Anda di halaman 1dari 3

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan ,maka dapat


dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu upaya intervensi terhadap faktor
perilaku dalam masalah kesehatan masyarakat.
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka
kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut.
Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan
determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Lawrence Green
(1980) ,perilaku ini ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :
Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada
diri seseorang atau masyarakat ,adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau
masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk
memeriksakan kehamilannya akan di permudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat
periksa hamil, tahu siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan. Demikian
pula, perilaku tersebut akan dipermudah bila ibu yang bersangkutan mempunyai sikap
yang positif terhadap periksa hamil. Disamping itu, kepercayaan, tradisi, sistem,
nilai dimasyarakat setempat juga menjadi mempermudah (positif) atau mempersulit
(negatif) terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kepercayaan bahwa orang
hamil tidak boleh keluar rumah, dengan sendirinya akan menghambat perilaku periksa
hamil (negatif). Tetapi kepercayaan bahwa orang hamil harus banyak jalan mungkin
merupakan faktor positif bagi perilaku ibu hamil tersebut.
Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau
prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat. Misalnya, untuk terjadinya perilaku ibu periksa hamil, maka diperlukan
bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik,
Posyandu dan sebagainya. Agar seseorang atau masyarakat buang air besar di jamban,
maka harus tersedia jamban, atau mempunyai uang untuk membuat jamban sendiri.
Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinua perilaku, maka masih
diperlukan, sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku
tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat
harus terkases (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan
Faktor Penguat (reinforcing factors)
Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi, bahwa masyarakat
sudah tahu manfaat keluarga berencana (ber-KB), dan juga telah tersedia di
lingkungan fasilitas pelayanan KB, tetapi mereka belum ikut KB karena alasan yang
sederhana, yakni bahwa Pak Kiai atau tokoh masyarakat yang dihormatinya tidak atau
belum mengikuti KB. Dari contoh ini jelas terlihat bahwa Toma (Tokoh masyarakat)
merupakan faktor penguat (reinforcing) bagi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat. Disamping tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang, surat keputusan
dari pejabat pemerintahan pusat atau daerah, merupakan faktor penguat perilaku.
Misalnya, ketentuan dari suatu instansi, bahwa yang berhak mendapat tunjangan anak
bagi pegawainya hanya sampai dengan anak kedua. Ketentuan ini sebenarnya merupakan
faktor reinforcing bagi pegawai instansi tersebut untuk ber-KB (hanya punya anak 2
orang saja) .
Beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan atau promosi
kesehatan, yaitu:
1) Faktor Penyuluh
- Persiapan
Meliputi Menetapkan tujuan, Menentukan materi, Menentukan sasaran dengan latar
belakangnya, Menentukan waktu dan perkiraan lamanya waktu demonstrasi, Menentukan
alat-alat dan alat peraga yang akan digunakan, Menyesuaikan materi yang akan
disampaikan dengan demostrasi yang akan dilaksanakan, Mengecek segala persiapan
secara keseluruhan serta peralatan yang sudah dipersiapkan.

- Penguasaan materi
Tuntutan yang harus dimiliki penyuluh, berkaitan dengan metode yang akan
ditetapkan harus melihat tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, tingkat
pengalaman, bidang yang ditekuni, usia, jenis kelamin, transportasi, biaya, dan
sebagainya. Ternyata Pengalaman atau “jam terbang” memberikan arti penting dalam
proses di penyuluhan. Akan sangat terlihat sewaktu diskusi, bagi penyuluh senior
relatif mudah menguasai audien sehingga pengelolaan sasaran ada ditangan penyuluh,
tetapi bagi penyuluh “baru” sulit mengelola sasaran. Namun demikian penyuluh “baru”
tetap mencari pengalaman dengan magang pada penyuluh senior.
Tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti akan membantu dalam
penguasaan materi, karena dalam proses penyuluhan penguasaan materi adalah kunci
utama. Tingkat pendidikan dan pelatihan yang memadai akan membuat percaya diri bagi
penyuluh dan mendukung suksesnya penyuluhan.

-Penampilan
Meliputi cara berpakaian, sikap berbicara, tingkah laku yang menarik tidak
angkuh

-Penggunaan bahasa
Dalam komunikasi faktor yang sangat berpengaruh adalah bahasa. Oleh karena itu
dibutuhkan kesamaan jenis bahasa yang digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam berkomunikasi. Di Indonesia penggunaan bahasa Indonesia lebih ditekankan
penggunaannya dari pada bahasa daerah. Hal ini dilakukan oleh pemberi penuluh agar
klien memahami bahasa yang pernyuluh gunakan. Namun, sebagai seorang penyluh harus
tetap menghormati bahasa yang digunakan oleh kliennya. Serta bahaga yang digunakan
juga harus sesuai tingkat pendidikan atau pengetahuan masyarakat. Adapun manfaat
dari penggunaan Bahasa Indonesia dalam pelayanan kesehatan adalah:
a. Mengurangi hambatan dalam berkomunikasi antara pemberi dan penerima penyluhan
kesehatan
b. Menghindarkan salah persepsi
c. Memudahkan klien dan penyuluh dalam berkomunikasi
d. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pemersatu mudah dimengerti oleh hampir
seluruh penduduk Indonesia sehingga penerima pelayanan keperawatan mudah memahami
dan menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan

-Intonasi
Yaitu tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada kata-
kata tertentu di dalam kalimat

- Cara penyampaian
Cara penyampaian dalam suatu penyuluhan hendaknya sesuai dengan apa yang akan di
bicarakan, sistematis, tegas, dan semangat dalam menyampaikan materi agar para
audience tertarik untuk mendengarkan materi atau penyuluhan yang akan di berikan.

2) Faktor Sasaran
Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang
diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya,
semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.
Tingkat sosek
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima
informasi baru
Kepercayaan dan adat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai
sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang
sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai
informasi.
Kondisi lingkungan
3) Faktor Proses Penyuluhan
Pilihan waktu
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk
menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
Tempat
Tempat penyampaian informasi yang kondusif dan tenang agar tingkat penyampaiannya
efektif
Jumlah sasaran
Jumlah sasaran penyampaian informasi harus diperhatikan, semakin banyak jumlah
sasaran
Alat peraga
ALat perga yang digunakan harus lengkap, agar penyampaian informasi yang dilakukan
dapat diterima dengan sangat baik
Metode
Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran masyarakat dan ketersediaan
pendukung dalam penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai