Anda di halaman 1dari 7

PROSES KEPERAWATAN JIWA (DL)

Disusun Oleh :

Saidati Nata’sa Istiqoma (1914201020)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses
Keperawatan Jiwa (DL)” tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah


“Keperawatan Jiwa”. Penulis menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun, sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jambi, 21 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

G
A. Definisi Proses Keperawatan Jiwa

Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan


keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) yang
logis, sistematis, dinamis, dan teratur. Proses ini bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien meliputi kebutuhan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal pada pasien. Adapun
manfaat proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan yang diterima dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah sehingga terhindar dari malpraktik,
partisipasi pasien meningkat dalam keperawatan mandiri. Pelaksanaan proses
keperawatan jiwa bersifat unik, karena sering kali pasien memperlihatkan gejala
yang berbeda untuk kejadian yang sama, masalah pasien tidak dapat dilihat secara
langsung, dan penyebabnya bervariasi. Pasien banyak yang mengalami kesulitan
menceritakan permasalah yang dihadapi, sehingga tidak jarang pasien
menceritakan hal yang sama sekali berbeda dengan yang dialaminya. Perawat jiwa
dituntut memiliki kejelian yang dalam saat melakukan asuhan keperawatan.
Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Fortinash, 1995).

B. Sosiokultural Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Jiwa

Dalam setiap interaksi dengan pasien, perawat psikiatris harus menyadari


kehidupan pasien dan menyadari persepsinya mengenai sehat dan sakit. Perilaku
mencari bantuan, dan kepatuhan pada pengobatan. Perawat yang peka pada
kultural memahami pentingnya kekuatan social dan kultural bagi individu,
mengenal keunikan, dan mengabungkan informasi sosiokultural ke dalama suhan
keperawatan. Sosiokultural merupakan kebudayaan yang secara teknik ide atau
tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Disamping
mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya
melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Yang
termasuk dalam sosiokultural yaitu usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi,
posisi social, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman social, dan
tingkatan social.
Sosiokultural mempengaruhi faktor resiko dan faktor predisposisi yang
meyebabkan terjadinya stress pada individu dan juga mempengaruhi tipe dan
sumber individu untuk menghadapi stress. Perawat perlu tahu mengenai
sosiokultural pasien dikarenakan memberikan gambaran yang penting untuk
asuhan keperawatan psikiatri yang bermutu. Lingkungan social sangat
mempegaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat
mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi.

Pengkajian yang harus diperhatikan dalam sosiokultural

Pengkajian dalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi


masalah kesehatan jiwa pasien sesuai dengan latar belakang budaya pasien. Yang
perlu diperhatikan dalam pengkajian sosiokultural yaitu:

a. Factor teknologi

Teknologi kesehatan memungkinkan individu memilih atau pendapat penawaran


menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat merlu mengkaji:
persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalah kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup

Factor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Factor social dan keterikatan keluarga

Pada tahap ini perawat perlu mengkaji nama lengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup


Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh oenganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Yang perlu dikaji pada factor ini adalah:
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makanan, makan yang dipantang dlaam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Factor ekonomi

Yang perlu dikaji pada tahap ini yaitu pekerjaan klien, pendapatan dan
pengeluaran klien.

f. Factor Pendidikan yaitu tingkat Pendidikan pasien.

Legal dan Etik dalam Konteks Asuhan Keperawatan Jiwa

Legal adalah suatu peraturan atau norma yang telah ditetapkan dan disepakati,
boleh tidaknya tindakan yang dilakukan. Etik adalah suatu perilaku atau tindakan
seseorang baik atau buruk yang dilakukan dan mengacu pada peraturan atau
norma. Sebenarnya boleh atau tidaknya itu tergantung kondisi orang gangguan
jiwa tersebut, perawat pasti melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan.

Pokok bahasan aspek legal dan etis keperawatan jiwa diawali dengan pembahasan
peran fungsi perawat jiwa, domain aktivitas keperawatan jiwa standar praktik
keperawatan jiwa, dan penerapan konsep etika dalam keperawatan jiwa. Peran dan
fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya.

Peran perawat jiwa sekarang mencakup parameter kompetensu klinik, advokasi


pasien, tanggung jawab fiscal (keuangan), kolaborasi professional, akuntabilitas
(tanggung gugat) social, serta kewajiban etik dan legal. Dengan demikian, dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa perawat dituntut melakukan aktivitas pada
tiga area utama, yaitu :

1. Aktivitas asuhan langsung


2. Aktivitas komunikasi
3. Aktivitas pengelolaan/penatalaksanaan manajemen keperawatan

Anda mungkin juga menyukai