DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya
berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah dari
mata kuliah penyehatan tanah. Tidak lupa shalawat dan salam tercurahkan bagi Baginda
Agung Rasulullah SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.
Adapun penyusunan makalah ini yang berjudul “Penyehatan Tanah Melalui Modifikasi
Kompos” untuk memenuhi tugas pada mata kuliah penyehatan tanah. Dalam menyusun
makalah, tentunya banyak kekurangan-kekurangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih memerlukan penyempurnaan, terutama bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca untuk menyempurnakan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain: PROMI (Promoting
Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki
sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi.
1
Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk
menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian,
menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA,
eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia. Bahan baku pengomposan adalah semua material yang
mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah
kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang
umum dijadikan bahan baku pengomposan.
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat
kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos
yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur
lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah
petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan,
dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Bahan baku
pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti
kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.
a. Aspek Ekonomi :
b. Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan
sampah
4
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan
organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme
yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran
bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation
sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980).
Menurut Djuarnani Nan. Dkk (2005), pada dasarnya semua bahan-bahan organik
padat dapat dikomposkan, misalnya : limbah organik rumah tangga , sampah-sampah organik
pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah
agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.
4. Limbah Protein
Limbah protein merupakan limbah yang mengandung banyak protein seperti kotoran
hewan, limbah dari pemotongan hewan, dan limbah makanan. Limbah yang banyak
mengandung protein ini merupakan bahan kompos yang sangat bagus karena kandungan
nutrisinya baik untuk pertumbuhan tanaman.
5. Limbah Manusia
Limbah manusia dan hewan yang dimaksud adalah kotoran (feses). Kotoran ini snagat
disenangi mikroorganisme.
2. Limbah Industri
- Limbah padat, contohnya kayu, kertas, serbuk gergaji, ampas tebu, limbah kelapa
sawit, limbah pengalengan makanan dan limbah dari pemotongan hewan.
6
- Limbah cair, contohnya alkohol, limbah dari pengolahan kertas, dan limbah dari
pengolahan minyak kelapa.
7
anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan
dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa
yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam
valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area
yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut. Dengan bahan baku yang telah
dirajang menjadi ukuran kecil akan mempermudah proses selanjutnya hingga menjadi
pupuk siap pakai. Sehingga waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan pupuk organik
bisa lebih cepat. Pengecilan ini dengan standar ukuran partikel 1 inchi (2,54 cm)
(Zein, Ali Moch. 2018). Semakin kecil bahan asalnya maka akan semakin cepat
proses penguraian bahan (Mahfud, Nurul 2011).
3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi pengingkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
8
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan
(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan
menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas
dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga
ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang
dan proses pengomposan juga akan terganggu.
6. Temperatur
Panas yang dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara
peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin
banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi.
Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang
berkisar antara 30-60% menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang
lebih tinggi dan 60% akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba
Thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Duhu ysng tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
9
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,4. Proses pengomposan sendiri
akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam. Secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
penuruna pH (pengasaman), sedangkan produksi ammonia dan senyawa-senyawa yang
mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH
kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
2.4.1 Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari
peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.
1. Terowongan udara (Saluran Udara)
- Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
- Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
- Dimensi : panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m
- Sudut : 45o
- Dapat dipakai menahan bahan 2 – 3 ton
2. Sekop
- Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya
3. Garpu/cangkrang
- Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan
pemilahan sampah
4. Saringan/ayakan
- Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh
ukuran yang sesuai
11
- Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang diinginkan
- Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar
5. Termometer
- Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
- Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian
dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat
- Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak
mencemari kompos jika termometer pecah
6. Timbangan
- Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang
diinginkan
- Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan
pengemasan
7. Sepatu boot
- Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar
dari bahan-bahan berbahaya
8. Sarung tangan
- Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan
bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan
9. Masker
- Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernapasan dari debu dan gas bahan
terbang lainnya.
Pengomposan dapat juga menggunakan alat mesin yang lebih maju dan modern.
Komposter type Rotary Kiln, misalnya, berfungsi dalam memberi asupan oksigen ( intensitas
aerasi), menjaga kelembapan, suhu serta membalik bahan secara praktis. Komposter type
Rotary Klin di pasaran terdapat dengan kapasitas 1 ton setara 3 m3 hingga 2 ton atau setara 6
m3 bahan sampah, menggunakan proses pembalikan bahan dan mengontrol aerasi dengan
cara mengayuh pedal serta memutar aerator (exhaust fan). Penggunaan komposter
12
Biophoskko disertai aktivator kompos Green Phoskko (GP-1) telah mampu meningkatkan
kerja penguraian bahan organik(dekomposisi) oleh jasad renik menjadi 5 sampai 7 hari saja.
4. Pembalikan
- Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan
udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap
bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran
bahan menjadi partikel kecil-kecil.
13
- Pada Jurnal Sains Riset ISSN 2088-0952 dijelaskan bahwa proses dekomposisi
dari limbah kulit kayu belum terjadi secara sempurna. Hal ini diduga berkaitan
dalam pelaksanaan proses dekomposisi vase fermentasi terjadi kelemahan dalam
menjaga kestabilan proses pembolak-balikn media dan menjaga suhu. Dengan
demikian proses pembalikan sangat berpengaruh dengan hasil akhir kompos
yang akan didapatkan.
5. Penyiraman
- Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering
(kelembapan kurang dari 50%).
- Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
- Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan
pembalikan.
6. Pematangan
- Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
- Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
- Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
- Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang
baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
14
dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa
oleh angin.
Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk
mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal
untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang
terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian pula untuk
faktor-faktor lainnya.
Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme yang dapat
mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya
cacing tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan kompos yang dihasilkan
15
dikenal dengan sebutan kascing. Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikrob,
baik bakeri, aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan.
Sementara MARROS Bio-Activa dikembangkan oleh para peneliti mikrob tanah yang
tergabung dalam sebuah perusahaan swasta. Aktivator pengomposan ini menggunakan
mikrob-mikrob terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-
limbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma
harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikrob ini bekerja aktif
pada suhu tinggi (termofilik). Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak memerlukan
tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu
ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembapan agar proses pengomposan
berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-
bahan lunak/mudah dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit
dikomposkan.
Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu
yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan
strategi pengomposan:
16
2. Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat di
mana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan
optimal.
3. Jasad renik membutuhkan air, udara (O2), dan makanan berupa bahan organik dari
sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh.
3. Monitoring Oksigen
5. Monitoring Volume
1. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna
serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
2. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan
bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman
- Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
- Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya,
18
BAB III
KESIMPULAN
Kompos sangat berperan penting bagi tanaman, karena selain banyak mengandung
unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Kompos juga dapat memperbaiki tekstur tanah.
Kompos juga dapat menggantikan unsur hara tanah yang hilang akibat terbawa oleh aliran
permukaan akibat erosi dan hujan. Selain itu, kompos juga memiliki beberapa manfaat yang
ditinjau dari beberapa aspek, antara lain aspek ekonomi, lingkungan, sosial, dan aspek bagi
tanah atau tanaman. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari aspek ekonomi,
lingkungan, dan aspek bagi tanah atau tanaman. Faktor yang mempengaruhi proses
pengomposan adalah rasio c/n, ukuran partikel, aerasi, porositas, kelembaban,
temperatur/suhu, pH, kandungan hara, kandungan bahan berbahaya, dan lama pengomposan.
Strategi mempercepat proses pengomposan dibagi menjadi tiga yaitu memanipulasi
kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan, menambahkan organisme
yang dapat mempercepat proses pengomposan, dan menggabungkan strategi pertama dan
kedua.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Cut Mulia. Dkk. 2019. Analisis Rasio C/N Kompos Limbah Kulit Ubi Akibat
Pengecilan Ukuran Bahan Dan Lama Fermentasi. Jurnal Sains Riset (JSR).volume 9,
Nomor 3. Alamat https://scholar.google.co.id. Diunduh 12 September 2020
Mahfud, Nurul. 2011. Mesin Pencacah Dan Pengaduk Pada Komposter (Tugas
Akhir). Batam : Politeknik Negeri Batam. Dalam https://scholar.google.co.id.
Diunduh 13 September 2020.
Zein, Moch. Ali. 2018. Mesin Pemotong Dan Pencacah Sampah Organik Untuk
Bahan Baku Pupuk Kompos (Tugas Akhir). Jember : Universitas Jember (Fakultas
Teknik). Dalam https://scholar.google.co.id. Diunduh 13 September 2020.
20