Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andi Rafika Rezky Aulia

Nim : K062222003
GEOSPASIAL KESLING
1. Dampak lingkungan dan Ekologi
Faktor lingkungan memainkan peran yang kompleks dalam
penularan penyakit yang ditularkan melalui vector dengan mempengaruhi
banyak ciri riwayat hidup vector dan parasite yang mendasari penularan.
Kompetensi vector untuk menularkan penyakit menular adalah hasil
interaksi yang kompleks antara sifat parasite dan vector, dan bagaimana
lingkungan mempengaruhi sifat-sifat ini. Pemahaman yang lebih baik
tentang efek faktor lingkungan pada ekologi nyamuk, dan kuantifikasi
efek ini, sangat berharga untuk prediksi kelimpahan vector, distribusi,
kebugaran evolusioner, dan kapasitas transmisi (Michael et al., 2019).
a. Suhu
Variasi suhu tahunan dipengaruhi oleh angin darat dan laut.
Suhu global akan meningkat dan pengaruhnya juga akan terlihat
ditingkat lokal (Oluwatimilehin et al., 2022). Suhu adalah kekuatan
pendorong utama dalam populasi anopheles dan konsesnsus umum
diantara para ilmuwan bahwa perubahan cuaca dapat mempengaruhi
penularan malaria. Namun, tidak pasti apakah perubahan pola malaria
baru-baru ini terkait dengan perubahan iklim jangka Panjang. Laju
produksi nyamuk baru merupakan salah satu faktor kunci yang
menentukan laju pertumbuhan populasi nyamuk. Laju ini sangat
bergantung pada karakteristik pertumbuhan pada tahap yang belum
matang, yang diatur oleh suhu dan faktor pembatas lainnya seperti
makananan (Michael et al., 2019).
Suhu merupakan salah satu yang mempengaruhi perkembangan
parasite dalam vector malaria yang jika suhu semakin tinggi lalu suhu
makin pendek masa inkubasi ekstrinsik dan sebaliknya makin rendah
suhu makin Panjang masa inkubasi ekstrinsik (Rachman et al., 2017).
Pada suhu tinggi, ada kemungkinan penularan penyakit yang lebih
tinggi dan ini adalah salah satu pengaruh terbesar dari perubahan
iklim. Misalnya, efek penting dan non-linear pada masa inkubasi
ekstrinsik parasit malaria terjadi ketika pemanasan berada pada kisaran
yang lebih rendah, sehingga mungkin ada penurunan penularan
beberapa penyakit pada suhu tinggi (Oluwatimilehin et al., 2022).
Pemahaman tentang bagaimana suhu mempengaruhi dinamika
populasi vektor malaria sebagai faktor kunci dari dampak perubahan
iklim terhadap infeksi malaria dan distribusinya di wilayah geografis
sangat penting (Michael et al., 2019).
b. Kelembaban
Pengaruh dari kelembaban yang rendah memperpendek umur
nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parsit. Kelembaban yang
lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan sering menggigit,
sehingga meningkatkan penularan malaria (Rachman et al., 2017).
suhu rendah dan kelembapan relatif memperlambat pertumbuhan
nyamuk dari telur menetas hingga munculnya nyamuk dewasa. Suhu
optimal (27 °C – 31 °C) dan kelembapan relatif (53 - 59%) tampaknya
meningkatkan pertumbuhan galur kisumu dan nyamuk liar di daerah
penelitian. Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan antara
ulangan/ kompartemen dan strain nyamuk yang berbeda, jelas bahwa
suhu yang lebih tinggi mendukung pertumbuhan nyamuk sehingga
populasinya lebih tinggi, yang selalu meningkatkan penularan malaria.
Informasi ini penting dalam memerangi malaria terutama yang
berkaitan dengan pengendalian vektor (Michael et al., 2019).
c. Curah hujan
Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang
membantu dalam perbanyakan tempat perkembangbiakan nyamuk dan
meningkatkan kelembaban, yang meningkatkan tingkat kelangsungan
hidup nyamuk. Musim hujan merupakan masa subur bagi tempat
perkembangbiakan yang jumlahnya banyak. Spesies ini (P.
falciparum) memiliki kepadatan populasi tertinggi selama musim
hujan dan menyebabkan tingginya insiden malaria pada periode tahun
ini. (Ekpa et al., 2023).
Curah hujan meningkatkan peluang bertelur dengan
meningkatkan jumlah tempat perkembanganbiakan nyamuk anopheles
yang potensial untuk bertelur, yang dapat mencapai dewasa dalam
waktu Sembilan hingga dua belas hari yang diperlukan untuk siklus
hidup nyamuk (Ekpa et al., 2023).
d. Perubahan Iklim
Perubahan iklim makro dan mikro dapat mempengaruhi
penyebaran penyakit menular, termasuk penyakit tular vektor nyamuk.
Peningkatan kelembaban dan curah hujan berbanding lurus dengan
peningkatan kepadatan nyamuk, sedangkan suhu mempunyai batas
optimum bagi perkembangbiakan nyamuk antara 25- 27 0 C.
Perubahan iklim mengancam stabilitas ekosistem dan keanekaragaman
mahluk hidup (biodiversity). Kerusakan sistem fisik dan ekologi bumi
ini juga dapat dibuktikan dengan adanya penipisan lapisan ozon di
stratosfer, penurunan keanekaragaman mahluk hidup, degradasi tanah,
dan perubahan sistem atau siklus air. Perubahan iklim dapat
disebabkan oleh proses perubahan alamiah internal (misalnya badai El
Nino) maupun eksternal (seperti perubahan persisten yang diinduksi
oleh aktivitas manusia, berupa perubahan komposisi udara dan
perubahan peruntukan tanah) tidak dimengerti secara pasti, beberapa
efek langsung terhadap pajanan peningkatan temperatur dapat diukur,
seperti peningkatan kejadian penyakit yang berhubungan dengan
kenaikan temperatur, peningkatan angka kematian karena gelombang
udara panas seperti yang terjadi di Perancis tahun 2003 (Lisanuddin et
al., 2016).
Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim yang
memiliki potensi dampak terhadap kesehatan. Iklim merupakan faktor
yang penting bagi berbagai jenis penyakit, salah satu pengaruh
perubahan iklim adalah terhadap potensi peningkatan kejadian
timbulnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti malaria dan
demam berdarah. Adanya hujan bisa menciptakan banyak tempat
perkembangbiakan nyamuk akibat genangan air yang tidak mengalir di
sekitar permukiman. Pada kelembaban yang variasi curah hujan juga
dapat dikaitkan dengan konsekuensi alami dari variasi sirkulasi
atmosfer. Variabilitas suhu permukaan laut di beberapa daerah lintang
rendah, seperti Atlantik timur tropis dan Pasifik timur khatulistiwa,
secara fisik dapat dikaitkan dengan variabilitas atmosfer karena
fenomena atmosfer laut dikaitkan dengan banyak gangguan atmosfer
karena anomali tinggi dan suhu rendah dari permukaan laut
(Oluwatimilehin et al., 2022).
Faktor iklim adalah salah satu faktor utama yang bertanggung
jawab atas prevalensi malaria dan karena perubahan iklim tidak dapat
dihindari, eliminasi total malaria mungkin sangat sulit walaupun
morbiditas dan mortalitas dapat dikurangi. Berpendapat bahwa tingkat
risiko malaria dan intensitas penularan menunjukkan variabilitas
spasial dan temporal yang signifikan terkait dengan variasi jumlah
curah hujan, suhu, ketinggian, topografi, dan pola pemukiman
manusia. Risiko morbiditas dan mortalitas malaria bervariasi secara
spasial dan temporal (Ekpa et al., 2023). Perubahan suhu, curah hujan,
dan kelembaban relative akibat perubahan iklim diperkirakan akan
mempengaruhi malaria secara langsung dengan mengubah perilaku
dan distribusi geografis vektor malaria serta mengubah Panjang siklus
hidup parasite tersebut (Ekpa et al., 2023).
Perubahan iklim terhadap dampak lingkungan dapat
mempengaruhi kesehatan melalui berbagai mekanisme. Perubahan
yang biasanya terkait dengan kondisi ekstrem, khususnya perubahan
curah hujan dan suhu yang menyebabkan kekeringan, banjir, dan
gelombang panas, memiliki dampak langsung jangka pendek dan
jangka panjang terhadap lingkungan yang berhubungan langsung
dengan kesehatan manusia.
Dampak perubahan iklim terhadap penyakit terutama meliputi
tiga alasan. Pertama, perubahan iklim mampu mempengaruhi
keanekaragaman hayati melalui peningkatan intensitas dan frekuensi
kebakaran, badai, kekeringan, dan banjir. Ini mengubah sistem
ekologi, yang pada gilirannya mempengaruhi kesehatan manusia.
Kedua, perubahan iklim, seperti perubahan curah hujan dan suhu, juga
dapat mempengaruhi penyebaran penyakit dengan membantu
penyebaran vektor. Ketiga, perubahan iklim membuat masyarakat
rentan terhadap penyakit. Namun, biologi dan keseimbangan alami
antara inang dan vektor sangat dipengaruhi oleh perubahan spatio-
temporal curah hujan, kelembaban, dan suhu. Arthropoda (misalnya,
bug, lalat, nyamuk, dan lain lain) adalah vektor untuk berbagai jenis
penyakit dan mereka mengatur suhu tubuh internal mereka melalui
perubahan perilaku daripada variasi fisiologi. Hal ini semakin
meningkatkan kemungkinan penularan penyakit. Selain itu,
(Oluwatimilehin et al., 2022).
2. Adaptasi dan atau Pengendalian dampaknya

Metode pengendalian hayati lebih ramah lingkungaan lebih aman, dan lebih hemat
biaya daripada metode kimia atau fisik yang memakan waktu lama untuk diterapkan
ditempat perkembangbiakan nyamuk (Wasinpiyamongkol & Kanchanaphum, 2019).

Anda mungkin juga menyukai