Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

SEKTOR KESEHATAN BERBASIS


BUKTI DI INDONESIA

KELOMPOK 7
Disusun oleh :
Hamzah 173060018
Gempita dwi utami 173060051
M Dwi Faisal Gani 1730600
PENDAHULUAN
Laporan intergovermental panel on climate change atau IPCC (AR5) menyebutkan, bahwa pada akhir
abad ini suhu rata-rata permukaan bumi akan meningkat sebesar 3oC-5oC dibandingkan dengan era
pra-industri , meningkatnya muka laut global 0,19 m selama periode 1901-2010, meningkatnya suhu air
laut (sebagai akibat meningkatnya penyerapan CO2)

Terjadinya perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap berbagai sektor (pertanian, kelautan,
kehutanan, dan lain-lain). Jika dibiarkan, perubahan iklim akan berpengaruh terhadap profil
kesehatan generasi sekarang dan di masa yang akan datang, akan menjadi beban sistem
kesehatan yang sudah kewalahan, dan menghambat program Sustainable Development Goals
(SDGs) dan Universal Health Coverage (UHC).

Sektor kesehatan, merupakan sektor yang mendapat beban ganda, yaitu sebagai dampak
langsung terhadap kesehatan maupun dampak tidak langsung yang sangat dipengaruhi oleh
determinan lingkungan sosial dan kesehatan masyarakat.
Perubahan Iklim dapat meningkatkan peluang risiko kejadian suatu
penyakit akibat peningkatan suhu udara, kejadian curah hujan
ekstrem, kenaikan muka air laut dan kenaikan konsentrasi polutan.
Frekuensi kejadian suatu penyakit dan potensi peningkatan
transmisi serta infeksi penyakit mengalami peningkatan, terutama
pada penyakit yang berbasis lingkungan. Terjadi adaptasi agen
penyakit terhadap peningkatan infeksi penyakit berdasarkan
intensitas, cakupan dan besaran dampak yang ditimbulkan.
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA SEKTOR
KESEHATAN
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA SEKTOR
KESEHATAN
JALUR KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM PADA SEKTOR
KESEHATAN DI INDONESIA
Dari kondisi tersebut diharapkan :

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh 1. Terciptanya sistem kesehatan dapat melindungi
segenap lapisan masyarakat adalah melakukan masyarakat dari dampak perubahan iklim
2. Identifikasi pola penyakit menular maupun
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Adaptasi
tidak menular yang meningkat akibat perubahan
dan mitigasi perubahan iklim di bidang iklim dapat dicegah, dan dikendalikan.
kesehatan diantaranya adalah membuang 3. Advokasi kebijakan dan program-program
kesehatan di fasilitas kesehatan maupun di
sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan
masyarakat dapat memprioritaskan adaptasi
lingkungan, pengelolaan limbah medis yang perubahan iklim.
ketat dan sesuai prosedur, dan lainnya 4. Komunikasi risiko, promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dapat melindungi
penduduk dari dampak perubahan iklim yang
mengancam kesehatan.
CONTOH KASUS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Penyakit Tertular VEKTOR


Jumlah kasus malaria masih sangat tinggi khususnya sebaran malaria yang masih terkonsentrasi di
di wilayah timur, seperti Papua, Papua Barat, Nusa Indonesia timur ini tampaknya juga tidak
Tenggara Timur dan Maluku. Pada wilayah-wilayah terlepas dari faktor-faktor non-iklim seperti
tersebut tampak bahwa curah hujan relatif lebih ketinggian, tata guna lahan, kehidupan sosial
rendah dibandingkan wilayah Indonesia barat masyarakat serta kepatuhan masyarakat dalam
dengan curah hujan berkisar dari 1000-3000 mm. mencegah penularan malaria (memakai kelambu
Suhu udara pada rentang 25-29C dengan saat tidur).
kelembapan 70-86%. Kondisi iklim ini merupakan
kondisi yang ideal bagi perkembangan nyamuk
Anopheles.
Kasus dengue tersebar di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sebagian besar
kasus dengue terjadi di Pulau Jawa dengan rata-rata jumlah kasus dengue per tahun
lebih dari 100 kasus. Kasus dengue dengan jumlah yang cukup tinggi di luar Jawa
ditemukan di beberapa kabupaten/kota di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Daerah-daerah dengan kasus dengue yang
cukup tinggi memiliki curah hujan, suhu dan kelembapan yang cukup bervariasi
Hasil dan Dampaknya
Hasil menunjukkan bahwa penyakit tular vektor (malaria dan dengue) dipengaruhi oleh
variabel iklim. Pola atau trend kejadian penyakit, baik malaria maupun dengue,
menunjukkan pola musiman dengan puncak kasus terjadi pada musim penghujan.
Hasil ini menguatkan bukti-bukti ilmiah yang ada bahwa penyakit tular vektor
merupakan penyakit sensitif iklim (climate-sensitive). Oleh karena itu, kenaikan maupun
penurunan curah hujan, suhu maupun kelembapan relatif yang disebabkan karena
variabilitas iklim musiman (near-term) maupun jangka panjang (long-term) akan sangat
berpengaruh terhadap dinamika populasi vektor dan penularan malaria dan dengue di
Indonesia.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai