING & EVALUASI :

Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan pencatatan kasus xeroftalmia dan gangguan mata
lain akibat defisiensi dan jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan dan indeks serum retinol
dalam darah.
4. Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping :  LUSIANA NINGSIH

Judul Lap. Kegiatan :  Gizi pada Lansia

PESERTA HADIR : Peserta PIDI, Masyarakat, Lain - lain

LATAR BELAKANG :

Makanan yang aman dan sehat merupakan hal yang sangat penting. Banyak penyakit yang dapat
ditimbulkan dari makanan, antara lain keracunan, diare, muntah,hepatitis, bahkan kegemukan
atau obesitas sering disebabkan karena pola makan yang tidak sehat. Makanan yang sehat dan
aman tidak harus mahal, banyak sekali bahan makanan yang sehat dan aman dapat ditemukan di
sekitar kita dengan harga yang terjangkau. Saat ini banyak sekali makanan instant yang
mengandung zat-zat kimia yangtidak baik bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi setiap hari.
Terutama jajanan-jajanan yang sering ditemukan mengandung pengawet dan pewarna tekstil
yang sangat berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu, kita wajib berhati-hati dan senantiasa
menjaga makanan yang kita makan sehari-hari, baik dalam hal menyimpan dan mengolahnya.

PERMASALAHAN :

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang makanan sehat dan aman yang baik untuk
dikonsumsi sendiri dan keluarga maupun diperdagangkan.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab

Hari / Tanggal : Kamis, 12 Desember 2019

Tempat : Posyandu Lansia Ds. KALORA, Sigi

PELAKSANAAN :

Penyuluhan mengenai gizi pada lansia telah selesai diadakan di Posyandu Lansia Desa Kalora,
Sigi pada tanggal 12 Desember 2019. Kegiatan tersebut terdiri atas penyuluhan dan tanya
jawab.Metode yang digunakan selama proses penyuluhan berlangsung adalah metode ceramah
dan konseling yang disampaikan dangan santai tetapi serius dan dapat dipahami peserta. Dan di
dalam proses penyuluhan tersebut ada proses interaksi atau feed back antara penyuluh dan
sasaran yang berguna bagi sasaran dalam memperjelas tujuan program dan isi materi yang
disampaikan.

MONITORING & EVALUASI :

Proses penyuluhan berjalan cukup lancar. Para peserta penyuluhan juga cukup baik menyimak
penjelasan dan di akhir acara cukup aktif menanyakan berbagai macam pertanyaan seputar
makanan apa saja yang dapat dikonsumsi pada lansia. Penyuluhan ini diharapkan dapat
memperluas pengetahuan masyarakat disekitar Posyandu Ds. Kalora, Sigi tentang gizi pada
lansia agar masyarakat dapat memilah asupan makanan apa yang baik dan yang tidak baik
dikonsumsi bagi lansia .
5. Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping :  dr. Melianto Rompon

Judul Lap. Kegiatan :  Penyuluhan Gizi Anak

PESERTA HADIR :Peserta PIDI, Masyarakat

LATAR BELAKANG :

Kecukupan gizi sangat berpengaruh pada kesehatan anak

 Mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak anak

 Mempengaruhi system kekebalan dan meningkatkan factor risiko infeksi,

PERMASALAHAN :

-Masih ditemukanya kasus gizi buruk yang terjadi pada anak di daerah kerja PKM Parigi yaitu
Ds. Olaya

- Kurangnya sikap, pengetahuan dan perilaku ibu dalam hal memberikan kebutuhan gizi pada
anak-anaknya

- Kebutuhan social dan ekonomi masyarakat yang masih kurang

- Kurangnya perhatian dari pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

- Waktu : Selasa, 22 Oktober 2019

- Tempat : Balai Pertemuan Ds. Olaya

- Sasaran : Ibu yang membawa anak yang datang saat diadakanya imunisasi

PELAKSANAAN :

-Materi : Gizi anak

- Presentator : (nama sendiri)

- Durasi : 30 Menit
-Alat : Power point

-Jumlah Peserta : 20 orang

MONITORING & EVALUASI :

- Tercapainya gizi anak yang optimal

- Kasus gizi buruk menurun

Anda mungkin juga menyukai