Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2007, diketahui bahwa

osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa

dikawasan Asia Tenggara, Osteoarthritis adalah penyaki kronis yang belum diketahu

secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi

secara bertingkat. Berdasarkan National Center for Health Satistics, diperkirakan 15,8

juta (12%) orang dewasa anatara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis

(JIMKESMAS, 2017).

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) adalah seseorang

yang telah mencapai usia ≥ 60 tahun. Indoneisa tergolong negara dengan sruktur

penduduk lanjut usia (Asia Structured Population) karena jumlah penduduk kelompok

lanjut usia di Indonesia pada tahun 2006 ±19.000,000 jiwa, dengan usia harapan hidup

66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%) dan pada

tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20.000.000 jiwa (9,51%) jiwa dengan usia harapan

hidup 4 tahun, serta pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28.800.000 jiwa (11,34%)

dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Pravelensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3

juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007, Diperkirakan

40% dari populasi Usia diatas 70 tahun menderita osteoarthritis, dan 80% pasien

osteoarthritis mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai
berat yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena pravelensi yang cukup tinggi

(JIMKESMAS,2017).

Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, didadapatkan jumlah

lansia sebanyak 145.427 jiwa pada tahun 2013 dari seluruh populasi lansia. Berdasarkan

kelompok umur 55-60 tahun laki-laki sebanyak 77.894 jiwa sedangkan perempuan

sebanyak67.533 jiwa3. Perubahan struktur fungsi, baik fisik maupun mental akan

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tetap beraktivitas. Lansia dengan proses

menua akan berpengaruh terhadap penampilan, penyakit, penyembuhan dan memerlukan

proses rehabilitasi. Lansia mempunyai karakteristik yang khas, seperti adanya tanda dan

gejala yang dialami lansia saat berjalan karena adanya penurunan pada regeneratif sendi

sehingga menyebabkan lansia mengalami immobilitas fisik. Penurunan fleksibilitas sendi

pada usia 30-70 tahun bisa mencapai 40-50%, sehingga dianjurkan banyak melakukan

aktivitas bergerak bebas pada persendian. Hal ini bertujuan untuk mencegah proses

degenerasi melalui gerakan yang tidak menimbulkan beban berlebihan pada otot,

sehingga otot memiliki kesempatan pulih. Lansia juga rentan terhadap penyakit yang

berkaitan dengan masalah penurunan daya elastis pada sendi atau dalam banyak kasus

yaitu peradangan pada sendi salah satunya penyakit osteoarthritis. Osteoarthritis

merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan dijumpai khusus pada orang

lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit

persendian yang kasusnya paling umum dijumpai di dunia (JIMKESMAS, 2017).

Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran atau

pembatasan aktivitas fisik. Salah satu faktor yang mengakibatkan gangguan aktivitas fisik

adalah nyeri atau saat penyakit kambuh. Penyakit yang biasa disertai nyeri yang hebat
bila diderita oleh orang dewasa muda tidak dirasakan apa-apa, tetapioleh orang usia

lanjut walaupun dirasa sakit namun sulit untuk melukiskan apa yang sebenarnya

dirasakan. Selain timbulnya tulang di sekitar sendi akan mengganggu gerakan dan

menyebabkan sakit jika sendinya aktif. Seiringbertambahnya usia tulang rawan ini

akanmenyusut disertai rasa sakit dan nyeri (Heri Wibowo, 2012).

Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh lanjut usia meliputi: ketergantungan fisik

dan ekonomi, sakit-sakitan yangkronis. Misalnya (Arthritis 44%,Hipertensi 39%,

Berkurangnya pendengaran atau tuli 28% dan penyakitjantung 27%), Kesepian, dan

Kebosananyang disebabkan oleh rasa tidakdiperlukan.

Di Indonesia osteoarthritis merupakan penyakit reumatik yang paling banyak

ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasrkan data Badan

Kesehatan Dunia penduduk yang mengalami gangguan osteoarthritis di Indonesa teratat

81,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% diantaranya melakukanpemeriksaan dokter,

dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas peredanyeri. Di kabupaten Malang dan

kotaMalang ditemukan prevalensiosteoarthritis sebesar 10% dan 13,5%. Di Jawa Tengah,

kejadian penyakitosteoarthritis sebesar 5,1% dari semuapenduduk. (Sianturi, 2013).

Fenomena osteoatritis yang dialami oleh lansia terkadang membuat lansia

mengalami kecemasan karena berbagai penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh

bahkan semakin memburuk, sehingga harapan untuk sembuh menjadi sangat tipis,

terlebih lagi rasa pesimistis dari osteoatritis yang menjadi penderita tersebut merasacemas

dan menyerah dengan keadaan (Nursing News Volume 3, Nomor 1,2018).

Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,

ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang
tidak diketahui atau dikenal atau sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang

secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah

kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak

jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Nursing News,

Volume 3, Nomor 1, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Baki

Sukoharjo sebanyak 567 kasus pada tahun 2017. Baki terbagi atas 22 Desa wilayah kerja

salah satunya di Desa Jetis terdapat 79 penderita osteoarthritis , peneliti telah melakukan

wawancara kepada 10 penderita yang didiagnosa osteoarthritis. Mereka sering megeluh

nyeri serta panas dan mengalami kekakuan pada bagian sendi, dari 10 penderita ada 7

penderita yang mengalami pembengkakan pada sendi yang mengakibatkan terhambatnya

aktivitas sehari-hari dan mengganggu istirahat dan tidur, 3 penderita yang lain

mengatakan bingung dan khawatir akan penyakit yang dialaminya sehingga

mengakibatkan cemas pada pendrita Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis

tertarik untuk meneliti tentang “Gangguan Aktivitas Fisik dan Tingkat Kecemasan

penderita Osteoartritis Akibat Kekambuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Baki”. Tujuan

penelitian untuk mengetahui gambaran gangguan aktivitas fisik dan tingkat kecemasan

penderita Osteoarthritis akibat kekambuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan “Bagaimana gambaran

aktivitas fisik dan tingkat kecemasan penderita Osteoarthritis akibat kekambuhan di

puseksmas baki?”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran gangguan aktivitas fisik dan tingkat kecemasan

penderita osteoarthritis akibat kekambuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Baki

Sukoharjo

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gangguan Aktivitas Fisik pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Baki Sukoharjo

b. Untuk mengetahui Tingkat Kecemasan pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Baki Sukoharjo

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Penelitian di harapkan dapat memberikan pengalaman nyata bagipeneliti

pemula dalam prosespenelitian dan penelitian dapat menambah

pengetahuannya mengenai gangguan aktivitas fisik dan tingkat kecemasan

pada lansia di puskesmas baki sukoharjo.

b. Bagi instituti

Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi sumber informasi dan

berfungsi sebagai rujukan penelitian berikutnya tentang gambaran gangguan

aktivitas fisik dan tingkat kecemasan penderita osteoarthritis akibat

kekambuhan pada lansia.


c. Bagi tempat penelitian

Untuk menambah informasi berkeknan dengan gambaran gangguan aktivitas

fisik dan tingkat kecemasan penderita osteoarthritis akibat kekambuhan pada

lansia.

E. Keaslian Peneliti

Penelitian yang sejenis pernah diteliti yang diambil oleh penulis, yaitu:

1. Penelitian menurut Delima Apriliana Sella, 2017 dengan judul “ Hubungan Intensitas

Sholat Aktivitas Olahraga dan Riwayat Kebiasaan Mandi malam dengan Penyakit

Osteoartritis pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari

Februari 2017”. Penelitian ini bersifat Cross Sectional yaitu penelitian Non-

experimental dengan model pendekatan point-time

2. Penelitian menurut Muhamad Hafizh, 2015 dengan Judul “ Gambaran Kualitas Hidup

dan Tingkat Kecemasan Pasien Osteoartiritis Lutut di Instalasi Rehabilitasi Medik

RSUP Dr. Kariadi Semarang Maret-Juni 2015 ”. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan menggunakan data primer dari kuesioner SF-36 dan HAM-A yang

diberikan pada pasien. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara consecutive

sampling pada rekam medic pasien. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan

peneliti yaitu subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, Judul penelitian.

Anda mungkin juga menyukai