polisitemia
Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kep 3 A
Dosen Pengampuh :
Ns. Hidayatul Rahmi, S.Kep, M.Kep
Defenisi Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh peningkatan
abnormal sel darah, terutama sel darah merah, disertai peningkatan
konsentrasi hemoglobin perifer. Keadaan ini harus dibedakan dengan
polisitemia relatif, di mana terjadi peningkatan hemoglobin yang
tidak disertai peningkatan jumlah sel darah merah, misalnya karena
dehidrasi dan luka bakar. Polisitemia (eitrositosis) didefinisikan
sebagai peningkatan konsentrasi hemoglobin di atas normal.
ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, polisitemia dapat dibagi menjadi polisitemia
vera (primer) dan polisitemia sekunder.
a. Polisitemia Vera
Polistemia vera (primer) adalah mutasi genetic. Polisitemia vera adalah
gangguan sel punca yang ditandai dengan kelainan sumsum tulang
panhiperplastik, maligna, dan neoplastik.
b. Polisitemia Sekunder
Polisitemia sekunder berkaitan dengan berbagai penyakit yang
menyebabkan hipoksia. Polisitemia sekunder adalah peningkatan
jumlah sel darah merah akibat suatu penyakit dasar. Polisitemia
sekunder lebih cocok disebut sebagai eritrositosis atau eritrositemia
sekunder.
PATOFISIOLOGI
b. Polisitemia sekunder
1. Emfisema
2. Hipertensi
3. Hipoksemia
4. Kulit sianosis kemerahan
KLASIFIKASI
a. Polisitemia relatif (apparent)
Polisitemia relatif berhubungan dengan hipertensi,
dehidrasi,luka bakar, obesitas, dan stress. Dikatakan relatif
karena terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah
merah tidak mengalami perubahan.
b. Polisitemia primer (Vera)
Polisitemia primer dikarenakan sel benih hematopoietik
mengalami proliferasi berlebihan tanpa perlu rangsangan dari
eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah.
Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena
rangsangan eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah
contoh polisitemia primer.
c. Polisitemia primer (Vera)
Polisitemia primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami proliferasi berlebihan tanpa perlu
rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal,
proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah
contoh polisitemia primer. Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar antara 4
hingga 6 juta per mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan sel darah
lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal. Kondisi ini dikenal dengan
sebutan polisitemia vera.
d. Polisitemia sekunder
Jenis ini, proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik
dengan polisitemia primer. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai
keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali ke batas normal. Contoh polisitemia sekunder
fisiologis adalah hipoksia.
PENATALAKSANAAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.J dengan
POLISITEMIA VERA di RUANGAN INTERNE PRIA IRNA C
RSUP.Dr.M.DJAMIL PADANG
A . PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.J RM : 01 02 79 92
Tanggal Lahir : 16 Mar 1969 Jenis : Laki-Laki
/45 Tahun kelamin
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Khatib Sulaiman No.66 Ulak Karang
Selatan
Diagnosa Medis : Polisitemia vera
Tanggal Masuk 18 Desember 2020
Tanggal Pengkajian 22 Desember 2020
Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. A Umur : 48 tahun
Pendidikan : Sarjana
terakhir
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Istri
No Tlp : 08163257429
Alamat : Jl. Khatib Sulaiman No.150 Ulak Karang
Selatan
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama (Alasan masuk RS) :
Klien masuk rumah sakit via IGD, keluarga pasien mengatakan
pasien mengalami Nyeri Kepala.
b. Riwayat kesehatan sekarang (RKS),
Pasien datang ke RSUD dengan keluhan Nyeri pada kepala.
Terutama dirasakan pada kepala kiri nyri dirasakan seperi
berdenyut dan hilang timbul. Nyeri dikatakan terlalu berat. Pasien
dapat beraktivitas ringan saat timbul nyeri. Nyeri tidak dapat
berkurang dengan istirahat maupun minum obat penghilang rasa
nyeri (paracetamol).
c. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Pasien menderita tekanan darah tinggi sejak diperiksakan di puskesmas
dan telah mendapatkan pengobatan Captropil 2x25 mg, Paracetamol
3x500 mg dan Vitamin B Complex 2x1 tablet. Riwayat penyakit seperti
disbetes melitus, penyakit ginjal, penyakit jantung, asma, alergi obat dan
makanan disangkal pasien. Setelah terdiagnosis polisitemia vera, pasien
telah melakukan plebotomi dengan volume darah yang dikeluarkan
sebesar 750 cc.
Keluarga pasien mengatakan selama dirumah pasien tidak ada mengalami ganguan dalam BAB, sejak
dirawat pasien BAB nya setiap 3 hari sekali. Terakhir pasien BAB 1 hari sebelum pengkajian. Keluarga
pasien mengatakan BAB pasien Padat, berwarna kuning.
2) Buang air kecil (sehat/sakit):
Keluarga pasien mengatakan sejak satu minggu sebelum dirawat pasien sering BAK 2 kali sehari, dan sama
setelah dirawat.
Pola ktivitas / Olahraga
Keluarga pasien mengatakan
Pasien rajin berolahraga
bermain bulu tangkis karena
pernah menjadi guru olahraga.
2) Mata
Inspeksi :Konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil kanan &
kiri, d + 3mm. Simetris kiri kanan.
Palpasi :Benjolan tidak ada, Pembengkakan (edema) tidak ada
3) Telinga
Inspeksi : Tidak ada keluar cairan dari telinga, fungsi pendengaran baik, tidak ad tanda-
tanda radang, ataupun bekas luka, sekret(-)
Palpasi : Bejolan tidak ada, pembengkakan (edema) tidak ada
4) Hidung
Inspeksi : simetris kiri kanan, bersih, Napas cuping hidung (-), perdarahan (-),
sumbatan (-), fungsi penciuman baik
5) Mulut
Inspeksi : Hipertrofi gusi (-), pendarahan gusi (-), Lidah : atrofi papil lidah(-),
glossitis (-)
6) Leher
Inspeksi : Deviasi trakea (-), kaku kuduk (-)
Palpasi : Tidak teraba Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid, distensi vena jugoralis (-), JVP 5-2 cmH2O
Dada ( Thorak )
Cor
Inspeksi : Iktus Cordis tidak terlihat Jantung
Palpasi : Iktus Cordis tidak teraba Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS 5 mid clavicula
Perkusi : Batas Atas : ICS II Palpasi : Ictus Cordis teraba normal di ICS 5 mid
clavicula
Batas Bawah : ICS V Perkusi : Redup di ICS 2 – 5
Auskultasi : S1 dan S2 tanpa suara tambahan, Irama
Batas Kanan : PSL dekstraks ICS IV
jantung teratur
Batas Kiri : 2 cm MCL sinistra ICS V
Auskultasi : S1.S2, Tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, statis, dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular (+), Ronchi (-), Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi/oedema/ascites/jaringan parut
Auskultasi : Bising usus normal Peristaltik : 10x/menit
Perkusi : Timpani diempat kuadran
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada , tidak teraba massa, hepar tidak teraba, limfa tidak teraba.
Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : Akral teraba hangat (+), , Clubbing Finger (-), oedem (-), reflex fisiologis
normal,
Ekstrimitas bawah : Akral teraba hangat pucat (+),Clubbing Finger (-), oedem (-) , reflex
fisiologis normal, kulit kaki pasien tampak normal.
Neurologis
(tingkat kesadaran kuantitatif/kualitatif, neurologis terkait)
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
E=4 V=5 M=6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA
DS :
Pasien mengatakan merasakan nyeri berat pada kepala bagian kiri.
Pasien Mengatakan rasa nyeri pada kepala tidak hilang walupun sudah minum obat
penghilang rasa nyeri (paracetamol)
DO :
Pasien tampak meringis dan menekan kepala bagian sebelah kiri.
Pasien tampak lesu dan kurang tidur
TTV : TD : 130/70 mmHg
HR : 82x/mnt
RR : 20x/mnt
Suhu :36,2 0C
Sakit kepala
Nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
ADALAH :
Ketidak stabilan kadar eritrosit dalam darah
menyebabkan Nyeri yang berhubungan dengan
penyakit kronis dibuktikan dengan nyeri pada
persendian dan sakit kepala.
INTERVENSI KEPERAWATAN ( NURSING CARE PLAN ) PADA Tn. J
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan dengan nyeri pada persendian
dan sakit kepala.
Tujuan luaran : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka Pasien
tidak lagi mengatakan rasa nyeri dan sakit pada kepala. Dengan kriteria hasil :
Kontrol nyeri meningkat
Mobilitas fisik meningkat
Pola tidur Membaik
Status kenyamanan meningkat
Manajemen Nyeri
Observasi
Identifikasi lokasi, karakterisktik,durasi,frekuensi, kualitas, itensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Teraupetik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal, TENS, hipnosis,
Akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal, suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Anjurkan teknik nofarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN PADA Tn.J
Rabu /
23 Desember 2020 jam
09.00 wib
Nyeri
Manajemen Nyeri
Observasi
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal, TENS, hipnosis, Akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal, suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Anjurkan teknik nofarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Rabu, 23 Desember 2020 jam 12.00 wib
Subjektif :
Pasien mengatakan nyeri dikepalanya sudah jauh berkurang
Objektif :
Pasien tampak lebih rileks
Pasien tidak terlihat meringis lagi
Pasien sudah dapat tertidur dengan jam tidur yang bertambah.
Analisis:
Masalah keperawatan belum sepenuhnya teratasi
Planning:
Intervensi manajemen manajemen nyeri dilanjutkan
TERIMAKASIH