Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

polisitemia

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kep 3 A

Amelia Gustri 1914201007


Cindy Claudya Putri 1914201001
Cindy Sonia Putri 1914201011
Fadila Putri 1914201015
Melisa Andora 1914201019
Nadila Aini 1914201027
Nur Havifah Hasanah 1914201027
Qorri Hatanto 1914201031
Rezvigel Amanda 1914201035
Sesra Med Madurisa 1914201039
Windy Yunengzah 1914201043

Dosen Pengampuh :
Ns. Hidayatul Rahmi, S.Kep, M.Kep
Defenisi Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh peningkatan
abnormal sel darah, terutama sel darah merah, disertai peningkatan
konsentrasi hemoglobin perifer. Keadaan ini harus dibedakan dengan
polisitemia relatif, di mana terjadi peningkatan hemoglobin yang
tidak disertai peningkatan jumlah sel darah merah, misalnya karena
dehidrasi dan luka bakar. Polisitemia (eitrositosis) didefinisikan
sebagai peningkatan konsentrasi hemoglobin di atas normal.
ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, polisitemia dapat dibagi menjadi polisitemia
vera (primer) dan polisitemia sekunder.
a. Polisitemia Vera
Polistemia vera (primer) adalah mutasi genetic. Polisitemia vera adalah
gangguan sel punca yang ditandai dengan kelainan sumsum tulang
panhiperplastik, maligna, dan neoplastik.
b. Polisitemia Sekunder
Polisitemia sekunder berkaitan dengan berbagai penyakit yang
menyebabkan hipoksia. Polisitemia sekunder adalah peningkatan
jumlah sel darah merah akibat suatu penyakit dasar. Polisitemia
sekunder lebih cocok disebut sebagai eritrositosis atau eritrositemia
sekunder.
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi polisitemia dapat dibedakan menurut etiologi dan kadar eritropoietin.


Pada polisitemia vera (primer), kadar eritropoietin rendah. Sedangkan pada
polisitemia sekunder, kadar eritropoietin tinggi.
a. Polisitemia Vera
Patofisiologi polisitemia vera (primer) didasari adanya mutasi bawaan (germline)
atau mutasi somatik (yang didapat) terhadap progenitor erythroid. Hal ini akan
meningkatkan proliferasi dan akhirnya menimbulkan akumulasi eritrosit. Pada
kondisi ini, kadar eritropoietin tidak meningkat, bahkan terkadang bisa rendah.
Contoh mutasi gen yang sudah teridentifikasi
a. Polisitemia Sekunder
Patofisiologi polisitemia sekunder didasari oleh erythropoietin (Epo)-drivenprocess.
Proses tersebut dapat dipicu oleh mekanisme terhadap hipoksia jaringan atau
eritropoietin patologik yang diproduksi oleh tumor atau obat.
1) Peningkatan Kadar Eritropoietik akibat Hipoksia
Mekanisme oxygen-sensitive Eporesponse terhadap hipoksia jaringan akan
meningkatkan produksi hypoxia inducible factors (HIF) dan pelepasan eritropoietin
dari ginjal. Pada akhirnya, terjadi eritropoiesis secara berlebihan selama kondisi
hipoksia jaringan tidak diperbaiki.
Penyakit yang berhubungan dengan polisitemia sekunder antara lain
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), hipoventilasi alveolar pada
kasus sleep apnea dan obesitas, penyakit jantung bawaan sianotik,
dan hemoglobinopati dengan afinitas oksigen tinggi. Polisitemia
sekunder juga bisa disebabkan hipoksia lokal, misalnya pada kelainan
vaskular ginjal yang menyebabkan hipoksia lokal di jaringan ginjal.
2. Peningkatan Kadar Eritropoietin akibat Tumor atau Obat
Polisitemia sekunder juga bisa disebabkan kadar eritropoietin
berlebihan akibat produksi dari tumor (Epo-secreting tumor).
Beberapa obat juga bisa menginduksi produksi eritropoietin,
misalnya obat anabolik steroid dan terapi pengganti
testosteron yang memicu stimulasi eritropoietin endogen.
Adapun perjalanan klinis polisitemia yaitu :
A. Fase eritrositik atau fase polisitemia
B. Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis )
C. Fase mielofibrotik
D. Fase terminal
a. Polisitemia Vera
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada polisitemia vera terbagi dalam 3 fase,
yaitu :
1) Gejala awal (early symptom)
2) Gejala akhir
3) Gejala splenomegali

b. Polisitemia sekunder
1. Emfisema
2. Hipertensi
3. Hipoksemia
4. Kulit sianosis kemerahan
KLASIFIKASI
a. Polisitemia relatif (apparent)
Polisitemia relatif berhubungan dengan hipertensi,
dehidrasi,luka bakar, obesitas, dan stress. Dikatakan relatif
karena terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah
merah tidak mengalami perubahan.
b. Polisitemia primer (Vera)
Polisitemia primer dikarenakan sel benih hematopoietik
mengalami proliferasi berlebihan tanpa perlu rangsangan dari
eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah.
Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena
rangsangan eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah
contoh polisitemia primer.
c. Polisitemia primer (Vera)
Polisitemia primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami proliferasi berlebihan tanpa perlu
rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal,
proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah
contoh polisitemia primer. Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar antara 4
hingga 6 juta per mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan sel darah
lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal. Kondisi ini dikenal dengan
sebutan polisitemia vera.

d. Polisitemia sekunder
Jenis ini, proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik
dengan polisitemia primer. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai
keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali ke batas normal. Contoh polisitemia sekunder
fisiologis adalah hipoksia.
PENATALAKSANAAN

Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan


pasien. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan
memperpanjang harapan hidup pasien.Tujuan terapi yaitu:

a.Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah


merah (eritrosit).

b.Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena,


serebrovaskular, trombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri
perifer, dan infark pulmonal.

c.Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.


Prinsip terapi:

1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus


(individual) dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang
belum terkendali.
3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment).
4. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada
pasien usia muda.
Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a). Pemeriksaan Fisik : yaitu ada tidaknya pembesaran limpa dan
penampilan kulit (eritema).
B). Pemeriksaan Darah : Jumlah sel darah ditentukan oleh complete
blood cell count (CBC), sebuah tes standar untuk mengukur konsentrasi
eritrosit, leukosit dan trombosit dalam darah. PV ditandai dengan adanya
peningkatan hematokrit, jumlah sel darah putih (terutama neutrofil), dan
jumlah platelet. Pemeriksaan darah lainnya, yaitu adanya peningkatan kadar
serum B12, peningkatan kadar asam urat dalam serum, saturasi oksigen pada
arteri, dan pengukuran kadar eritropoietin (EPO) dalam darah.
C). Pemeriksaan Sumsum tulang : Meliputi pemeriksaan histopatologi dan
nalisis kromosom sel-sel sumsum tulang (untuk mengetahui kelainan sifat
sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang akibat mutasi dari gen Janus
kinase-2/JAK2).
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA POLISITEMIA

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.J dengan
POLISITEMIA VERA di RUANGAN INTERNE PRIA IRNA C
RSUP.Dr.M.DJAMIL PADANG

A . PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama : Tn.J RM : 01 02 79 92
Tanggal Lahir : 16 Mar 1969 Jenis : Laki-Laki
/45 Tahun kelamin
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Khatib Sulaiman No.66 Ulak Karang
Selatan
Diagnosa Medis : Polisitemia vera
Tanggal Masuk 18 Desember 2020
Tanggal Pengkajian 22 Desember 2020
Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. A Umur : 48 tahun
Pendidikan : Sarjana
terakhir
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Istri
No Tlp : 08163257429
Alamat : Jl. Khatib Sulaiman No.150 Ulak Karang
Selatan
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama (Alasan masuk RS) :
Klien masuk rumah sakit via IGD, keluarga pasien mengatakan
pasien mengalami Nyeri Kepala.
b. Riwayat kesehatan sekarang (RKS),
Pasien datang ke RSUD dengan keluhan Nyeri pada kepala.
Terutama dirasakan pada kepala kiri nyri dirasakan seperi
berdenyut dan hilang timbul. Nyeri dikatakan terlalu berat. Pasien
dapat beraktivitas ringan saat timbul nyeri. Nyeri tidak dapat
berkurang dengan istirahat maupun minum obat penghilang rasa
nyeri (paracetamol).
c. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Pasien menderita tekanan darah tinggi sejak diperiksakan di puskesmas
dan telah mendapatkan pengobatan Captropil 2x25 mg, Paracetamol
3x500 mg dan Vitamin B Complex 2x1 tablet. Riwayat penyakit seperti
disbetes melitus, penyakit ginjal, penyakit jantung, asma, alergi obat dan
makanan disangkal pasien. Setelah terdiagnosis polisitemia vera, pasien
telah melakukan plebotomi dengan volume darah yang dikeluarkan
sebesar 750 cc.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti
pasien. Riwayat penyakit sistemik seperti jantung, asma, DM, dan
hipertensi dalam keluarga disangkal oleh pasien.
Pengkajian Keperawatan
Pola Persepsi dan Penanganan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan:
Awalnya pasien tidak mengerti tentang penyakitnya, hanya mengetahui tentang hipertensi. Setelah
menjalani beberapa kali pengobatan pasien mulai mengerti tentang penyakitnya.
Pola Nutrisi / Metabolisme
Intake makanan dan cairan (sehat/sakit):
 Keluarga Pasien mengatakan saat sehat makannya tidak ada mengalami masalah. Asupan makanan
pasien sehari-hari dapat dikatakan cukup. Hal ini dikarenakan istri pasien memasak setiap pagi untuk
kebutuhan pasien. Pasien tinggal dekat dengan pasar sehingga kebutuhan akan bahan makanan tidak
sulit. Komposisi makanan pasien seimbang seperti nasi, daging sayur, dan buah.
Pola Eliminasi
1) Buang air besar (sehat/sakit):

Keluarga pasien mengatakan selama dirumah pasien tidak ada mengalami ganguan dalam BAB, sejak
dirawat pasien BAB nya setiap 3 hari sekali. Terakhir pasien BAB 1 hari sebelum pengkajian. Keluarga
pasien mengatakan BAB pasien Padat, berwarna kuning.
2) Buang air kecil (sehat/sakit):

Keluarga pasien mengatakan sejak satu minggu sebelum dirawat pasien sering BAK 2 kali sehari, dan sama
setelah dirawat.
Pola ktivitas / Olahraga
Keluarga pasien mengatakan
Pasien rajin berolahraga
bermain bulu tangkis karena
pernah menjadi guru olahraga.

Kemampuan Perawatan Diri :


0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
Pola Istirahat Tidur
Keluarga pasien mengatakan Pola tidur
pasien selama dirumah tidak ada masalah.
Pasien mampu tidur 8-10 jam/hati. Sejak
pasien dirawat pola tidur pasien mulai
terganggu karena Nyeri kepala, yang dirasakan
pasien. Pasien hanya mampu tidur 4-5
jam/hari. Pola Kognitif - Persepsi
( Penglihatan, pendengaran, pengecapan dan sensasi ) :
Keluarga pasien mengatakan sejak dirumah pasien mengalami gangguan
penglihatan mata pasien kabur dan sulit berkonsentrasi, pendengaran
pengecapan dan juga sensasi. dan semenjak dirawat di RS pasien juga tidak
ada mengalami penurunan pendenganran dan juga pengecepan.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pola Peran Hubungan Normal
Keluarga pasien mengatakan selama dirumah pasien memilikik hubungan yang baik
dengan anggota keluarganya, orang tua, kakak dan juga adeknya. dan juga masyarakat
setempat. Selama dirumah sakit pasien juga memiliki hubungan yang baik dengan
perawat diruangan
Pola Seksualitas / Reproduksi
Tidak dikaji
Pola Koping - toleransi stress
Pola koping dan toleransi stress cukup baik karena
pasien adalah orang yang positif.
Pola keyakinan - Nilai
Pasien beragama islam, pada saat ditanya apakah pasien
ada berdoa memohon kesembuhan kepada Tuhan YME,
pasien menjawabnya dengan positif.
Pemeriksaan Fisik
Penampakan umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15
BB : 54 kg dari 48 kg, TB : 158 cm, LILA 21,68 kg/cm lengan Kepala dan leher
kanan 1) Rambut
TTV : TD :130/70 mmHg,
HR : 82x/mnt ,regular, isi cukup RR : 20 x/mnt, Inspeksi : Pertumbuhan rambut merata,
warna hitam beruban , tidak ada ketombe.
Suhu : 36,2 °C Palpasi :Benjolan tidak ada, lesi tidak ada,
pembengkakan tidak ada (edema)

2) Mata
Inspeksi :Konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil kanan &
kiri, d + 3mm. Simetris kiri kanan.
Palpasi :Benjolan tidak ada, Pembengkakan (edema) tidak ada
3) Telinga

Inspeksi : Tidak ada keluar cairan dari telinga, fungsi pendengaran baik, tidak ad tanda-
tanda radang, ataupun bekas luka, sekret(-)
Palpasi : Bejolan tidak ada, pembengkakan (edema) tidak ada
4) Hidung
Inspeksi : simetris kiri kanan, bersih, Napas cuping hidung (-), perdarahan (-),
sumbatan (-), fungsi penciuman baik
5) Mulut
Inspeksi : Hipertrofi gusi (-), pendarahan gusi (-), Lidah : atrofi papil lidah(-),
glossitis (-)

6) Leher
Inspeksi : Deviasi trakea (-), kaku kuduk (-)
Palpasi : Tidak teraba Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid, distensi vena jugoralis (-), JVP 5-2 cmH2O
Dada ( Thorak )
Cor
 Inspeksi : Iktus Cordis tidak terlihat Jantung
 Palpasi : Iktus Cordis tidak teraba  Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS 5 mid clavicula
 Perkusi : Batas Atas : ICS II  Palpasi : Ictus Cordis teraba normal di ICS 5 mid
clavicula
Batas Bawah : ICS V  Perkusi : Redup di ICS 2 – 5
 Auskultasi : S1 dan S2 tanpa suara tambahan, Irama
Batas Kanan : PSL dekstraks ICS IV
jantung teratur
Batas Kiri : 2 cm MCL sinistra ICS V
 Auskultasi : S1.S2, Tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo
 Inspeksi : simetris, statis, dan dinamis
 Palpasi : Vocal fremitus
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikular (+), Ronchi (-), Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi/oedema/ascites/jaringan parut
Auskultasi : Bising usus normal Peristaltik : 10x/menit
Perkusi : Timpani diempat kuadran
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada , tidak teraba massa, hepar tidak teraba, limfa tidak teraba.

Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : Akral teraba hangat (+), , Clubbing Finger (-), oedem (-), reflex fisiologis
normal,
Ekstrimitas bawah : Akral teraba hangat pucat (+),Clubbing Finger (-), oedem (-) , reflex
fisiologis normal, kulit kaki pasien tampak normal.
 
Neurologis
(tingkat kesadaran kuantitatif/kualitatif, neurologis terkait)
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
E=4 V=5 M=6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 
ANALISA DATA
DS :
Pasien mengatakan merasakan nyeri berat pada kepala bagian kiri.
Pasien Mengatakan rasa nyeri pada kepala tidak hilang walupun sudah minum obat
penghilang rasa nyeri (paracetamol)
 
DO :
Pasien tampak meringis dan menekan kepala bagian sebelah kiri.
Pasien tampak lesu dan kurang tidur
TTV : TD : 130/70 mmHg
HR : 82x/mnt
RR : 20x/mnt
Suhu :36,2 0C
Sakit kepala
Nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
ADALAH :
Ketidak stabilan kadar eritrosit dalam darah
menyebabkan Nyeri yang berhubungan dengan
penyakit kronis dibuktikan dengan nyeri pada
persendian dan sakit kepala.
INTERVENSI KEPERAWATAN ( NURSING CARE PLAN ) PADA Tn. J
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan dengan nyeri pada persendian
dan sakit kepala.
Tujuan luaran : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka Pasien
tidak lagi mengatakan rasa nyeri dan sakit pada kepala. Dengan kriteria hasil :
Kontrol nyeri meningkat
Mobilitas fisik meningkat
Pola tidur Membaik
Status kenyamanan meningkat

Manajemen Nyeri 
Observasi
Identifikasi lokasi, karakterisktik,durasi,frekuensi, kualitas, itensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Teraupetik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal, TENS, hipnosis,
Akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal, suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Anjurkan teknik nofarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
 
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN PADA Tn.J
Rabu /
23 Desember 2020 jam
09.00 wib
Nyeri

Manajemen Nyeri 
Observasi
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal, TENS, hipnosis, Akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal, suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Anjurkan teknik nofarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Rabu, 23 Desember 2020 jam 12.00 wib
 
Subjektif :
Pasien mengatakan nyeri dikepalanya sudah jauh berkurang
 
Objektif :
Pasien tampak lebih rileks
Pasien tidak terlihat meringis lagi
Pasien sudah dapat tertidur dengan jam tidur yang bertambah.
 
Analisis:
Masalah keperawatan belum sepenuhnya teratasi
 
Planning:
Intervensi manajemen manajemen nyeri dilanjutkan
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai