Anda di halaman 1dari 44

PERNYATAAN KERAHASIAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa semua informasi yang ada
dalam laporan audit lingkungan ini tidak boleh dibuka/diketahui oleh pihak manapun,
kecuali oleh pihak-pihak yang mendapat persetujuan dari Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup atau apabila Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
menyatakan bahwa laporan audit lingkungan ini dinyatakan terbuka untuk publik. Kami
akan menjaga kerahasiaan laporan audit ini, dan apabila kami telah melakukan
pelanggaran dalam pernyataan ini, maka kami bersedia mendapatkan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Auditor Utama: ………………………… Tanda tangan: ……………………

Auditor : ………………………… Tanda tangan: …………………....

Auditor : ………………………… Tanda tangan: …………………....

Auditor : ………………………… Tanda tangan: …………………....

 
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah kelompok Audit Lingkungan Rumah Sakit dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya hingga akhir zaman.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Pudji Astuti
selaku dosen mata kuliah Audit Lingkungan Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Andalas yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini. Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas mata kuliah
Audit Lingkungan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut Audit Lingkungan Rumah Sakit. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Padang, Oktober 2019

Penyusun

 
 

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KERAHASIAAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
I. PENDAHULUAN 5
A. Latar belakang 5
B. Tujuan, Ruang Lingkup dan Waktu Audit 6
C. Kriteria Audit 7
D. Ringkasan Proses Audit 10
E. Identitas Klien, Auditi dan Auditor 11
II. DESKRIPSI SINGKAT USAHA/KEGIATAN 12
A. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Sumatera Barat 12
B. Visi dan Misi 12
C. Struktur Organisasi 13
D. Layanan dan Fasilitas 14
III. DESKRIPSI SINGKAT RONA LINGKUNGAN 16
IV. ASPEK PERIZINAN 18
A. Pengantar 18
B. Temuan Audit 18
V. ASPEK PENGENDALIAN, PENCEGAHAN DAN PENCEMARAN
AIR LIMBAH 20
A. Pengantar 20
B. Temuan Audit 21
VI. ASPEK PENGENDALIAN DAN PENCEMARAN EMISI GAS BUANG/
UDARA 22
A. Pengantar 22
B. Temuan Audit 23
VII. ASPEK PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN B3 24
A. Pengantar 24
B. Temuan Audit 25

 
 

VIII. ASPEK PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 27
A. Pengantar 27
B. Temuan Audit 28
IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 30
A. Kesimpulan 30
B. Rekomendasi 31
REFERENSI
LAMPIRAN

 
 

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk industri jasa yang memberikan pelayanan
kesehatan. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak
negatifnya antara lain menghasilkan sampah dan limbah medis maupun non medis
yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus.

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa limbah cair,
padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan
unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit
termasuk pengelolaan limbahnya. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah
dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa
peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan
dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.

Rumah sakit adalah sarana yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan, hasilnya
dapat mempengaruhi lingkungan sosial dan dalam menyelenggarakan upaya dimaksud
mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar terhadap
lingkungan.

Rumah sakit dalam pelayanannya tentu akan menghasilkan limbah medis yang
merupakan salah satu jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Limbah medis
yang dihasilkan oleh rumah sakit diantaranya limbah radioaktif, limbah infeksius,
patologi dan anatomi, limbah sitotoksis, limbah kimia dan farmasi (Kepmenkes No. 1204
/Menkes /SK /X/2004). Pengelolaan limbah B3 adalah salah satu masalah paling serius
di fasilitas kesehatan dikarenakan limbah medis terutama limbah infeksius sangat

 
 

potensial dalam transmisi penyakit menular baik melalui kontak langsung atau tidak
langsung melalui media lingkungan.

Audit lingkungan dilakukan untuk meninjau kemajuan organisasi dalam pengelolaan


lingkungan dan dimungkinkan untuk mengusulkan tindakan perbaikan. Proses audit,
peninjauan, perbaikan dan tindak lanjut akan menghasilkan suatu perbaikan pada
sistem manajemen lingkungan. Dengan adanya perbaikan pada sistem manajemen
lingkungan akan berdampak positif bagi organisasi dan makhluk hidup di sekitarnya.

Pelaksanaan audit lingkungan meliputi evaluasi secara sistematis, terdokumentasi dan


obyektif tentang bagaimana suatu kinerja institusi, sistem manajemen, dan peralatan
yang digunakan dengan tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap upaya
pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian penataan kebijaksanaan usaha atau
kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.
Institusi perlu melaksanakan audit lingkungan karena berbagai faktor, antara lain: faktor
ekonomi, yuridis dan tanggung jawab sosial institusi terhadap kepentingan masyarakat
dan ekologi (pelestarian lingkungan hidup) (Ambarini, 2001).

B. Tujuan, Ruang Lingkup dan Waktu Audit


Tujuan dilakukan audit lingkungan terhadap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Sumatera Barat adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku;
2. Menentukan masalah potensial yang terjadi di RSUP Sumatera Barat sebelum
menjadi masalah besar;
3. Meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap operasional RSUP Sumatera
Barat;
4. Memperbaiki lingkungan secara berkesinambungan.

Ruang lingkup audit yang dilakukan terhadap RSUP Sumatera Barat meliputi:
1. Penataan peraturan, baik dari bukti fisik fasilitas rumah sakit maupun terhadap
dokumen tentang perizinan di bidang lingkungan, pelaksanaan standar prosedur

 
 

operasi, prosedur pengelolaan lingkungan, rencana tanggap darurat, pemantauan
dan pelaporan berdasarkan RKL dan RPL yang dimiliki oleh RSUP Sumatera Barat,

2. Pengelolaan dan pencegahan pencemaran, baik dari standar prosedur operasi


untuk pengelolaan limbah maupun dari pemasangan instalasi pengolahan limbah
dan sarana pendukungnya, khususnya yang terkait dengan kegiatan yang
menghasilkan limbah medis dan non medis, seperti ruang perawatan, ruang
operasi, ruang farmasi, perkantoran, fasilitas sanitasi, fasilitas pengolahan limbah
dan fasilitas pendukung operasional rumah sakit.

3. Minimasi limbah dan pemantauan lingkungan, baik dari standar prosedur operasi
yang diterapkan maupun dari pelaporan dan penggunaan sarana prasarana dan
pemilihan alat atau teknologi dalam pengelolaan limbah rumah sakit.

Audit RSUP Sumatera Barat akan diselesaikan dalam jangka waktu 5 bulan yang
terhitung pelaksanaannya sejak tanggal 13 Juni 2019 dan lokasi audit adalah instalasi
dan ruangan pendukung yang berhubungan dengan aspek ruang lingkup tersebut di
atas.

C. Kriteria Audit
1. Aspek Perizinan
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
❏ Pasal 22 ayat (1);
❏ Pasal 36 ayat (1).
b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan:
❏ Pasal 48
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):
❏ Pasal 2
❏ Pasal 3

 
 

d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.102 Tahun 2018
tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah Melalui Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik:
❏ Pasal 13
❏ Pasal 16
e. Peraturan Menteri Kesehatan No.7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit:
❏ Lampiran I BAB III
f. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
❏ Pasal 16

2. Aspek Pengendalian, Pencegahan dan Pencemaran Air Limbah


a. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
❏ Pasal 20 ayat (3)
b. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan
Air Limbah ke Air atau Sumber Air:
❏ Pasal 6
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah:
❏ Lampiran XLIV
d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P. 102 Tahun 2018
tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah Melalui Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik:
❏ Lampiran II
e. Peraturan Menteri Kesehatan No.7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit:
❏ Lampiran I BAB III bagian penyelenggaraan penanganan limbah cair.

 
 

3. Aspek Pengendalian, Pencemaran Emisi Gas Buang (Udara)
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara:
❏ Pasal 21
❏ Pasal 26
❏ Lampiran I
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2007 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap:
❏ Pasal 6
❏ Lampiran I
❏ Lampiran II
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit:
❏ Pasal 2
❏ Lampiran I

4. Aspek Pengendalian dan Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)


a. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
❏ Pasal 58 ayat (1)
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):
❏ Pasal​ 6 ayat (1)
❏ Pasal​ 11
❏ Pasal​ 14
❏ Pasal​ 16 ayat (1)

5. Aspek Pengendalian dan Pengelolaan Limbah B3


a. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
❏ Pasal 59 ayat (1)

 
 

b. Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3):
❏ Pasal 3
❏ Pasal 4
❏ Pasal 10
❏ Pasal 11
❏ Pasal 13
❏ Pasal 19
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun:
❏ Pasal 2
d. Permen LHK No. P.56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
❏ Pasal 6
❏ Pasal 7 ayat (3)
❏ Pasal 25
❏ Pasal 26
e. Permenkes​ No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
❏ Lampiran I BAB III

D. Ringkasan Proses Audit


Proses audit lingkungan RSUP Sumatera Barat terdiri dari tahapan sebagai berikut:
1) Pembuatan protokol audit;
2) Wawancara dengan staf terkait yang telah ditunjuk oleh pihak auditi di lokasi;
3) Tinjauan dokumen;
4) Kunjungan langsung ke lokasi atau observasi (beberapa foto dapat diambil oleh
auditor sebagai bukti dan referensi);
5) Penyusunan laporan hasil audit.

 
 
10 
E. Identitas Klien, Auditi dan Auditor
Klien pada pelaksanaan audit lingkungan ini adalah Rumah Sakit Umum Pusat
Sumatera Barat yang berlokasi di Kota Padang. RSUP Sumatera Barat didirikan
dengan SK Menkes RS no. 123/Ka/B.I/53 tanggal 13 Januari 1953, yaitu sebagai RSU
tipe A pendidikan yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI.
Tugas utamanya adalah melakukan pelayanan kesehatan masyarakat dan
melaksanakan sistem rujukan bagi masyarakat Provinsi Sumatera Barat, serta
dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan calon dokter dan dokter ahli oleh Fakultas
Kedokteran (FK) Universitas Andalas.
Sebagai auditi adalah dari bagian instalasi sanitasi lingkungan RSUP Sumatera Barat
yang dikepalai oleh ibu Fuji Astuti. Dan adapun sebagai auditor adalah sebagai berikut:
1. Indah Pasimura: PSLH Universitas Andalas
2. Lydia Angraini: PSLH Universitas Andalas
3. Laila Fitria: DLH Kota Padang
4. Sultan Muhammad Taufik: DLH Provinsi Sumatera Barat

 
 
11 
II. DESKRIPSI SINGKAT USAHA/KEGIATAN

A. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Sumatera Barat


RSUP Sumatera Barat dibangun pada tahun 1953 di atas areal tanah seluas 8.576 Ha
di jalan Melati, Padang. Pada tahun 1994 melalui SK Menkes 542 tahun 1994 RSUP
Sumatera Barat mengembangkan diri menjadi Unit Swadana. Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 123 tahun 2000 RSUP Sumatera Barat berubah status menjadi
Rumah Sakit Perusahaan Jawatan dengan nama Perjan RSUP Sumatera Barat yang
dalam operasionalnya bertanggungjawab kepada Menteri Negara BUMN, Depkes, dan
Depkeu. Saat ini dengan Peraturan Pemerintah RI No. 23 tahun 2005 tanggal 13 Juni
2005 tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI tahun 2005
Nomor 48), RSUP Sumatera Barat kembali menjadi Unit Pelaksanaan Teknis
Kementrian Kesehatan dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum.

RSUP Sumatera Barat sebagai RSUP Pendidikan membantu memberikan fasilitas


untuk melaksanakan kegiatan pendidikan profesi calon dokter dan dokter spesialis serta
menjadi lahan praktek dari Institusi Kesehatan dan Non Kesehatan baik di wilayah
Provinsi Sumatera Barat maupun dari luar Propinsi Sumatera Barat bahkan ada dari
luar negeri. RSUP Sumatera Barat merupakan rujukan tertinggi untuk daerah Sumatera
Barat. Rujukan yang diberikan adalah rujukan pelayanan medis, rujukan pengetahuan
maupun keterampilan medis dan non medis. Dengan didukung oleh tenaga medis yang
berkualitas serta tersedianya peralatan yang canggih dengan penanganan medis yang
selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka
RSUP Sumatera Barat akan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan rujuan yang
prima.

B. Visi dan Misi


Visi dari RSUP Sumatera Barat adalah menjadi salah satu Rumah Sakit unggulan
dalam bidang Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian di Asia Tenggara di tahun 2022
yang bertumpu pada kemandirian, melalui misi:

 
 
12 
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau bagi
masyarakat;
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan untuk menghasilkan
SDM yang berkualitas;
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan IPTEKDOKKES yang
berwawasan global;
4. Meningkatkan kesejahteran karyawan, dan
5. Meningkatkan pendapatan untuk menunjang kemandirian RS.

C. Struktur Organisasi
1. Direksi RSUP Sumatera Barat
Direktur Utama : Dr. dr. Yusirwan, Sp.B, Sp.BA (K), MARS
Direktur Medik dan Keperawatan : dr. Rose Dinda Martini, Sp.PD, K-GER
Direktur Umum, SDM dan Pendidikan : Dr. drg. Vivivyanti Azwar, MARS
Direktur Keuangan : Direktur Keuangan
2. Pejabat di lingkungan RSUP Sumatera Barat
Kabag/Kabid (Eselon III/a) : 9 (sembilan) orang
Kasubag/Kasie (Eselon IV/a) : 18 (delapan belas) orang
Ka. Instalasi : 29 (dua puluh sembilan) orang
Ka. SMF : 22 (dua puluh dua) orang
3. Komite-Komite
Komite Medik
Komite Keperawatan
Komite Etik dan Hukum
Komite PPIRS
Komite K3RS
Komite Mutu dan Manajemen Resiko
Komite Etik Penelitian Kesehatan
Komite Tenaga Kesehatan Lainnya
Komite Koordinasi Pendidikan
ULP
SPI

 
 
13 
D. Layanan dan Fasilitas
RSUP Sumatera Barat merrupakan:
❏ RS Pendidikan Klas A
❏ RS Rujukan Provinsi Sumatera Barat
❏ 22 SMF (Staf Medis Fungsional)
❏ 29 Instalasi

Jumlah tempat tidur: 750 tempat tidur, yang terdiri dari:


❏ VVIP : 2 TT
❏ VIP : 93 TT
❏ Klas Utama : 48 TT
❏ Klas I : 88 TT
❏ Klas II : 244 TT
❏ Klas III : 275 TT

Jam kerja RSUP Sumatera Barat menerapkan pola lima hari kerja:
❏ Hari Senin sampai Kamis Pukul 7.30 WIB s.d 15.45 WIB
❏ Hari Jum'at Pukul 7.30 WIB s.d 15.30 WIB

PendaftaranPoliklinik: (5 Hari Kerja):


❏ Senin-Kamis : 07.30 - 14.00 WIB
❏ Jumat : 07.30 - 14.00 WIB

Jam besuk:
Pagi: 10.00 - 12.00 WIB
Sore: 17.00 - 18.30 WIB

Fasilitas lainnya:

❏ PelayananAmbulan ❏ Pathologi Klinik ❏ H TsH

❏ Radiologi ❏ Gamma ❏ ToxoIg G

❏ Thorax ❏ Trglyceride ❏ ToxoIg M

 
 
14 
❏ Kepala ❏ Cultur Darah ❏ Widal

❏ Cervical ❏ Sensitifitas Tes ❏ Albumin

❏ Abdomen ❏ K, Na, Cl (AVL) ❏ Alkali Fosfatase

❏ Thoracal ❏ Darah Rutin ❏ Asam Urat Darah

❏ Lumbal ❏ Analisa Gas Darah ❏ Asam Urat Rutin

❏ Mammografi ❏ CPK ❏ Bilirubin Direct

❏ Appendicogram ❏ Anti HBC ❏ Bilirubin Total

❏ Oesophagogafi ❏ Anti HBS ❏ Calcium

❏ Bone Survey ❏ HBS Ag ❏ Colesterol

❏ OPG ❏ ASTO ❏ Creatinin

❏ USG ❏ Cholinesterase ❏ Gula Darah 2 jam pp

❏ BNO IVP ❏ AFP ❏ Gula Darah Puasa

❏ BNO IVP ❏ CEA ❏ HDL-LDL

❏ Cystografi ❏ CKMB ❏ LDH

❏ Urethrografi ❏ CMV ❏ Protein Total

❏ HSG ❏ Free T4 ❏ SGOT

❏ OMD ❏ HIV ❏ SGPT

❏ Sialografi ❏ HSV ❏ Urea

❏ Fistulografi ❏ Ig G ❏ RehabilitasiMedik

❏ Arthografi ❏ Rubella ❏ Fisiotherapi

❏ Head CT Scan ❏ T3 ❏ Okupasitherapi

❏ Whole Body CT Scan ❏ T4 ❏ Terapiwicara

❏ MyelografiLumbal ❏ Urine Rutin ❏ Psikologi

❏ Ortotik Prostetik

 
 
15 
III. DESKRIPSI SINGKAT RONA LINGKUNGAN

RSUP Sumatera Barat terletak di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. RSUP
Sumatera Barat merupakan rumah sakit terbesar Kota Padang Provinsi Sumatera Barat
dan terletak di pinggir sungai Batang yang merupakan sungai yang mengalir dari
Gunung Talang. Ekosistem sungai terdiri dari flora dan fauna. Ikan menjadi fauna yang
mendominasi ekosistem sungai sedangkan flora yang terdapat pada ekosistem sungai
berupa kangkung, teratai, eceng gondok dan beberapa tumbuhan air lainnya.

Lokasi RSUP Sumatera Barat berbatasan dengan:


❏ Sebelah utara : pemukiman penduduk
❏ Sebelah selatan : pemukiman penduduk dan pertokoan
❏ Sebelah timur : kompleks PJKA Kota Padang
❏ Sebelah barat : Jl. Melati dan sungai Batang

Sebagai gambaran RSUP Sumatera Barat terletak di tengah kota Padang dengan luas
lahan ±8,5 ha, dan luas bangunan ± 31.000 m2. Sebagian besar fisik bangunan
tergolong sudah tua, dan belum sesuai dengan masterplan rumah sakit. Ketika hujan
cukup deras, masih terjadi genangan air dikarenakan sistim drainase yang sudah tua
dan belum cukup memadai. Selain itu selaras dengan pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor, telah terjadi gangguan akses yang dapat berdampak pada ​respons time
pelayanan, terutama layanan rawat jalan dan IGD.

Lokasi RSUP Sumatera Barat mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan
raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas dengan mudah, yaitu tersedia transportasi
umum, pedestrian dan jalur-jalur yang aksesibel. Perancangan dan perencanaan
prasarana parkir di RSUP Sumatera Barat disesuaikan dengan asumsi perhitungan
kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 37,5m2 s/d 50m2 per tempat tidur
(sudah termasuk jalur sirkulasi kendaraan) atau menyesuaikan kondisi sosial ekonomi
daerah setempat. Tempat parkir harus juga dilengkapi dengan rambu parkir.
Penyediaan parkir di pekarangan dirancang sebisa mungkin tidak mengurangi daerah
penghijauan yang telah ditetapkan.

 
 
16 
RSUP Sumatera Barat juga telah menerapkan zonasi ruang. Zonasi ruang adalah
pembagian atau pengelompokan ruangan-ruangan berdasarkan kesamaan karakteristik
fungsi kegiatan untuk tujuan tertentu. Pengkategorian pembagian area atau zonasi
rumah sakit terdiri atas zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit,
zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan.

Rumah sakit juga melaksanakan fungsi sosial dengan menyediakan fasilitas untuk
penderita yang kurang mampu. Dalam melaksanakan fungsi sosial, rumah sakit
menjamin bahwa pelayanan yang diberikan tidak akan mempengaruhi mutu pelayanan.
Sesuai dengan kemampuan yang ada rumah sakit berpartisipasi dalam
penanggulangan bencana alam regional dan nasional.

Resiko terjadinya “Infeksi rumah sakit dicegah dan diminimalisir melalui upaya
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang berkesinambungan dengan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi. Upaya tersebut dilaksanakan oleh Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (KPPIRS) yang langsung berada dibawah koordinasi
Direktur. Upaya ini juga dilakukan dengan melibatkan pasien/ keluarga.

 
 
17 
IV. ASPEK PERIZINAN

A. Pengantar
Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat atau daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan
syah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau
kegiatan tertentu. Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan
dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat.

Izin operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan setelah persyaratan dan standar. Rumah sakit dan fasilitas
layanan kesehatan lain akan mendapat izin operasional setelah memenuhi persyaratan
tertentu dan izin itu harus diperbaharui dalam kurun waktu tertentu. Mekanisme
perizinan belum menjamin sepenuhnya kompetensi layanan kesehatan yang ada atau
mutu layanan kesehatan fasilitas kesehatan tersebut.

Terkait dengan pengelolaan lingkungan dan limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit, berikut ini adalah beberapa perizinan yang wajib dimiliki oleh rumah sakit:
❏ Izin lingkungan;
❏ Izin pembuangan air limbah;
❏ Izin penyimpanan limbah B3;
❏ Izin pengangkutan limbah B3;
❏ Izin pengolahan limbah B3;
❏ Izin pemanfaatan limbah B3.

B. Temuan Audit
Temuan: Menurut ​Perda Prov. Sumatera Barat No. 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Linfkungan Hidup pada Pasal 16 terkait izin pembuangan limbah cair RSUP
Sumatera Barat sudah memiliki Izin Pembuangan Limbah Cair sementara No. 660/315
oleh Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Sumatera Barat tgl 13 Mei 2013. Namun izin
sementara tersebut setiap 3 bulan sekali harus diperpanjang karena parameter

 
 
18 
ammonia masih melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Berdasarkan dokumen izin
yang kami peroleh di lapangan, izin pembuangan limbah cair sementara RSUP
Sumatera Barat hanya diperpanjang 1 kali, dan setelah itu tidak dilakukan perpanjangan
meskipun hasil pengujian baku mutu limbah cair untuk parameter ammonia melebihi
baku mutu.

Kategori temuan​: tidak taat.


Rekomendasi​: RSUP Sumatera Barat agar mengurus izin IPLC permanen kepada
Gubernur Sumatera Barat sesuai kewenangannya.

 
 
19 
V. ASPEK PENGENDALIAN, PENCEGAHAN
DAN PENCEMARAN AIR LIMBAH

A. Pengantar
Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat menghasilkan
air limbah yang berasal dari aktifitas kegiatannya, diantaranya yaitu dari aktifitas rawat
inap, dapur, laundry dan fasilitas lainnya. Pengamanan limbah cair adalah upaya
kegiatan penanganan limbah cair yang terdiri dari penyaluran dan pengolahan dan
pemeriksaan limbah cair untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan
hidup yang ditimbulkan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan kegiatan rumah sakit
memiliki beban cemaran yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan
hidup dan menyebabkan gangguan kesehatan manusia.

Untuk itu, air limbah perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan, agar
kualitasnya memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Limbah Cair rumah sakit juga berpotensi untuk
dilakukan daur ulang untuk tujuan penghematan penggunaan air di rumah sakit. Untuk
itu, penyelenggaraan pengelolaan limbah cair harus memenuhi ketentuan di bawah ini:
1. Rumah sakit memiliki Unit Pengolahan Limbah Cair (IPAL) dengan teknologi yang
tepat dan desain kapasitas olah limbah cair yang sesuai dengan volume limbah
cair yang dihasilkan;
2. Unit Pengolahan Limbah Cair harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang sesuai
dengan ketentuan;
3. Memenuhi frekuensi dalam pengambilan sampel limbah cair, yakni 1 (satu) kali
per bulan;
4. Memenuhi baku mutu efluen limbah cair sesuai peraturan perundang-undangan;
5. Memenuhi pentaatan pelaporan hasil uji laboratorium limbah cair kepada instansi
pemerintah sesuai ketentuan minimum setiap 1 (satu) kali per 3 (tiga) bulan.

 
 
20 
B. Temuan Audit
1. Temuan​: Berdasarkan pengamatan lapangan terjadi kebocoran air dari bak
penampung I uji biologi karena adanya retakan pada bagian pojok dekat pipa inlet
dan pada pipa saluran dari ​sand filter tank.​

Kategori temuan​: tidak taat observasi


Rekomendasi​: Segera melakukan perbaikan retakan untuk memastikan tidak ada
kebocoran air dari bak penampung I uji biologi. Untuk pipa saluran dari ​sand filter
tank dalam jangka pendek mengganti pipa PVC pada segmen yg mengalami
kebocoran dan dlm jangka panjang mengganti seluruh pipa PVC.

2. Temuan​: Bak kontrol dari laundry tidak ada penutupnya terdapat potensi sebagai
sumber bau dan masuknya air hujan ke dalam saluran limbah.

Kategori temuan​: tidak taat observasi


Rekomendasi​: Segera memasang penutup pada bak kontrol

3. Temuan​: Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014


tentang baku mutu air limbah pada Lampiran XLIV terdapat baku mutu air limbah
bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan pengolahan limbah domestik.
Mengamati laporan pemantauan limbah cair RSUP Sumatera Barat, pada 4 bulan
terakhir (Maret 2019, April 2019, Mei 2019, Juni 2019) diketahui konsentrasi amonia
nitrogen melebihi baku mutu yaitu > 10 mg/l.

Kategori temuan​: tidak taat


Rekomendasi​: mengevaluasi sistem IPAL saat ini dengan cara memonitor debit dan
kualitas air inlet utk parameter amonia nitrogen, menetapkan prosedur berapa lama
retention time di bak lumpur aktif, memastikan volume lumpur aktif selalu mencukupi
dan membuat serta melaksanakan SOP pemakaian lumpur aktif.

 
 
21 
VI. ASPEK PENGENDALIAN DAN PENCEMARAN
EMISI GAS BUANG/UDARA

A. Pengantar
Pengendalian pencemaran udara berasal dari aktifitas pembangkit listrik yang biasanya
digunakan oleh rumah sakit sebagai tenaga cadangan, manakala suplai listrik dari PT.
PLN persero terkendari. Dan juga berasal dari kegiatan menghasilkan air panas yaitu
berupa boiler. Untuk kualitas udara ambient RSUP Sumatera Barat melakukan pada 5
titik sampling yaitu:
1) Dekat boiler;
2) Depan Instalasi gawat darurat;
3) Dekat genset;
4) OK I lantai 4;
5) OK I lantai 5.

RSUP Sumatera Barat memiliki 2 sumber emisi dari cerobong boiler, masing-masing
mempunyai kapasitas 2,5 ton/ hari dan 0,5 ton/meter. Boiler ini menghasil uap panas
dan air panas yang dialirkan ke fasilitas binatu dan kamar-kamar rawat inap. Rumah
sakit memiliki 4 sumber emisi tidak bergerak lainnya yaitu untuk generator pembangkit
tenaga listrik cadangan, masing-masing mempunyai kapasitas 200 KVA, 501 KVA, 949
KVA dan 1000 KVA.

RSUP Sumatera Barat memiliki satu unit incinerator yang berkapasitas 300-400 kg/ hari
untuk memusnahkan limbah B3 klinis. Sejak 2009 incinerator ini tidak difungsikan lagi
karena belum mendapatkan izin pengoperasian ​incinerator dari Kementerian
Lingkungan Hidup.

Pengukuran kualitas udara ambient dan emisi gas buang untuk boiler dan genset
dilakukan oleh laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL PPM) Kota Padang. Pelaksanaan
pemantauan sudah dilakukan secara berkala 1 kali dalam 6 bulan dan dilaporkan
kepada instansi terkait.

 
 
22 
B. Temuan Audit
1. Temuan​: Mengacu pada Peraturan Pemeritah No 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, RSUP Sumatera Barat sudah melakukan
pemantauan udara ambient pada 5 titik sampling yaitu: 1) Dekat boiler; 2) Depan
Instalasi gawat darurat; 3) Dekat genset; 4) OK I lantai 4 dan 5) OK I lantai 5. Dari
hasil pengukuran ditemukan parameter fisika udara ambient melewati baku mutu
untuk parameter suhu (>30C), kelembaban (>60 %) dan Kebisingan (>45 DB).
Peraturan rujukan untuk pembanding baku mutu yang digunakan RSUP Sumatera
Barat hanya merujuk kepada kualitas lingkungan rumah sakit Permenkes no 1204
tahun 2004.

Kategori temuan​: tidak taat


Rekomendasi​: Pengukuran udara ambient berikutnya perlu mengacu kepada
Lampiran I PP No 41 Tahun 1999 dan Lampiran I Permen LH No. 7 Tahun 2007
sebagai acuan udara ambient. Selain itu untuk kualitas udara di lingkungan rumah
sakit agar mengacu pada Permenkes No. 7 Tahun 2019 sebagai pengganti dari
Permenkes no 1204 tahun 2004.

2. Temuan​: RSUP Sumatera Barat memiliki tinggi cerebong belum memenuhi 2-2,5
kali dari tinggi bangunan tertinggi di sekitarnya sebagaimana persyaratan teknis
cerobong gas buang.

Kategori temuan​: tidak taat


Rekomendasi​: disarankan agar meninggikan cerobong sesuai dengan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan pertimbangan teknis
lainnya.

3. Temuan​: RSUP Sumatera Barat memiliki satu genset tambahan yang belum
memiliki lubang sampling dan belum dilakukan pemantauan emisi.
Kategori temuan​: tidak taat
Rekomendasi​: Perlu dibuat lubang sampling emisi sesuai dengan peraturan dan
persyaratan teknis dan melakukan pemantauan emisi.

 
 
23 
VII. ASPEK PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN B3

A. Pengantar
Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik
dan non medik yang dalam pelaksanaannya menimbulkan dampak positif maupun
negatif. Dalam lingkungan tersebut, banyak Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
digunakan. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan suatu zat, bahan kimia dan
biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran, yang dapat membahayakan
kesehatan dan lingkungan secara langsung maupun tidak langsung. Bahaya itu
terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat B3 memiliki beberapa sifat
diantaranya:
1) Racun;
2) Karsinogenik (penyebab kanker);
3) Teratogenik (penyebab kecacatan pada janin selama dalam kehamilan ibu);
4) Mutagenik (penyebab perubahan genetika);
5) Korosif (perkaratan);
6) Iritasi (menyebabkan iritasi).

Di rumah sakit, B3 dapat berupa bahan kimia, obat kanker (sitostatika), reagensia,
antiseptik dan disinfektan, limbah infeksius, bahan radioaktif, insektisida, pestisida,
pembersih, detergen, gas medis dan gas non medis. Keragaman jenis B3 yang ada di
rumah sakit, membuat rumah sakit menjadi salah satu industri yang diwajibkan mampu
mengelola B3 dengan baik. Pengelolaan B3 dari aspek Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah upaya meminimalkan risiko penggunaan B3 terhadap sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit. Saat mengelola B3, tidak semua risiko bisa ditiadakan. Namun,
keselamatan dan keamanan rumah sakit ditingkatkan melalui penilaian risiko
berdasarkan informasi dan pengelolaan risiko yang cermat. Pengelolaan masa pakai B3
yang cermat tidak hanya meminimalkan risiko terhadap manusia dan lingkungan, tetapi
juga mengurangi biaya. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk

 
 
24 
menjaga kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap
lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya.

Mengingat sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya B3, maka dalam
penyimpanan B3 perlu memperhatikan beberapa faktor. B3 dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran dan kemungkinan interaksi antar
bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau timbulnya gas beracun. Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, beberapa syarat penyimpanan B3 adalah
tempat penyimpanan dingin, jauhkan dari bahaya kebakaran, wadah tertutup dan kedap
air, sediakan APD dan sediakan alat pemadam kebakaran tanpa air (CO2 atau Dry
Chemical Powder). Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan
adalah lamanya waktu penyimpanan. B3 yang sudah dibuka sebaiknya dihabiskan
terlebih dahulu (first in first out/FIFO), serta perhatikan pula tanggal kadaluarsanya.

Kualitas B3 harus memenuhi standard yang diperlukan, serta jumlah yang akan dibeli
harus sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan bahwa kepemilikan dalam
jumlah besar memiliki konsekuensi biaya kelola limbah apabila B3 tersebut
terkontaminasi atau mengalami degradasi mutu sehingga tidak dapat dipergunakan.
Rumah sakit harus menjadi tempat yang aman bagi para penggunanya. Aman terhadap
setiap kemungkinan kecelakaan fatal, dari sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya
dalam rumah sakit yang aman seseorang dapat bekerja dengan produktif, dan efisien,
bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan dan keracunan. Keadaan aman dalam rumah
sakit dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan
melindungi diri. Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat pada para
pengguna, maupun orang lain serta lingkungan di sekitarnya.

B. Temuan Audit
1. Temuan​: Instalasi laboratorium RSUP Sumatera Barat sejak tahun 2009 telah
melakukan modernisasi teknologi analisa di laboratorium dengan pola kerjasama
operasi (KSO). Perubahan teknologi ini, dari manual menjadi otomatis, berkontribusi
terhadap penggunaan bahan kimia yang jauh lebih hemat di instalasi laboratorium.
Saat ini, reagen yang digunakan sudah diformulasi dalam bentuk sediaan (kit) oleh

 
 
25 
pabrikan. Stok reagen yang disimpan dalam ruang penyimpanan laboratorium
berdasarkan hasil pengamatan tidak diklasifikasikan berdasarkan tanggal produksi
atau tanggal berakhirnya masa berlaku reagen, dan ditemukan terdapat 2 reagen
yang sudah melewati masa berlakunya produk (expired).

Kategori temuan​: tidak taat observasi


Rekomendasi​: agar dilakukan inventarisasi bahan atau zat-zat kebutuhan
laboratorium dan diperiksa secara berkala masa berlaku bahan, terhadap yang
sudah expired agar segera dipindahkan atau dibuang sesuai penanganan B3.

2. Temuan​: Sesuai Pasal 11 PP Nomor 74 Tahun 2001, setiap orang yang


memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet). Terhadap B3 yang digunakan di laboratorium RSUP Sumatera Barat,
juga terdapat dalam manifes catatan bahan masuk telah dilengkapi dengan MSDT.
Namun saat dilakukan pemeriksaan dan tinjauan dokumen, terdapat beberapa
bahan yang tidak ditemukan MSDT nya.

Kategori temuan​: tidak taat


Rekomendasi​: Agar lebih teliti dalam penyimpanan dokumen khususnya dokumen
wajib yang telah ditetapkan oleh peraturan. Disarankan agar lembar data
keselamatan B3 disimpan dalam satu file dan diurutkan sesuai nomor B3.

 
 
26 
VIII. ASPEK PENGENDALIAN DAN
PENGELOLAAN LIMBAH B3

A. Pengantar
Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan gangguan perlindungan
kesehatan dan atau risiko pencemaran terhadap lingkungan hidup. Mengingat besarnya
dampak negatif limbah B3 yang ditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus
dilaksanakan secara tepat, mulai dari tahap pewadahan, tahap pengangkutan, tahap
penyimpanan sementara sampai dengan tahap pengolahan.

Jenis limbah B3 yang dihasilkan di rumah sakit meliputi limbah medis, baterai bekas,
obat dan bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas, lampu bekas,
baterai, cairan fixer dan developer, wadah cat bekas (untuk cat yg mengandung zat
toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge printer bekas, film rontgen bekas,
motherboard komputer bekas, dan lainnya. Penanganan limbah B3 rumah sakit
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Prinsip
pengelolaan limbah B3 rumah sakit, dilakukan upaya sebagai berikut:
1) Identifikasi jenis limbah B3;
2) Tahapan penanganan pewadahan dan pengangkutan limbah B3;
3) Pengurangan dan pemilahan limbah B3;
4) Bangunan TPS di rumah sakit harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5) Pemilahan limbah B3 di rumah sakit;
6) Penyimpanan sementara limbah B3;
7) Lamanya penyimpanan limbah B3 untuk jenis limbah dengan karakteristik
infeksius, benda tajam dan patologis di rumah sakit sebelum dilakukan
Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah
B3;
8) Pengangkutan limbah B3;
9) Pengolahan limbah B3.

 
 
27 
Permasalahan limbah B3 dalam konteks lingkungan hidup di Indonesia menjadi fokus
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat ini. Berbagai aktivitas industri telah
menimbulkan lahan terkontaminasi oleh limbah B3. Kejadian tersebut antara lain
disebabkan oleh adamya pembuangan limbah B3 ke lingkungan walaupun
sesungguhnya peraturan Perundangan telah mengatur larangan membuang limbah B3
ke lingkungan. Beban biaya yang tinggi untuk mengolah limbah B3 sering menjadi
alasan membuang limbah B3 ke lingkungan tanpa diolah terkebih dahulu.

Banyak industri yang tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam
kategori limbah B3, sehingga dengan mudah limbah dibuang ke sistem perairan tanpa
adanya pengolahan. Pada hakekatnya, pengolahan limbah adalah upaya untuk
memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil,
konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat
pencemar yang sudah dipisahkan (konsentrat) belum tertangani dengan baik, sehingga
terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan dan keselamatan
lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 (termasuk yang masih bersifat potensial) perlu
dikelola antara lain melalui pengolahan limbah B3.

B. Temuan Audit
1. Temuan​: tempat penyimpanan limbah B3 pada RSUP Sumatera Barat telah sesuai
dengan standar wadah penyimpanan limbah B3 dan diberi simbol sesuai
karakteristik limbah B3, tetapi pada saat pengecekan isi tempat penyimpanan limbah
B3, ada banyak limbah B3 yang dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan yang
tidak sesuai dengan simbol kharakteristik limbah B3 nya. Selain itu beberapa simbol
tempat penyimpanan limbah B3 telah mengalami perubahan warna sehingga kurang
jelas warnanya.

Kategori temuan​: tidak taat observasi


Rekomendasi​: perlu dilakukan evaluasi dan pelatihan etos kerja pegawai RSUP
Sumatera Barat khususnya terkait prilaku lingkungan agar memiliki kesadaran dan
tanggung jawab mengikuti petunjuk operasional pembuangan limbah B3. Simbol
yang telah mengalami perubahan warna sebaiknya diganti.

 
 
28 
2. Temuan​: Lantai TPS LB3 RSUP Sumatera Barat sudah dibuat kedap air, namun
pada ruang limbah B3 non infeksius belum memiliki saluran dan bak untuk
menampung apabila ada tumpahan limbah B3 fasa cair, khususnya untuk oli bekas.

Kategori temuan​: tidak taat


Rekomendasi​: RSUP Sumatera Barat perlu membuat saluran dan bak untuk
menampung limbah B3 non infeksius sebagai antisipasi apabila ada tumpahan fasa
cair.

3. Temuan​: kondisi drum kemasan limbah B3 cair (oli bekas) terlihat berkarat dan
berpotensi kebocoran.

Kategori temuan​: tidak taat


Rekomendasi​: RSUP Sumatera Barat perlu menginventarisasi kemasan limbah B3
yang sudah tidak layak dan dilakukan penggantian untuk mencegah terjadinya
kebocoran limbah yang dapat membahayakan lingkungan.

 
 
29 
IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Rumah Sakit Umum Pusat Sumatera Barat merupakan rumah sakit terbesar yang
berada di Provinsi Sumatera Barat. Sebagai fasilitas untuk melayani kesehatan RSUP
Sumatera Barat mempunyai dampak samping yang bisa menimbulkan pencemaran
bagi lingkungan. Sebagai penanggungjawab kegiatan tentu saja rumah sakit ini
berkewajiban untuk meminimalisir segala jenis kegiatan memiliki dampak
sekecil-kecilnya terhadap lingkungan.

Dari kegiatan rumah sakit ada 4 sumber pokok potensi pencemaran yang bisa
dihasilkan oleh rumah sakit; 1. Pengelolaan limbah cair; 2. Pengelolaan pencemaran
udara; 3. Pengelolaan B3; 4. Pengelolaan limbah B3. Dalam pelaksanan audit
lingkungan, tim auditor telah menyelesaikan kegiatan audit meliputi aspek pengelolaan
terhadap potensi pencemar seperti yang disebutkan diawal.

RSUP Sumatera Barat telah melakukan pengelolaan dampak negatif dari kegiatan yaitu
pengelolaan limbah cair; dengan melengkapi persyaratan seperti yang disebutkan
dalam peraturan pengelolaaan limbah cair, baik persyaratan teknis, perizinan dan
pelaporan ke instansi terkait. Pengelolaan pencemaran udara sudah dilakukan dengan
pemantauan sumber emisi dan kualitas udara ambien. Persyaratan teknis, perizinan
dan pelaporan sudah dilaksanakan sebagai bagian dari penaaatan terhadap peraturan
yang berlaku. Limbah B3 sudah dilakukan pengelolaan dengan menempatkan di tempat
penampungan sementara dan telah ditempatkan sesuai aturan penyimpanan. Tempat
penyimpanan pun sudah disiapkan namun masih perlu dilakukan perbaikan dan tata
kelola yang lebih baik sesuai dengan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan.

Secara keseluruhan RSUP Sumatera Barat sudah melakukan pengelolaan lingkungan


rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.
Temuan-temuan laporan, hal teknis dan perizinan perlu ditindak lanjuti sebagai ketaatan
dalam pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan peraturan. Dengan memenuhinya

 
 
30 
berarti rumah sakit sudah mempunyai itikad baik dalam pengelolaan lingkungan secara
efektif dan efisien.

B. Rekomendasi
Bagian berikut mengenai rekomendasi terperinci untuk tindakan pengelolaan
lingkungan yang diperlukan untuk diterapkan oleh RSUP Sumatera Barat agar
mengurangi kerusakan lingkungan lebih jauh dan memenuhi kriteria kesehatan dan
pengelolaan lingkungan rumah sakit. Rekomendasi-rekomendasi ini memberikan
kesempatan untuk kegiatan pengembangan lingkungan sesuai persyaratan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Diharapkan bahwa seluruh rekomendasi
akan diimplementasikan, meskipun melalui sebuah proses secara bertahap dapat
mencapai perbaikan lingkungan yang berarti dalam penyelenggaraan lingkungan.

Rangkuman rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan lingkungan RSUP Sumatera


Barat adalah sebagai berikut:
1. RSUP Sumatera Barat agar mengurus izin IPLC permanen kepada Gubernur
Sumatera Barat sesuai kewenangannya (aspek perizinan);
2. Segera melakukan perbaikan retakan untuk memastikan tidak ada kebocoran air
dari bak penampung I uji biologi. Untuk pipa saluran dari ​sand filter tank dalam
jangka pendek mengganti pipa PVC pada segmen yg mengalami kebocoran dan
dlm jangka panjang mengganti seluruh pipa PVC (aspek pengendalian,
pencegahan dan pencemaran air limbah);
3. Segera memasang penutup pada bak kontrol air bekas ​laundry (aspek
pengendalian, pencegahan dan pencemaran air limbah);
4. Mengevaluasi sistem IPAL saat ini dengan cara memonitor debit dan kualitas air
inlet utk parameter amonia nitrogen, menetapkan prosedur berapa lama ​retention
time di bak lumpur aktif, memastikan volume lumpur aktif selalu mencukupi dan
membuat serta melaksanakan SOP pemakaian lumpur aktif (aspek pengendalian,
pencegahan dan pencemaran air limbah);
5. Pengukuran udara ​ambien berikutnya perlu mengacu kepada Lampiran I PP No 41
Tahun 1999 dan Lampiran I Permen LH No. 7 Tahun 2007 sebagai acuan udara
ambien.​ Selain itu untuk kualitas udara di lingkungan rumah sakit agar mengacu

 
 
31 
pada Permenkes No. 7 Tahun 2019 sebagai pengganti dari Permenkes no 1204
tahun 2004 (aspek pengendalian dan pencemaran emisi gas buang/udara);
6. Disarankan agar meninggikan cerobong sesuai dengan persyaratan teknis yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan pertimbangan teknis lainnya
(aspek pengendalian dan pencemaran emisi gas buang/udara);
7. Perlu dibuat lubang sampling emisi sesuai dengan peraturan dan persyaratan
teknis dan melakukan pemantauan emisi (aspek pengendalian dan pencemaran
emisi gas buang/udara);
8. Agar dilakukan inventarisasi bahan atau zat-zat kebutuhan laboratorium dan
diperiksa secara berkala masa berlaku bahan, terhadap yang sudah expired agar
segera dipindahkan atau dibuang sesuai penanganan B3 (aspek pengendalian dan
pengelolaan B3);
9. Agar lebih teliti dalam penyimpanan dokumen khususnya dokumen wajib yang telah
ditetapkan oleh peraturan. Disarankan agar lembar data keselamatan B3 disimpan
dalam satu file dan diurutkan sesuai nomor B3 (aspek pengendalian dan
pengelolaan B3);
10. perlu dilakukan evaluasi dan pelatihan etos kerja pegawai RSUP Sumatera Barat
khususnya terkait prilaku lingkungan agar memiliki kesadaran dan tanggung jawab
mengikuti petunjuk operasional pembuangan limbah B3. Simbol yang telah
mengalami perubahan warna sebaiknya diganti (aspek pengendalian dan
pengelolaan limbah B3);
11. RSUP Sumatera Barat perlu membuat saluran dan bak untuk menampung limbah
B3 non infeksius sebagai antisipasi apabila ada tumpahan fasa cair (aspek
pengendalian dan pengelolaan limbah B3);
12. RSUP Sumatera Barat perlu menginventarisasi kemasan limbah B3 yang sudah
tidak layak dan dilakukan penggantian untuk mencegah terjadinya kebocoran
limbah yang dapat membahayakan lingkungan (aspek pengendalian dan
pengelolaan limbah B3).

 
 
32 
REFERENSI
 
Adisasmito Wiku, 2012, ​Audit Lingkungan Rumah Sakit​, Jakarta: Rajawali Pers

Pemerintah Indonesia. 2009. ​Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup​. Lembaran Negara RI Tahun 2009 No. 140.
Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pemerintah Indonesia. 1999. ​Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara.​ Lembaran Negara RI No. 3853. Jakarta:
Sekretariat Negara

Pemerintah Indonesia. 2001. ​Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.​ Lembaran Negara RI No. 138.
Jakarta: Sekretariat Negara

Pemerintah Indonesia. 2012. ​Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan.​ Lembaran Negara RI No. 48. Jakarta: Sekretariat Negara

Pemerintah Indonesia. 2014. ​Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun​. Lembaran Negara RI No. 333.
Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pemerintah Indonesia. 2003. ​Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 111
Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air Atau Sumber Air​. Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup

Pemerintah Indonesia. 2007. ​Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 7 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap.​ Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup

Pemerintah Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 Tahun
2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup

Pemerintah Indonesia. 2013. ​Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun
2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun​. Berita
Negara RI No. 39. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pemerintah Indonesia. 2014. ​Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah​. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia

Pemerintah Indonessia. 2015. P​eraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan


Kehutanan No. P.56/Menlhk-setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan

 
 
33 
Kesehatan​. Berita Negara RI No. 598. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia

Pemerintah Indonesia. 2018. ​Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2018 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan Air
Limbah Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik​.
Berita Negara RI No. 1701. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pemerintah Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit​. Berita Negara RI No. 296. Jakarta:
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
34 
LAMPIRAN 
Matriks Check List Audit Lingkungan RSUP Sumatera Barat 
 

Tidak 
Aspek Yang  Tidak  Taat  Dokumen/ 
No  Peraturan/Referensi  Kriteria  Taat  Dokumentasi 
Diaudit  Taat  Observa
si 

1.  Aspek  1. UU​ No. 32 Tahun           


perizinan  2009 tentang       
Perlindungan dan       
Pengelolaan       
Lingkungan Hidup:  ● RS memiliki dokumen  ✔   
❏ Pasal 22 ayat (1)  AMDAL     
       
  ● RS memiliki Izin  ✔   
❏ Pasal 36 ayat (1)  Lingkungan 
 

2. Peraturan Pemerintah           
No. 27 Tahun 2012     
tentang Izin     
Lingkungan     
❏ Pasal 48  ● zin Lingkungan  ✔ 
  memuat persyaratan   
dan kewajiban yang   
ditetapkan pemberi   
izin    
● Izin Lingkungan  ✔ 
tersebut masih   
berlaku   

3. Peraturan Menteri LH           


No. 18 Tahun 2009     
tentang Tata Cara     
Perizian Pengelolaan   
 
Limbah Bahan   
Berbahaya dan   
 
Beracun     
❏ Pasal​ 2  ● RS memiliki izin  ✔ 
  penyimpanan   
  sementara limbah   
  B3?   
     
❏ Pasal 3  ● Apakah pihak ketiga  ✔ 
yang bekerjasama   
dengan RS memiliki   
izin pengangkutan 
limbah B3? 

4. Perda Prov. Sumatera           


Barat No. 14 Tahun     
2012 tentang     
Perlindungan dan   
 
Pengelolaan   
Linfkungan Hidup   
 

 
 
35 
❏ Pasal 16  ● Apakah RS memiliki  ✔ 
Izin Pembuangan Air 
Limbah dari 
Gubernur? 

5. Permen​ LHK No.           


P.102 Tahun 2018       
tentang Tata Cara       
Perizinan   
   
Pembuangan Air   
Limbah Melalui   
   
Pelayanan Perizinan       
Berusaha Terintegrasi       
Secara Elektronik  ● Apakah Izin    ✔ 
❏ Pasal 13  Pembuangan Air   
  Limbah tersebut   
  masih berlaku?   
     
  ● Jika Izin  ✔ 
❏ Pasal 16  Pembuangan Air 
  Limbah Tersebut 
diterbitkan sebelum 
November 2018, 
apakah sudah 
didaftarkan melalui 
sistem OSS dan 
mendapatkan NIB? 

6. Permenkes No. 7           
Tahun 2019 tentang     
Kesehatan     
Lingkungan Rumah   
 
Sakit  ● Apakah terdapat 
✔ 
❏ Lampiran I Bab  perjanjian kerjasama 
III  dengan pihak ketiga 
yang melakukan 
pengolahan limbah 
B3? 

2.  Aspek  1. UU No. 32 Tahun           


pengendalian,  2009 tentang     
pencegahan,  Perlindungan dan     
pencemaran  Pengelolaan     
air limbah  Lingkungan Hidup  ● Adakah SOP  ✔ 
❏ Pasal 20 ayat (3)  pengukuran air 
  limbah cair untuk 
  menentukan sesuai 
  atau tidaknya 
dengan baku mutu 
lingkungan hidup? 

2. Kepmen LH No. 111           


Tahun 2003 tentang     
Pedoman Mengenai     
Syarat dan Tata Cara   
 
Perizinan Serta   
Pedoman Kajian   
 
Pembuangan Air     

 
 
36 
Limbah Ke Air Atau     
Sumber Air     
❏ Pasal 6.  ● Apakah RS sudah  ✔ 
melaksanakan   
kewajiban dan 
 
menghindari 
larangan yang 
tercantum dalam Izin 
Pembuangan Air 
Limbah? 

3. Permen LH No. 5           
Tahun 2014 tentang     
Baku Mutu Air Limbah     
❏ Lampiran XLIV  ● Apakah air limbah  ✔ 
  yang dibuang ke 
lingkungan telah 
memenuhi baku 
mutu sesuai 
Lampiran XLIV 
Permen LH No. 5 
Tahun 2014? 

4. Permen LHK No.           


P.102 Tahun 2018         
tentang Tata Cara         
Perizinan   
     
Pembuangan Air   
Limbah Melalui   
     
Pelayanan Perizinan         
Berusaha Terintegrasi         
Secara Elektronik  ● Apakah tersedia      ✔ 
❏ Lampiran II.  layout saluran inlet       
dan outlet dari     
kegiatan yang     
menghasilkan air 
   
limbah? 
  ✔ 
● Apakah tersedia 
manual book atau   
buku panduan yang   
menggambarkan   
keseluruhan sistem   
yang berkaitan   
dengan pengelolaan   
air limbah? 
 
● Apakah tersedia 
✔ 
dokumen mengenai 
 
deskripsi dari sistem 
 
IPAL? 
 
● Apakah tersedia 
 
dokumen atau SOP 
✔ 
yang menjelaskan 
 
upaya yang 
 
dilakukan dalam 
 
pengelolaan air 
 
limbah? 
 
● Apakah tersedia SOP 
✔ 
uraian penanganan 

 
 
37 
kondisi darurat 
pencemaran air?  

5. Permenkes No. 7           
Tahun 2019 tentang       
Kesehatan       
Lingkungan Rumah   
   
Sakit  ● Apakah IPAL RS telah 
  ✔ 
❏ Lampiran I Bab III  menggunakan 
bagian  teknologi yang tepat   
penyelenggaraan  dan desain kapasitas   
penanganan  olah limbah cair   
limbah cair  sudah sesuai dengan   
volume limbah cair   
yang dihasilkan?   
● Apakah frekuensi  ✔ 
pengambilan sampel   
limbah cair telah   
dilakukan sesuai   
ketentuan yakni 1   
kali sebulan?   
● Apakah dilakukan  ✔ 
pengolahan awal   
(​pre-treatment)​    
terhadap limbah cair   
yang memiliki   
kharakter khusus   
sebelum disalurkan   
menuju IPAL?   
● Apakah RS telah  ✔ 
menyampaikan   
laporan hasil uji 
limbah cair minimum 
1 kali per 3 bulan? 

3.  Aspek  1. PP No. 41 Tahun 1999           


  Pengendalian  tentang Pengendalian       
  Pencemaran  Pencemaran Udara       
  Emisi Gas  ❏ Pasal 21  ● Apakah RS  ✔   
  Buang/Udara    melakukan   
      pencegahan 
 
   
      dan/atau   
      penanggulangan   
 
      pencemaran udara   
 
      yang diakibatkan     
      oleh usaha dan/atau     
      kegiatan yang     
      dilakukannya?     
         
    ❏ Pasal 26  ● Apakah RS memiliki 
 
✔   
      SOP untuk memantau 
      indeks standar   
      pencemar udara?   
         
    ❏ Lampiran I  ● Apakah kualitas atau  ✔ 
      keadaan udara di 
      sekitar RS telah 
  memenuhi baku 

 
 
38 
  mutu udara ambien 
  sesuai Lampiran PP 
  No. 41 Tahun 1999? 

2. Permen LH No. 7           
Tahun 2007 tentang       
Baku Mutu Emisi       
Sumber Tidak   
   
Bergerak Bagi Ketel   
Uap   
   
❏ Pasal 6   ● Apakah RS     
  membuang emisi gas    ✔ 
  melalui cerobong     
  yang dilengkapi     
  dengan sarana   
 
  pendukung dan alat   
   
  pengaman? 
   
  ● Apakah RS memiliki 
✔   
  SOP pengujian emisi 
   
  yang dikeluarkan 
   
  dari cerobong? 
   
  ● Apakah RS menguji 
✔   
  emisi gas buang 
   
  melalui laboratorium 
   
  yang terakreditasi? 
   
  ● Apakah dibuat 
✔   
  laporan hasil analisis 
   
  pengujian emisi? 
   
  ● Apakah laporan 
✔   
  analisis pengujian 
   
  emisi dilaporkan 
   
  kepada pejabat yang 
   
  berwenang 
   
  (bupati/walikota) 
   
  secara berkala? 
   
   
   
❏ Lampiran I   ● Apakah hasil 
   ✔ 
  pengujian emisi gas 
  buang dari   
  boiler/steam   
  generator telah   
  memenuhi baku   
  mutu emisi sumber   
  tidak bergerak bagi   
  ketel uap   
  sebagaimana di   
  lampiran I Permen   
  LH No. 7 Tahun   
  2007?   
❏ Lampiran II     
● Apakah hasil  ✔ 
pengujian emisi gas 
buang dari 
insinerator telah 
memenuhi baku 
mutu emisi 
insinerator 
sebagaimana di 

 
 
39 
lampiran II Permen 
LH No. 7 Tahun 
2007? 

3. Permenkes No. 7           
Tahun 2019 tentang       
Kesehatan       
Lingkungan Rumah   
   
Sakit  ● Apakah dilakukan 
❏ Pasal 2   pengukuran kualitas 
✔   
   
  lingkungan udara di 
   
  Rumah Sakit? 
 
     
 
  ● Apakah mutu udara  ✔ 
 
❏ Lampiran I  lingkungan RS telah   
memenuhi standar 
baku mutu dan 
persyaratan 
kesehatan udara 
sebagaimana 
dipersyaratkan 
dalam Lampiran I 
Permenkes No. 7 
Tahun 2019?  

4.  Aspek  1. Undang- undang           


pengendalian,  No.32 Tahun 2009     
pengelolaan  tentang Perlindungan     
B3  dan Pengelolaan     
Lingkungan Hidup     
❏ Pasal 58 ayat (1)  ● Apakah RS telah  ✔ 
memiliki SOP 
Pengendalian dan 
Pengelolaan B3? 

2. Peraturan Pemerintah           
Republik Indonesia       
No.74 tahun 2001       
tentang Pengelolaan   
   
Bahan Berbahaya dan   
Beracun   
   
❏ Pasal 6 ayat (1)  ● Apakah B3 yang  ✔   
  dihasilkan RS sudah     
  diregistrasi?     
 
     
❏ Pasal 11  ● Apakah RS sudah   
✔ 
  membuat Lembar   
  Data Keselamatan   
  Bahan (​Material   
  Safety Data Sheet​)   
  bagi B3 yang   
  dihasilkannya?   
     
❏ Pasal 14   ● Apakah B3 yang  ✔ 
  dihasilkan telah   
  dikemas sesuai   
  dengan   
  klasifikasinya?   

 
 
40 
     
❏ Pasal 16 ayat (1)  ● Apakah ada SOP  ✔ 
  penanggulangan jika 
kemasan B3 
mengalami 
kerusakan? 

5.  Aspek  1. Undang-​ Undang No.32           


pengendalian,  Tahun 2009 tentang     
pengelolaan  Perlindungan dan     
limbah B3  Pengelolaan     
  Lingkungan Hidup     
❏ Pasal 59 ayat (1)  ● Apakah RS telah  ✔ 
memiliki SOP 
Pengendalian dan 
Pengelolaan limbah 
B3? 

2. Peraturan Pemerintah           
Nomor 101 Tahun 2014       
tentang Pengelolaan       
Limbah Bahan   
   
Berbahaya dan   
Beracun    
   
❏ Pasal 3  ● Apakah dilakukan  ✔   
  penetapan jenis     
  limbah B3     
 
  berdasarkan   
  kategorinya?   
 
 
     
❏ Pasal 4  ● Apakah tersedia  ✔ 
   
  daftar limbah B3 
  sesuai kategori pada     
  Lampiran I?     
       
❏ Pasal 10  ● Apakah dilakukan  ✔   
 
  pengurangan limbah   
  B3 dengan metode   
 
 
  substitusi   
  bahan/modifikasi   
   
  proses/penggunaan 
  teknologi ramah     
  lingkungan?     
       
❏ Pasal 11  ● Apakah RS  ✔   
 
  menyampaikan   
  laporan pelaksanaan   
 
 
  pengurangan limbah   
  B3 minimal 1 kali   
   
  dalam 6 bulan? 
   
 
❏ Pasal 13  ● Apakah tempat  ✔ 
  penyimpanan limbah   
  B3 telah memenuhi   
  ketentuan pada   
  Pasal 13 PP No. 101   
  Tahun 2014?   
     

 
 
41 
❏ Pasal 19  ● Apakah kemasan  ✔ 
  limbah B3 yang 
  digunakan telah 
  memenuhi 
  persyaratan pada 
  Pasal 19 PP No. 101 
  Tahun 2014? 

3. Permen LH No. 14           


Tahun 2013 tentang       
Simbol dan Label       
Limbah Bahan   
   
Berbahaya dan   
Beracun   
   
❏ Pasal 2  ● Apakah telah    ✔ 
dilakukan pemberian   
simbol limbah B3 dan   
pelabelan limbah B3   
pada wadah   
dan/atau kemasan,   
tempat penyimpanan 
 
dan alat angkut 
limbah B3?  
 
● Apakah pemberian  ✔ 
simbol sudah 
dilakukan 
berdasarkan 
karakteristik limbah 
B3? 

4. Permen LHK No. P.56           


Tahun 2015 tentang       
Tata Cara dan       
Persyaratan Teknis   
   
Pengelolaan Limbah   
Bahan Berbahaya dan   
   
Beracun Dari Fasilitas       
Pelayanan Kesehatan       
❏ Pasal 6  ● Apakah telah  ✔   
  dilakukan pemilahan     
  limbah B3 dan     
  tersedia SOP   
 
  pemilahan limbah   
 
 
  B3? 
       
❏ Pasal 7 ayat (3)  ● Apakah warna    ✔ 
  kemasan limbah B3   
  telah sesuai dengan   
  jenis limbah B3?   
     
❏ Pasal 25  ● Apakah dilakukan  ✔ 
  penguburan limbah   
  B3 untuk limbah   
  patologis dan/atau   
  benda tajam?   
     
❏ Pasal 26  ● Apakah lokasi dan  ✔ 
fasilitas penguburan 

 
 
42 
limbah B3 telah 
memenuhi 
persyaratan Pasal 26 
Permen LHK No. P.56 
Tahun 2015? 

5. Permenkes​ No. 7           
Tahun 2019 tentang     
Kesehatan Lingkungan     
Rumah Sakit     ✔ 
❏ Lampiran I BAB III  ● Apakah telah   
dilakukan identifikasi   
jenis limbah B3   
meliputi jenis   
limbah,   
karakteristik,   
sumber, volume yang   
dihasilkan?   
● Apakah terdapat SOP  ✔ 
tahapan penanganan   
limbah B3?   
● Apakah SOP diupdate  ✔ 
secara berkala dan   
berkesinambungan?   
● Apakah terdapat SOP  ✔ 
pengurangan dan   
pemilahan limbah   
B3?   
● Apakah lamanya  ✔ 
penyimpanan limbah   
B3 telah sesuai   
dengan standar   
waktu penyimpanan   
berdasarkan jenis   
limbah?   
● Jika limbah B3 diolah  ✔ 
di luar RS, apakah   
terdapat SOP   
pengangkutan limbah   
B3?   
 

 
 
43 

Anda mungkin juga menyukai