Anda di halaman 1dari 2

Usulan Pengelolaan Sumber Daya Di Mentawai Berdasarkan Kearifan Lokal

Kearifan lokal yang sering dilekatkan pada masyarakat Mentawai adalah masih dipegang
teguhnya kepercayaan arat sabulungan. Secara etimologi, arat sabulungan berasal dari kata
arat yang berarti adat atau tata aturan, dan bulug yang berarti daun. Kata bulug yang berarti
daun, apabila ditambahkan awalan (sa) dan akhiran (an) maka mengandung arti sekumpulan
daun-daunan. Oleh sebab itu, aplikasi kepercayaan arat sabulungan tidak bisa dilepaskan
dengan lingkungan yang melingkupinya. Kepercayaan arat sabulungan ini lah yang menjadi
dasar bagi masyarakatnya dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Kepercayaan ini
tidak saya mengendalikan pola kehidupan sosial budaya, tetapi juga mengendalikan kehidupan
sosial ekonomi dan politik. Dengan kata lain, kepercayaan arat sabulungan adalah bentuk
kearifan lokal masyarakat Mentawai dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupannya. Sebagai bentuk kearifan lokal, maka alam dengan segala sumberdaya nya
haruslah diposisikan seimbang (harmonis) dengan kehidupan manusia itu sendiri, karena alam
tidak saja menjadi tempat hidup bagi manusia, tetapi juga sebagai tempat hidup bagi para roh
(soul).

Disamping masih kuatnya keyakinan arat sabulungan, ciri lain yang sering dilekatkan dengan
kearifan lokal Mentawai adalah aplikasinya dalam pertanian dan hubungan sosial. Dalam aspek
pertanian, beberapa ciri penting yang melekat adalah pola pertaniannya yang bersifat campur
sari dimana dalam sebuah lahan pertanian, cenderung memuat semua jenis tanaman yang
diinginkan dengan pola tanam yang tidak beraturan. Di satu sisi, pola pertanian campur sari
seperti ini telah menjadikan masyarakat Mentawai sebagai masyarakat yang tidak pernah
mengalami masa paceklik (kelaparan), karena kegagalan panen akan jenis tanaman tertentu
bisa tergantikan oleh jenis tanaman yang lannya. Namun di sisi lain, pola pertanian demikian
akhirnya membuat produksi pertanian menjadi tidak maksimal.

Masyarakat Mentawai cenderung juga tidak memiliki budaya perawatan secara maksimal
sesuai dengan kebutuhan jenis tanaman itu sendiri. Hal ini membuat jenis tanaman yang
tumbuh di lahan pertanian, cenderung akan dibiarkan begitu saja dan baru akan mendapat
perlakuan ekstra (perawatan) apabila mau panen dan dijual. Budaya perawatan seperti tidak
saja teraplikasi dalam pertanian, tetapi cenderung juga akan teraplikasi dalam berbegai aspek
kehidupan, seperti dalam peternakan, dan tekhnologi yang dimiliki. Artinya, ternak atau
tekhnologi yang dimiliki cenderung akan dibiarkan begitu saja dan hanya akan dapat perlakukan
khusus bila dibutuhkan saja.

Melihat fenomena dan kearifan lokal masyarakat mentawai maka berikut adalah usulan pola
pengembangan sumber daya di Mentawai:
1. Pola Pertanian
Pola pertanian campur-sari yang berkembang di masyarakat Mentawai, di satu sisi
memang membuat produksi pertanian yang mereka lakukan cenderung tidak menghasilkan
produk yang maksimal. Tetapi, sebagai sebuah kebiasaan, bukan hal yang gampang untuk
mengubah pola pertanian campursari ini. Oleh sebab itu, perlu adanya pemikiran bagi
pelaksana program untuk menyesuaikan diri dengan kearifan lokal penerima program
tersebut. Usulan yang bisa dilakukan untuk mengubah pola pertanian campur sari tersebut
adalah dengan sistem pertanian tumpang sari yaitu menanam beberapa jenis tanaman di
lahan yang sama dengan lebih mengutamakan satu jenis tanaman prioritas, dan dengan
pola tanam yang beraturan. Pola tumpang sari ini dapat dilakukan dengan pembagian
lahan sesuai dengan kebutuhan petani. Tentunya perlu juga dipertimbangkan jenis
tanaman yang bisa menghasilkan maksimal di lahan-lahan tumpang sari. Masyarakat
Mentawai relatif belum memiliki pola perawatan jenis tanaman, maka perlu
dipertimbangkan untuk melakukan penanaman jenis tanaman yang relatif tidak
membutuhkan perawatan yang tinggi tetapi bernilai ekonomis.

2. Pola peternakan
Kebiasaan masyarakat mentawai yang tidak ada budaya perawatan terhadap ternak, maka
untuk pengembangan peternakan di Mentawai, perlu disesuaikan jenis ternak yang dapat
dikembangkan di Mentawai. Salah satu ternak yang dapat dikembangkan antara lain Sapi
dan Kambing. Sapi dan Kambing tidak memerlukan perawatan yang terlalu intensif. Namun
untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diberikan pengetahuan bagaimana
mengoptimalkan potensi kedua ternak ini, tidak hanya dari dagingnya saja tetapi juga
susunya. Dan yang tidak kalah penting bagaimana pemerintah mendukung sarana
prasarana untuk pemasaran dari hasil ternak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai