Disusun Oleh :
GAMATARI SUBPRABA PURNAMA SARI
SN202010
C. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain danlingkungan
(Effect)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data Obyektif :
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat,
sering pula tampak pasien memaksakan kehendak, merampas makanan,
memukul jika tidak senang
b. Data Subyektif :
Klien mengeluh perasaan terancam, mengungkapkan perasaan tidak
berguna, mengungkapkan perasaan jengkel, mengungkapkan adanya
keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak dan bingung
2. Diagnosa Keperawatan :
Perilaku kekerasan
Fase Orientasi :
“Selamat pagi, A, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bapaimana perasaan A saat ini, adakah hal yang menyebabkan A marah ?
Apakah latihan nafas dalamnya sudah dilakukan ?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
“Dimana kita bicara ? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Fase Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan A marah dan muncul perasaan kesal dada
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam dapat melakukan pukul kasur
dan bantal.”
“Lampiaskan kekesalan A ke kasur dan bantal”
“Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan A setelah latihan cara menyalurkan kesal/marah tadi
?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih ? coba A sebutkan lagi!Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan A sehari-hari. Kalau ada
keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya”
“Bagaimana kalau dua hari lagi kita ketemu untuk latihan cara mengontrol
marah dengan belajar bicara yang baik. A mau pukul berapa ?
Baik, pukul 10 pagi ya. Sampai jumpa!”
Fase Orientasi :
F FFase
“Selamat pagi, A, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi”
“Bagaimana, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal ? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
Dimana kita berbincang-bincang ? Berapa lama A mau berbincang-bincang
? Bagaimana kalau 20 menit ?”
Fase Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya yaitu :
Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan A tidak ingin
melakukannya, katakan : Maaf saya tidak dapat melakukannya karena sedang
ada kerjaan. Coba A praktikan!
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal, A dapat mengatakan : “Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu. Coba A praktikkan”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba A sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”
“Bagus sekali, sekarang kita masukkan ke dalam jadwal. Berapa kali sehari
A mau latihan bicara yang baik ?”
“Nah, sudah berapa cara yang A pelajari ? Bagus, betul sekali 5 cara yaitu
dua cara fisik dan 3 cara bicara yang baik”
“Bagaiman kalau dua hari lagi kita bertemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara ketiga untuk mengatassi rasa marah A
yaitu dengan cara ibadah, Bagaimana A setuju ? Baik, sampai jumpa nanti ya”
Fase Orientasi :
“Selamat pagi A, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
datang lagi. Baik, yang mana yang mau dicoba ?”
“Bagaimana A, latihan apa yang sudah dilakukan ? apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur ?”
“Bagaiman kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang ? Berapa lama A mau
berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15 menit ?”
Fase Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasanya A lakukan! Baik, yang
mana yang mau dicoba ?”
“Nah, kalau A sedang marah coba A langsung duduk dan tarik nafas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudlu kemudian sholat”
“A dapat melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan” “Coba A sebutkan sholat 5 waktu! Bagus. Coba jelaskan
caranya”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari ?”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan A. Mau berapa
kali A sholat ?”
“Coba A sebutkan lagi cara ibadah yang dapat A lakukan bila A merasa
marah!”
“Besok kita ketemu lagi iya, nanti kita bicarakan cara ke-4 untuk mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah A, Bagaimana A setuju ?”
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
Fase Orientasi :
“Selamat pagi, A, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita bertemu
lagi”
“Bagaimana A, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat ? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur ? Jadi rasa marah telah berkurang”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dengan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang ? Berapa lama A mau kita
berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum
obat yang benar ?”
“Coba A sebutkan lagi jenis obat yang A minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar ?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari ?
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”
“Baik, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana A
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa!”
2. Tindakan Keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan Khusus :
Keluaga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan Keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama kelaurga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku
tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala perilaku kekerasan
5) Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Fase Orientasi :
“Selamat pagi Bu, perkenalkan nama saya Sofiana Purnamasari, panggil
saya Sofi, Saya Mahasiswa Stikes Cendekia Utama Kudus, saya perawat yang
akan merawat A (pasien). Namanya siapa ? Senangnya di panggil apa?”
“Bisakah kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu
hadapi? Berapa lama kita berbincang-bincang bu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Fase Kerja :
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat A ? Apa yang Ibu lakukan
? Baik, Bu saya akan coba jelaskan tentang marah A dan hal-hal yang perlu
diperhatikan”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tetapi jika tidak dapat
disalurkan dengan benar maka akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain
dan lingkungan”
“Yang menyebabkan suami Ibu marah dan mengamuk adalah kalau dia
merasa direndahkan dan keinginan tidak terpenuhi”
“Kalau nanti wajah suami Ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu artinya suami Ibu sedang marah. Bila hal tersebut terjadi sebaiknya
Ibu tetap tenang, bicara lembut tetapi tegas, jangan lupa jaga jarak dan jauhkan
benda-benda tajam dari sekitar A seperti gelas dan pisau. Jauhkan juga anak-
anak kecil dari A.
“Bila A masih marah dan mengamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ
setelah sebelumnya diikat dulu. Jangan lupa minta bantuan orang lain saat
mengikat A ya Bu, lakukan dengan tidak menyakiti A dan jelaskan alasan
mengikat A yaitu agar A tidak menciderai diri sendiri, oarng lain atau
lingkungan”
“Sekarang Ibu dapat membantu A dengan mengingatkan jadwal latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual,
dan minum obat secara teratur”
“Kalau seandainya A dapat melakukan latihannya dengan baik jangan lupa
dipuji ya Bu”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat A?”
“Setelah ini coba Ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk A ya, Bu!”
“Baik Bu, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk latihan cara-cara yang
telah kita bicarakan tadi kepada A. Sampai jumpa!”
Fase Orientasi :
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu, sekarang kita
ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah A. Apakah sudah
berkurang rasa marah A ?”
“Berapa lama waktu yang Ibu inginkan untuk kita latihan ?”
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja ? Sebentar saya panggilkan A
supaya dapat berlatih bersama”
Fase Kerja :
“Nah, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah A lakukan. Bagus
sekali. Coba praktikan kepada Ibu jadwal harian A! Bagus!”
“Nanti Ibu dapat membantu A latihan mengontrol kemarahan A”
“Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya”
“Masih ingat Bu, kalau tanda-tanda marah sudah A rasakan maka yang
harus dilakukan A adalah…?”
“Ya… betul, A berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu
keluarkan atau tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Nah coba 5 kali, coba Ibu temani dan Bantu A. Bagus sekali, A dan
Ibu sudah dapat melakukannya dengan baik”
“Cara yang kedua masih ingat , Bu ?”
“Ya benar, kalau ada yang menyebabkan A marah dan muncul perasaan
kesal, dada berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam A dapat melakukan
pukul kasur dan bantal. Sekarang coba A latihan memukul kasur dan bantal
sambil di damping Ibu, berikan A semangat ya Bu”
“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada 3
caranya, coba praktikkan langsung kepada Ibu mengenai cara bicara yang telah
kita pelajari kemarin”
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk
beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara keempat yang dapat dilakukan jika A sedang marah adalah A
langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan
badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudlu kemudian sholat. A dapat
melakukan sholat secara teratur dengan didampingi Ibu untuk meredakan
kemarahan”
“Cara terakhir adalah minum obat secara teratur ya Bu, agar pikiran A
jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang A
dapatkan, Ibu tolong ingatkan A untuk meminumnya secara teratur dan jangan
dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”
Fase Orientasi :
“Selamat pagi Bu, karena kunjungan saya sudah akan berakhir,
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk
keluarga A/ Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya ?”
“Berapa lama waktu yang akan A dan Ibu inginkan untuk kita berbicara?
Bagaimana kalau 30 menit ?”
Fase Kerja :
“Bu, jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas
maupun jadwal minum obatnya. Mari kita lihat jadwal A!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh A. Kalau misalnya A menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain, segera hubungi saya di puskesmas.
Selanjutnya keadaan A akan di pantau
Fase Terminasi :
“Bagaimana Bu, ada yang ingin ditanyakan ? Coba Ibu sebutkan apa saja
yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, tindak lanjut ke
puskesmas). Baik, sekali seminggu sekali akan kami pantau kondisi A. Sampai
jumpa!”