Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kuliah MFK 3

1. Jelaskan risiko yang berhubungan dengan fasilitas di RS dan jelaskan mitigasi


terhadap risiko tersebut
2. Buat program manajemen risiko yang berhubungan dengan fasilitas di RS anda

Jawaban :
1. Jelaskan risiko yang berhubungan dengan fasilitas di RS dan jelaskan mitigasi
terhadap risiko tersebut

Kategori risiko di rumah sakit :


1. Risiko yang berkaitan dengan perawatan pasien (Patient care-related risk),
meliputi :
a. Terkait langsung dengan asuhan pasien
b. Kerahasiaan
c. Informasi kepada pasien tentang risiko
d. Nondiskriminasi
e. Pasien terkait dengan penelitian
f. Kepulangan pasien
2. Risiko yang berkaitan dengan tenaga medis (Medical staff-related risk), meliputi:
a. Kredensial
b. Kompetensi dan prosedur baku
c. Tenaga kesehatan yang terlatih
3. Risiko yang berkaitan dengan karyawan (Employee-related risk), meliputi:
a. Risiko keselamatan dan kecelakaan kerja
b. Lingkungan yang aman
c. Mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat pekerjaan
d. Kompensasi untuk kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
4. Risiko yang berkaitan dengan properti (Property-related risk), meliputi:
a. Kebakaran, gempa, banjir
b. Berkas catatan / catatan elektronik
c. Penanganan barang-barang berharga
d. Asuransi
5. Risiko yang berkaitan dengan keuangan (Financial risk), meliputi:
a. Utang yang tidak bisa ditagih lagi (bed debt)
b. Meningkatnya suku bunga
c. Krisis keuangan global
6. Risiko lain (Other risk), meliputi:
a. Manajemen bahan berbahaya (Hazard material management) seperti limbah
kimia, radio aktif, infeksius
b. Peraturan dan perundangan (Legal and regulatory risk)
c. Risiko reputasi

2. Perencanaan dalam managemen fasilitas dan keselamatan di Rumah Sakit mencakup


enam bidang sesuai dengan fasilitas dan kegiatan rumah sakit, meliputi :

1. Keselamatan dan keamanan


2. Bahan berbahaya dan beracun (B3)
3. Pencegahan dan penanggulangan bencana (disaster program )
4. Penanggulanagan kebakaran
5. Peralatan medis
6. Sistem utilitas ( sistem pendukung )

Di dalam keselamatan dan keamanan memiliki kegiatan pokok, meliputi:

 Resiko keamanan dan keselamatan,Rincian kegiatannya yaitu:

1. Mapping resiko ( identifikasi area yang beresiko )


2. Monitoring area yang beresiko.
3. Pemasangan badge name/tanda pengenal untuk semua staf, pengunjung,
pedagang/vendor.
4. Pengawasan keamanan dan keselamatan selama masa renovasi atau   
pembangunan.

 Fasilitas fisik, rincian kegiatannya yaitu :Pemeriksaan fasilitas fisik secara


komprehensif, Respon terhadap hasil pemeriksaan, Susunan anggaran untuk
mengganti sistem, perbaikan fasilitas yang rusak, dll, serta Monitoring pelaksanaan
respon.

 Edukasi staf terkait dengan keselamatan dan keamanan

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ( B3 )

Untuk mencegah dan mengurangi dampak kecelakaan dan kesehatan kerja akibat
terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun dan mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
serta pencemaran lingkungan. 

Didalam bahan berbahaya dan beracun  (B3 ) memiliki kegiatan pokok dan rincian
kegiatan.Kegiatan pokoknya yaitu Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun ( B3 ). Rincian
kegiatan meliputi:

 Inventarisasi B3 di RS Kusta Dr Rivai Abdullah


 Membuat aturan cara pengadaan B3
 Membuat aturan bagaimana aturan B3
 Membuat aturan penggunaan B3 sesuai dengan aturan pemakaian 
 Mensosialisasikan penanganan bila terjadi tumpahan atau paparan B3
 Pelaporan dan investigasi kejadian tumpahan atau paparan B3
 Menyusun rencana pelatihan penanganan B3
PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PROGRAM)

Salah satu permasalahan kesehatan yang perlu mendapat perhatian : penanggulangan medik
penderita gawat darurat yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana karena ulah
manusia. Penanggulangan penderita gawat darurat dalam keadaan rutin yang dilaksanakan
dengan baik merupakan modal dasar yang merupakan syarat atau prakondisi untuk dapat
mengatasi korban bencana dengan cara yang tepat, cepat, dan cermat.

Kegiatan yaitu disaster plan, simulasi disaster dan debriefing dengan rincian kegiatan:

1. Mengadakan pelatihan simulasi apar


2. Menyusun prosedur tetap pencegahan dan penanggulangan bencana

PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Rumah sakit merupakan fasilitas umum yang berisiko akan terjadinya bahaya kebakaran,
Program Penanggulangan Kebakaran agar dapat mencegah dan meminimalisir dampak
bahaya kebakaran yang terjadi di Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah. Kegiatan pokok
dan rincian kegiatan:

 Identifikasi area yang beresiko kebakaran


 Penyimpanan dan penanganan bahan yang mudah terbakar
 Pemasangan sistem deteksi/peringatan dini bahaya kebakaran
 Sistem pemadaman api/penghentian api
 Sistem evakuasi aman
 Diklat penanganan kebakaran
 Monitoring sistem deteksi dini, sistem pemadam api dan sistem evakuasi yang aman
secara terus menerus
 Asesmen resiko kebakaran pada renovasi dan pembangunan
 Monev unit independent agar mematuhi MFK.

Kebakaran kecil dan sedang :

Apabila terjadi Kebakaran di RS, Petugas yang pertama kali menemukan  kebakaran segera
memadamkan api menggunakan APAR dengan CARA :
 Cabut pin pengaman
 Arahkan kepada sumber api
 Remas dan tekan pemicu untuk menyemprot
 Ratakan ke seluruh sumber api

Jika melihat percikan api, matikan saklar dan hubungi bagian IPSRS.

Jika melihat api segera menghubungi Pos Satpam (109) dengan menyebutkan Code Red dan
lokasi, misal : Code Red ...Code Red...Code Red di ruang CSSD dengan pengulangan 2 kali.

Petugas keamanan di pos segera menghubungi petugas keamanan di IGD melalui HT dengan
mengaktifkan Code Red melalui pengeras suara seperti langkah nomor 2.

Disetiap ruangan dipastikan memiliki tim Code Red dan menggunakan Helm sesuai dengan
tugasnya :

 Helm Merah   : Sebagai Pemadam Api


 Helm Putih    : Evakuasi Dokumen
 Helm Biru     : Evakuasi Pasien
 Helm Kuning : Evakuasi Alat Kesehatan

Maka tim pemadam (Helm Merah) disetiap lantai datang membawa APAR dan memakai
Helm Merah.

Bila api membesar, maka tim petugas keamanan akan teriak evakuasi.

Peralatan Medis

Peralatan medis menjadi sangat penting bagi tenaga medis untuk membantu menegakkan
diagnosa, diperlukan suatu program sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan
rumah sakit mencakup perencanaan servis, dan pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan
perlengkapan serta peralatan medis. Kegiatan pokok :Sertifikasi/kalibrasi peralatan
medis,Rincian kegiatan

 Identifikasi peralatan medis yang ada di rumah sakit yang sudah dikalibrasi dan belum
dikalibrasi
 Melakukan pemeliharaan peralatan medis
SISTEM UTILITAS ( SISTEM PENDUKUNG)

Rumah sakit harus melakukan upaya :

Penyediaan air, listrik dan sistem kunci lainnya Menghindari resiko terjadinya gangguan
listrik, ketersediaan air dan gangguan sistem dan pendukung lainnya.

Kegiatan pokok

Pemeliharaan listrik, air dan sistem kunci lainya untuk menghindari gangguan dalam
penggunaannya. Rincian kegiatan:

 Penyediaan air minum dan listrik


 Identifikasi area yang beresiko bila air atau listrik terganggu
 Uji coba air dan listrik pengganti setahun sekali
 Pemeriksaan, pemeliharaan sistem kunci

Contoh Kasus

Terjadi kesalahan pada penulisan nama pasien pada resep yang dibawa pasien. Hal ini
dimungkinkan dokter penulis resep kurang berkonsentrasi pada saat pelayanan pasien
atau nama pasien yang berdekatan pada saat pemeriksaan sehingga rekam medisnya
terbalik pengamatannya.

ANALISIS KASUS

a. Menetapkan konteks

Hal ini dibuat dokumentasi mengenai banyaknya kejadian kesalahan pemberian obat pada
pasien dikarenakan resep yang tertukar dan tidak disadari oleh pasien

b. Identifikasi bahaya

Sejauh mana bahaya terhadap kejadian kesalahan pemberian obat terhadap pelayanan pasien
dan berdasar pada resep pasien sehingga perlu koordinasi dengan dokter penulis resep
maupun petugas di poli rawat jalan, rawat inap maupun UGG.
c. Pengukuran Kualitatif Frekuensi/ Kemungkinan (likehood)

Setelah seluruh resiko diidentifikasi maka dilakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan
dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian resiko
yang ada. Pengukuran resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara
kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian
peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya. Pada kasus salah memberikan obat
pada pasien, maka pengukuran kualitatif frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai
berikut :

Dalam kasus ini, kejadian mungkin terjadi sewaktu-waktu karena kejadiannya dalam setahun
lebih dari 3 kejadian. Hal ini lebih banyak terjadi pada saat peak hour sehingga
memungkinkan petugas kurang berkonsentrasi dalam melayani pasien.

d. Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak


Dampak yang terjadi pada kasus tersebut berbobot nilai satu (1) yaitu tidak bermakna karena
petugas apotek segera meriscek resep pasien pada petugas poli dan dokter penulis resep,
sehingga pada saat pemberian ke pasien, kesalahan bisa langsing diatasi.

e. Mengevaluasi resiko
Evaluasi resiko perlu dilakukan setelah diukur tingkat kemungkinan dan bagaimana
dampaknya. Apakah resiko masih dapat ditoleransi atau diterima atau tidak dan apakah resiko
termasuk prioritas yang harus ditangani sesegera mungkin.

Dari kasus ini, pemberian konseling/informasi obat dan informed consent petugas apotek
pada pasien guna mengecek informed consent yang di berikan dokter sangat penting
dilakukan sehingga terjadi kecocokan. Selain diperlukan ketelitian dan dalam penyerahan
obat pada pasien berdasarkan resep, sehingga jika terjadi kesalahan penulisan resep dapat
segera ditangani.

f. Menangani resiko

Dalam kasus ini, penanganan resiko adalah dengan melakukan cross-check dengan segera
agar masalah dapat segera teratasi dan tidak menganggu pelayanan pasien yang lain.
Pengendalian bersama petugas medis yang lain dari poli rawat jalan, zaal rawat inap dan
UGDyang terintegrasi agar kasus ini dapat ditekan kejadiannya atau bahkan tidak terjadi lagi
di masa yang akan datang. Salah satu pengendaliannya adalah dengan menganalisa beban
kerja petugas dengan pelayanan yang diberikan agar walaupun pada saat peak hour tetap
dapat berkonsentrasi dan maksimal dalam melakukan pelayanan.

g. Memantau resiko

Dalam kasus ini memantau resiko dengan melakukan cross-check terhadap sediaan obat
dengan pasien apakah sesuai dengan keluhan pasien atau tidak. Jika ada nama pasien yang
mirip perlu dilakukan cross-check dengan petugas poli rawat jalan.

h. Mengkomunikasikan risiko

Mengkomunikasikan resiko dapat dilakukan pada pejabat yang berwenang dalam manajemen
RS dan di teruskan pada petugas rumah sakit. Hal ini dilakukan agar setiap petugas memiliki
rasa tanggung jawab pada pekerjaannya dan memahami bahwa jika terjadi kesalahan serupa
maka yang dirugikan bukan hanya pasien eksternal namun juga manajemen RS.

Error secara garis besar terbagi dua, yaitu: human error dan organizational error. Human error
sendiri dapat berasal dari 18ystem pasien dan 18ystem tenaga kesehatan. Organizational error
sendiri seringkali diistilahkan sebagai system error, atau dalam konteks pelayanan kesehatan
di rumah sakit diistilahkan sebagai hospital error.

Dari kasus tersebut, kejadian yang sewaktu-waktu terjadi dan lebih dari 3 kejadian dalam
setahun perlu dilakukan dokumentasi dan pengawasan serta pengendalian. Pada kasus ini
instalasi farmasi melakukan koordinasi dengan komite medik dan memberi laporan lisan pada
bidang pelayanan dan keperawaan yang membawahi instalasi farmasi dan komite medik agar
dapat diperbaiki. Kelalaian semacam ini harus segera diantisipasi karen jika pasien saat itu
tidak menyadari bahwa obat yang diberikan tidak sesuai dengan penyakitnya, misalnya
pasien yang tidak memahami kondisi penyakitnya sendiri dan tidak diberikan informed
consent oleh dokter dan saat petugas apotek memberikan informasi namun kurang ditanggapi
oleh pasien atau bukan pasien yang mengambil obat namun keluarga pasien atau yang
disuruh oleh pasien yang mana tidak tmemahami kondisi penyakit bisa menjadi kesalahan
fatal dan berdampak fatal dan berakibat citra RS dipertaruhkan.

Namun, hasil koordinasi instalasi farmasi baru sebatas kebijakan lisan dan belum dituangkan
pada kebijakan tertulis dikarenakan pada struktur organisasi RSUD Tebing Tinggi kabupaten
Empat Lawang belum memiliki manajer pengendali mutu maupun manajer Risiko dan pasien
safety.

Anda mungkin juga menyukai