DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul dan membahas
tentang “SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT”. Dalam
penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu tempat yang terorganisasi dalam
memberikan pelyanan kesehatan kepada pasien, baik yang bersifat
dasar, spesialistik, maupun subspesialistik. Selain itu, rumah sakit juga
dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi tenaga pofesi
kesehatan.
Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
secaa keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun
preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat
inap juga perawatan di rumah. Di samping itu, rumah sakit juga
berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga keehatan dan tempat
penelitin. Oleh karena itu, agar dapat menjalankan fungsinya dengan
baik, rumah sakit harus bisa bekerja sama dengan instansi lain di
wilayahnya, baik instansi kesehatan maupun nonkesehatan.
Dari berbagai kegiatannya, rumah sakit menghasilkan berbagai
macam limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas. Hal ini
mempunyai konsekuensi perlunya pengolhan limbah rumah sakit
sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumh sakit yng
betujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilaksanakan dengan
menyiapkan perangkat lunaknya yang brupa peraturan, pedoman, dan
kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di
lingkungan rumh sakit. Unsure-unsur yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit (termasuk
pengelolaan limbahnya), yaitu:
1. Pemprakarsa atau penanggung jawab rumah sakit
2. Pengguna jasa pelayanan rumah sakit
3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran
4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan
fasilitas yang diperlukan.
1.3 TUJUAN
B. Komponen-Komponen Penting
Komponen-komponen penting dalam sistem manajemen lingkungan
rumah sakit antara lain sebagai berikut.
1. Dukungan Manajemen
Komponen yang paling penting di dalam menjalankan
sistem manajemen lingkungan adalah dukungan dari
manajemen puncak. Nilai-nilai yang ditentukan oleh
manajemen puncak di dalam kebijakan lingkungan memegang
peranan yang sangat penting dalam membentuk dan
menjalankan sistem manajemen lingkungan rumah sakit.
2. Perencanaan
Perencanaan lingkungan seharusnya memasukkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Identifikasi Aspek Lingkungan dan Dampaknya
Identifikasi aspek lingkungan yang mempunyai atau
dapat mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
karena kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit
atau di sekeliling rumah sakit.
b. Persyaratan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya
Rumah sakit dapat membuat dan memelihara daftar
semua undang-undang dan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan kegiatan, produk, atau jasa. Prosedur
dalam rangka memenuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya perlu dibuat dan diterapkan, dan bukti-
bukti yang menunjukkan rumah sakit telah berusaha untuk
memenuhi persyaratan perundang-undangan harus
ditunjukkan pada saat rumah sakit diperiksa untuk keperluan
sertifikasi.
c. Penentuan Kriteria Kinerja Internal
Kriteria yang berkaitan dengan kinerja dapat mencakup
manajemen dari kontrak, pelatihan, dan tanggung jawab
karyawan, penyediaan gedung atau fasilitas baru,penutupan
fasilitas yang ada, konservasi sumber daya, manajemen
limbah, manajemen bahan berbahaya, dan sebagainya.
d. Tujuan dan Sasaran
Tujuan sebaiknya spesifik dan sasaran sebaiknya dapat
diukur. Dalam membuat tujuan dan sasaran harus konsisten
dengan kebijakan lingkungan yang sudah dibuat oleh rumah
sakit dan dengan komitmennya untuk mencegah
pencemaran.
e. Perencanaan Lingkungan dan Program Manajemen
Lingkungan
Perencanaan manajemen lingkungan sebaiknya dipadukan
ke dalam rencana strategis rumah sakit. Program manajemen
lingkungan terdiri dari langkah-langkah tindakan, jadwal,
sumber daya, dan tanggung jawab yang diperlukan bagi
perusahaan untuk memenuhi tujuan jangka pendek maupun
kesesuian kebijakan lingkungan
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan sistem manajemen lingkungan rumah sakit
harus mempertimbangkan hal-hal seperti sumber daya manusia
dan biaya, menyinergikan dan mengintegrasikan sistem
manajemen lingkungan ke dalam aktivitas rutin rumah sakit,
sistem manajemen rumah sakit harus dapat memepertanggung
jawabkan dan dipertanggung jawabkan, kesadaran mengenai
lingkungan dan motivasi, pengetahuan, keterampilan dan
pelatihan, komunikasi, informasi, dan pelaporan, pengendalian
operasional, dan persiapan cara penanganan keadaan darurat.
4. Pemeriksaan
Pemeriksaan manajemen merupakan hal yang penting
sebab mencerminkan keterlibatan manajemen untuk sistem
manajemen lingkungan. Hasil akhir dari pemeriksaan ini
mempunyai kualitas tindakan yang utama jika rumah sakit
mangharapkan karyawanya menerima system itu.
5. Tindakan
Tindakan ini harus mampu mencerminkan perbaikan hasil
audit dan dokumen system manajemen lingkungan.
3. Fokus Program
a. Mencegah Pencemaran
Program pencegahan pencemaran merupakan praktik atau
prosedur yang bertujuan mereduksi atau mencegah terjadinya
bahan-bahan pencemar atau limbah pada sumbernya,
penggunaan teknik-teknik yang dapat mereduksi total volume,
jumlah atau toksisitas sebelum limbah tersebut diolah dan
dibuang melalui substitusi ke bahan-bahan yang kurang
berbahaya, perubahan penggunaan teknologi dan peralatan,
modifikasi proses dan prosedur yang digunakan serta praktik
operasional yang baik, pelaksanakan reuse, recovery dan recycle
(3R) dari limbah yang dihasilkan.
Jadi pencemaran harus dicegah atau direduksi dari sumbernya
kapan saja dimungkinkan dan limbah yang dibuang ke
lingkungan haruslah tidak berbahaya dan benar-benar
merupakan limbah yang tidak dapat digunakan kembali.
b. Eko-Efisiensi
Program pencegahan pencemaran merupakan program yang
ditujukan pada reduksi atau menghilangkan terjadinya bahan-
bahan pencemar atau limbah pada sumber, melalui penggunaan
bahan yang kurang berbahaya, penggunaan bahan material dan
praktik atau proses dengan lebih efisien.
Fokus perhatian lain program pencegahan pencemaran rumah
sakit juga ditekankan pada beberapa aspek dibawah ini.
1) Limbah Klinis
Setiap rumah sakit harus memiliki strategi pengelolaan
limbah yang komprehensif dengan memperhatikan
prinsip-prinsip yang telah diatur. Di dalam strategi harus
dimasukkan prosedur dalam pengelolaan limbah klinis
yang dihasilkan oleh pelayanan rawat inap, rawat jalan,
laboratorium, dan sebagainya.
2) Limbah Domestik
Limbah domestik biasanya berupa kertas, karton, kertas
bungkus, plastik, kaleng, botol, sisa makanan, daun, dan
lain-lain. Selain itu, beberapa limbah domestik dapat
diolah dengan cara 3R yang akan menguntungkan rumah
sakit. Permasalahan pada limbah domestik umumnya
berkaitan dengan kuantitas limbah yang harus dikelola
yang harus berkaitan dengan rasionalisasi jumlah
pengunjung dan pemakaian barang-barang disposable.
3) Limbah Cair
Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan
radioaktif.
4) Efisiensi Pemakaian Air Bersih
Jika rumah sakit memenuhi syarat atau telah melakukan
efisiensi air, maka dapat menghemat 32 juta galon air
tiap tahunnya atau penghematan air tersebut cukup untuk
persediaan kurang lebih 250.000 rumah tangga.
5) Efisiensi Pemakaian Energi Listrik
Rumah sakit sangat potensial menggunakan lisrik dalam
jumlah besar. Efisiensi penggunaan listrik sangat
menguntungkan bagi rumah sakit, yaitu mengurangi
polusi udara akibat proses menghasilkan listrik maupun
pemanasan global akibat polutan akibat dikeluarkan
selama proses menghasilkan listrik.
4. Komponen Penting
5. Kebijakan Pengelolaan
1. Pembentukan Program
2. Pengorganisasian Program
A. Konsisten dengan tujuan umum yang ingin dicapai oleh rumah sakit.
B. Konsisten dengan kebijakan program pencegahan pencemaran rumah
sakit.
C. Mudahn didefinisikan dan memiliki arti bagi kepentingan oleh para
pegawai.
D. Fleksibel dan dapat diterapkan.
A. Informasi Desain
B. Informasi Lingkungan
C. Informasi Material masukan
D. Informasi Aspek Ekonomi
E. Informasi Sarana dan Prasarana
F. Informasi Lainnya
4. Peninjauan Lapangan
5. Perumusan Program
Pada tahap ini juga perlu diidentifikasi potensi day dukung dan
hambatan yang mungkin ditemui dalam pelaksanaan program
pencegahan pencemaran. Potensi hambatan yang mungkon akan
muncul antara lain :
6. Studi Kelayakan
8. Implementasi Program
1. Teknologi Insinerator
Untuk teknologi incinerator, prosedur penggunaan sebaiknya
tetap mengikuti kapsitas pengolahan limbah dengan kekuatan mesin
yang ada. Hal ini harus seimbang karena jika kekuatan mesin besar dan
kapasitas limbah yang diolah sedikit, akibatnya mesin akan cepat panas
dan menghasilkan asap yang hitam di cerobong keluaran.
2. Teknologi Low Temperature Thermal Desorption (LTTD)
Limbah cair yang berasal dari laboratorium rumah sakit
biasanya benyak mengandung logam berat. Banyak alternative yang
dapat digunakan mengolah limbah yang mengandung logam berat,
khususnya merkuri, diantaranya ialah dengan teknologi LTTD atau
dengan teknologi phytoremediation.
Limbah padat yang mengandung polutan merkuri dan arsen
dimasukkan ke dalam system LTTD. Limbah akan mengalami
pemanasan tidak langsung dengan kondisi tekanan udara lebih kecil
dari 1 atmosfer. Polutan merkui dan arsen akan menguap, sedangkan
limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat
penampungan.
3. Teknologi Phytoremediasi
Teknologi mengolah limbah dengan system phytoremediasi,
menggunakan tanaman sebagai alat pengolahan bahan pencemar.
Limbah padat atau cair yang akan diolah ditanami dengan tanaman
tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-
bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut.
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena
jenis tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers, yang biasanya
berupa senyaman kelat, protein, glukosida, yang berfungsi mengikat zat
polutan tertentu kemudian dikumpulkan di jaringan tanaman misalnya
pada daun atau akar.
4. Teknologi Ozonisasi Limbah Medis
Metode ozonisasi mulai banyak digunakan untuk sterilisasi
bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, sehingga sterelisasi
udara pada ruangan kerja diperkantoran. Pemanfaatan sistem ozonisasi
di pihak rumah sakit tidak hanya dapat mengelolah limbahnya, tapi juga
akan dapat menggunakan kembali air limbah yang telah terproses.
Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis karena tidak
memerlukan tempat instalasi yang luas.
Pengolahan limbah stasionari (tidak bergerak) memerlukan
biaya investasi dan operasional yang mahal sehingga permasalahan
limbah sampai saat ini banyak diabaikan termasuk kalangan rumah
sakit dan industri.
2.2 SANITASI AIR DAN LIMBAH PENDUKUNG KESELAMATAN
PASIEN RUMAH SAKIT (VERSI 1)
Sanitasi rumah sakit merupakan bagian dari kesehatan
lingkungan rumah sakit, dalam hal ini meliputi:
1. Penyehatan air
2. Pengelolaan limbah
3. Tempat cucian linen
4. Dekontaminasi melalui disinfeksi dan sterilisasi
A. SANITASI AIR
1. Fasilitas penyediaan air minum dan air bersih yang harus tersedia
sesuai dengan kebutuhan minimal 500 l/hari, dan selalu tersedia
ditempat yang membutuhkan dengan cara mendistribusikan
menggunakan jaringan pipa yang mengalir ke tempat-tempat yang
membutuhkan,dengan persyaratan air minum dan air bersih
berkualitas baik
2. Fasilitas toilet dan kamar mandi harus dijaga kebersihannya,
dengan tidak adanya sampah dan air yang menggenang. Untuk
pengunjung rumah sakit toilet harus dapat dijangkau dan adanya
petunjuk arah,dengan kapasitas perumpuan 20 pengujung, laki-laki
30 pengunjung, antara pengunjung, rawat jalan, rawat inap dan
staff rumah sakit harus dibedakan toiletnya. Toilet harus terpisah
dengan ruangan-ruangan yang steril dan pembuangan air limbah
harus bisa menahan bau.
B. SANITASI LIMBAH
Persyaratan tentang sanitasi limbah antara lain:
1. Limbah rumah sakit:
a. Limbah padat:
Limbah padat medis:
Limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah farmasi, limbah sitotoksi,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
container bertekanan dan limbah kandungan
logam yang tinggi
Limbah padat non medis dihasilkan dari kegiatan diluar
medis:
Dapur, perkantoran, taman dll
b. Limbah cair: limbah yang memungkinkan mengandung bahan
kimia yang beracun, radioaktif yang bahaya bagi tubuh dan
mikroorganisme
c. Limbah gas: limbah yang berasal dari pembakaran rumah sakit
seperti dapur, generator, anastesi dan pembuangan obat
sitotoksik
d. Limbah infeksius: limbah yang terkontaminasi organism
pathogen dalam jumlah dan verulensi yang cukup untuk
menularakan penyakit pada manusia
e. Limbah sangat infeksius: limbah yang berasal dari pembiakan
atau bahan sangat infeksius seperti otopsi, organ binatang
percobaan yang suafah terinfeksi dengan bahan yang sangat
infeksius
f. Limbah sitoktoksis: limbahyang terkontaminasi dari obat
sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel kanker
g. Minimalisasi limbah: rumah sakit mengurangi jumlah limbah
dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan
kembalu limbah (reuse), dan daur ulang limbah(recycle)
2. Persyaratan
a. Limbah media padat
Minimalisi limbah
Reduksi limbah dimulai dari sumber menelola dan
mengawasi bahan kimia berbahaya dan beracun, rumah
sakit harus melakukan pengelolaan stoc bahan kimia
dan farmasi, peralatan yang digunakan dalam limbah
medis harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwewenang
Pemilihan pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur
ulang:
Pemilihan limbah harus dilakukan
Dipisahkan antara yang bermanfaat dan tidak
bermanfaat
Limbah benda tajam dikumpulkan dalam satu
wadah yang antibocor, antitusuk, dan tidak
mudah dibuka
Jarum dan syrings harus dipisahkan agar tidak
digunakan lagi
Limbah medis padat harus melalui proses
sterilisasi dengan dilakukan tes Bacilus
stearothmophilusdan tes Bacilus subtilis(bahan
kimia)
Limbah jarum hipordemik tidak dapat
digunakan lagi dan rumah sakit tidak
mempunyai jarum sekali pakai maka jarum
hipordemik harus melalui proses sterilisasi
untuk dapat digunkan lagi
Wadah limbah medis padat harus sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan
Tidak semua rumah sakit dapat melakukan daur
ulang kecuali untuk pemulihan perak yang
dihasilkan dari proses film sianr X
Limbah sitotoksi dikumpulkan dalam wadah yang kuat
antibocor dan diberi label bertuliskan “limbah
Sitotoksi”:
Limbah sitotoksi dilingkungan Rumah Sakit
dikumpulkan dalam wadah yang kuat anti bocor
dan diberi label bertuliskan limbah sitotoksi,
dalam hal ini limbah medis padat harus dingkat
menggunakan troli khusus disetiap ruangan-
ruangan dan harus menyesuaikan iklim, jika
hujan paling lama 48 jam sedangkan musim
kemarau 24 jam
Pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan ke luar
rumah sakit:
Pengelola mengumpulkan dan mengemas
limbah pada tempat yang kuat dan diangkut ke
luar rumah sakit dengan kendaraan khusus
Pengelolaan dan pemusnahan:
Limbah Nonmedis Padat:
Limbah Nonmedis padat dan limbah medis
padat dipisah dan ditampung dalam kantong
plastic warna hitam.tempat wadah limbah padat
harus dilapisi kantong plastic warna hitam dan
diberi lambang “domestic” warna putih
sedangkan bila ada lalat melebihi 2 ekor per
block grill harus dilakukan pengendalian lalat
Pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan
Pengelolaan dan pemusnahan
b. Limbah Cair
Harus memenuhi persyaratan buku mutu effluent sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-
58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat
c. Limbah Gas
Mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak
3. Tata Laksanakan
a. Limbah Medis Padat
Minimalisasi Limbah
Mengurangi bahan-bahan yang mengandung limbah
sebelum membeli bahan
Pemilihan, peawadahan, pemanfaatan kembali, dan daur
ulang
Memilih limbah-limbah yang berbeda, dan memasukan
ke tempat-tempat khusus,dan limbah yang dapat
dimanfaatkan kembali untuk daur ulang
Tempat penampungan sementara
Tempat penampungan sementara hanya bisa bertahan
24 jam, bila Rumah Sakit tidak mempunyai incinerator
untuk limbah padat makan harus bekerja sama dengan
rumah sakit yang mempunyai karena harus
dimusnahkan secepatnya
Transportasi
Sebelum limbah diangkut petugas harus memakai
pakaian lengkap dan tidak boleh langsung bertemu
kulit, sedangkan untuk transportasi harus memilki
ketahanan anti bocor dan kedap udara
Pengelolaan, pemusuhan, dan pembuangan akhir
limbah padat
Limbah infeksius dan benda tajam
Limbah farmasi
Limbah sitotoksi
Limbah bahan kimiawi
Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
Container bertekanan
Limbah radioaktif
Limbah radioaktif
1. Lantai.
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
b. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
c. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung agar mudah dibersihkan.
2. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang, dan
menggunakan cat yang tidak luntur, serta tidak menggunakan
cat yang mengandung logam berat.
3. Ventilasi.
a. ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
b. Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai.
c. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan
penghawaan buatan/mekanis.
d. penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukan ruangan.
4. Atap
a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
b. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.
5. Langit-langit.
a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
b. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
c. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus antirayap.
6. Konstruksi.
7. Pintu.
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, serta binatang pengganggu lainnya.
8. Jaringan instalasi.
a. Pemasangan jaringan instalasi air minum air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi, dan lain-
lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan
b. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan
pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk
menghindari pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas antar ruangan.
a. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antarruangan,
serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.
b. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan
petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya,
atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi Automatic
Reserve Divided (ARD) yaitu alat yang dapat mencari lantai
terdekat bila listrik mati.
c. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan
dilengkapi ram untuk brankar.
Ruang Bangunan
dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, serta berwarna
terang.
Pencahayaan
Penghawaan
2. Ruang dewasa:
lantai dan dinding harus bersih dan memiliki tingkat kebersihan sebagai
berikut.
1. Ruang operasi : 0-5 CFU/cm dan bebas patogen dan gas gangren
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
2. Pencahayaan.
menimbulkan bersisik.
i. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang
hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC,
toilet, dan gudang.
5. Fasilitas sanitasi.
• Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat tidur/hari. Air minum dan
air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan
secara berkesinambungan.
MUTU PELAYANAN
Aspek menjaga mutu adalah sebagai berikut:
1. Aspek klinis.
2. Aspek efisiensi.
2. Pendidikan.
Tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan objektif yang ada.
a. Pasien yang puas akan memberi tahu pada teman, keluarga, dan
tetangga.
yang lain.
1. Kenyamanan.
4. Biaya.
3. Pelatihan.
4. Penyiapan fasilitas.
Fasilitas yang menunjang, kebersihan, keindahan perlu diadakan,
misalnya: tanaman yang asri.
Cara Evaluasi
IMPLEMENTASI
Ada berbagai hal penting yang terkait peningkatan kualitas yaitu tiga
kelompok berikut ini.
1. Kualitas interaksi.
Meliputi hal-hal:
3. Kualitas hasil.
Sebagai contoh waktu tunggu yang pendek dan tertata, secara fisik
terasa ada kemajuan, tenang, serta adanya valensi, yaitu pengalaman
yang menyenangkan.
2.4 SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN MENUJU
PENINGKATAN MUTU EFISIENSI RUMAH SAKIT (VERSI 3)
A. Pengertian
1. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan untuk pasien dan karyawan serta makanan
dan minuman yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit atau
dibawa dari luar rumah sakit.
2. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu
3. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan.
B. Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan
1. Jumlah kuman E. coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan
dan pada minumannya harus 0/100 ml.
2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman,
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman
E.coli
3. Makanan yang muda membusuk disimpan dalam suhu panas lebih
dari 65,5C atau dalam suhu dingin kurang dari 4C. makanan
yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5C sampai -
1C
4. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10C
sampai -1C
c. Bersih
d. Terlindungi
dari debu
e. Bebas
gangguan
serangga dan
tikus
f. Bahan
makanan dan
makanan jadi
disimpan pada
ruangan
terpisah
3. Penyajian 2 a. Menggunakan 40
makanan kereta dorong
tertutup 40
b. Tidak
menyajikan 20
makanan jadi
yang sudah
menginap
c. Lalulintas
makanan jadi,
menggunakan
jalur khusus
4. Tempat 4 a. Lantai dapur 50
pengolahan dibersihkan
makanan dengan
(dapur) antiseptic 25
sebelum dan 25
sesudah
kegiatan
b. Dilengkapi
dengan
sungkup dan
cerobong asap
c. Pencahayaan >
200 lux
5. Penjamah 2 a. Memiliki surat 40
keterangan
sehat yang 30
berlaku
b. Tidak berkuku 10
panjang,
koreng dan
sejenisnya 10
c. Menggunakan
pakaian
pelindung 10
pengolahan
makanan
d. Selalu
menggunakan
peralatan dalam
menjamah
makanan jadi
e. Berperilaku
sehat selama
berkerja
6. Peralatan 2 a. Sebelum 40
digunakan
dalam kodisi 30
bersih
b. Tahan karat
dan tidak 15
menggunkan 15
bahan beracun
c. Utuh tidak
retak
d. Dicuci dengan
desinfektan
atau
dikeringkan
dengan sinar
matahari /
pemanas
buatan dan
tidak
dibersihkan
dengan kain
E. Implenetasi
1. Makanan dan minuman tidak terkontaminasi kuman penyakit
2. Di proses dengan mempertimbangkan persyaratan gizi
3. Mengupayakan pencegahan infeksi nasokomial melalui makanan
seperti diare
4. Upaya penyiapan tempat, alat, serta petugas khusus memerlukan
dana khsus, tidak hanya sekedar dapur biasa
2.5 PENANGANAN RADIASI PENDUKUNG MANAJEMEN
RISIKO KLINIS RUMAH SAKIT (VERSI 4)
I.1. Definisi
I.2. Persyaratan
Persyaratan terkait Nilai Batas Dosis (NBD)
- Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh badan
pengawas yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota
masarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek
genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga
nuklir.
4. Kalibrasi
Pengelola rumah sakit wajib melakukan kalibrasi terhadap alat
ukur radiasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.
Pengelola rumah sakit wajib melakukan kalibrasi terhadap
keluaran radiasi peralatan radioterapi secara berkala, sekurang-
kurangnya 2 tahun sekali.
Kalibrasi hanya dapat dilaukan oleh instansi yang telah
terakreditasi dan ditunjuk oleh badan pengawas.
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA