DI SUSUN OLEH:
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. S Dengan ACS Stemi Di Ruang ICU/HCU RS Immanuel Bandung”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dan bimbingan, baik
dalam bentuk moril maupun materil dari berbagai pihak. Tanpa bantuan tersebut, makalah ini
tidak dapat di wujudkan. Maka kami menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu serta banyak memberikan dukungan sehingga makalah ini dapat di
selesaikan dengan baik. Rasa terimakasih kami sampaikan terutama kepada:
1. Ibu Monika Ginting, S. Kep., Ners., M. Kep selaku dosen coordinator mata kuliah NP
7.1
2. Ibu Srihesty Manan, S.Kep, Ners, M.Kes., AIFO selaku dosen pengampu mata kuliah
NP 7.1
3. Ibu Widyadari P., S.Kep, Ners, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah NP 7.1
4. Seluruh preceptor di ruang ICU/HCU yang telah banyak membantu dan membimbing
kami selama praktik di ruang ICU/HCU dan dalam penyusunan makalah ini
5. Seluruh teman S1 Keperawatan angkatan 2018 yang dengan tulus ikhlas memberikan
doa, dukungan serta bantuan hingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik kepada semua pihak yang telah di
sebutkan diatas. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak. Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan memperluas
wawasan kita semua. Atas segala perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnosis Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute Coronary Syndrom (ACS) yaitu, suatu kondisi berbahaya dimana penurunan
secara mendadak aliran darah pembuluh koroner sehingga terjadi iskemia miorkard
(Brunner dan Suddarth, 2014). Iskemia miokard menyebabkan jaringan miokard
nekrosis sehingga terjadi infark miokard akut. Sindrom koroner akut diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu : Infark miokard dengan elevasi Segmen ST (STEMI), Infark
miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI), dan Angina pektoris tidak stabil
(UAP/Unstable Angina Pectoris) (PERKI, 2018).
STEMI terjadi karna adanya stenosis total pembuluh darah koroner sehingga
mengakibatkan kematian sel otot jantung atau nekrosis yang bersifat irreversible
(LeMone,2017). Manifestasi klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada
substernum yang terasa sepeti tertimpa atau tertekan benda berat, seperti diremas-remas,
terkadang menjalar ke leher, rahang, epigastrium, bahu, sampai ke lengan kiri, atau
hanya rasa tidak enak di dada. Bagi beberapa pasien (20% -30%) tidak merasakan
nyeri dada, hal ini terutama dapat dialami oleh pasien dengan diabetes mellitus,
hipertensi, serta pada pasien berusia lanjut (Sudoyo, et al. 2010).
Data WHO pada tahun 2015 sebesar 39,5 juta (70%) angka kematian dunia
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM) dan 17.7 juta (45%) dari kematian
tersebut disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (P2PTM Kemenkes RI, 2019). Di
Indonesia prevalensi nasional penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk semua umur menurut provinsi yaitu 1,5%, sedangkan untuk DKI Jakarta
menempati angka sebesar 1,9% (Riskesdas, 2018). Penyakit kardiovaskuler juga
paling sering menyerang kelompok usia produktif, sehingga mortalitasnya dapat
menyebabkan beban ekonomi dan sosial pada masyarakat. Angka kejadian penyakit
kardiovaskuler dari tahun ke tahun semakin meningkat, setidaknya 15 dari 1000 orang,
atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung (PERKI,2019).
Pada pasien STEMI masalah keperawatan yang mungkin muncul diantaranya, yaitu:
gangguan rasa nyeri, penurunan curah jantung, pola napas tidak efektif, gangguan
perfusi perifer, serta intoleransi aktivitas (Muttaqin, 2009). Dalam penanganan pasien
iskemia miokard akut, perawat memiliki peran yang terdiri dari promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Peran promotif dan preventif dilakukan sebelum terjadi
serangan akut, yaitu dengan mengajarkan pola hidup sehat untuk pasien jantung. Peran
kuratif dan rehabilitatif dilakukan saat terjadinya serangan akut pada pasien jantung
yang harus mendapatkan penanganan segera. Tindakan yang harus segera dilakukan
pada pasien STEMI diantaranya, tirah baring atau imobilisasi untuk mengurangi beban
kerja dan kebutuhan oksigen jantung. Memposisikan pasien semi fowler dan
melonggarkan baju yang ketat. Memberikan pasien terapi oksigen sesuai dengan
kebutuhan, memasang jalur intravena (IV), serta memasang monitor jantung pada
pasien (Black dan Hawks,2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penyakit kardiovaskuler memiliki
prevalensi dan angka kematian yang tinggi. Maka, kami tertarik untuk memahami lebih
dalam kasus Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan ST Elevation Myocardial
Infarction (STEMI) untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai “Asuhan
Keperawatan pada Ny. S yang mengalami Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan ST
Elevasi Miokard Infark (STEMI) di ruang ICU/HCU RS Immanuel Bandung”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang analisa asuhan keperawatan pada Ny. S yang
mengalami Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark
(STEMI) di ruang ICU/HCU RS Immanuel Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan teori tentang Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI).
b. Menguraikan teori asuhan keperawatan yang diberikan untuk klien yang
mengalami Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark
(STEMI).
c. Memberikan gambaran proses dan hasil tentang :
1) Pengkajian keperawatan pada Ny. S yang mengalami Acute Coronary
Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).
2) Penetapan diagnosis keperawatan pada Ny. S yang mengalami Acute
Coronary Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).
3) Perencanaan keperawatan untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada
Ny. S yang mengalami Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI).
4) Implementasi keperawatan pada Ny. S yang mengalami Acute Coronary
Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).
5) Evaluasi keperawatan pada Ny. S yang mengalami Acute Coronary
Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).
d. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan pada Ny. S yang
mengalami Acute Coronary Syndrome(ACS) dengan ST Elevasi Miokard
Infark (STEMI).
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi sumber bacaan ilmiah, menambah pengetahuan dan keterampilan
bagi mahasiswa mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark
(STEMI), serta menjadi suatu kesempatan yang berharga bagi mahasiswa untuk
dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah.
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Nurarif (2015) menyebutkan bahwa ACS dapat disebabkan oleh dua faktor, antara
lain :
a. Faktor Penyebab
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
faktor darah (hipoksemia, polisitemia, anemia), faktor sirkulasi (hipotensi,
stenosis aorta) dan faktor pembuluh darah (spasme, artritis, aterosklerosis).
2) Curah jantung meningkat yang disebabkan oleh aktifitas berlebih, seperti
emosi, makan terlalu banyak dan hipertiroidisme.
3) Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada keadaan kerusakan miokard,
hipertropi miokard dan hipertensi diastolik.
b. Faktor Predisposisi
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah : usia > 40 tahun, jenis
kelamin (pada pria tinggi, pada wanita meningkat setelah menopause),
hereditas serta ras.
2) Faktor resiko yang dapat diubah : mayor (seperti hiperlipidemia, hipertensi,
merokok, diabetes, obesitas) serta minor (seperti inaktifitas fisik, emosional,
stress psikologis berlebihan).
3. Manifestasi Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada bagian tengah, seperti diremas-remas, ditusuk,
panas, tertindih atau tertekan benda berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan
(umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri
berlangsung lama dan tak responsif terhadap nitrogliserin, disertai perasaan mual,
muntah, sesak, pusing, keringat dingin dan berdebar. Pada pasien diabetes dan
orangtua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Bila di anamnesis lebih teliti sering
sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau
epigastrium (Kasron, 2016).
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat
ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi
basal menunjukkan bendungan paru-paru. Nadi cepat, kulit dingin dan pucat, serta
hipotensi sering ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, terkadang ditemukan
pulsasi diskinetik yang berada pada dinding dada IMA inferior (Kasron, 2016).
4. Patofisiologi
Faktor-faktor usia, genetik, diet, merokok, diabetes melitus type II, hipertensi dan
inflamasi menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotheliat. Disfungsi yang terjadi
pada endotel mengakibatkan sel-sel tidak dapat lagi memproduksi molekul-molekul
vasoaktif seperti nitric oxide, yang bekerja sebagai anti-poliferasi, anti-trombotik
dan vasodilator. Sementara itu, disfungsi endotel justru dapat meningkatkan
produksi, endotelin-1, angiostensin-II dan vasokontrisiktor yang berperan dalam
perpindahan dan pertumbuhan sel. Faktor pertumbuhan dan trombosit
menyebabkan migrasi otot polos dari tunika media kedalam tunika intima dan
proliferasi matriks. Proses ini mengubah bercak lemak menjadi atheroma matur.
STEMI disebabkan oleh adanya aterosklerotik pada arteri korener atau
penyebab lainya yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Proses aterosklerotik terjadi akibat
adanya cedera pada sel endotel yang bersentuhan langsung dengan zat-zat dalam
darah. Permukaan sel menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam darah menempel
masuk kelapisan dinding arteri. Kemudian, terjadi fisura, rupture atau ulserasi pada
penumpukan plak aterosklerosis dan kondisi lokal atau sistemik dapat memicu
tromogenesis sehingga mengakibatkan sumbatan total pada arteri koroner.
Infark miokard yang disebabkan thrombus arteri koroner dapat mengenai
endocardium sampai epikardium, disebut infark transmural. Tetapi bisa juga terjadi
infark subendokardial, yaitu infrak yang terjadi hanya mengenai darah
subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan, infark sudah terbentuk pada
subendokardial, dan bila berlanjut tanpa segera ada penanganan maka rata-rata
dalam 4 jam dapat terjadi infark transmural. Kerusakan terjadi secara menyeluruh
dari endocardium sampai epikardium, proses remodeling miokard yang mengalami
injury terus berjalan hingga beberapa minggu atau bulan karena darah infark
yang meluas dan daerah non infark mengalami pelebaran.
Otot yang mengalami infark akan mengalami beberapa perubahan selama
berlangsungnya proses pemulihan, pertama-tama otot yang mengalami infark
tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran daerah regional kemudian
dalam jangka waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel dan muncul respon
peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim jantung akan terlepas dari sel, mulai
hari kedua atauketiga terjadi proses degredasi ringan dan pembuangan semua
serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relative tipis, kira-kira pada
minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung
fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progesif.
Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas. Setelah terjadi infark
miokard, akibatnya antara lain : peningkatan akhir diastolik ventrikel kiri,
peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel, menurunnya daya
kontraksi, gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel,
penurunan curah sekuncup, dan penurunan fraksi ejeksi.
Pathway Pasien dengan ACS
Defisiensi
Ganguan
Penurunan curah jantung Odema paru pengetahuan,
pertukaran gas
ansietas
6. Penatalaksanaan
a. Aktivitas
Pasien dengan STEMI harus berada pada tempat tidur selama 12 jam pertama
untuk mengurangi kerja jantung selama masa awal infark. Kemudian dilanjut
postur tegak dengan menggantung kaki ke sisi tempat tidur dan duduk di kursi
dalam 24 jam pertama.
b. Diet
Karena adanya resiko emesis dan aspirasi setelah STEMI, pasien hanya
diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam pertama. Diet
yang diberikan karbohidrat kompleks 50-55% dari kebutuhan kalori, tinggi serat,
kalium, magnesium tetapi rendah natrium.
c. Bowel Bedrest dan efek narkotik yan digunakan untuk menghilangkan nyeri
seringkali menyebabkan konstipasi. Laksatif dapat diberikan jika pasien
mengalami konstipasi.
d. Farmakoterapi
Beberapa terapi farmakologis yang dapat diberikan, antara lain :
1) Nitrogliserin,
2) Morfin,
3) Apirin,
4) Beta Blocker,
5) ACE Inhibitor.
e. Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
adalah suatu bentuk penanganan invasif yang diberikan pada pasien yang
mengalami angina dan CAD (Coronary Artery Diseases). Percutaneous
Coronary Intervention (PCI) adalah prosedur intervensi non bedah dengan
menggunakan kateter untuk melebarkan atau membuka pembuluh darah koroner
yang menyempit dengan balon atau stent (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2017).
7. Komplikasi
a. Gangguan Hemodinamik
1) Gagal Jantung
Setelah STEMI seringkali terjadi disfungsi miokardium dalam fase akut
dan subakut. Jika dilakukan revaskularisasi dengan segera menggunakan
teknik trombolisis atau IKP, perbaikan fungsi ventrikel dapat
terselamatkan, tetapi apabila jejas transmural atau obstruksi
mikrovaskular sudah terjadi terutama pada dinding anterior,dapat
menyebabkan komplikasi akut yang berakhir gagal jantung kronik (PERKI,
2018).
2) Gangguan konduksi dan aritmia dalam fase akut Aritmia dan gangguan
konduksi sering ditemukan dalam beberapa jampertama setelah infark
miokard, diantaranya : aritmia supraventrikular, aritmia ventrikular,
sinus bradikardi dan blok jantung (PERKI, 2018).
b. Komplikasi Kardiak
Faktor risiko terjadinya komplikasi kardiak diantaranya usia lanjut, infark
dinding anterior, iskemia berkepanjangan, gejala Killip II-IV atau
berkurangnya aliran TIMI. Beberapa komplikasi mekanis dapat terjadisecara
akut dalam beberapa hari setelah STEMI, meskipun insidensinyabelakangan
berkurang dengan meningkatnya pemberian terapi reperfusi yangsegera dan
efektif. Komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya : infark ventrikel kanan,
regurgitasi katup mitral, perikarditis, ruptur jantung, ruptur septum
ventrikel, trombus ventrikel kiri serta aneurisma ventrikel kiri (PERKI, 2018)
Nekrosis
Supply O2 ke miokard
menurun
Metabolisme
Nyeri akut
2. D.S : Ateroskelorosis Penurunan Curah
- Pasien mengatakan lemas thrombosis kontraksi Jantung
- pasien mengatakan jantung berdebar- arteri koronaria
debar Penurunan aliran darah
- pasien mengatakan sesak napas ke jantung
D.O :
- Takikardi/bradikardia Kekurangan O2 dan
- distensi vena jugularis nutrisi
- nadi teraba cepat dan lemah
- CRT >3detik Iskemik pada jaringan
- Ekstremitas teraba dingin miokard
- Tekanan darah meningkat/menurun
- Gambaran EKG aritmia atau Nekrosis
gangguan konduksi
- oliguria Supply dan kebutuhan
O2 ke jantung tidak
seimbang
Supply O2 ke miokard
menurun
Kontraktilitas jantung
menurun
Penurunan Curah
Jantung
3. D.S : Ateroskelorosis Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengatakan lemas thrombosis kontraksi
- pasien mengatakan nyeri dada arteri koronaria
- pasien mengatakan sesak
D.O : Penurunan aliran darah
- ADL dibantu oleh keluarga dan ke jantung
perawat
- tekanan darah menurun Kekurangan O2 dan
- takikardi nutrisi
Nekrosis
Suplay O2 ke miokard
menurun
Metabolisme
Kelemahan
Intoleransi Aktivitas
Diagnosis Keperawatan
Menurut Nurarif (2015) masalah keperawatan yang lazim muncul pada ACS, yaitu :
a. Nyeri akut
b. Penurunan curah jantung
c. Intoleransi aktivitas
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN KRITERIA
KEPERAWATAN
1. Penurunan curah Tupan : Perawatan jantung
jantung berhubungan Observasi : Observasi :
dengan perubahan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital secara 1. menunjukan peningkaan TD dan keadaan
irama jantung. indakan keperawatan berkala tiap 1 jam. umum klien.
selama 2x 14 jam 2. Monitor saturasi oksigen secara 2.penurunan saturasi oksigen dapat
D.S : diharapkan penurunan berkala tiap 1 jam. menunjukan perubahan status kesehatan
curah jantung tidak yang dapat mengakibatkan terjadinya
- Pasien mengatakan
menjadi actual. hipoksia.
lemas 3. Monitor aritmia 3. Menunjukan adanya gangguan pada
Tupen : irama dan frekuensi jantung.
- pasien mengatakan
jantung berdebar- Setelah dilakukan Terapeutik : Terapeutik:
tindakan keperawatan 1. lakukan perekaman EKG 12 1. Mengevaluasi kondisi aktivitas jantung.
debar
selama 1x14 jam sadapan perhari 2. menentukan status kesiimbangan cairan
- pasien mengatakan diharapkan curah 2. lakukan pengukuran intake dan tubuh klien.
jantung membaik. output cairan perhari. 3. suplai dengan dapat diperbaiki dengan
sesak napas
3. posisikan klien semi fowler
atau posisi kepala tempat tinggi lebih tinggi.
D.O : Kriteri hasil : fowler dengan kaki kebawah atau
- Palpitasi posisi nyaman: Edukasi :
-
menurun 1. pembatasan aktifitas untuk mengurangi
Takikardi/bradikard - Takikardi Edukasi : beban kerja jantung.
menurun 1. anjurkan beraktifitas fisik hidup 2. peningkatan pengetahuan untuk control
ia
- Gambaran penderita jantung. penyakit serta mencegah kekambuhan.
- distensi vena EKG membaik 2. Edukasi klien tentang gaya hidup
- Distensi vena penderita jantung
jugularis
jugularis Kolaborasi :
- nadi teraba cepat menurun Kolaborasi : a. untuk mencegah atau mengatasi
- Ttv dalam 1. kolaborasi pemberian obat jantung trambosit vena dalam
dan lemah
batas normal b. untuk melarutkan gumpalan dalam dalam
- CRT >3detik a.lovenox darah
c. menurunkan jumlah jumlah kolestrol
- Ekstremitas teraba
b.trombolitik dalam tubuh
dingin d. mengobati hipertensi, angina paktoris,
c.atorvastatisn aritmia dan gagal jantung.
- Tekanan darah
e. meredakan gejala meningkatnya asam
meningkat/menurun d.bisoprolol lambung
- Gambaran EKG
e.pantoprazole
aritmia atau
2. untuk mempertahankan atau
gangguan konduksi
2. kolaborasi dengan ahli gizi meningkatkan status nutrisi klien.
- oliguria terhadap pemberian program terapi 3. pengguna kateterisasi jantung untuk
jantung melebar atau membuka pembuluh darah.
3. kolaborasi tindakan portaneous
coronary intervention (PCI)
2. Nyeri akut Tupan : Manajemen nyeri :
berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi Observasi:
agen cedera fisiologis tindakan keperawatan 1.identifikasi lokasi,karakteriksi 1.untuk mengetahui daerah
: iskemia selama 2x 14 jam durasi,frekuensi,kualitas,intesitas nyeri,kualitas,kapan nyeri dirasakan,factor
diharapkan nyeri nyeri pencetus,berat ringan nya nyeri klien.
D.S : teratasi :
2.untuk mengetahui seberapa berat tingkat
Nyeri dada yang khas
Tupen : 2.identifikasi skala nyeri nyeri klien
seperti tertindih benda Setelah dilakukan 3.untuk membantu menentukan tindakan
tindakan keperawatan 3.identifikasi factor yang mempererat yang diberikan
berat disertai keringat
selama 2x7 jam dan memperingan nyeri
dingin dan sesak dan diharapkan skala nyeri Teurapetik:
berkurang,dengan Teurapetik: 1.untuk memberikan perasaan relax pada
rasa tercekik. Nyeri
dada menjalar ke 1.berikan teknik non farmakologis klien
kriteria hasil: untuk mengurangi rasa nyeri(relaksasi
punggung, leher dan
1.ttv dalam batas nafas dalam) 2. Mengurangi bebasn kerja jantung
lengan kiri sampai normal 2. fasilitasi istirahat dan tidur
2.gambaran ekg Edukasi:
jari
aritmia menurun Edukasi: 1. Untuk meningkatkan pengetahuan klien
D.O : 3.nyeri dada menurun 1. Jelaskan penyebab periode dan tentang factor penyebab nyeri
4.mual menurun pemicu nyeri 2. Pasien dapat melakukan tindakan
- pasien tampak
5.takikardi membaik 2. ajarkan teknik non-farmakologis mandiri megonrol nyeri
meringis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- pasien memegang
Kolaborasi: a. untuk mencegah atau mengatasi
lokasi nyeri (dada 1. Kolaborasi pemberian obat jantung thrombosis vena dalam vena dalam
untuk mengatasi nyeri dada: b. Uuntuk melarutkan gumpalan dalam
kiri)
a. Lavenox darah
- skala nyeri dari 0-10 c. Menurunkan jumlah kolesterol dalam
b. Trombilitik tubuh
d. mengobati hipertensi, angina pectoris,
c. Atorvastatin aritmia, dan gagal jantung
2. Uuntuk mempertahankan atau
d. Bisoprolol meningkatkan status nutrisi klien
3. Penggunaan kateterisasi jantung untuk
2. Kolaborasi dengan ahli gizi melebarkan atau membuka pembuluh darah
terhadap pemberian program terapi
diit jantung
3. Kolaborasi tindakan portaneous
coronary intervention (PCI)
3 Intoleransi aktifitas Tupan: Manajemen energy:
b/d Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
ketidakseimbangan tindakan keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh: 1. Untuk mengetahui gangguan fungsi
antara suplai dan selama 2x14jam yang mengakibatkan kelelahan tubuh yang dialami pasien akibat kelelahan
kebutuhan oksigen intoleransi aktifitas 2. Mengetahui factor penyebab kelelahan
teratasi. 2. Monitor kelelahan fisik dan 3. Untuk mengetahui pola tidur pasien
D.S : emosional terganggu atau tidak
Tupen: 3. Monitor pola tidur
- Pasien mengatakan
Setelah dilakukan
lemas tindakan keperawatan Teraupetik:
selama 1x14 jam Terapeutik: 1. Untuk memberikan rasa nyaman bagi
- pasien mengatakan
intoleransi aktifitas 1. Sediakan lingkungan nyaman dan pasien
nyeri dada teratasi secara rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
bertahap. kunjungan) 2. Untuk mwningkatkan dan melatih massa
- pasien mengatakan
Kriteria hasil: 2. Lakukan latihan gerak rentang otot dan gerak ekstremitas pasien
sesak -Dispnea saat aktivitas pasif/aktif 3. Untuk melatih gerak mobilisasi pasien
menurun 3. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, selama dirawat
D.O :
-Keluhan lelah jika tidak dapat berpindah/berjalan
- ADL dibantu oleh menurun Edukasi:
-Dispnea setelah Edukasi: 1. Untuk menghemat energy dan
keluarga dan perawat
aktifitas menurun 1. Anjurkan tirah baring mengurangi beban kerja jantung
- tekanan darah -Tekanan darah 2. Untuk menunjang proses kesembuhan
membaik 2. Anjurkan melakukan aktivitas pasien bertahap
menurun
-EKG iskemia secara bertahap Kolaborasi:
- takikardi membaik Kolaborasi: 1. Untuk memenuuhi kebutuhan nutrisi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pasien
cara meningkatkan asupan makanan
Implementasi Keperawatan
Implementasikeperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
denganmelaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun sesuaidengan
kondisi dan kebutuhkan pasien. Perawat
16melaksanakan rencana keperawatanbaik secara mandiri,instruksi dari
medismaupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menentukan
adanya perubahan maupun perbaikan kondisi pasien. Tahap ini menentukan apakah
hasil yang diharapkan telah terpenuhi(Potter dan Perry, 2009). Evaluasi
keperawatan pada pasien STEMI adalah diharapkanpetukaran gas
adekuat,nyeri terkontrol atau hilang sama sekali, perfusi jaringan perifer adekuat,
curah jantung adekuatdan terjadi peningkatan aktivitas secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN:
A. Biodata
1. Identitas klien
Nama : Ny. S
Ttl : Bandung, 23 Agustus 1972
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : Diploma
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Tgl masuk rumah sakit :7 Desember 2021
Alamat : Jalan Kopo Sayati No. 141
No RM : 01524310
Diagnosa medis : ACS STEMI
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. K
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Jalan Kopo Sayati No 141
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Nyeri dada
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dikaji pasien mengatakan nyeri dada disebelah kiri, nyeri menjalar
kelengan kiri dan punggung nyeri yang dirasakan seperti beban berat, nyeri yang
dirasakan hilang timbul, skala nyeri 3 (0-10) nyeri bertabah berat jika banyak
bergerak dan berkurang setelah diberikan obat, pasien juga mengatakan badan
terasa lemas jantung berdebar debar, sesak nafas, dan mual. Keadaan umum klien
lemah, kesadaran composmentis GCS 15 (E4M6V5)
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan baru pertama kali
dirawat dengan keluhan yang dirasakan saat ini namun pasien mengatakan
keluhan nyeri dada sudah lama dirasakan, nyeri dada timbul jika pasien
melakukan aktifitas yang berat, keluhan tersebut diabaikan untuk mengatasinya
pasien beristirahat
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya memiliki riwayat penyakit, ayahnya
memiliki riwayat penyakit jantung, ibu liver, kakak laki-laki pertama memiliki
riwayat penyakit jantung, dan laki-laki kedua memiliki riwayat penyakit dm,
5. Genogram
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: pasien
: tinggal serumah
C. Pola aktivitas sehari-hari
Makan
Nasi, lauk pauk, Nasi tim, lauk pauk,
Jenis makanan sayur sayur, buah
3 kali/hari 3 kali/hari dan 1 kali
Frekuensi
snack
Jumlah Makanan 1 porsi ½ porsi
Bentuk Makanan Padat Lembek
Makanan Pantangan Tidak ada Tidak ada
Gangguan/Keluhan Tidak ada Tidak ada
Minum
Air putih Air putih, teh tawar
Jenis minuman
Frekuensi 8 gelas/hari 4 gelas/hari
Jumlah Minuman 2000 cc 1500 cc
Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
BAB
Siang
Waktu
Lama 13:00-14:00 14:00-15:00
kualitas/gangguan istirahat & tidur 1 jam 1 jam
Tidak ada Sering terbangun
Malam karena nyeri dada
Waktu
Lama 21:00-04:30 22:00-05:00
kualitas/gangguan istirahat & tidur 7,5 jam 7 jam
Tidak ada Sering terbangun,
karena nyeri dada
4. Personal Hygiene
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: lemah
2. Tingkat kesadaran: compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)
3. Tanda-tanda vital:
a. Tekanan darah : 89/62 mmHg
b. Nadi : 112 kali/menit
c. Respirasi rate : 26 kali/menit
d. Suhu : 36,2 0C
e. Saturasi : 93%
f. MAP: 71 mmHg
4. berat badan: 65 kg
5. tinggi badan: 160 cm
6. BMI: 25,3 (BB berlebih)
7. Sistem penglihatan
Inspeksi : Fungsi penglihatan normal, simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor, sclera anikterik
Palpasi: tidak ada edema palpebral dan tidak ada nyeri tekan pada kelopak mata,
tidak ada TIO (tekanan intra okuler)
4. Sistem pendengaran
Inspeksi: simetris, Fungsi pendengaran normal, tidak ada serumen, tidak ada lesi,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daun telinga, kartilago fleksibel
5. Sistem pernafasan
Inspeksi: gerakan dada simetris, penggunaan oto bantu napas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
Palpasi: taktil premitus sama pada kedua lapang paru
Perkusi: resonan pada kedua lapang paru
Auskultasi: suara nafas Vesikuler
6. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi: iktus kordis terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba, nadi 112 kali/menit, nadi perifer teraba lemah dan
cepat, CRT lebih dari 3 detik,
Auskultasi: suara jantung I dan II regular, murmur (-), bising jantung (-)
Perkusi:redup, batas jantung tidak membesar
7. Sistem neurologi
Inspeksi: Keadaan umum tampak lemah, tingkat kesadaraan kompos mentis, GCS
15, (E4M6V5) pupil isokor, kaji apakah terdapat kejang atau tremor
8. Sistem gastrointestinal
Inspeksi: tampak simetris
Palpasi: Terdapat nyeri tekan di epigastrium
Auskultasi: bising usus 6 kali/menit.
Perkusi: tympani
9. Sistem urogenital
Inspeksi: pasien menggunakan diapers, BAK 3-4x per/hari, jumlah urin kurang
lebih 1000 cc per 24jam, warna urine kuning agak keruh
Palpasi: tidak ada distensi bladder (kandung kemih)
10. Sistem muskolskeleta
Inspeksi: Klien tampak lemah, aktifitas dibantu keluarga, kekuatan otot 5 5
11. System integument 5 5
Inspeksi: Klien tampak pucat
Palpasi: Akral teraba dingin, turgor kulit menurun
E. Data psiko-sosial-spiritual
1. Data psikologis
Klien mengatakan sedang mengalami stress karena dua kakak laki-lakinya
meninggal, hal ini menjadi pemicu beban pikiran klien. Klien juga mengatakan
cemas dengan peyakitnya karena sama dengan penyakit kakak lelakinya yang
telah meninggal karena penyakit jantung. Klien berharap dapat sembuh dan sehat
kembali dengan pelayanan keperawatan yang di berikan
2. Data social
Hubungan klien dengan tenaga kesehatan baik, klien dapat di ajak berkomunikasi
dengan lencar. Setiap jam besuk keluarga klien akan menengok dan mengajak
klien berbincang-bincang
3. Data spiritual
Klien percaya dengan berdoa dan berserah kepada Allah, maka Allah akan
memberikan kesehatan dan kesembuhan, keluarga klien juga selalu mendorong
klien untuk terus berdoa.
F. Data Penunjang
1. Laboratorim
a. Tanggal 07 Desember 2021
2. EKG
Tanggal 09 Desember 2021
Stemi anterior, lateral dengan left bundle branch block dan right bundle branch
block dengan normal aksis
G. Therapy
Penurunan Curah
Jantung
3. D.S : Ateroskelorosis Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengatakan lemas thrombosis kontraksi
- pasien mengatakan nyeri dada arteri koronaria
- pasien mengatakan sesak jika banyak
bergerak Penurunan aliran darah
D.O : ke jantung
- ADL dibantu oleh keluarga dan
perawat Kekurangan O2 dan
- pasien menggunakan diapers nutrisi
- Tanda-tanda vital :
TD= 89/62 mmHg Iskemik pada jaringan
N= 112x/menit miokard
RR= 32x/menit
SpO2= 93% Nekrosis
- Pemeriksaan enzim jantung
Troponin T: 341.00 (nilai normal 0- Suplay dan kebutuhan
50) O2 ke jantung tidak
- Pemeriksaan EKG seimbang
Stemi anterior, lateral dengan left
bundle branch block + right bundle Suplay O2 ke miokard
branch block dengan normal aksis menurun
Metabolisme
Kelemahan
Intoleransi Aktivitas
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d penurunan perfusi O2 ke miokard berkurang
2. Penurunan curah jantung b.d Perubahan kontraktilitas
3. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan Oksigen
J. Prioritas Masalah
1. Nyeri Akut b.d penurunan perfusi O2 ke miokard berkurang
2. Penurunan curah jantung b.d Perubahan kontraktilitas
3. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan Oksigen
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN KRITERIA
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Tupan : Manajemen nyeri : Observasi:
penurunan perfusi O2 Setelah dilakukan
ke miokard berkurang tindakan keperawatan Observasi 1.untuk mengetahui daerah
D.S : selama 2x 14 jam 1.identifikasi lokasi,karakteriksi nyeri,kualitas,kapan nyeri dirasakan,factor
diharapkan nyeri durasi,frekuensi,kualitas,intesitas pencetus,berat ringan nya nyeri klien.
- pasien mengatakan
teratasi : nyeri 2.untuk mengetahui seberapa berat tingkat
nyeri dada sebelah 2.identifikasi skala nyeri nyeri klien
Tupen : 3.identifikasi factor yang mempererat 3.untuk membantu menentukan tindakan
kiri
Setelah dilakukan dan memperingan nyeri yang diberikan
- nyeri menjalar ke tindakan keperawatan
selama 2x7 jam Teurapetik: Teurapetik:
lengan kiri dan
diharapkan skala nyeri 1.berikan teknik non farmakologis 1.untuk memberikan perasaan relax pada
punggung berkurang,dengan untuk mengurangi rasa nyeri(relaksasi klien
nafas dalam) 2. Mengurangi bebasn kerja jantung
- nyeri dirasakan
kriteria hasil: 2. fasilitasi istirahat dan tidur
seperti ditindih 1.ttv dalam batas Edukasi:
normal Edukasi: 1. Untuk meningkatkan pengetahuan klien
beban berat
2.gambaran ekg 1. Jelaskan penyebab periode dan tentang factor penyebab nyeri
- pasien mengatakan aritmia menurun pemicu nyeri 2. Pasien dapat melakukan tindakan
3.nyeri dada menurun 2. ajarkan teknik non-farmakologis mandiri megonrol nyeri
skala nyeri 3 (0-10)
4.mual menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- nyeri dirasakan 5.takikardi membaik Kolaborasi:
Kolaborasi: 1. untuk meredakan dan mengatasi tanda
hilang timbul
1. Kolaborasi pemberian obat jantung dan gejala dari ACS STEMI
- nyeri bertambah untuk mengatasi nyeri dada: 2. Uuntuk mempertahankan atau
2. Kolaborasi dengan ahli gizi meningkatkan status nutrisi klien
berat jika banyak
terhadap pemberian program terapi 3. Penggunaan kateterisasi jantung untuk
bergerak diit jantung melebarkan atau membuka pembuluh
darah
-nyeri berkurang
setelah diberikan
obat
D.O :
-pasien tampak
meringis
-pasien memegang
lokasi nyeri (dada
kiri)
- Tanda-tanda Vital :
TD = 89/62 mmHg
N = 112x/menit
RR = 32x/menit
Skala Nyeri = 3 (0-10)
- Pemeriksaan enzim
jantung
CK: 210
CK-MB: 26.10
Troponin T: 341.00
- Pemeriksaan EKG
Stemi anterior,
- lateral dengan left
bundle branch block
+ right bundle
branch block dengan
normal aksis
PENUTUP
A. Kesimpulan
Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan kasus kegawatan dari Penyakit
Jantung Koroner (PJK) yang terjadi karena proses penyempitan pembuluh darah
sehingga aliran darah koroner berkurang secara mendadak (Irman, dkk. 2020).
STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) merupakan indikator terjadinya sumbatan
total pembuluh darah arteri koroner (PERKI, 2018).
Dari hasil asuhan keperawatan pada Ny. S yang mengalami Acute Coronary
Syndrome(ACS) dengan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI), maka dapat
diambil kesimpulan bahwa :
1. Pengkajian yang dilakukan berfokus pada seluruh aspek yang
mempengaruhi keadaan pasien dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik serta rekam medis klien. Dalam melakukan
pengkajian terhadap Ny. S, kelompok tidak mengalami kesulitan atau hambatan
dalam melakukan komunikasi dengan pasien. Selain itu, kelompok
juga melakukan pemeriksaan fisik dan pemantauan hasil laboratorium klien.
2. Dari hasil pengkajian keperawatan pada kasus Ny. S, kelompok
menetapkan 3 diagnosis keperawatan yang ditemukan pada tanggal 08
Desember 2021, yaitu risiko penurunan curah jantung, nyeri akut dan
intoleransi aktivitas yang dalam penyusunannya sudah disesuaikan dengan
penyusunan diagnosis berdasarkan SDKI (2017) sebagai acuannya.
3. Dari diagnosis keperawatan yang telah diprioritaskan kelompok menyusun
intervensi keperawatan dengan menggunakan acuan SLKI (2019) dan SIKI
(2018) yang diharapkan dapat terselesaikan dalam 2x14 jam pelaksanaan
serta memenuhi seluruh kriteria hasil yang telah dirancang. Seluruh rencana
tindakan yang disusun telah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Perencanaan ini melibatkan pasien dan perawat ruangan dalam
penyusunannya, dan juga berdasarkan penyesuaian kondisi di ruangan.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh kelompok sudah
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan diagnosis dan kondisi
pasien dengan menggunakan acuan SIKI (2018). Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan ini, kelompok mensyukuri adanya kerjasama yang baik
dari pasien, keluarga maupun perawat di ruangan, sehingga memudahkan
kelompok dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi dilakukan setelah memberikan tindakan keperawatan selama 2x14
jam. Berdasarkan hasil akhir evaluasi keperawatan yang dilakukan pada
tanggal 09 Desember 2021, dari 3 diagnosis keperawatan yang diintevensi
terdapat satu diagnosis yang teratasi, yaitu nyeri akut. Sedangkan 2
diagnosis keperawatan lainnya belum dapat teratasi, yaitu penurunan curah
jantung, dan intoleransi aktivitas. Namun, beberapa kriteria hasil yang telah
disusun sebagian sudah tercapai tetapi belum bisa memenuhi kriteria untuk
dapat disimpulkan bahwa masalah telah teratasi, sehingga intervensi
dilanjutkan di ruang rawat inap
B. Saran
1. Rumah Sakit
kelompok memberikan saran kepada rumah sakit untuk mempertahankan
kualitas pelayanan yang sudah ada saat ini beserta dengan sarana maupun
prasarana yang menunjang dalam memberikan pelayanan perawatan pada pasien.
2. Institusi Pendidikan
kelompok berharap akademik dapat menyediakan Ebook maupun jurnal
dengan masalah kesehatan kardiovaskuler khususnya Acute Coronary Syndrome
(ACS) dengan tahun terbitan terbaru sebagai bahan informasi yang penting
dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, sebab mengingat adanya hambatan
bagi kelompok dalam memperoleh literatur yang sebagian besar diakses melalui
Online dikarenakan sedang terjadinya pandemi COVID19 ini.
3. Profesi Perawat
Adapun saran untuk perawat ruangan yaitu agar mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan, mempertahankan hubungan yang baik antara
pasien dan keluarga dengan perawat ruangan maupun tenaga kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Serta,
mempertahankan pemberian penyuluhan kesehatan agar pengetahuan
pasien dan keluarga tentang ACS bertambah, sebab peran perawat sebagai
edukator masih belum terlaksana dengan baik jika dibandingkan dengan
tenaga tenaga kesehatan lainnya.
4. Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan untuk mahasiswa agar lebih tekun dalam meningkatkan
pengetahuan, pemahaman serta keterampilan dalam memahami atau
mempelajari semua aspek masalah pada pasien saat pembelajaran di institusi
pendidikan maupun di lapangan, dimana hal tersebut menjadi sangat penting
untuk kelangsungan dan keberhasilan penyembuhan penyakit pasien,
sehingga mempermudah dalam penyusunan asuhan keperawatan.