Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

SOSIOLOGI PETERNAKAN

IDENTIFIKASI PERAN PETANI, PEMERINTAH,


PEDAGANG DALAM USAHA PETERNAKAN DI DESA
MONCONGLOE, KEC. MANUJU, KAB. GOWA

OLEH:

NAMA : SRIMAULIANI SAFITRI


NIM : I011231154
KELOMPOK : XX [DUA
PULUH] ASISTEN : SRI
WAHYUNI

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
PENDAHULUAN

Latar belakang

Peternakan merupakan suatu kegiatan membudidayakan serta

mengembangbiakkan hewan ternak dengan maksud mendapatkan manfaat serta

hasil dari kegiatan tersebut. Sebenarnya pengertian peternakan itu sendiri

bukanlah sebatas pemeliharaan saja, namu terletak pula pada tujuan yang

ditetapkan. Secara umum tujuan peternakan yaitu untuk mencari keuntungan

berdasarkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor produksi yang telah disatukan

secara optimal. Pada masa kini, beternak sudah menjadi salah satu komoditif besar

didunia dan mulai dikerjakan dengan berbagai macam teknologi untuk mencapai

hasil maksimal. (Nursan & Septiadi., 2020).

Sosiologi peternakan merupakan suatu aspek yang digunakan

dalam peningkatan produktivitas peternakan yang melibatkan berbagai aspek yang

saling berkaitan, baik itu lingkungan, manusia maupun ternak itu sendiri. Ketiga

aspek melibatkan interaksi social antara manusia dengan lingkungan, manusia

dengan ternak maupun sebaliknya. Interaksi ini sudah lama dilakukan sejak

manusia mulai mengenal system hunting and gathering. Sehingga kebudayaan

berternak ini terus di wariskan kepada keturunan dan berkembang sampai

sekarang.

Petani adalah individu manusia yang telah mengenal beternak dan

bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan. Maka dari itu,

sistem kebudayaan dan peternakan saling berkaitan. Sistem kebudayaan

merupakan ide dan gagasan manusia yang hidup bermasyarakat. Ide manusia

tersebut tidak terlepas melainkan berkaitan satu dengan lainnya dalam sebuah
sistem. Oleh karena itu sistem budaya adalah salah satu bagian dari kebudayaan ,

yaitu adat istiadat yang didalamnya termasuk sistem norma, nilai budaya, dan

semua norma yang hidup dan berkembang di masyarakat. Sehingga kebudayaan

berternak ini terus di wariskan kepada keturunan dan berkembang sampai

sekarang

Pemerintah sangat berperan penting dalam masyarakat, hal ini ditentukan

oleh kebudayaan yang dilmiliki oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang

dimaksud disini lebih mengkhusus pada masyarakat peternakan. Budaya beternak

yang telah turun temurun diwariskan dari generasi generasi memiliki ciri khas

tersendiri dari berbagai daerah. Nama, (2019). Berdasarkan hal tersebut, maka

dilaksanakanlah praktek lapang mengenai Identifikasi peran, pemerintah,

pedagang dalam usaha peternakan di desa Moncongloe Kecamatan Manuju

Kabupaten Gowa.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari diadakannya praktik lapang sosiologi peternakan adalah agar

dapat mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi peran petani, pemerintah,

pedagang dalam usaha peternakan di desa Moncongloe, Kecamatan Manuju,

Kabupaten Gowa.

Tujuan diadakannya praktek lapang sosiologi peternakan mengenai

Identifikasi peran petani, pemerintah, pedagang dalam usaha peternakan di desa

Moncongloe, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa adalah:

1. Menambah pengetahuan tentang Identifikasi peran, pemerintah, pedagang

dalam usaha peternakan.


2. Mengetahui dan memahami Identifikasi peran, pemerintah, pedagang dalam

usaha peternakan.

3. Membandingkan dengan teori yang didapatkan dalam perkuliahan dengan

praktek lapangan mengenai Identifikasi peran, pemerintah, pedagang dalam usaha

peternakan.
TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan

Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian.

Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan

mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Subsektor peternakan memegang

peranan penting sebagai salah satu sumber pertumbuhan, khususnya bagi sektor

pertanian dan umumnya bagi perekonomian Indonesia.

Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara

dan beternak perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Ternak adalah

tempat pengembangbiakan dan budidaya ternak untuk mendapatkan manfaat dan

hasil dari kegiatan ini. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan

penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah

dikombinasikan secara optimal.

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan

ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan yang

banyak diternakkan di antaranya sapi, ayam. kambing, domba, dan babi. Hasil

peternakan di antaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian (seperti wol).

Selain itu, kotoran hewan dapat menyuburkan tanah dan tenaga hewan dapat

digunakan sebagai sarana transportasi dan untuk membajak tanah.

Peternakan dimulai sejak terjadinya domestikasi hewan (budi daya hewan

agar dapat dipelihara dan dimanfaatkan manusia) dalam proses yang dimulai

sekitar tahun 13.000 SM. Berbagai jenis hewan mulai didomestikasi pada saat dan

tempat yang berbeda-beda dalam sejarah. Selain hewan ternak yang telah

disebutkan di atas, hewan-hewan seperti kuda, kerbau, unta, llama, alpaka,


dan kelinci juga diternakkan di beberapa belahan dunia. Peternakan juga

meliputi budidaya perairan untuk memelihara hewan air seperti ikan, udang,

dan kerang.

Peternakan adalah proses pemeliharaan hewan, kebanyakan hewan ternak

adalah herbivor atau pemakan tumbuhan, tetapi ada juga yang omnivor seperti

babi atau ayam. Hewan pemamah biak (ruminansia) seperti sapi dan kambing

dapat mencerna selulosa, sehingga dapat diberi makan rumput di alam bebas.

Selain itu, hewan-hewan itu dapat diberi makan berenergi dan protein tinggi,

seperti tumbuhan serealia dan pakan buatan. Hewan non-ruminansia tidak dapat

memakan rumput sehingga harus makan dari sumber lain.

Sosiologi Peternakan

Sosiologi peternakan merupakan cabang ilmu sosiologi yang fokus pada

studi tentang hubungan antara manusia dan hewan dalam konteks peternakan. Ini

melibatkan analisis tentang bagaimana masyarakat dan budaya memengaruhi

praktik peternakan, perlakuan terhadap hewan, serta dampak ekonomi dan sosial

dari kegiatan peternakan. Sosiologi peternakan membantu memahami interaksi

kompleks antara manusia, hewan ternak, dan lingkungan mereka.

Sosiologi peternakan adalah cabang sosiologi yang khusus mempelajari

aspek-aspek sosial dalam konteks peternakan yang mencakup hal-hal yang terjadi

dalam pemasaran. Ini mencakup analisis tentang bagaimana manusia berinteraksi

dengan hewan ternak, struktur sosial dalam peternakan, norma dan nilai yang

memengaruhi perlakuan terhadap hewan, serta implikasi sosial dan budaya dari

kegiatan peternakan.
Sosiologi peternakan membantu kita memahami hubungan kompleks

antara manusia, hewan ternak, dan aspek-aspek sosial dalam industri peternakan.

Karena hal itu sehingga industry peternakan meningkat yang mengakibatkan

peran dan prospek peternakan ke depan tetap memiliki peranan sosial dan

ekonomi yang cukup signifikan walaupun dengan laju pertumbuhan kinerja yang

melambat dari tahun ketahun.

Sosiologi peternakan mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi

dan harga di pasaran, hal ini terjadi karena pertumbuhan perekonomian Indonesia

diperkirakan akan melambat yang diakibatkan oleh adanya krisis finansial global,

krisisnya ilmu pengetahuan tentang suatu usaha dalam sektor peternakan dan tetap

tingginya harga minyak dan pangan. Masalah besar yang dihadapi terkait dengan

krisis pangan, energi dan keuangan global.

Sosiologi peternakan ialah studi tentang interaksi sosial, norma, nilai, dan

aspek sosial lainnya dalam konteks peternakan. Ini melibatkan analisis hubungan

antara manusia dan hewan ternak, serta dampaknya terhadap masyarakat dan

budaya. Disiplin ini membantu kita memahami bagaimana praktik peternakan

dipengaruhi oleh faktor sosial, serta bagaimana peternakan memengaruhi

masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, sosiologi peternakan

bertujuan untuk menyelidiki, menganalisis, dan meningkatkan pemahaman

tentang hubungan kompleks antara manusia, hewan ternak, dan masyarakat dalam

konteks peternakan.
Peran petani di pedesaan dalam peternakan

Peran petani adalah sebagai produsen pangan. Para petani bertanggung

jawab untuk menanam, merawat, dan panen berbagai jenis tanaman seperti biji-

bijian, sayuran, buah-buahan, dan lainnya yang merupakan sumber makanan

utama bagi masyarakat. Petani menjaga kesuburan tanah melalui praktik-praktik

seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan tanaman

penutup tanah. Mereka juga berperan dalam mencegah erosi dan degradasi tanah.

Petani juga berperan dalam pembudidayakan varietas lokal yang

beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat. Hal ini membantu dalam

pelestarian jenis tanaman yang mungkin tidak lazim tetapi memiliki nilai gizi dan

ketahanan yang penting. pemeliharaan hewan ternak seperti sapi, kambing,

ayam, dan lainnya. Mereka memastikan kesehatan hewan, produksi produk hewan

seperti daging, susu, dan telur, serta menjaga keseimbangan ekosistem pertanian.

Petani sering kali bertanggung jawab dalam pengaturan penggunaan air

untuk irigasi. Praktik pengelolaan air yang efisien membantu meningkatkan

produktivitas pertanian dan mencegah kelangkaan air. Pertanian adalah mata

pencaharian utama bagi sebagian besar petani. Usaha pertanian memberikan

mereka sumber penghasilan dan kontribusi terhadap kesejahteraan ekonomi.

Pertanian adalah mata pencaharian utama bagi sebagian besar petani.

Usaha pertanian memberikan mereka sumber penghasilan dan kontribusi terhadap

kesejahteraan ekonomi. Pertanian adalah mata pencaharian utama bagi sebagian

besar petani. Usaha pertanian memberikan mereka sumber penghasilan dan

kontribusi terhadap kesejahteraan ekonomi.


Petani adalah mata pencaharian utama bagi sebagian besar petani. Usaha

pertanian memberikan mereka sumber penghasilan dan kontribusi terhadap

kesejahteraan ekonomi. Pertanian adalah mata pencaharian utama bagi sebagian

besar petani. Usaha pertanian memberikan mereka sumber penghasilan dan

kontribusi terhadap kesejahteraan ekonomi.

Peran pemerintah dipedesaan dalam peternakan

Pemerintah dipedesaan juga memiliki peranan penting dalam bidang

peternakan. Pemerintah melakukan pemberdayaan peternak melalui upaya-upaya

yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kota/kabupaten,

dan pemangku kepentingan di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Tujuan

dari pemberdayaan peternak adalah meningkatkan kemandirian, memberikan

kemudahan dan kemajuan usaha, serta meningkatkan daya saing dan

kesejahteraan peternak. Peternakan juga memiliki peranan penting dalam

pembangunan, seperti menyediakan pangan, sumber pendapatan dan kesempatan

kerja, usaha pertanian yang berkelanjutan, dan pengentasan kemiskinan.

Peran pemerintah dalam mencapai kedaulatan pangan memegang peranan

krusial dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bergizi, dan

terjangkau bagi seluruh penduduk. Kedaulatan pangan merupakan konsep yang

mencakup akses masyarakat terhadap pangan yang berkualitas, yang diproduksi

secara berkelanjutan dan berkeadilan. Pemerintah memiliki peran penting dalam

merumuskan kebijakan agraria dan pertanian yang berkelanjutan, termasuk penerapan

teknik pertanian yang ramah lingkungan, diversifikasi tanaman, dan perlindungan

terhadap sumber daya alam untuk memastikan produksi pangan yang berkelanjutan.

Pemerintah memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan agraria dan

pertanian yang berkelanjutan, termasuk penerapan teknik pertanian yang ramah


lingkungan, diversifikasi tanaman, dan perlindungan terhadap sumber daya alam

untuk memastikan produksi pangan yang berkelanjutan. Pemerintah perlu

mengembangkan infrastruktur pangan yang mendukung distribusi pangan yang

efisien, termasuk jaringan transportasi yang baik, sistem penyimpanan yang modern,

dan pasar pangan yang efektif.

Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi

ketidaksetaraan akses pangan antara kelompok masyarakat yang berbeda, termasuk

melalui program bantuan pangan bagi kelompok masyarakat yang rentan dan miskin

serta dengan mendorong partisipasi perempuan dalam sektor pertanian.angan bagi

masyarakat di seluruh wilayah. Pemerintah dapat melindungi sumber daya alam dan

keanekaragaman hayati melalui kebijakan konservasi yang bertujuan untuk

memastikan kelangsungan produksi pangan jangka panjang. Hal ini termasuk

perlindungan terhadap hutan, sungai, dan lahan pertanian yang berkelanjutan.

Pemerintah dapat melindungi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati

melalui kebijakan konservasi yang bertujuan untuk memastikan kelangsungan

produksi pangan jangka panjang. Hal ini termasuk perlindungan terhadap hutan,

sungai, dan lahan pertanian yang berkelanjutan. Pemerintah dapat meningkatkan

literasi pangan dan gizi di kalangan masyarakat melalui program pendidikan dan

kampanye kesadaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang

pentingnya pola makan seimbang dan bergizi serta mempromosikan praktik pertanian

yang berkelanjutan.
Peran pedagang dipedesaan dalam peternakan

Pedagang dalam usaha-usaha peternakan tidak lagi menempatkan peternak

hanya sebagai objek, tetapi sekaligus sebagai subjek pembangunan yang berperan

sebagai pelaku ekonomi penting. Sehingga ke depan diharapkan dapat mencapai

visi pembangunan peternakan, yaitu terciptanya peternakan modern, tangguh dan

efisien berbasis sumber daya lokal dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan

produktif.

Pedagang peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan dan

pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat dari

fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh karenanya tidak

mengherankan bila produk-produk peternakan disebut sebagai bahan

”pembangun” dalam kehidupan ini. Selain itu, secara hipotetis, peningkatan

kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-

produk peternakan, yang dengan demikian maka turut menggerakan

perekonomian pada sub sektor peternakan.

Para pedagang usaha dalam sektor peternakan menunjukkan bahwa

konsumsi produk peternakan masyarakat Indonesia masih rendah. Padahal bahwa

abad ini merupakan abad pertarungan talenta, yaitu abad yang penuh dengan

persaingan dan pertarungan ketat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

yang membutuhkan talenta kuat. Untuk memenangkan pertarungan ini maka

dibutuhkan manusia-manusia cerdas dan kuat. Hal ini bisa penuhi dengan

konsumsi protein hewani yang memadai.


Pedagang peternakan memiliki sistem sendiri dalam menjalankan suatu

fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Pola mata

pencarian beternak akan memengaruhi tipe dari sosial budaya masyarakat yang

melakukannya, dan ini tergambar pada bagaimana teknologi yang dipakai melalui

kebudayaannya dan terwujud dalam pranata sosial beternak ketika beradaptasi

dengan lingkungan yang ada. Masyarakat peternak di Indonesia pada dasarnya

lebih didominasi oleh masyarakat peternak di Indonesia pada dasarnya lebih

didominasi oleh masyarakat.

Pedagang usaha peternakan skala besar memiliki dampak terhadap

peternak skala kecil bergantung pada peran serta mereka di pedesaan dalam pasar

peternakan yang bernilai tinggi. Upaya mendorong peran serta peternak berskala

kecil tersebut membutuhkan infrastruktur pasar, peningkatan kemampuan teknis

peternak, instrumen manajemen risiko dan tindakan kolektif melalui berbagai

organisasi produsen.
METODE PRAKTEK LAPANG

Waktu Dan Tempat

Praktek lapang sosiologi peternakan mengenai Identifikasi peran petani,

pemerintah, pedagang dalam usaha peternakan di laksanakan pada hari Jumat-

Minggu, pada tanggal 3-5 November 2023 di Desa Moncongloe Kecamatan

Manuju Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam praktek lapang sosiologi peternakan mengenai

Identifikasi peran petani, pemerintah, pedagang dalam usaha peternakan yaitu:

1. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk pernyataan/kalimat yang

menggambarkan dan menjelaskan indikator-indikator dari peternakan sapi

potong yang di amati.

2. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, kalimat, dan

tanggapan yang berhubungan dengan penelitian.

Adapun sumber data yang digunakan pada praktek lapang sosiologi

peternakan mengenai Identifikasi peran petani, pemerintah, pedagang dalam usaha

peternakan adalah :

1. Data primer merupakan data yang bersumber dari hasil wawancara

kuisioner.

2. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen, buku serta

laporan-laporan yang berkaitan dengan praktek lapang.


Motode Pengambilan Data

Adapun metode pengambilan data dalam praktek lapang sosiologi

peternakan mengenai Identifikasi peran petani, pemerintah, pedagang dalam usaha

peternakan yaitu dengan cara:

a. Observasi yaitu pengambilan data yang di lakukan melalui pengamatan

langsung terhadap objek yang akan dilakukan.

b. Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak masyarakat

mengenai variable-variabel penelitian dan menggunakan bantuan

kuisioner.

c. Study Kepustakaan yaitu berdasarkan beberpa buku sebagai literature dan

landasan teori yang berhubungan dengan praktik ini.

Kegiatan yang dilakukan

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama praktek lapang sosiologi

peternakan mengenai Identifikasi peran petani, pemerintah, pedagang dalam usaha

peternakan yaitu:

a. Kuisioner yaitu kegiatan wawancara dan Tanya jawab scara langsung

dengan peternak dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan

terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Nursan, M., & Septiadi, D. (2020). Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan


Peternakan di Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal Agribisnis Dan Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, 5(1), 29-34.
Sulaeman, M., Mauludin, A., Sulistyati, M., Nurlina, L., Yunasaf, U., & Alim, S.
(2019). Dampak Eksklusi Sosial dan Model Pemberdayaan
Peternak. Jurnal Sosial Bisnis Peternakan, 1(1), 19-30.
Santoso, H. B., Malvin, C., & Delima, R. (2017). Pengembangan Sistem
Informasi Pendataan Petani dan Kelompok Tani. SESINDO 9, 2017.
Solikin, Akhmad. "Pengeluaran pemerintah dan perkembangan perekonomian
(Hukum Wagner) di negara sedang berkembang: Tinjauan
sistematis." Info Artha 2.1 (2018): 65-89.
Pradipta, A. A., Prathiwa, G., & Wirawan, I. G. P. N. (2016). Pengaruh
Revitalisasi Pasar Tradisional Dan Sumber Daya Pedagang Terhadap
Kinerja Pedagang Pasar Di Kota Denpasar. E-Jurnal EP, 5(4),
Fathurohman, F. (2019). Model Bisnis Kawasan Peternakan Kabupaten
Subang. Jurnal ilmiah ilmu dan Teknologi Rekayasa, 1(1) 460-479.

Anda mungkin juga menyukai