Anda di halaman 1dari 50

SKRIPSI

Rabu, 14 November 2012


SKRIPSI AKBAR NUR, S.Kep.
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN MALARIA DIW
ILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KELURAHAN BINANGA K
AB. MAMUJU SUL-BAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi S
1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Andini Persada Mamuju Sulawesi Barat
Oleh :
NAMA : AKBAR NUR
NIM : 012 008 001
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
ANDINI PERSADA MAMUJU SUL-BAR
CURICULUM VITAE
Nama : Akbar Nur
Tempat/Tanggal Lahir : Jeneponto 13 Juli 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No Hp : 085 242 185 188
Email : akbarnur21@yahoo.co.id
Kode Pos : 91511
Alamat : Jl. M.Husni Thamrin No. 3 Kota mamuju Sul-Bar
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SD INPRESPIR Pontanakayang Tahun 2002
2. Lulus SLTP N 4 Budong-Budong tahun 2005
3. Lulus SMA N 2 Mamuju Tahun 2008
4. Menempuh pendidikan di Program Studi S-
1 Keperawatan di Stikes Andini Persada Mamuju Sul-Bar Sejak Tahun 2008-2012
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Setiap lembaran dari goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan
dan kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.
Setiap detik waktu penyelesaian Skripsi ini merupakan hasil getaran jiwa
kedua orang tuaku, Keluargaku, dan adikku yang dengan seluruh nafas
memberikan kasih sayang, semangat, dorongan, doa yang tiada henti
kepada diriku.
Setiap keberhasilan dalam penyelesaian karya ini merupakan wujud dari
seluruh kebanggaan diriku untuk mengerti sebuah jati diri serta rasa
hormat dan baktiku.
Guru-guruku, karenamu aku bisa mengejar. Almamaterku.
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS. Al Baqarah 286)
Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah
terletak kepada murka orang tua
(HR. Al Hakim)
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi yang khusuk.
(QS. Al Baqarah 45)
Hal terindah dalam hidup ini yaitu melihat orang yang kita sayangi tersenyum
( Peneliti )
“Bersabar dan ikhlaslah dalam menjalani cobaan, sesungguhnya dibalik itu
semua pasti ada hikmahnya”
( Peneliti )
Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir,
melainkan dari proses perjuangannya.
( Peneliti )
Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan jadikanlah
hari esok lebih baik dari hari ini.
( Peneliti )
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium 18
Tabel 1.2 : Definisi operasional 43
Tabel 5.1 : Luas wilayah dan jumlah lingkungan/dusun menurut/desa
diwilayah kerja Puskesmas Binanga Kab. Mamuju 57
Tabel 5.2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di
Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kab. Mamuju 58
Tabel 5.3 : distribusi responden menurut pengetahuan 66
Tabel 5.4 : distribusi responden menurut PHBS 67
Tabel 5.5 : distribusi responden dengan kejadian malaria 68
Tabel 5.6 : hubungan pengetahuan dengan kejadian
malaria 69
Tabel 5.7 : hubungan PHBS dan sehat masyarakat dengan
kejadian malarria 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Siklus Hidup Plasmodium Melalui Perkembangan Seksual
Dan Aseksual 13
Gambar 2.2 : Fase-Fase Eritrosit P. Falciparum dan P. Vivax 14
Gambar 5.1 : Peta Sulawesi Dengan Inset Sebelah Kiri Provinsi Sul-Bar 59
Gambar 5.2 : Peta Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju 59
Gambar 5.3 : Peta Kasusu Malaria Di Kecamatan Mamuju Kab. Mamuju 60
Gambar 5.4:Peta Stratifikasi Daerah Kasus Malaria Di Kecamatan Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 61
Gambar 5.5 : Peta Spasial Kasus Malaria Berdasarkan Ketinggian Di
Kecamatan Mamuju Kab. Mamuju provinsi sulawesi barat 62
Gambar 5.6 : Overlay Peta Kasus Malaria Pada Daerah Buffer Sungai Dan
Pinggir Pantai Di Kecamatan Mamuju Kab. Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Lembar persetujuan untuk mengadakan penelitian
Lampiran 2 : Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 3 : Lembar kesediaan menjadi responden
Lampiran 4 : instrumen/kuisioner
Lampiran 5 : hasil tabulasi data
Lampiran 6 : hasil pengujian data
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Masyarakat Denga
n Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Binanga Kel. Binanga Kab. Mamuju”.
Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Prog
ram Studi S-1 Keperawatan Stikes Andini Persada Mamuju Sul-Bar.
Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang biasa penulis lakuka
n dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terimak
asih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skrip
si ini kepada Dr. Ida Samidah, S. Kp M.Kes Selaku Pembimbing I dan Maryam, S.Kep, Ns. S
elaku Pembimbing II Serta seluruh pihak yang membantu :
1. Bapak Rusli Abbas Selaku Ketua Yayasan Stikes Andini Persada Mamuju Sul-Bar.
2. Ibu Agustina R. Palamba S. Sos, M.Kes Selaku ketua Stikes Andini Persada Mamuju Sul-
Bar
3. Bapak Edi Purnomo, S.Kep,Ns. Selaku Puket I. Stikes Andini Persada Mamuju Sul-
Bar, dan Selaku Penguji II
4. Bapak Didi Nurhadik, ST. Selaku Puket II Stikes Andini Persada Mamuju Sul-Bar
5. Ibu Kartini, SKM, M.Kes, Selaku Puket III. Stikes Andini Persada Mamuju Sul-Bar
6. Zulhaini Sartika AP. S. Kep. selaku Ketua Program Studi Keperawatan Stikes Andini Persad
a Mamuju Sul-Bar
7. Sri Wahyuni Awaluddin, S.Kep,Ns.MN (Hons). Selaku Penguji 1 Yang telah memberikan ma
sukan kepada saya yang sangat bersifat membangun bagi diri kami pribadi.
8. Seluruh Staf Stikes Andini Persada Mamuju Sul-
bar yang selalu mendorong saya untuk selalu semangat.
9. Kepala Puskesmas Binanga Kab. Mamuju yang telah memberikan banyak bantuan pada saat p
enelitian skripsi ini.
10. Papa dan Mama tersayang yang telah memberikan Do’a tanpa kenal waktu, semangat, nasihat,
dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Kalian adalah inspirasi terbesar d
alam pencapaian tujuan hidupku.
11. teman-temanku Khususnya Program Studi S-
1 Keperawatan Stikes Andini Persada Angkatan Pertama yang telah memberikan inspirasi unt
uk segala hal, dorongan, nasihat, rasa sayang,dan selalu membuatku tersenyum.khususnya ke
pada : Mustadiarto, Rahman Lallo, I Kd Dwi Suarjana, Sanud, Ria Trisandi, Harpia, dan sem
ua teman-
teman seperjuangan program studi Keperawatan kalian telah mengajarkanku arti sebuah pers
ahabatan.
12. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan d
an dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mamuju, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iv
CURICULUM VITAE v
PERSEMBAHAN vi
MOTTO vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiv
ABSTRAK xvii
BAB : I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
1. Tujuan umum 8
2. Tujuan Khusus 8
D. Manfaat Penelitian 8
1. Manfaat bagi institusi Kesehatan 8
2. Bagi masyarakat 9
3. Bagi Mahasiswa 9
4. Manfaat Aplikasi 9
5. Manfaat Keilmuan 9
6. Manfaat metodologi 9
BAB : II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Malaria 10
1. Definisi penyakit malaria 10
2. Etiologi 10
3. Jenis nyamuk malaria 11
4. Siklus hidup nyamuk malaria 12
5. Penyebaran penyakit malaria 15
6. Cara penularan penyakit malaria 16
7. Gejala penyakit malaria 17
8. Pengobatan malaria 20
9. Prinsip pemberantasan dan pencegahan malaria 22
B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria 25
1. Faktor Penyebab (parasit malaria) 25
2. Faktor Inang 27
3. Faktor Lingkungan 28
4. Faktor Perilaku Kesehatan 30
a. Pengertian perilaku kesehatan 30
b. Bentuk perilaku kesehatan 31
c. Perilaku hidup bersih dan sehat 34
5. Faktor pengetahuan 36
BAB III : KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP 41
B. HIPOTESIS PENELITIAN 42
C. VARIABEL 42
D. Definisi Operasional 43
BAB IV : METODE PENELITIAN 44
A. Desain Penelitian 44
B. Populasi dan Sampel 44
C. Alat Pengumpul Data 45
1. Instrumen Penelitian 45
2. Sumber Data 46
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian 49
E. Metode Pengumpulan Data 49
F. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 50
G. Etika Penelitian 53
BAB V : HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 54
1. Keadaan Geografis 54
2. Penduduk 58
B. Hasil Penelitian 63
1. Data Demografi Responden 64
2. Analisis Univariat 65
a. Pengetahuan 65
b. Perilaku 66
c. Kejadian Malaria 67
3. Analisis Bivariat 67
a. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Malaria 68
b. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Dengan
Kejalaria di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kab. Mamuju 69
C. Pembahasan 70
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Malaria 70
2. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Dengan
Kejadian Malaria 72
D. Keterbatasan Penelitian 73
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 75
B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA
Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Andini Persada
Mamuju Sulawesi Barat
Skripsi, Juli 2012
ABSTRAK
AKBAR NUR (012 008 001) “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERS
IH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU SUL-
BAR TAHUN 2012” (DIBIMBING OLEH IDA SAMIDAH DAN MARYAM)
XiV, 6 bab 77 Hal, 13 Tab, 8 gbr , 9 lam.
Secara harafiah dapat dikatakan malaria adalah penyakit yang timbul akibat lingkungan
yang kotor dimana merupakan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti nyamuk (S
utisna, 2004). Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles ( Prabowo, 2004
).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman b
elajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk me
ningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina s
uasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat mener
apkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyaraka
t (Dinkes, 2006).
Maka perlu dilakukan penelitian untuk Mengetahui Hubungan Pengetauan dan Perilaku H
idup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Bin
anga Kab. Mamuju Sul-Bar. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 08-
09 februari 2012 di wilayah kerja Puskesmas Binanga Kab. Mamuju. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih sehat Terahadap kejadian Malaria. Jumlah respond
en sebanyak 35 sampel. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yang diperoleh dari wawanca
ra menggunakan kuesioner dan observasi mengenai ada tidaknya Hubungan Pengetahuan dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria Diwilayah Keja Puskesmas Binanga
Kab. Mamuju dengan menggunakan uji statistic SPSS versi 16 dengan α=0,05 Hasil Penelitian Ini
Mengatakan Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian malaria dengan hasil uji stati
stic (p =,007). Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian malaria denga
n hasil uji statistic (p = ,002).
melalui petugas kesehatan lebih aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dengan cara memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang masalah kesehatan khususnya
tentang Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat
Kata kunci : pengetahuan, perilaku hidup bersih, malaria.
Kepustakaan (2000-2011)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam The World Malaria Report 2008, dikatakan setengah dari populasi dunia berhada
pan dengan resiko malaria, dan diperkirakan 250 juta kasus tertinggi yang menghantar pada k
ondisi kematian di tahun 2006 (Global Malaria Programe WHO, 2006). Badan Kesehatan Du
nia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005
Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 Negara di Dunia. Penyakit ini menye
rang sedikitnya 350 –
500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1,2 -
2,7 juta orang setiap tahunnya terutama pada anak –
anak dibawah usia 5 Tahun khususnya daerah yang kurang terjangkau oleh pelayanan keseha
tan. Berdasarkan laporan WHO tahun 2000 terdapat lebih dari 2400 juta penduduk atau 40%
dari penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria ( Ndoen, Ermi, 2005 ).
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yan
g mempengaruhi angka kematian Bayi, Anak di bawah umur lima tahun, dan ibu melahirkan
serta menurunkan produktifitas tenaga kerja. Angka kesakitan penyakit ini relative masih cuk
up tinggi terutama di kawasan Timur Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria masih se
ring terjadi terutama di daerah yang terjadi perubahan lingkungan dan perpindahan penduduk.
Sampai saat ini angka kesakitan penyakit malaria di Indonesia masih cukup tinggi, bahkan m
enjadi penyebab kematian nomor tiga pada beberapa daerah endemis (Hegemur, 2008), teruta
ma di daerah luar Jawa dan Bali yang ditunjukkan dengan Annual Malaria Incidence ( AMI ).

Daerah Jawa dan Bali sendiri sudah terjadi peningkatan jumlah penderita malaria yang
ditunjukkan dengan Annual Parasit Incidence ( API ) pada tahun 2003 sebesar 0,22 per 1000
populasi dan 0,15 per 1000 populasi tahun 2004 serta tahun 2005 sebesar 0,15 per 1000 popul
asi. Hal ini diakibatkan banyaknya pengungsi yang berasal dari daerah yang dilanda konflik,
sehingga juga ikut berperan bagi terjadinya penyebaran malaria dari daerah endemis ke daera
h non-endemis. (Depkes.RI, 2008).
Secara Nasional data Depkes RI tahun 2005 menunjukkan bahwa angka kesakitan malar
ia dengan AMI tertinggi adalah Papua 208,82 per 1000 populasi diikuti oleh Nusa Tenggara
Timur 100,49 per 1000 populasi ( 70.390 kasus ) dan Maluku sebesar 67,24 per 1000 populas
i ( Profil Depkes,2005 ).
Annual Parasite Insedence (API) Malaria di Provinsi Sul-Bar Pada tahun 2007-
2010 yaitu : thn 2007 sebanyak 0,48. Tahun 2008 sebanyak, 0,57. Tahun 2009 Sebanyak, 0,8
5. Tahun 2010, Sebanyak. 0,55. Sedangkan kasus yang didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
darah dan gejala klinis tahun 2010, Di Sulawesi Barat Sebanyak 13,8. (Sumber R : Riskesdas
2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
Sedangkan jumlah kasus dan angka kesakitan malaria,menurut Provinsi khususnya Prov
insi Sul-
Bar tahun 2010, Populasi beresiko sebanyak 1.176.149, klinis sebanyak. 25.743. Sediaan dara
h diperiksa sebanyak 7.911, positif sebanyak 642. Annual Parasite incidence (API) 0,55. (Pro
fil Kesehatan Indoneia 2010, sumber, Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011).
Jumlah penderita penyakit malaria yang dirawat di RSUD Mamuju selama Kurang lebih
lima tahun terakhir : pada Tahun 2006, Sebanyak 1,668 (59,9%), Tahun 2007 : Sebanyak 1,7
21 (58,1%), tahun 2008 sebanyak 246 (0,40%), tahun 2009 pada bulan januari-
april 145 (0,20%), dari Bulan Juli-
Desember Sebanyak 142. Dan Tahun 2011, Dari Bulan Februari-
September Sebanyak 57 yang dinyatakan positif. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa ma
laria menempati urutan pertama penyakit sestem hamatologi juga merupakan endemik yang a
da di indonesia.( Data RSUD Kab. Mamuju)
Sedangkan jumlah penderita malaria berdasarkan data Puskesmas Binanga Kab. Mamu
ju kurang lebih 4 Tahun terakhir yaitu : pada Tahun 2007 –
Bulan Agustus Sebanyak 203, 2008 Sebanyak 934, Tahun 2009 Sebanyak 783, Tahun 2010,
Sebanyak 739, dan Tahun 2011, Sampai Bulan Oktober Sebanyak 628.
Berdasarkan Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar di Provinsi Sulawesi Barat, Menunju
kan bahwa penyakit malaria tersebar di seluruh Kabupaten dengan angka Prevalensi yang ber
agam. Semua Kabupaten, Kasus malaria lebih banyak terdeteksi berdasarkan gejala klinis. Ad
a dua Kabupaten mempunyai Prevalensi Malaria klinis di Atas Angka Nasional (0,2% –
2,9%), yaitu Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara. Kabupaten Mamuju sampai saat ini ma
sih dinyatakan sebagai salah satu daerah endemis malaria dengan prevalensi kejadian malaria
Tahun 2007 Sebesar 3,5%, Yang menunjukan diatas Angka Nasional.
Dalam penelitian yang dilakukan Zega (Tahun 2007). Dikatakan Angka Kejadian Malar
ia Di Daerah HCI (High Case Incidence), Yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ya
ng masih rendah, hal senada diungkapkan Siahaan, 2008, bahwa Tingkat pendidikan yang ren
dah memperkecil peluang masyarakat untuk mempunyai pekerjaan yang memberikan pengha
silan yang cukup. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan seh
ingga pemahaman tentang pemberantasan malaria juga kurang. Kondisi ini menyebabkan bur
uknya tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria. Sikap pencegahan dan pencarian p
engobatan yang baik pada saat kejadian malaria, menunjukkan bahwa pemahaman masyaraka
t untuk sesegera mungkin melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan yang disampaikan
oleh petugas kesehatan dan media informasi lainnya, sekaligus mengupayakan pencarian pen
gobatan untuk penyakit malaria.
Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah penyakit menula
r, masih banyak berorientasi pada penyembuhan penyakit. Upaya ini dirasa kurang efektif kar
ena banyak mengeluarkan biaya. Sedangkan upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masal
ah kesehatan dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan berperilaku hidup seha
t. Namun, hal ini ternyata belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat (Kusum
awati, 2004).
Menurut Budihardja (2004), berdasarkan beberapa survei di Dinas Kesehatan, Masyara
kat yang berperilaku hidup sehat masih kurang dari 10%. Kurangnya perilaku hidup sehat itu
mengundang munculnya kebiasaan-kebiasaan tidak sehat di masyarakat. Kebiasaan-
kebiasaan itu cenderung mengabaikan keselamatan diri dan lingkungan sehingga memudahka
n terjadinya penularan penyakit. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Masyarakat Kota Mamuju
masih perlu ditingkatkan. Rumah tangga berPHBS pada tahun 2011 di wilayah puskesmas b
inanga yang terdiri dari empat wilayah kerja yaitu: (1). Binanga dengan jumlah rumah sebany
ak 3937, jumlah rumah sehat sebanyak 2,749, Dan jumlah rumah yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 688, Rumah sehat untuk wilayah bianaga baru mencapai 60%. (2). Rimuku dengan
jumlah rumah sebanyak 1.897, Jumlah rumah sehat sebanyak 1327, Dan jumlah rumah yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 570, Rumah sehat untuk wilayah rimuku baru mencapai 40
%. (3). Karema dengan jumlah rumah sebanyak 1.567, Jumlah rumah sehat sebanyak 1018, D
an jumlah rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 549, Rumah sehat untuk Wilayah Ka
rema baru mencapai 30%. (4). Binanga dengan jumlah rumah sebanyak 622, Jumlah rumah s
ehat sebanyak 373 dan jumlah rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 249, Rumah seha
t untuk wilayah Mamunyu baru mencapai 20%.
Berdasarkan data keseluruhan diatas dengan jumlah rumah sebanyak 7523, Jumlah rum
ah sehat sebanyak 5667, Jumlah rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2056, jumlah r
umah yang ber PHBS pada tahun 2011, Diwilayah Kerja Puskesmas Binanga Kabupaten Ma
muju Baru Mencapai 45% .
Pada strata paripurna. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat adalah dengan peningkatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat pa
da masyarakat khususnya para pedagang makanan (Dinkes, 2009).
Perilaku hidup seseorang, termasuk dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor
. Faktor tersebut dapat berasal dari orang itu sendiri, pengaruh orang lain yang mendorong un
tuk berperilaku baik atau buruk, maupun kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung t
erhadap perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2005).
Masyarakat haruslah berpartisipasi aktif dalam memerangi penyakit malaria dengan me
njaga kebersihan lingkungan sekitar. Sebagaimana kita telah ketahui, penyebar penyakit mala
ria adalah nyamuk. Selama ini kendala terbesar dalam upaya penanggulangn penyakit malaria
adalah cara memberantas nyamuk penyebar penyakit ini. Lingkungan yang kotor atau tidak t
erawat merupakan tempat yang paling ideal untuk perkembang biakan nyamuk. Oleh karena i
tu, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dapat membantu mengurangi
penyebaran penyakit malaria. Gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M (mengura
s, mengubur dan menutup) perlu di galakkan , tidah hanya jika telah menjadi wabah. Jika pe
merintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam penangulangan malaria di harapkan angk
a penyebaran dan kematian akibat penyakit ini dapat di tekan sehingga generari mendatang d
apat hidup dalam kondisi yang baik.
Dengan latar belakang di atas dengan masalah keadaan lingkungan yang memungkinka
n terjadinnya malaria maka layak di lakukan penelitian dengan judul” hubungan pengetahuan
dan perilaku hidup bersih masyarakat terhadap kejadian malaria diwilayah kerja Puskesmas
Kab. Mamuju Kel. Binanga”
B. Rumusan masalah
Dari permasalahan tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dirumuskan masalah penelitian adalah bag
aimana hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap kejadian
malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan Binanga Kab. Mamuju Sul-
Bar Tahun 2012.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan pengetahunan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Masy
arakat dengan kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan Binanga Ka
b. Mamuju Sul-Bar Tahun 2012
2. Tujuan khusus
a. Untuk Mengidentifikasi Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan B
ainanga Kab. Mamuju Sul-Bar Tahun 2012.
b. Untuk Mengidentifikasi Pengetahuan masyarakat Tentang Malaria di Wilayah Kerja Puskes
mas Binanga Kelurahan Binanga Kab. Mamuju Sul-Bar
c. Untuk mengidentifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat yang tinggal di Wilayah
Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan Binanga Kab. Mamuju Sul-Bar Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat pada beberapa
pihak antara lain :
1. Manfaat bagi instansi kesehatan
Sebagai masukan atau bahan pertimbangan kepada pengelola progam pemberantasan pen
yakit menular terutama pada pengelola progam
penyakit malaria dan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Bagi masyarakat
Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam upaya pencegahan dan pem
berantasaan penyakit malaria.
3. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahu
an yang penulis peroleh dibangku kuliah.
4. Manfaat aplikasi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pengambilan keputusan dan
kebijakan dalam pelaksanaan program pencegahan penyakit khususnya malaria dan perilaku
hidup bersih.
5. Manfaat keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan
bacaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria
6. Manfaat metodologi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut d
an kepada yang berminat untuk mengembangkan penelitian dalam lingkup yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Malaria
1. Definisi Penyakit Malaria
Secara harafiah dapat dikatakan malaria adalah penyakityang timbul akibat lingkungan ya
ng kotor dimana merupakan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti nyamuk (Sut
isna, 2004).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plas
modium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles ( Prabowo, 2004 ).
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk k
e dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil
dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahul
u banyak terdapat di daerah rawa –
rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludis
me (Prabowo, 2004)
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berpera
n sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi
hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif s
ulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling m
enonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terj
adi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk ist
irahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawa
h dan di belakang lemari (.Depkes, 2011)
3. Jenis Nyamuk Malaria
Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :
a. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian yang tin
ggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh lebih cepat diban
dingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik mud
a maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
b. Plasmodium vivax . spesies ini cenderung menginfeksi sel –
sel darah merah yang muda. (retilkulosit) kira –
kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan oleh plasmodium vivax.(amir syarif
& zulhida D.Z. Hal. 556. Farmakologi & terapi ed. 5).
c. Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel –
sel darah merah yang tua.
d. Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel –
sel darah merah mirip dengan plasmodium vivax (menginfeksi sel –
sel darah muda) (Sutisna, 2004)
Ada juga seorang penderita di infeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara bersamaa
n. Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi campuran paling banyak dis
ebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan plasmosium vivax atau plasm
odium vivax dan plasmodium malariae. Jarang terjadi infeksi campuran disebabkan oleh plas
modium vivax dan plasmodium malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesie
s sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan malarianya
tinggi.
4. Siklus Hidup Malaria
Dalam siklus hidupnya plasmodium mempunyai dua hospes yaitu pada manusia dan nyam
uk. Siklus Aseksual yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yan
g membentuk sporozoit didalam tubuh nyamuk disebut sporogoni (Nugroho A, 2000).
a. Siklus Asexual dalam Tubuh Manusia
Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria m
enggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah d
an jaringan hati. Parasit Malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium skizon jaringan d
alam sel hati (ekso-
eritrisiter). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit/ kriptozoit yang masuk ke eritrosit me
mbentuk stadium skizon dalam eritrosit (stadium eritrositer), mulai bentuk tropozoit muda sa
mpai skizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit. Merozoit sebagian besa
r masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang
siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk/
stadium sporogoni (Nugroho A, 2000).
b. Siklus Sexual Dalam Tubuh Nyamuk

Gambar : 2.1. gambar siklus hidup Plasmodium melalui perkembangan seksual dan aseksual :26
Sumber : CDC, Life Cycle of the Malaria Parasite
Gambar 2.2: fa
se-
fase eritrosik P.falcipa
rum dan P.vivax
Setelah melewati sta
dium sporogoni selanjut
nya pada lambung nya
muk terjadi penyatuan antara sel gamet jantan (mikrogamet) dan sel gamet betina (makrogam
et) yang menghasilkan zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, kemudian masuk kedalam
dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah,
maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dala
m tubuh manusia. Khusus plasmodium vivax dan plasmodium ovale pada siklus parasitnya di
jaringan hati (skizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan
siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati di sebut hipnozoit, bentuk hipnozoit
inilah yang menyebabkan malaria relaps. Pada penderita yang mengandung hipnozoit, apabila
suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah atau perub
ahan iklim (musim hujan), maka hipnozoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit
dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala peny
akitnya kembali (Umar Zein, 2005).
5. Peyebaran Penyakit Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina). Ketinggia
n yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan
2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geogra
fis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.
Plasmodium Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit
Malaria hampir sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya. Pla
smodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-
kadang dijumpai di Pasifik Barat.
Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang
berbeda-
beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan l
aut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-
2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-
Bali sepuluh kali lebih besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparu
m dan Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. P
lasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
6. Cara Penularan Penyakit Malaria
Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non alamiah. Penul
aran secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung paras
it malaria (Prabowo, 2004 ). Saat menggigit nyamuk mengeluarkan sporosit yang masuk ke p
eredaran darah tubuh manusia sampai sel –
sel hati manusia. Setelah satu sampai dua minggu digigt, parasit kembali masuk ke dalam dar
ah dan mulai menyerang sel darah merah dan mulai memakan haemoglobin yang membawa o
ksigen dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan
timbulnya gejala demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia (Depkes,2003).
Nyamuk Anopheles betina yang menggigit orang sehat, maka parasit itu dipindahkan ke t
ubuh orang sehat dan jadi sakit. Seorang yang sakit dapat menulari 25 orang sehat sekitarnya
dalam waktu musim penularan (3 bulan di mana jumlah nyamuk meningkat)(www.Depkes.go
.id )
Penularan non-
alamiah terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles. Beberapa penularan malaria se
cara non alamiah antara lain : malaria bawaan (Kongenital) adalah malaria pada bayi baru lah
ir yang ibunya menderita malaria.penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar pla
senta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepa
da janinnya. Gejala pada bayi baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehing
ga sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau mi
num, serta kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini dibedakan dengan infeksi konge
nital lainnya. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi. Sel
ain itu Transfusion malaria yakni infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari
donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-
sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ. (Prabowo, 2004)
7. Gejala Penyakit Malaria
Gejala–
gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita, jenis plasmodium
malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi pertama kali dis
ebut masa inkubasi sedangkan waktu diantara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit
malaria dalam darah disebut periode prapaten ditentukan oleh jenis plasmodiumnya.
Tabel 2.1 : Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium
NO Jenis Plasmodium Periode Prapaten Masa Inkubasi
1 P. Falcifarum 11 Hari 9 – 14 Hari
2 P. Vivax 12,2 Hari 12 – 17 Hari
3 P. Malariae 32,7 Hari 18 – 40 Hari
4 P. Ovale 12 Hari 16 – 18 Hari
Sumber : www. Depkes. Go. Id Tahun 2011
Umumnya gejala yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum lebih berat dan dan lebih
akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lainnya. Gambaran khas dari penyakit malaria a
dalah adanya demam periodik, pembesaran limpa, dan anemia (Prabowo, 2004).
a. Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan perkemb
angan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan denga
n lepasnya merozoit –
merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Seranga
n demam pada malaria terdiri dari tiga :
1) Staduim Dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi lemah. Bib
ir dan jari –jari pucat kebiru –
biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering
terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam
2) Stadium Demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kuli
tnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan ser
ing disertai dengan rasa mual atau muntah –
muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan su
hu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
3) Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat tidur. Namun
, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang –
kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga , i
a merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerja
an seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih bersarang. Stadium inu berlangsung sel
ama 2 - 4 jam. (Prabowo, 2004)
b. Pembesaran Limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa memben
gkak dan terasa nyeri.limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel –
sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama –
lamakonsistensi limpa menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. De
ngan pengobatan yang baik limpa berangsur normal kembali (Prabowo, 2004).
c. Anemia
Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit
malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sumsum
tulang (Prabowo, 2004).
8. Pengobatan Malaria
Untuk membunuh semua parasit malaria pada berbagai stadium (di hati maupun di eritros
it), dilakukan pengobatan secara radikal), dengan pengobatan ini diharapkan terjadi kesembu
han serta terputusnya rantai penularan (Wiyono, 2008). Dalam pengobatan malaria, faktor pili
han dan penggunaan obat-
obat anti malaria yang efektif disesuaikan dengan jenis kasus malaria yang dihadapi merupak
an hal yang sangat penting. Di samping itu, tidak kalah penting adalah pengobatan penunjang
(suportif), yang diperlukan untuk memperbaiki gangguan pathofisiologi penderita sebagai ko
mplikasi malaria yang berat, misalnya perbaikan keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimb
angan asam basa, mengatasi anemia, kejang, hiperpireksia, hipoglikemia, muntah, dan kegaga
lan fungsi ginjal (Sutisna, 2004).
Obat-
obat antimalaria yang umum dipakai dan tergolong lama menurut golongan kimianya adalah :
a. Derivate Kuinolin
1) Alkaloid kinkona :kinina, kuinidin, dan kinkonin.
2) 4 amino kuinolin : klorokuin dan amodiakuin
3) 8 amino kuinolin : primakuin
b. Derivate para amino benzoic acid (PABA)
1) Derivate sulfonamide : sulfadoksin, sulfadiazine, sulfalen.
2) Derivate sulfon : dapson.
c. Derivate dihydrofolate reductase (DHFR).
1) Diaminopirimidin : pirimetamin.
2) Biguanid : proguanil
d. Antibiotika.
1) Tetrasiklin
2) Doksisiklin
3) Klindamisin.
Disamping obat-obat antimalaria di atas, searang sudah tersedia beberapa obat-
obatan yang lebih baru, menurut golongan kimianya adalah ;
a. Golongan 4-kuinolin-metanol : meflokuin
b. Golongan 9-fenatren : halofantrin.
c. Golongan hidroksi-naftokuinon : atovakon.
d. Golongan seskuiterpen lakton : artemisin.
9. Prinsip pemberantasan dan pencegahan Malaria.
Malaria sampai saat ini sulit untuk diatasi yang ditunjukkan dengan tingginya angka kejad
ian malaria diberbagai daerah. Sehubungan dengan kesulitan penanggulangan tersebut maka
kebijaksanaan operasional pemberantasan malaria antara lain mengacu pada strategi global ya
ng merupakan kesepakatan Menteri Kesehatan. Negara anggota WHO dalam pertemuan di A
msterdam tahun 1992 yang mempunyai unsur teknis dasar sebagai berikut : Diagnosa cepat d
an pengobatan dini, pemberantasan vector secara selektif dan berkesinambungan, mencegah d
an menanggulangi wabah secara dini, melihat secara berkala situasi malaria khususnya dari a
spek ekologi dan sosial ekonomi. ( Dirjen P2M & PLP, 2005 ).
Kebijakan-
kebijakan yang diambil dalam pemberantasan malaria antara lain penekanan pada desentralis
asi, keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan malaria, dan membangun kerja sama antar
sektor, dan lembaga donor. Di Indonesia pada tanggal 8 April 2000 bertempat di Nusa Tengg
ara Timur, Menteri Kesehatan mencanangkan “Gebrak Malaria” yang merupakan gerakan na
sional seluruh aspek bangsa dalam upaya memberantas malaria secara intensif yang melibatk
an jaringan kerjasama pemerintah, swasta, masyarakat, LSM, badan internasional dan penyan
dang dana. Program malaria yang telah dan sedang dilakukan adalah: Posmaldes (Pos Malari
a Desa) dan Gebrak Malaria (Gerakan Berantas Kembali Malaria) adalah bentuk operasional
dari Roll Back Malaria (RBM). Gebrak Malaria memprioritaskan kemitraan antara pemerinta
h, swasta / sector bisnis, dan masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit malaria (Koba
n, W. Antonius 2005 ).
Adapun kegiatan yang ditempuh dalam Program pemberantasan malaria di Indonesia saat
ini terdiri atas tiga kegiatan utama (Wiyono, 2008).
a. Desa Rawan
1) Menemukan dan mengobati penderita.
2) Melakukan surveilans rutin.
3) Melakukan mass fever survey
4) Pengendalian vector
5) Memetakan lingkungan
6) Melakukan survey migrasi.
7) Melakukan survey entomologi
8) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
b. Low Focus Zone (LFZ)
1) Melakukan semua tindakan di desa rawan.
2) Melakukan tes resistensi terhadap klorokuin dan insektisida
3) Mengendalikan vector dengan antilarva
4) Menebar ikan
5) Menanam padi secara serentak
6) Memperbaiki konstruksi pengairan.
c. High Focus Zone (HFZ)
1) Melakukan semua tindakan di LFZ.
2) Melakukan penyemprotan di rumah-rumah.
Dalam hal pemberantasan Malaria selain pengobatan juga dilakukan kegiatan pencegahan
diantaranya adalah :
a. Berbasis masyarakat
1) Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalau ditingkatkan melalui pe
nyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye mas
al untuk mengurangi tempat sarang nyamuk, kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan a
ir kotor, di antaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang atau
wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang.
2) Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penul
aran.
3) Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic anopheles seperti waktu
kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistensi terhadap insektisida.
b. Berbasis Pribadi
1) Pencegahan gigitan nyamuk antara lain dengan ; tidak keluar pada senja dan malam hari, guna
kan repelan atau zat antinyamuk lainnya, konstruksi rumah tahan nyamuk, memasang kassa a
nti nyamuk, penggunaan kelambu yang mengandung insektisida dan penyemprotan kamar de
ngan obat yamuk atau obat nyamuk bakar.
2) Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemis.
3) Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil.
4) Informasi tentang donor darah, calon donor yang berasal dari daerah endemis atau menunjuka
n gejala klinis malaria.
B. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria
Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh faktor –
faktor berikut :
1. Faktor Penyebab (Parasit Malaria)
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria, genus plasmodium. Ciri utama genus
plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu:
a. Fase Sexual
Siklus dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit manusia dan memasukan sporozoit
yang terdapat pada air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Memasuki sel parenkim hati d
an berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit, disebut fase
skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk ke dalam sel darah merah.lama fase ini be
rbeda untuk setiap spesies plasmodium.pada akhir akhir fase ini, hati pecah, merozoit keluar l
alu masuk ke dalam aliran darah. Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang
sel darah merah dan membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit – skizon-
merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi merozoit terbentuk lalu sebagian berubah menjad
i bentuk seksual (amir syarif & zuhilda D.S hal. 558, farmakologi & terapi ed. Ke- 5).
b. Fase Asexual
Saat nyamuk anopheles betina mengisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, pa
rasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Selanjutnya menjadi mikrogametosit dan
makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet) yang kemudian mene
mbus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah ribuan sporozoit dile
paskan dan mencapaikelenjar air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubu
h manusia (Prabowo 2004, Sukarno sukarban, zuhilda sb. Hal 547 farmakologi & terapi ed. 4
).
2. Faktor Inang
Penyakit malaria mempunyai dua inang yaitu :
a. Manusia (Intermediate Host)
Faktor yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan an
emia yang lebih berat) imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu, dan obat anti
nyamuk. Nyamuk anopheles (defenitife host)
b. Nyamuk Anopheles Betina
Nyamuk anopheles betina sebagai vektor penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk in
i membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau yang mengalir perlahan untuk meletak
kan telur –
telur nya, sebaga tempat untuk berkembang biak. Biasanya aktif mencari darah pada malam
hari , ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada juga yang mulai tengah malam sampai
menjelang pagi hari (Depkes, 1999). Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5 –
3 Km dari tempat perindukan. Umur nyamuk anopheles dewasa di alam bebas belum diketah
ui tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 – 5 minggu. (Prabowo. 2004).
3. Faktor lingkungan ( Enviroment )
Kondisi lingkungan berhubungan erat dengan kesehatan manusia. Udara, air, tanah, dan hewa
n di lingkungan kita dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit. Apalagi jika tidak dikelola
dengan baik.
Lingkungan mempunyai peran yang penting dalam penyebaran malaria lingkungan yang tem
pat nyamuk yang sering di jadikan sebagai tempat bersrangnya adalah biasanya lembab serta
ada kubangan air vyang mengenang karena nyamuk penyabab malaria ini siklus hidupnya suk
a bertelur dan beersarang pada tempat-
tempat tersebut. Masyarakat yang kurang memperhatikan sanitasi lingkungannya dapat meny
ebabkan vector penyakit ini berkembang biak, uraian tentang lingkungan adalah sebagai berik
ut:
a. Fisik
Suhu sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik. Ma
kin tinggi suhu, makin panjang masa ekstrinsiknya. Hujan yang berselang dengan panas berh
ubungan langsung dengan perkembangan larva nyamuk (Depkes, 1999) Air hujan yang meni
mbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk malaria. Deng
an bertambahnya tempat perindukan , populasi nyamuk malaria bertambah sehinggah bertam
bah pula jumlah penularannya. (Prabowo. 2004)
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengar
uh pada parasit. Tingkat kelembapan 60 % merupakan batas paling rendah yang memungkink
an untuk nyamuk hidup. Pada kelembapan yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan l
ebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria ( Harijanto, 2000)
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda –
beda. Ada yang menyukai tempat terbuka dan ada yang hidup di tempat yang teduh maupun
di tempat yang terang.
b. Biologi
Tumbuhan semak, sawah yang berteras, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan tempat pe
rindukan dan tempat –
tempat peristirahatan nyamuk yang baik. Adanya belbagai jenis ikan pemakan larva seperti i
kan kepala timah, gambus, nila, mujair mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah (Dep
kes, 1999)
c. Sosial Budaya
Kebiasaan beraktifitas manusia untuk berada di luar rumah sampai tengah malam akan memu
dahkan nyamuk untuk menggigit, perilaku masyarakat terhadap malaria akan mempengaruhi
kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatan lingkungan
, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.
Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan d
an pembangunan pemukiman baru/transmigrasi akan menyebabkan perubahan lingkungan ya
ng menguntungkan malaria (”man-made malaria”) (Harijanto, 2000).
4. Faktor Perilaku Kesehatan
a. Pengertian Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism) terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan
(Simons-Morton et al., 1995). Perubahan-
perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi
adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Dalam aspek biologis perilaku ada
lah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan (Notoatmod
jo, 2005).
Menurut Mubarok et.al (2007) perilaku seseorang/masyarakat tentang kesehatan ditentu
kan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangku
tan, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Perilaku manusia secara operasional dap
at dikelompokkan menjadi 3 macam domain, yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan nyata/perbuatan.
Menurut Machfoed (2005), perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan oleh prinsip-
prinsip kesehatan. Perilaku adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan d
engan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respon ata
u reaksi manusia bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) maupun bersikap aktif (tindaka
n yang nyata).
Menurut Machfoed (2005), pengertian perilaku kesehatan mempunyai dua unsur pokok,
yaitu:
1) Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun ber
sifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis)
2) Stimulus atau rangsangan, terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayana
n kesehatan dan lingkungan.
b. Bentuk Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005), mencakup:
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
Yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersep
si penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) y
ang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan pe
nyakit yang dilakukan manusia, sesuai dengan tingkat-
tingkat pencegahan penyakit antara lain berupa:
a) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health promotion behavior)
b) Perilaku pencegahan penyakit (Health preventions behavior). Misalnya tidur memakai kelamb
u untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya, juga termasuk perilaku
untuk menularkan penyakit kepada orang lain.
c) Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior). Yaitu perilaku untuk melakukan ata
u mencari pengobatan, misalnya usaha-
usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-
fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantra, dokter praktek, RS dan sebagainya), maupun
kefasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe).
d) Perilaku pemulihan kesehatan (Health rehabilitations), yaitu perilaku yang berhubungan deng
an usaha-
usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, me
matuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap sistem pelaya
nan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini men
yangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obatobat
annya.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon seseorang terhadap makanan seb
agai kebutuhan vital bagi kehidupan, yang meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek
terhadap makanan serta unsur-
unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan.
4) Perilaku terhadap kesehatan lingkungan (environmental health behavior) adalah respon seseor
ang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini meliputi :
a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat dan penggu
naan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
b) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-
segi higiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.
c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk didala
mnya sistem pembuangan sampah dari air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limb
ah yang tidak baik.
d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai d
an sebagainya.
e) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman be
lajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, d
engan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk men
ingkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina su
asana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menera
pkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyaraka
t (Dinkes, 2006).
1) Tujuan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyara
kat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia u
saha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal (Dinkes, 2006).
2) Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga
Dalam tatanan rumah tangga, yang menjadi indikator PHBS adalah (Dinkes, 2006):
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
a) Imunisasi dan penimbangan
b) Jamban keluarga
c) Air bersih
d) Penanganan sampah
e) Kebersihan kuku
f) Gizi keluarga
g) Kebiasaan merokok dan menyalahgunakan Napza
h) Informasi PMS/AIDS
i) JPKM/Dana sehat/Askes lainnya.
d. Perilaku Pencarian Penyembuhan (Health Seeking Behavior)
Perilaku Pencarian Penyembuhan atau pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah peril
aku orang atau masyarakat yang sedang mengalami sakit atau masalah kesehatan yang lain, u
ntuk memperoleh pengobatan sehingga sembuh atau teratasi masalah kesehatanya. Bagi kelua
rga, masalah keehatan atau penyakit bukan hanya terjadi padadirinya sendiri, tetapi juga pada
anggota keluarga lain. Terutama anak-anak. Anak-
anak dalam keluarga, terutama anak balita dengan tanggung jawab terhadap orang tuanya. Ap
abila seseorang dewasa atau anak balita dalam keluarga sedang sakit atau mengalami ganggu
an kesehatan yang lain, biasanya keputusan yang diambil adalah :
a) Tidak dilakukan tindakan apa-apa (no action)
b) Melakukan pengobatan sendiri (self medication atau self treatment) baik menggunakan cara d
an obat tradisional maupun modern.
c) Mencaripengobatan keluar, baik tradisional maupuin modern.
Peneliti mengenai perilaku atau tindakan masyarakat pada waktu sakit atau anak balita merek
a sedang sakit (healt seeking behavior) secara komprehensif baik tidak berbuat apa-
apa, diobati sendiri, atau mencari pengobatan keluar, belum ada. Dalam profil kesehatan tahu
n 2007, disjikan pola perilaku pengobatan sendiri (self medication) dan perilaku pencarian pe
nyembuhan baik kefasilitas pengobatan tradisional maupun modern.
5. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginde
raan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi karena adanya pancaindera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahua
n manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah realita yang berasal dari luar diri manusia yang lalu menjadi mengerti
dan dipahami, yakni diketahui melalui kegiatan empiris yaitu pengideraan dan atau penalara
n rasional atas hasil kegiatan empiris sebelumnya, sedangkan ilmu pengetahuan adalah sistem
atisasi pemahaman tentang filsafat (Peter Soedojo, 2004). Pengetahuan atau kongnitif merupa
kan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Sif
at dasar manusia adalah keingintahuan tentang suatu dorongan untuk memenuhi keingintahua
n manusia tersebut menyebabkan seseorang melakukan upaya-
upaya pencarian selama proses interaksi dengan lingkungannya menghasilkan suatu pengetah
uan bagi orang tersebut. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan teli
nga.
Pada awal perkembangan pengetahuan, pengetahuan yang mula-
mula dimiliki manusia adalah pengetahuan biasa atau yang timbul dari pengalaman indera ma
nusia. Dan karena keingintahuan manusia begitu besar, maka ia sendiri berusaha untuk meme
nuhi dan mencari jawaban dan kebenarannya.
a. Tingkatan Pengetahuan
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk m
eningkatkan kembali (recall) sesuatunya yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diket
ahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham ter
hadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, mer
amalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsi
p dalam konteks atau situasi yang misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhi
tungan hasil. Penelitian dalam menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisa (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-
komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kemampuan analisis ini dap
at dilihat dengan penggunaan kata kerja membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengel
ompokan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formula
si baru misalnya dapat memecahkan, merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penalaran terhadap materi atau obyek. Penalara
n ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah
ada.
b. Pengetahuan Tentang Kesehatan
Pengetahuan kesehatan (health knowledge) adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseora
ng terhadap cara-cara memelihara kesehatan meliputi :
1) Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular.
2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan.
3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional maupun yang tradisional.
4) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan
, atau besarnya presentase kelompok responden atau masyarakat tentang variable-
variabel atau komponen-komponen kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian,
variabel penelitian dan definisi operasional yang mencakup definisi teoritis, cara ukur, alat uk
ur, hasil ukur dan skala ukur dari variabel-variabel penelitian.
A. KERANGKA KONSEP
Keterangan
Variabel Independen

Variabel Dependen
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
B. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Binang
a Kab. Mamuju Sul-Bar Tahun 2012.
2. Terdapat hubungan PHBS dengan kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas Binanga Kab.
Mamuju Sul-Bar Tahun 2012.
C. Variabel
Variabel Independen Adalah Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Pengetahu
an, Sedangkan Variabel Dependennya Adalah Kejadian Malaria
D. Definisi Operasional
Tabel : 1.2 Definisi Operasional

Vari Definisi Opersional Kriteria Objektif S


abel k
al
a
Adalah respon masya- Sehat jika skor PH O
PHB rakat (responden) terhadap lingkungan tempat t BS > 80% rd
S inggal yang diukur dengan skor perilaku Kurang sehat jika s in
kor PHBS < 80% al
Adalah segala sesuatu yang diketahui oleh resp Baik jika skor > 60 O
Peng
onden tentang penyakit malaria % rd
etah
Kurang jika skor < in
uan
60% al
Angka kejadian kesakitan Malaria yang dihitun Tinggi jika > 2x pe O
g dari jumlah penderita malaria dan dibandingk ningkatan penderit rd
Keja
an dengan jumlah penduduk berdasarkan indik a malaria perbulan in
dian
ator DepKes Kurang jika skor < al
Mala
2x peningkatan pe
ria
nderita malaria per
bulan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui. Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersi
h sehat Terahadap kejadian Malaria. (Nursalam, 2003).
Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional di mana pengumpulan data sekali
gus pada suatu saat, artinya pada waktu pengukuran data variabel bebas perilaku hidup bersih
sehat (PHBS) dan variabel terikat frekuensi kejadian Malaria secara simultan pada suatu saat
tanpa ada follow up (Nursalam, 2003).
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (
Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskemas Binanga Kab. Mamuju
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, untuk
itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-
betul representative (mewakili populasi) (Sugiyono, 2005). Sampel dalam penelitian ini adala
h seluruh anggota populasi (total populasi / sample jenuh ), karena diharapkan menggambark
an kondisi sebenarnya dari keseluruhan populasi (Sugiyono, 2007)
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum setiap penelitian dari suatu populasi, suatu targe
t dan terjangkau unutuk diteliti (Nursalam,2003).
Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah:
1) Kepala keluarga warga yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Binanga. Yang saat dilakuk
an penelitian masih berada di tempat penelitian
2) Bisa baca tulis
3) semua anggota keluarga
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek memenuhi kriteria inklusi na
mun tidak dapat diikut sertakan dalam penelitian yang meliputi:
1) Warga yang tidak bersedia menjadi responden.
2) Warga yang tidak menetap di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kab. Mamuju
C. Alat Pengumpul Data
1. Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yang diperoleh dari wawancara meng
gunakan kuesioner dan observasi mengenai ada tidaknya Hubungan Pengetahuan dan Perilak
u Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria Diwilayah Keja Puskesma
s Binanga Kab. Mamuju
2. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan penga
matan oleh peneliti mengenai ada tidaknya Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersi
h dan Sehat Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Keja Puskesmas Binanga Ka
b. Mamuju
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data anggota
keluarga yang pernah diperiksa darahnya di laboratorium puskesmas
dengan hasil positif malaria. Sedangkan data pendukung lainnya
diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan situasi malaria yang ada
di Puskesmas Binanga Kab. Mamuju
Dalam hal ini instrument yang digunakan untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan se
hat pada masyarakat dalam pencegahan penyakit Malaria dengan kejadian Malaria adalah kui
sioner. kuesioner merupakan alat pengumpul data kepada subyek untuk menjawab pertanyaan
secara tertulis.
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Lembar wawancara dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Bagian I untuk pengumpulan data demografi yang berhubungan dengan karakteristik respond
en meliputi, nama / kode dan nomor responden, usia responden dan anak, pendidikan, pekerja
an, suku, dan agama.
b. Bagian II untuk mengukur pengetahuan responden terhadap Perilaku Hidup Bersih yang terdi
ri dari 10 pertanyaan. Setiap bagian pengetahuan diberi 2 alternatif jawaban bila jawaban res
ponden benar diberi score 2 dan salah 0, sehingga didapatkan score tertinggi 2 dan terendah 0
c. Bagian III untuk mengukur perilaku responden terhadap perilaku hidup bersih dan sehat, dibe
rikan 10 pertanyaan, setiap pertanyaan terdiri dari 4 alternatif jawaban. Score diberikan mulai
dari 4 untuk pernyataan positif sampai dengan 0, dan mulai dari 0 untuk pernyataan negatif s
ampai dengan 4.
Kuisioner ini digunakan untuk mengukur Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Be
rsih dan Sehat Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga
Kab. Mamuju Sul-Bar.
2. Uji Kuesioner
Uji coba instrumen dilakukan agar data yang diperoleh akurat dan objektif. Hal ini dimaks
udkan agar instrumen yang digunakan sebagai alat ukur mempunyai kesahihan (validitas) dan
reliabilitas yang tinggi (Hastono, 2001). Uji coba instrumen dilakukan di Kelurahan binanga
dengan responden memiliki karakteristik yang sesuai dengan kriteria inklusi. Uji validitas dil
akukan dengan uji yang dikemukakan oleh Pearson yaitu dikenal dengan korelasi product mo
ment (r), yaitu membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Untuk mengetahui apakah inst
rument yang digunakan pada penelitian ini valid dan reliable, Maka uji coba instrument deng
an jumlah responden 35 responden.
3. Dokumentasi, yaitu sejumlah data-
data atau informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, RSUD Mamuju dan Puskesma
s Binanga Kab. Mamuju berupa data tentang Perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Komputer dan Kalkulator, yaitu alat yang digunakan untuk penyusunan laporan penelitian sert
a yang digunakan untuk pengolahan data-data yang diperoleh.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Binanga Kabupa
ten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, pada bulan Januari 2012
E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesione
r. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai PHBS pada m
asyarakat dalam pencegahan Malaria dan kejadian Malaria.
Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:
a. Peneliti meminta surat pengantar dari Kampus ke Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju untuk
melaksanakan studi pendahuluan dengan tujuan mencari data awal penderita Malariadi Kabu
paten Mamuj, di wilayah kerja Puskesmas Binanga.
b. Peneliti meminta izin kepada kepala Puskesmas Binanga Kecamatan mamuju Kabupaten ma
muju untuk melakukan penelitian.
c. Peneliti mendatangi sampel penelitian yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti
menghitung sampel minimal yang telah ditetapkan yang kemudian dijadikan responden dala
m penelitian.
d. Pengumpulan data dilakukan peneliti sendiri dengan menggunakan kuesioner terhadap respon
den yang telah menyetujui untuk dijadikan responden dengan cara menandatangani lembar m
enjadi responden.
e. Mendistribusikan kuesioner penelitian kepada sample dan memohon agar sample penelitian m
enjawab semua pertanyaan yang tersedia.
f. Peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner yang telah diisi responden dan akan melen
gkapi kekurangan dengan memberikan penjelasan kembali pada responden yang belum jelas.
g. Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan oleh peneliti dan data yang diperluka
n telah diisi lengkap oleh responden sehingga layak untuk dijadikan data dalam penelitian.
G. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Metode Pengolahan Data
Menurut Arikunto, (2006) pengolahan data dilakukan pada tahap-
tahap berikut: a. Mengedit (Editing)
Kuesioner yang sudah diisi oleh responden terlebih dahulu dilakukan editing untuk meng
ecek kebenaran data berdasarkan pengisian lembar kuesioner. Pada tahap editing ini peneliti
melakukan pengecekan kelengkapan data yang ada. Apabila terdapat ketidaksesuain dapat dil
engkapi segera oleh peneliti.
b. Pengkodean (Coding)
Merupakan suatu metode untuk mengkonfirmasikan data yang dikumpulkan selama penel
itian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap lembar jawaban yang dia
jukan.
c. Entry
Memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer dengan menggunakan
program SPSS versi 16
d. Tabulasi (Tabulating)
Sebelum data klasifikasi, data dikelompokkan terlebih dahulu untuk kepentingan penelitia
n ini. Selanjutnya data ditabulasikan sehingga diperoleh frekuensi dari masing-
masing kelompok pertanyaan dan setiap alternatif jawaban yang tersedia.
2. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian, untuk mengetahui hubungan antara satu variable
terikat (dependent variabel) dengan beberapa variabel bebas (independent variabel), dimana
analisa data diolah dengan SPSS. Adapun tahap-tahap analisa data sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis tiap variabel yang
ada secara deskripsi. Analisis ini dilakukan terhadap masing-
masing variabel yang akan diteliti yaitu Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih S
ehat Terahadap Kejadian Malaria dengan frekuensi kejadian Malaria. Menurut Hastono (2001
). Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
masing-
masing variabel yang diteliti dengan hasil dalam bentuk distribusi dan presentase dari tiap var
iabel.
b. Analisia Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2002). Untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara variael dalam penelitian ini yaitu variabel bebas yaitu Hubunga
n Pengetahuan dan perilaku hidup bersih sehat Terahadap kejadian Malaria dengan variabel t
erikat yaitu frekuensi kejadian Malaria, karena masing-
masing variabel dalam penelitian ini berjenis data kategorik.
H. Etika Penelitian
Nurasalam (2003) menyebutkan dalam melakukan penelitian peneliti harus memperhatika
n masalah etika peneliti yang meliputi:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti akan menjelaska
n maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data, bila subyek menolak maka peneliti tidak akan memak
sa dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama respo
nden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi kode masing-
masing lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset sesuai dengan penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah di Puskesmas binanga kelurahan binanga Kabupate
n Mamuju Provinsi Sulawei Barat tahun 2011.
1. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas binanga 4 Kelurahan yang berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Selat Makassar
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Tappalang
c. Sebelah Timur : kecamatan kalukku
d. Sebelah Barat : Simboro Kepulauan (Simkep)
Kecamatan Mamuju memiliki jumlah penduduk ± 52, 208 Jiwa. Berdasarkan data pen
duduk Bulan Mei 2011 terdiri darilaki-
laki ± 25.196 Jiwa perempuan ± 27.012 Jiwa. Pertumbuhan penduduk rata-
rata pertahun sebesar 16% penduduk yang menghuni Kecamatan Mamuju, terbagi beberapa e
tnis diantarannya; Bugis, Makassar, Mandar, Jawa, Toraja dan lain-lain.
Kepadatan penduduk tertinggi Kelurahan Binanga adalah dengan jumlah 17.247 jiwa
dengan luas wilayah Km2 serta kepadatan penduduk 107 jiwa/Ha.
Secara garis besar Kecamatan Mamuju mempunyai iklim tropis terbagi menjadi 2 (mu
sim) yaitu ; musim hujan dan musim kemarau musim hujan yang dipengaruhi dengan angin b
arat yang jatuh pada bulan oktober s/d maret dan musim kemarau dipengaruhi oleh angin tim
ur yang jatuh pada bulan april s/d September. (data puskesmas binanga pada bulan mei 2011)
Dari 4 Kelurahan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Binanga, daerah yang letakny
a terjauh dari Puskesmas adalah Karema dengan jarak ± 5 KM, sementara daerah yang terdek
at atau yang menjadi lokasi tempat berdirinya Puskesmas Binaga adalah Kelurahan Binanga
± 2 KM dari Provinsi Sulawesi barat Kecamatan Mamuju, yang dilalui oleh jalan poros yang
menghubungkan ibu kota Provinsi Sulawesi Barat dengan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah
. Jarak dari ibu kota Provinsi Sulawesi Barat atau ibu kota Kabupaten Mamuju ± 2 KM. jarak
Puskesmas Binanga dengan Kelurahan di Wilayah kerja adalah sebagai berikut :
a. Kelurahan Binanga : 0 KM
b. Kelurahan Karema : ± 5 KM
c. Kelurahan Rimuku : ± 4 KM
d. Kelurahan Mamunyu : ± 7 KM
Adapun luas wilayah kerja Puskesmas binanga seluruhnya dapat dilihat pada tabel ber
ikut :
Tabel 5.1
Luas Wilayah Dan Jumlah Lingk/Dusun Menurut / Desa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan
Binanga Kab. Mamuju Tahun 2012

KELURAHAN / DESA LUAS (KM²) RW/DUSUN


Binanga 610 9
Karema 3320 5
Rimuku 1,66 4
Mamunyu 45 7
Jumlah 25
Sumber : Data Puskesmas binanga Tahun 2012
2. Penduduk
a. Dinamika Penduduk
Berdasarkan data dari Puskesmas Binanga Kab. Mamuju, bahwa jumlah penduduk di wila
yah kerja Puskesmas Binanga adalah 44,528, Jiwa pada tahun 2011. Jumlah penduduk terbe
sar terdapat di Kelurahan binanga dengan penduduk sebesar 19,015 jiwa dan Kelurahan Rimu
ku dengan penduduk sebesar 10,538 jiwa.
b. Komposisi Penduduk
Berdasarkan data dari Puskesmas Binanga Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju, bah
wa jumlah penduduk menurut jenis kelamin, tercatat penduduk laki-
laki sebesar 22,583 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebesar 21,861 jiwa. Dengan kata l
ain komposisi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Binanga berdasarkan jenis kelamin, lebi
h besar jumlah penduduk laki-
laki dibandingkan penduduk perempuan dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Untuk leb
ih jelasnya jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Binanga Sul-
Bar Tahun 2011 dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 5.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis KelaminDi Wilayah
Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan Binanga
Kab. Mamuju Tahun 2012

KELURAHAN / DESA LAKI- PEREMPUAN JUMLAH


LAKI
Binanga 9,636 9,936 19,032
Rimuku 5.351 5.027 10.378
Karema 4.976 4.888 9.864
Mamunyu 2.620 2550 5.170
Jumlah 22.583 21.861 44.444
Sumber : Data Puskesmas Binanga Tahun 2012
c. Peta Kasus Malaria Di Kecamatan Mamuju

Gambar 5.1 : Peta Sulawesi Dengan Inset Sebelah Kiri Provinsi Sulawesi Barat.

Gambar 5.2 : Peta Provinsi Sul-Bar Kab. Mamuju.


Gambar 5.3 : Kasus Malaria Di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat
Tahun 2008.

Gambar 5.4 : Peta Stratifikasi Daerah Kasus Malaria di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju Pr
ovinsi Sulawesi Barat Tahun 2008.
Gambar 5.5 : Peta Spasial Kasus Malaria Berdasarkan Ketinggian di Kecamatan Mamuju Kabupate
n Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008.

Gambar 5.6 : Overlay Peta Kasus Malaria Pada Daerah Buffer Sungai Dan Pinggir Pantai di Kecam
atan Mamuju Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008.
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju

B. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan studi Cross Secti
onal yang bertujuan untuk mengetahui “Hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih da
n sehat (PHBS) dengan kejadian malaria diwilayah kerja puskesmas binanga Kabupaten mam
uju. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas binanga, Kelurahan Binanga, Ke
camatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Sulawesi Barat, pada tanggal 8 Feb
ruari s/d 9 Februari 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal diwila
yah Puskesmas Binanga Yaitu Sebanyak 35 Responden.
Hasil penelitian ini diperoleh melalui data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner
yang memuat 21 pertanyaan terdiri 10 pertanyaan untuk Pengetahuan masyarakat 10 pertanya
an untuk perilaku hidup bersih masyarakat dan 1 pertanyaan untuk kejadian malaria. Kuesion
er yang disebar sebanyak 35 unit sesuai jumlah responden, dan semuanya kembali pada penel
iti. Sedangkan data sekunder berupa jumlah penduduk, geografis di peroleh dari Puskesmas b
inanga. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan editing, coding, tabulating.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
meliputi karakteristik responden (analisa univariat) dan hasil analisis hubungan antara variabe
l independen dengan variabel dependen (analisis bivariat) dengan menggunakan uji chi-
square.
Sebanyak 35 responden yang ikut serta dalam penelitian yang karakteristik dari responde
n yang terlibat ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Data Demografi responden
a. Umur
Tabel 5.3

Karakteristik N %
Umur : 7 20
a. ≤ 20 tahun 28 80
b. > 30 tahun
Pendidikan : 13 37,1
a. SD/MTS/SLTP/Sederajat 16 45,7
b. SMU/MAN/Sederajat 6 17,1
c. D-III-S1/Sederajat
Pekerjaan : 8 22,9
a. Pelajar/Mahasiswa 3 8,6
b. PNS 2 5,7
c. Petani 15 42,9
d. IRT 7 20
e. Buruh
Penghasilan : 27 77,1
a. Baik 8 22,9
b. Kurang
Berdasarkan tebel diatas dapat dijelaskan bahwa lebih dari separuh responden adalah be
rumur > 30 tahun sebanyak 28 orang (80%), dan selebihnya 7 orang responden (20%) berum
ur ≥ 20 tahun.
Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dalam penelitian ini memiliki latar belakan
g pendidikan yang bervariasi. Ternyata responden dengan jumlah terbesar berlatar pendidikan
SD/MTS/SLTP/Sederajat yaitu 13 orang (37,1%), SMU/MAN/Sederajat sebanyak 16 orang (
45,7%), sementara jumlah terkecil sebanyak 6 orang (17,1%) yang menyelesaikan pendidikan
di perguruan tinggi (DIII-S1/Sederajat).
Dilihat dari jenis pekerjaan, hamper separuh dari responden bekerja sebagai ibu rumah t
angga yakni 15 orang responden (42,9%), Pelajar/Mahasiswa sebanyak 8 orang responden (2
2,9%), buruh sebanyak 7 orang responden (20%), dan jumlah terkecil berasal dari respondens
ebagai petani sebanyak 2 responden (5,7%).
Dilihat dari jenis penghasilan, dapat diketahui bahwa responden yang berpenghasilan b
aik sebanyak 27 responden (77,1%), dan yang berpenghasilan kurang sebanyak 8 responden (
22,9).
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas BinangaKel
urahan Binanga
Kab. Mamuju Sul-Bar
Tahun 2012

Pengetahuan Frekuensi %
Baik 22 62,9
Kurang 13 37,1
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2012
berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa distribusi responden menurut pengetah
uan menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden yang mempunyai pengetahuan baik se
banyak 22. responden (62,9.%) dan hanya 13 responden (37,1%) yang kurang pengetahuan t
entang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian malaria.
b. Perilaku
Tabel 5.5
Distribusi Responden Menurut PHBS Di Wilayah Kerja Puskesmas BinangaKelurahan
Binanga
Kab. Mamuju Sul-Bar
Tahun 2012

Perilaku Frekuensi %
Baik 21 60,0
Kurang 14 40,0
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan Tabel diatas dijelaskan bahwa terjadi perubahan tingkat pengetahuan respo
nden yang cukup berarti lebih dari separuh responden memiliki pengetahuan baik tentang peri
laku hidup bersih dan sehat masyarakat dengan kejadian malaria. Namun masih terdapat 14 o
rang (40,0%) responden yang masih berpengetahuan kurang tentang perilaku hidup bersih da
n sehat dengan kejadian malaria.
c. Kejadian malaria
Tabel 5.6
Distribusi Responden Dengan Kejadian MalariaDi Wilayah Kerja Puskesmas Binanga
Kelurahan Binanga
Kab. Mamuju Sul-Bar
Tahun 2012

Kejadian malaria Frekuensi %


Malaria 11 31,4
Tidak 24 68,6
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan Table diatas dari 35 sampel yang diteliti terdapat 11 responden (31,4%), yan
g menderita penyakit malaria lebih dari separuh. Dan responden yang tidak terkena penyakit
malaria terdapat 24 responden (68,6%)
3. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Masyarakat Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan Bin
anga Kab. Mamuju Sul-Bar. Analisis statistik yang digunakan adalah Uji Chi-
Square untuk melihat hubungan variabel independen yaitu pengetahuan, perilaku dengan vari
abel dependen yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.
a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria
Tabel 5.7
Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan Kejadian Malaria
di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kelurahan
Binanga Kab. Mamuju Sul-Bar
Tahun 2012
Pengetahua Penderita malar Tidak menderita mala P Valu
Total
n ia ria e

Frek % Frek % Fre %


k
Baik 3 13,6 19 86,4 22 62,
Kurang 8 61,5 5 38,5 13 9
P=,007
37,
1
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan Tabel diatas tentang hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria di m
asyarakat menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik namun masih ada yang
menderita penyakit malaria sebanyak 3 (13,6) dan yang tidak sebanyak 19 (86,4%) dan yang
kurang yang terkena malaria sebanyak 8 responden (61,5%). Dan yang tidak terkena malaria
sebanyak 5 responden (38,5).
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi-
Square, diperoleh nilai P = ,007 Ini berarti Ha diterima, jadi ada hubungan yang bermakna an
tara pengetahuan dengan kejadian malaria di Puskesmas binanga Kecamatan Mamuju Kabup
aten Mamuju Tahun 2011.
b. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dengan kejadian malaria
Tabel 5.8
Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Masyarakat Dengan Kejadian Malaria Di
wilayah Kerja Puskesmas Binanga
Kelurahan Binanga Kab.Mamuju
Tahun 2012

PHBS Penderita malaria Tidak menderita malaria Total P Value

Frek % Frek % Frek %


Baik 2 9,5 19 90,5 21 60
P=,002
Kurang 9 64,3 5 35,7 14 40
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan pada tabel diatas tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
masyarakat dengan kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas binanga menunjukkan bah
wa responden yang perilaku hidup bersih dan sehatnya baik namun masih ada yang menderit
a penyakit malaria sebanyak 2 (9,5%) dan yang tidak sebanyak 19 (90,5%) dan yang kurang
PHBSnya yang terkena malaria sebanyak 9 responden (6435%). Dan yang tidak terkena mal
aria sebanyak 5 responden (35,7).
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi-
Square, di peroleh nilai p = ,002 Ini berarti Ha diterima, jadi ada hubungan yang bermakna an
tara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskemesmas b
inanga Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju Tahun 2012.
C. Pembahasan
Berdasarkan pada hasil penelitian tentang, Hubungan Pengetahuan dengan kejadian mal
aria dalam hal ini hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masya
rakat dengan kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas binanga kabupaten mamuju. Yang
dilakukan terhadap 35 responden di Wilayah kerja Puskesmas binanga kabupaten mamuju se
jak tanggal 08 februari sampai dengan 09 februari 2012. Serta berdasar pada hasil pengolaha
n data yang diarahkan sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan p
engetahuan dan perilaku hidup bersih (PHBS) masyarakat dengan kejadian malaria di wilaya
h kerja Puskesmas Binanga Kabupaten Mamuju maka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Malaria
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang pengetahuannya kur
ang lebih sedikit yaitu sebanyak 13 responden (37,1%) dan yang pengetahuannya baik yaitu s
ebanyak 22 responden (62,9%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
pada umumnya dan responden pada khususnya saat ini sudah cukup baik. Hal ini diakibatkan
karena sarana pendidikan diseluruh wilayah telah menyentuh keseluruh lapisan masyarakat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Budi Utami (2010) diketahui bahwa peng
etahuan yang baik akan menunjang terwujudnya perilaku yang baik pula. Semakin tinggi pen
getahuan, semakin luas pula pemahaman tentang sikap dan perilaku individu terhadap apa ya
ng dihadapinya, sehingga diharapkan individu mampu mengambil keputusan dalam setiap tin
dakan yang akan dilakukan pada saat sakit termasuk dalam hal ini adalah pengambilan keput
usan yang tepat dalam penanganannya. Ira Analita (2005) dalam penelitian yang dilakukanny
a, mengatakan peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal akan tet
api dapat diperoleh juga dari pendidikan nonformal seperti melalui media masa ataupun medi
a elektronik hal ini dapat meningkatkan pemahaman individu terhadap masalahnyang dihadap
inya, hal senada dapat berlaku bagi individu yang mengalami atau pernah terpapar dengan ma
laria. Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi set
elah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi karen
a adanya panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (2005) Pengetahuan kesehatan (health knowledge) adalah menca
kup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan meliputi :
1. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular.
2. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan.
3. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional maupun yang tradisional.
2. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Masyarakat Dengan Kejadian Malaria
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang berperilaku hid
up bersih dan sehat (PHBS) masyarakat sebanyak 21 responden (60,0%) dan perilaku hidup
bersih dan sehatnya (PHBS) kurang sebanyak 14 responden (40,0%). Hal ini menunjukkan ba
hwa tingkat PHBS masyarakat pada umumnya dan responden pada khususnya saat ini sudah
baik. Hal ini diakibatkan karena sarana pendidikan diseluruh wilayah telah menyentuh semua
lapisan masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dicanank
an oleh departemen kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan millennium 2015 melalui
rumusan visi misi Indonesia sehat, sebagaimana yang dicita-
citakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam menyongsong Millenium Development Goa
ls (MDGs).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang baik dapat memberikan dampak yang berm
akna terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam meningkatk
an derajat kesehatan masyaraakat dan pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan agar tercapai
derajat kesehatan yang optimal (Dinkes Lampung, 2002:3). Masalah kesehatan lingkungan
merupakan salah satu dari akibat masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk, masih terika
t eratnya penduduk Indonesia dengan adat istiadat kebiasaan, kepercayaan dan lain sebagain
ya yang tidak sejalan dengan konsep kesehatan (Azwar, 1981: 20). Menurut pusat promosi ke
sehatan, PHBS dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyak
it. Dampak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tidak baik dapat menimbulkan sua
tu penyakit diantaranya adalah mencret, muntaber, desentri, typus, dan DBD (Dinkes Metro,
2005:30-31).
Penyebab yang mempengaruhi PHBS adalah faktor perilaku dan non perilaku fisik, sosi
al ekonomi dan sebagainya, oleh sebab itu penanggulangan masalah kesehatan masyarakat ju
ga dapat ditujukan pada kedua faktor utama tersebut (Notoatmodjo, 2005: 25 –
26) banyak hal yang menjadi penyebab PHBS menurun yaitu selain faktor teknis juga faktor-
faktor geografi, ekonomi dan sosial (Depkes RI, 2003:1)
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan antara lain adalah :
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan deskriktif korelasional dimana semua variabel
bebas dan terikat diukur secara bersamaan pada waktu yang sama dan obyek penelitian hanya
di observasi sekali saja. Sehingga metode ini dikatakan metode penelitian yang paling lemah
dan memiliki berbagai keterbatasan
Pengumpulan data dengan koesioner memungkinkan responden menjawab dengan tidak j
ujur atau tidak mengerti pertanyaan.
Pengetahuan peneliti tentang penelitian masih kurang dan penelitian ini merupakan pengal
aman peneliti yang pertama.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Puskesmas Binanga Kabupaten Mam
uju Tahun 2012, Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Bi
nanga Kelurahan Binanga Kab. Mamuju Sul-Bar tahun 2012 Dengan p 0,007.
2. Ada Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Binanga Kelurahan Binanga Kab. Mamuju Sul-
Bar Tahun 2012 Dengan p :0 ,002.
B. Saran
1. Bagi Profesi Keperawatan
Terwujudnya suatu asuhan keperawatan komunitas yang paripurna dibutuhkan keteram
pilan dan pengetahuan yang baik dari perawat itu sendiri. “hubungan pengetahuan dan perilak
u hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat dengan kejadian malaria” harus menjadi perhati
an dari profesi keperawatan komunitas dalam melaksanakan asuhan keperawatan di masyarak
at, sehingga asuhan keperawatan komunitas dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh sem
ua pihak.
2. Bagi Instansi Terkait
Puskesmas melalui petugas kesehatan lebih aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang masalah kesehatan
khususnya tentang Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat karna masih ada masy
arakat yang kurang mengerti tentang manfaat dari perilaku hidup bersih dan sehat tersebut.
3. Bagi lembaga masyarakat
Disarankan bagi lembaga swadaya masyarakat (LSM) ataupun organisasi pemerhati kese
hatan agar tidak hanya melihat permasalahan atau kasus yang Booming pada waktu-
waktu tertentu, tetapi memperhatikan juga kasus-
kasus penyakit endemis merakyat yang belum tertangani seperti malaria, dan diharapkan LS
M atau organisasi pemeduli kesehatan untuk dapat menjalin kerjasama instansi terkait seperti
Dinas Kesehatan, RS, Puskesmas serta jajaran kesehatan untuk pemberantasan penyakit mala
ria di Kabupaten Mamuju.
4. Bagi Peneliti
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan terutama tenta
ng imunisasi serta perlu memperbaiki dan melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat lebih
sempurna.
5. Bagi Responden
Pengetahuan responden dengan kriteria baik perlu untuk dipertahankan dan berperan ak
tif dalam upaya berperilaku hidup bersih, sedangkan yang pengetahuan dengan kriteria kuran
g perlu untuk menambah pengetahuan tentang manfaat dari berperilaku hidup bersih dan seha
t masyarakat.
6. Bagi masyarakat
Disarankan bagi warga masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dan meni
ngkatkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) agar mampu mencegah penyakit –
penyakit berbasis lingkungan seperti Malaria dan lainnya.
7. Kepada peneliti lain diharapkan agar hasil penelitian ini menjadi dasar untuk penelitian selanju
tnya.

Anda mungkin juga menyukai