Anda di halaman 1dari 23

KONSEP BERMAIN

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu : Ns. Herlina, M. Kep, Sp. Kep. An

Disusun oleh :

Valery Oktavia 1710711051


Mugia Saida

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat
dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca..

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Depok , 28 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 4
C. TUJUAN .......................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6


A. DEFINISI BERMAIN ................................................................................................................... 6
B. KLASIFIKASI BERMAIN ............................................................................................................ 6
C. FUNGSI BERMAIN ....................................................................................................................... 7
D. FAKTOR YANG MEMENGARUHI BERMAIN ....................................................................... 8
E. PRINSIP BERMAIN .................................................................................................................... 10
F. KELOMPOK USIA ANAK DALAM BERMAIN ...................... 1Error! Bookmark not defined.
G. BERMAIN BERDASARKAN KATEGORI USIA ..................... Error! Bookmark not defined.2

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 13


A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 13
B. SARAN ........................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas
bermain dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan bermain.
Bermain dan anak sangat erat kaitannya.
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar
waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato merupakan orang
pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Istilah
bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi,
memberi kesenangan dan dapat mengembangkan imajinasi anak.
Seringkali kita menemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami
perlambatan yang disebabkan antara lain kurangnya pemenuhan kebutuhan termasuk di
dalamnya adalah kebutuhan bermain. Menurut Havigurst salah satu tugas perkembangan
anak dari lahir sampai usia 6 tahun adalah belajar bermain. Dengan bermain diharapkan
dapat menumbuhkan kematangan, pertumbuhan serta perkembangan secara optimal.
Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan lainnya.
Maka dari itu, penulis ingin memberi penjelasan mengenai materi konsep bermain
pada anak untuk masyarakat dan mahasiswa agar mengetahui beberapa hal mengenai
konsep bermain yang benar dan mampu mengimplementasikannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu bermain?


2. Apa saja klasifikasi bermain?
3. Apa saja fungsi bermain?
4. Apa faktor yang memengaruhi bermain pada anak?
5. Apa saja prinsip / hal yang harus diperhatikan dalam bermain?
6. Siapa saja yang melakukan aktivitas bermain?
7. Bagaimana cara bermain yang benar berdasarkan kelompok usia?
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari bermain


2. Untuk mengetahui klasifikasi bermain
3. Untuk mengetahui fungsi dari bermain
4. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi bermain pada anak
5. Untuk mengetahui prinsip / hal yang harus diperhatikan dalam bermain
6. Untuk mengetahui pada tingkatan umur anak yang bermain
7. Untuk mengetahui cara bermain yang benar berdasarkan kelompok usia

D. MANFAAT PENULISAN

A. Bagi Peningkatan Kualitas Keperawatan


Laporan studi “Konsep Bermain” ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dalam peningkatan kualitas bermain pada anak serta perkembangan ilmu
praktek keperawatan mengenai bermain pada anak.

B. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )


Diharapkan dengan adanya laporan studi kasus ‘Konsep Bermain” ini,
pembaca dapat turut serta dalam meningkatkan perkembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikannya dengan teknologi terbaru.

C. Bagi Institusi Layanan Pendidikan


Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
materi tentang Konsep Bermain pada Anak. Penguasaan tentang cara bermain
pada anak sesuai kategori usia serta manajemen dalam tatalaksana kasus ini
sangat menjadi pertimbangan kemampuan pencapaian kompetensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa itu bermain?

Dunia anak adalah dunia bermain dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya
dihabiskan dengan aktivitas bermain. Seringkali kita menemukan anak pada masa tumbuh
kembang mengalami perlambatan yang disebabkan antara lain kurangnya pemenuhan kebutuhan
termasuk di dalamnya adalah kebutuhan bermain.

Menurut Wong (2000) bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional
dan sosial,dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata – kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak serta suara.

Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada
hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.

Sedangkan menurut Sri Yuniarti (2015) bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak
dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.

Jadi dapat disimpulkan, bermain adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara – cara yang
menyenangkan oleh anak-anak dan bersifat fleksibel dan positif, dengan bermain anak-anak
dapat belajar berkata – kata, menyesuaikan diri dengan lingkungan, memberikan ekspresi,
melakukan keterampilan dan menjadi kreatif.

B. Apa saja klasifikasi bermain?

E. Hurlock mengklasifikasikan tahapan perkembangan bermain menjadi 4.

a. Tahapan Penjelajahan (Exploratory Stage)


Pada tahap ini bermain adalah suatu kegiatan mengenal objek atau orang lain,
mencoba menjangkau atau meraih benda di sekelilingnya lalu mengamatinya.
Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak
akan mengamati setiap benda yang diraihnya.

b. Tahap mainan (Toy Stage)


Tahap ini menjadi puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak
biasanya hanya mengamati alat permainnanya. Biasanya tahap ini terjadi pada usia pra
sekolah dan anak-anak di TK, biasanya mereka bermain dengan boneka dan mengajaknya
bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.

c. Tahap Bermain (Play Stage)


Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke Sekolah Dasar (SD). Pada
masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat
permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk
permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.

d. Tahap Melamun (Daydreaming Stage)


Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai
kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai
menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai
perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oeh orang lain.

Terdapat klasifikasi bermain berdasarkan karakter sosial.

a. Onlooker Play
Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain,
tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan,. Jadi, anak tersebut
bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang
dimainkan temannya.

b. Solitary Play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainannya
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja
sama, atau komunikasi dengan teman sepermainan.

c. Assosiatif Play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak yang
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin permainan dan tujuan
permainan tidak jelas. Contoh : bermain hujan – hujanan atau bermain masak –
masakan.

d. Cooperative Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga
tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan
mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya sepak bola.
C. Apa saja fungsi bermain?

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,


perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
moral, perkembangan kesadaran diri dan sebagai terapi.

1. Perkembangan Sensoris-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
tersebar yang digunakan anak, dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan pra sekolah
uang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.

2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Saat anak bermain mobil – mobilan, kemudian bannya lepas dan
anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya
pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi
seperti ini, semakin terlatih juga kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial
dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas
bermain anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia
sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan pra sekolah adalah
tahapan awal bagia anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di lingkungan keluarga.

4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke
dalam bentuk kegiatan. Mealui kegiatan bermain, anak akan menciptakan untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya bongkar pasang alat permainan.
5. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai dasar dari lingkungannya, terutama dari orangtua dan
guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada di liingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan
yang telah dilakukannya.

6. Perkembangan Kesadaran Diri


Melalui bermain anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah
laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan
orang lain serta menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru.

7. Sebagai Terapi
Pada rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada. Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialami, karena dengan permainan, dapat mengalihakn rasa sakitnya dan relaksasi
meningkatkan kesenangannya melakukan permainan. Hal ini terutama pada anak yang
belum mampu mengekspresikannya secara verbal.

D. Apa faktor yang memengaruhi bermain pada anak?


1. Faktor Kesehatan
Anak-anak yang memiliki kesehatan yang baik tentu saja memiliki lebih banyak
energy untuk bermain daripada anak-anak yang kurang sehat dan sakit-sakitan,
sehingga anak anak yang sehat biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya
dengan permainan yang membutuhkan energi lebih banyak.

2. Faktor Intelegensi
Anak-anak yang memiliki kecerdasan biasanya lebih aktif dalam bermain
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang kurang.
Anak-anak yang cerdas biasanya lebih memilih permainan yang bersifat intelektual
dan merangsang daya oikir mereka, sementara anak-anak yang kurang cerdas
biasanya memilih permainan yang monoton.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang menyediakan fasilitas, ruang maupun waktu bermain bagi anak-
anak biasanya merangsang anak-anak untuk banyak bermain. Karena itu penting bagi
orang tua untuk memilih kompleks perumahan yang menyediakan lokasi permainan
umum.

4. Faktor Jenis Kelamin


Biasanya anak-anak perempuan lebih senang melakukan permainan yang tidak
menghabiskan banyak energy, seperti bermain boneka, rumah-rumahan dan mereka
biasanya malas melakukan permainan seperti memanjat, berlari-lari atau kegiatan
fisik yang lain karena lebih melelahkan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan anak
laki-laki.

5. Faktor Ekonomi
Status ekonomi seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga berada,
yang difasilitasi dengan bermacam-macam alat permainan, berbeda dengan anak yang
tumbuh dalam keluarga dengan status ekonomi yang terbatas.

E. Apa saja prinsip / hal yang harus diperhatikan dalam bermain?


1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak membutuhkan nutrisi
yang memadai. Asupan makanan yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak
yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi untuk menghindari rasa
bosan. Pada anak yang sakit, keinginan untuk bermain umumnya menurun karena
energi digunakan untuk mengatasi penyakitnya. Aktivitas bermain pada anak sakit
bisa dilakukan dengan cara bermain pasif, misalnya menonton tv, mendengarkan
musik dan menggambar.

2. Waktu yang cukup


Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup
untuk mengenal alat-alat permainannya. Menurut Laurence Tecik, waktu normal
untuk anak bermaik sekitar 4-5 jam dalam sehari.

3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat
permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan
adalah alat permainan tersebut harus aman dan edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktivitas bermain dapat dilakukan diimana saja, di ruang tamu, di halaman,
bahkan di kamar tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain
bila memungkinkan, dimana ruangan tersebut sekaligus juga menjadi tempat untuk
menyimpan mainannya.

5. Pengetahuan cara bermain


Anak belajar bermain dari mencoba – coba sendiri, meniru teman-temannya atau
diberitahu oleh orangtuanya. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena anak
lebih terarah dan lebih berkembang pengetahuannya dalm menggunakan alat
permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat
permainan yang diberikan umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung
menjadi kurang hangat.

6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman sebaya, saudara atau orang tuanya. Ada
saat saat tertentu dimana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya
sendiri. Bermain yang dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan
hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui
setiap kelainan yang dialami oleh anaknya.

F. Siapa saja yang melakukan aktivitas bermain?

Kebanyakan aktivitas bermain dilakukan oleh anak-anak yang sedang mengalami proses
tumbuh kembang, yaitu mulai dari usia 0 bulan hingga usia remaja yaitu 12 tahun. Namun
usianya diklasifikasikan menjadi 4 bagian.

a. Bayi (0 – 1 tahun)
b. Toddler (1 – 3 tahun)
c. Pra Sekolah (3 – 5 tahun)
d. Usia Sekolah (5 – 12 tahun)
G. Bagaimana cara bermain yang benar berdasarkan kelompok usia?
1. Bayi (0 – 1 tahun)
Pada tahap ini anak mulai dilatih dengan adanya reflex, melatih koordinasi antara
mata dan tangan, mata dan telinga, melatih mencari objek yang ada tetapi tak nampak,
melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan dan keterampilan dengan gerakan yang
berulang. Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain : benda aman yang
dapat dimasukkan ke dalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat
pemainan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara.

2. Toddler (1 – 3 tahun)
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarnya bertujuan
untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan
imanijasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari – hari dan memperkenalkan beberapa
bunyi an mampu membeddakannya. Jenis permainan seperti semua alat permainan yang
dapat didorong atau ditarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, nuku bergambar,
kertas, pemsil berwarna, dll.

3. Pra Sekolah (3-5 tahun)


Pada usai 3-6 tahun anak mulai mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi
sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan
mengontrol emosi, motoric kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Jenis
permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini seperti benda – benda sekitar rumah,
buku gambar, majalah anak – anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting
dan air.

4. Usia Sekolah (6-12 tahun)


Tahapan bermain memasuki remaja awal yaitu banyak bermain dengan permainan
teratur dan terstruktur, bermain dengan peraturan (sport), memiliki motivaasi bermain
untuk memperoleh kemenangan (menang berarti mampu mengikuti peraturan), kegiatan
terfokus / minat pada kelompok, dan anak belajar untuk memahami lingkungan sosial.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... i
Daftar Isi….............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
A. Pengertian Bermain..........................................................................2
B. Karakteristik Bermain Anak............................................................ 2
C. Tujuan Bermain atau Permainan......................................................2
D. Manfat Bermain Bagi Anak..............................................................2
BAB III HASIL PENEITIAN BERMAIN...................................................
A. Kapan……...……………………………………………………….3
B. Dimana……………………………………………………………..5
C. Kenapa …………………………………………………………….6
BAB IV PENUTUP………………………………………………………..
A. Kesimplan………………………………………………………….7
B. Saran-saran………………………………………………………...7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kita semua gemar sekali bermain trutama pada saat kita kecil. Bermain adalah aktifitas yang
khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam hal ini adalah bekerja atau aktifitas lain yang serius
fungsional dan selalu dilakukan dalamrangkasuatu hasil. Bermain tidak mempedulikan hasil akhir tetapi
yang lebih penting disini adalah proses bermain itu sendri. Bermain selalu menyenangkan dan tidak
pernah menjadi beban. Bila anak sudah menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia
lakukan bukanlah bermain. Orang dewasa menggangap bermain sebagai suatu kegiatan “bekerja” selain
kegiatan “bermain”. Anak-anak dilain pihak, hanya mengenal kegiatan bermain. Bermain adalah suatu
yang menyenangkan. Apabila kita ingin memehami pengertian bermain, kita perhatikan saja wajah anak-
anak bila wajah mereka menampilkan percikan air muka yang cerah dan berseri-seri, itulah bermain.
Namun apabila wajh mereka muram dan cemberut maka itu bukan lagi bermain.

Dengan keterampilan dan kemampuan yang masih serba terbatas anak melakukan aktivitas
bermain untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya serta siapa dirinya. Bermain
memungkinkan anak-anak mengeksplorasi bebagai pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut
kehidupan. Dengan demikian, kegiatan bermain merupakan bagian yang penting dalam proses tumbuh
kembangnya disemua biadang kehidupan diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi, social.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-maslah dan
menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian diharapkan, kelak
ia tumbuh menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi kendala-kendala
kehidupan.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan setiap
anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak
yang tidakbermain-main pada umumnya dalam keadan sakit, jasaniah maupun rohaniah.
Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari sebagian besar dipenuhi melalui bermain (klompok)
bermain itu sendri maupun itu kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlakukan untuk
mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam suatu riang gembira.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkanpaparan diatas, dalam penulisan makalh ini penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Kapankah anak-anak dapat bemain?
2. Dimanakah anak-nak dapat bermain?
3. Kenapa anak-anak harus mendapatkan kebebasan dalam bermain?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan hasil penelitian para ahli, bahwa
bermain mempunyai arti sebagai berikut :
a) Anak memperoleh kesempatan mengemangkan potensi-potensi yang ada
padanya
b) Memberi peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik,
intelektual bahasa dan perilaku (psikososial dan emosional)
c) Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih
dengan baik
d) Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih
mendalam lagi.

B. Karakteristik Bermain Anak


Karakteristik bermain anak antara lain :
a) Bermain relative bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak membuat
peraturan mereka sendiri.
b) Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyat (bermin
drama)
c) Bermain lebih memfokuskan pada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil
akhir produknya
d) Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak
C. Tujuan Bermain atau Permainan
Tujuan dari bermain atau permainan antara lain :
a) Menanamkan kebiasana disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan
sehari-hari
b) Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukan kepedulian
c) Menanamkan budi pekerti yang baik
d) Melatih anak untuk berani dan rasa ingin tahu yang besar
e) Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Tuhan
f) Melatih anak untuk mengerti berbagai konsep moral yang mendasar,
seperti salah, benar, jujur, adil dan fair

D. Manfaat Bermain Bagi Anak


Manfaat bermain bagi anak antara lain :
a) Bermain bermanfaat mencerdaskan otak
b) Bermain bermanfaat mengasah panca indra
c) Bermain bermanfaat sebagai media terapi
d) Bermain memacu kreatifitas
e) Bermain bermanfaat untuk melatih empati
f) Bermain itu melakukan penemuan
BAB III

HASIL PENELITIAN BERMAIN


Aktifitas bemain merupakan suatu kegiatan dalama mengasah stimusus anak dalam
mengisi kegiatan. Kegiatan yang dilakukan secara bebas oleg anak sesuai hobi , kebiasan dan
kesukan setiap anak. Yang harus diketahuai seperti kapan anak dapat bermain, dimna dan
kenapa anak harus diberikan kesmpatan untuk bermain.

A. Kapan
Rasa ingin tahu dari anak di mulai dari anak usia dini atau toddler. Dari rasa ke ingin
tahuan tersebut anak menjadi menyukuai sebuah permainan dan mengenali apa itu bermain.
Anak akan merasa senang apa bila ia bermain dengan benda-benda yang ia sukai. Waktu
bermain pun tak harus lama, cukup luangkan waktu 10-15 menit sebelum tiduratau pun di
waktu luang lainnya. Bermain juga dapat dilakukan sambil mengajak atau membujuk anak
makan dan belajar.
Bermain sebenarnya sudah dilakukan dari sejak lahir namun dengan cara yang berbeda-
beda diantaranya:

a. BAYI (dari lahir sampai usia 12 bulan)

Cara si kecil bermain:


Menendang-nendang mainan yang bergerak atau menggigit-gigit balok, tidak tampak sedikit
pun seperti aktivitas yang bermanfaat. Padahal ketika bermain ini, otak bayi bekerja
mengatur informasi-informasi yang diterimanya menjadi pola-pola yang bermakna, dan dia
memperoleh kemampuan mengontrol diri dan lingkungan.
Cara-cara membantu mereka:
 Bersenang-senanglah sesering yang Anda bisa. “Saat-saat bayi bangun harus diisi sebanyak
mungkin dengan bermain, disamping makan, tentu saja,” ujar Stamm. Tahukah alat bermain
yang paling disukainya? Diri Anda!
 Pilih alat bermain sesuai usia – yang bisa menstimulasi pancaindranya dengan tepat;
seperti infant gyms atau rattles.
 Biarkan ia menjejakkan kaki di lantai, sehingga mereka bisa berlatih merangkak dan
kemampuan motorik lainnya

b. ANAK BATITA (1-3 TAHUN)

Cara si kecil bermain:


“Anak-anak usia 2-6 tahun belajar paling baik melalui berbagai jenis permainan yang
diciptakannya sendiri,” ujar Elkind. Perkembangan rasa ingin tahu dan kemajuan
kemampuan motorik kasar dan halusnya membuat ia sangat antusias mengeksplorasi
lingkungan sekitarnya.
Kebanyakan anak batita sangat senang berada di dekat anak-anak sebayanya. Mereka sama-
sama bermain, tetapi tidak bermain bersama (dikenal dengan istilah “bermain paralel”).
Karena mereka menganggap dirinya sebagai pusat dunia, istilah berbagi agak sulit
dipahaminya.
Cara-cara membantu mereka:
 Pilih mainan yang 'open-ended’. Alat-alat main sederhana, seperti balok, bola dan boneka –
bahkan benda sehari-hari seperti sendok kayu atau kotak sepatu - bisa menggali imajinasi
mereka lebih dalam dibandingkan benda-benda yang hanya bisa melakukan satu hal, seperti
mainan anjing yang bisa mengonggong atau mobil yang digerakkan dengan remote control.
(Lihat “Mulailah dengan...” untuk ide-ide lainnya).
 Ingatlah bahwa bermain bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja;
tidak hanya di kotak pasir atau dengan satu alat mainan. Mengambil dan menumpahkan air
dengan gelas plastik di dalam bathtub, misalnya, akan sangat menyenangkan bagi si kecil.
 Pergilah ke luar rumah setiap hari. Saat sedang hujan atau matahari bersinar terang, si kecil
butuh rangsangan dari lingkungan dan kesempatan untuk membakar energinya.
 Jangan 'memusuhi' TV. Satu atau dua program setiap hari, apalagi jika Anda menemani si
kecil menonton, tidak akan membahayakannya.
 Ganti-gantilah alat main si kecil. Pilih hanya beberapa alat main untuk satu minggu,
simpanlah setelahnya, dan ganti dengan alat-alat main yang lain. Di bulan depan, Anda bisa
mengeluarkannya lagi. (Si kecil tidak akan ingat, kok).

c. ANAK PRASEKOLAH (3-5 tahun)

Cara si kecil bermain:


Kemampuan berbahasanya yang meningkat membuat permainan fantasi dan bermain peran
menjadi lebih detil sehingga mereka bisa memahami konsep-konsep yang lebih kompleks,
seperti waktu dan hubungan antar obyek. Kemampuan motorik yang meningkat pun
membuat mereka mampu melakukan berbagai aktivitas fisik. Disamping itu perkembangan
yang telah dicapainya ini membantu si kecil bermain dengan baik dengan anak - anak
seusianya.
Cara-cara membantu mereka:
 Pilih sekolah yang menyeimbangkan bermain dengan kegiatan akademis. “Seringkali
orangtua tidak sabar melihat si kecil bermain balok dan menanti-nanti kapan si kecil mulai
diajar membaca dan menulis,” ujar Stamm. “Padahal, free play sangat penting untuk
membentuk sambungan-sambungan listrik di otaknya,” ujarnya. Preschool yang baik akan
lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sosial dan emosional anak, ketimbang
pengembangan kognitifnya.
 Beri kesempatan sebanyak-banyaknya bagi si kecil untuk bermain dengan teman
sebayanya. Coba ajak dia ke berbagai children center yang banyak tersedia di mal-mal.
 Batasi waktu di depan komputer. Belum ada hasil penelitian yang membuktikan
bahwa computer games dan ‘educational’ videos membuat anak lebih pintar.
 Rangsang permainan kreatif. Berbagai bentuk seni dan drama akan sangat sesuai dengan
kemampuan berpikir eksploratif yang sedang berkembang pada anak-anak usia ini.
 Jangan khawatir akan stereotip. “Anak laki-laki lebih suka bermain dengan Lego, misalnya,
karena otak mereka memang berkembang lebih cepat di area ini,” ujar Michael Gurian,
penulis Nurture the Nature. Sebaliknya, anak-anak perempuan memiliki kemampuan
motorik halus dan bahasa yang lebih baik, sehingga mereka lebih suka menulis dan mulai
belajar membaca.

d. ANAK USIA SEKOLAH (5 tahun ke atas)


Cara si kecil bermain:
Pada usia ini, anak mulai senang berteman, terutama mereka yang memiliki kesamaan
minat. Pemahaman yang lebih kompleks mengenai bagaimana dunia berlangsung membuat
mereka menjadi asyik dengan hukum/aturan (rules) dan lelucon (jokes).
Cara-cara membantu mereka:
 Ajak ia terus bergerak. Sebuah studi yang dilakukan di tahun 2006 menunjukkan anak-anak
yang kurang bergerak akan memiliki tekanan darah, kadar kolesterol dan insulin yang buruk.
 Awasi keberadaan si kecil di depan TV atau komputer. Terlalu lama di depan TV, misalnya,
akan menghambat mereka bermain boneka atau balok-balok, yang akan mempengaruhi
perkembangan otak mereka secara berbeda, ujar Gurian.
 Kegiatan jangan terlalu padat. Tiga jenis aktivitas ekstrakurikuler ideal buat anak. Satu
aktivitas sosial (misalnya pramuka), satu aktivitas olahraga (misalnya sepakbola), dan satu
aktivitas seni (misalnya piano).
 Tetap waspada. Jika anak murung dan gelisah karena satu aktivitas, dan enggan pergi les;
mungkin ini pertanda dia butuh lebih banyak waktu bebas. Sampai sekarang pun saya masih
suka merasa bersalah jika di hari Sabtu tidak satu pun dari keempat anak saya pergi les atau
melakukan sebuah aktivitas. Apa saya harus membawa mereka ke museum atau mendaki
bukit? Kadang-kadang kami memang melakukan kegiatan itu. Tapi lebih sering, saya duduk
santai menikmati secangkir teh; karena saya menyadari bahwa bersantai-santai saja di
rumah bersama si kecil, membiarkan dia melakukan apa yang dia mau, adalah sesuatu yang
dibutuhkan oleh tubuh dan otaknya.

B. Dimana

Anak dapat bermain dimana saja, dapat didalam ruangan, diliar ruangan, taman
bermain, tempat rekreasi, dll. Karena dimanapun anak berada jika ia ingin bermain dan merasa
nyaman ia dapat bermain, dengan pengawasan orang tua. Bermain bagi anak menjadi suatu
kegiatan yang menyenagkan seperti bermain sambil beljar yang biasa di lakuakn di PAUD dan
sekolah, yang biasa anak-anak lakukan bersama teman-temannya ataupun orang tuanya.
Dimulai dari permainan- permaian yang sederhana yang dapat mengasah dan juga
mengembangkan kreatifitas anak. Dengan begitu anak akan semakin berminat untuk
mempelajari hal-hal baru yang ada dalam bermain permaian. Bermain dilakukan untuk mengisi
waktu luang anak saat masa belajar. Pada masa pertumbuhan anak , pembelajaran yang ia
lakukan disekolah atau PAUD mungkin akan sesekali membuat mereka merasa bosan maka
dengan bermain itu dapat membuat perasan penat mereka menjadi hilang.

Bentuk-bentuk permainan yang sesuai untuk siswa SD kelas rendah (usia dini) yaitu :
permainan eksplorasi (penjelajahan), permainan energik, permainan kemahiran (skillfull play),
permainan sosial dan puzzle ( Dorothy, 1985).
a. Permainan Eksplorasi
Dapat dipelajari melalui empat cara
1. Mencari atau membuat penemuan baru seperti : mencari suatu benda dilingkungan
rumah atau sekolah
2. Meransang rasa ingin tahu anak, seperti : permainan remote control
3. Mengembangkan keterampilan, seperti : permainan sapi lidi
4. Mempelajari keterampilan baru seperti, : video game, computer
b. Permainan Energik
Ciri-cirinya :
1. Benyak mengeluarkan tenaga yang anak mengekplorasi lingkungannya (berlari, bermain
kuda-kudaan, memanjat)
2. Terjadi control pada tubuh (berjalan-jalan, menendang bola)
3. Mengkoordinasikan berbagai bagian tubuh yang berbeda secara bersama-sama
(berjalan, berlari, berenang, sit-up, berguling-guling di matras)
c. Permainan Kemahiran
Yang dimaksud bermain kemahiran adalah semua bentuk permainan dan aktivitas yang
membutuhkan kemahiran dan penggunaan tangan dan mata yang terkendali, contoh :
membangun menara dari tumpukan balok, konstruksi puzzle jigsaw, pingpong dsb
d. Permainan Sosial
Dasar dari semua aktivitas permainan sosial adalah adanya interaksi antara dua orang
atau lebih. Aktivitas seperti permainan bola, domino, atau bermain jualjualan membutuhkan
anak untuk berperan memberi dan menerima secara bergantian. Jika seseorang tidak
memainkan peran tersebut, maka permainan social tidak dapat berjalan.
Pentingnya bermain sosial
1. Mendorong anak belajar berbagai bentuk karakter orang lain
2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
3. Mendorong anak menjadi ramah dan mudah bergaul
4. Membantu anak mengembangkan persahabatan
e. Permainan Imajinatif
Permainan ini bermanfaat bagi anak dalam hal :
1. Meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa
2. Membantu anak dalam memahami orang lain
3. Menumbuhkembangkan kreativitas
4. Membantu anak memahami dirinya dan menjadi dirinya sendiri
Contoh permainan imajinatif : bermain peran (pura-pura), permainan boneka, permainan
raksasa, mendongeng, bermain drama, melawak, bermain dengan gambar (gambar kubus,
domino, dsb)
f. Permainan Puzzle
Permainan ini bermanfaat bagi anak dalam hal :
1. Meningkatkan kemampuan berfikir
2. Menambah keingintahuan
3. Berlatih menyelesaikan permasalahan sendiri
Contoh permainan ini : permainan kartu gambar, permainan kancing, permainan papan
kotak pencocokan, sorting (memisahkan warna atau bentuk dsb)

C. Kenapa
Bermain memiliki manfaat yang baik bagi pertumbuhan kembangan anak. Bermain
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu
banyak bermain, akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini
kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak:

- Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak

- Bermain dapat digunakan sebagai terapi

- Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak

- Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak

- Bermain dapat mengembangkan tingkah laku social anak

- Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Bermain terjadi karena anak-anak mempunyai energi berlebih sehingga mendorong mereka
untuk melakukan aktivitas agar mereka terbebas dari perasaan tertekan (Herbert Spencer ) karena anak
memerlukan penyegaran kembali atau mengembalikan energi yang habis digunakan untuk kegiatan
rutin sehari-hari (Moritz Lazarus) karena bermain membantu anak mengembangkan rasa harga diri
melalui kemampuan untuk menguasai tubuh mereka, benda-benda, serta belajar keterampilan sosial
(Erikson). Sementara itu, Sigmund Freud melihat bermain sebagai sarana melepaskan kenangan dan
perasaan yang menyakitkan. Anak bermain karena mereka butuh melepaskan desakan emosi secara
tepat. Bagi Froebel, bermain adalah cara belajar bagi anak karena anak-anak belajar dengan berbuat
dari pengalaman nyata dan aktif secara fisik. Bermain, menurut Vygotsky, merupakan sumber
perkembangan anak, terutama untuk aspek berpikir karena melalui bermain anak berinteraksi aktif
dengan lingkungannya sebagai bahan untuk mengonstruksi pengetahuan.

Contoh macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak:

Permainan aktif
a. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada
aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan
tersebutselama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti
apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak
melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.
b. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang
dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.
c. Bermain musik
Bermain musik dapat mendoromg anak untuk mengembangkan tingkah laku
sosialnya, yaitu bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik,
menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.
d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karma anak mempunyai koleksi lebih
banyak daripada teman-temannya. Disamping itu mengumpulkan benda-benda dapat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan social anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur,
bekerja sama, dan bersaing.
e. Permainan Olahraga
Dalam permainan olahraga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga
sangat membantu perkembangan fisiknya. Disamping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi
anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri
dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
Permainan Pasif
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat, membaca akan memperluas wawasan
dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
b. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif.
Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh
negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan,
kriminalitas, atau hal-hal negative lainnya.
c. Menonton televisi
Menonton televisi pengaruhnya sama dengan seperti mendengarkan radio, baik
pengaruh positif maupun negatifnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara – cara yang menyenangkan
oleh anak-anak dan bersifat fleksibel dan positif, dengan bermain anak-anak dapat belajar
berkata – kata, menyesuaikan diri dengan lingkungan, memberikan ekspresi, melakukan
keterampilan dan menjadi kreatif. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan moral, perkembangan kesadaran diri dan
sebagai terapi.
Ada beberapa hal memengaruhi aktivitas bermain anak yaitu, faktor kesehatan,
faktor intelegensi, faktor lingkungan, faktor jenis kelamin dan faktor ekonomi. Cara
bermain pada anak berbeda tiap usianya, maka dari itu hendaknya orang tua megerti dan
dapat memilih dengan benar permainan seperti apa yang sesuai dengan usia anak.

B. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dan masyarakat mengetahui


beberapa hal mengenai konsep bermain yang benar dan mampu
mengimplementasikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Yuniarti, Sri. 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi-Balita dan Anak Pra
Sekolah. Bandung : Refika Aditama

Christianti, Martha. 2007. Anak dan Bermain. Jurusan PGTK. Universtas Negeri Yogyakarta. D.
I. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai