Anda di halaman 1dari 9

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Kesehatan Lingkungan


Jil. 16 No.1
DOI:10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67
ISSN: 1829 - 7285 | E-ISSN : 2040 - 881X

PENELITIAN ASLI Akses terbuka

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP STUNTING


Zahtamal Zahtamal1*, Ridha Restila1, Sundari Abstrak
Sundari2, Resti Palupi3
Perkenalan:Menurut Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun 2019, terdapat
Kelompok Jabatan Fungsional Dosen Ilmu Kesehatan
17,67% balita di Pekanbaru dengan status gizi buruk. Sanitasi yang buruk dapat
1

Masyarakat-Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran


memicu munculnya penyakit menular yang dapat menurunkan penyerapan nutrisi
Universitas Riau, Pekanbaru 28133, Indonesia
2Kelompok Jabatan Fungsional Mikrobiologi Fakultas
pada balita sepanjang proses pencernaannya sehingga mengakibatkan stunting.
Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru 28133, Indonesia Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh sanitasi lingkungan terhadap
3Mahasiswa Praklinik Program Studi Kedokteran Fakultas stunting. Metode:Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol.
Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru 28133, Indonesia Kelompok kasus dan kontrol masing-masing mendapat 30 sampel. Variabel
independen meliputi sumber air untuk sanitasi, kondisi jamban, kondisi sarana cuci
Penulis yang sesuai:
tangan pakai sabun, kondisi saluran pembuangan air limbah, pengelolaan sampah
* )zahtamal@dosen.unri.ac.id
rumah tangga, jenis dan kondisi lantai, keberadaan hewan vektor dan pembawa
penyakit, kualitas air minum dari kondisi biologis. Variabel terikatnya adalah
Info Artikel
stunting. Semua data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang
Dikirim : 8 Desember 2023 :
ditanyakan langsung kepada partisipan. Analisis data dilakukan dengan
Diulas 20 Desember 2023 :
Diterima 24 Januari 2024 : 31 menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda.Hasil dan Diskusi:
Tersedia Daring Januari 2024 Sumber air untuk sanitasi, ketersediaan dan kondisi jamban, kualitas air minum
dari segi biologis berpengaruh terhadap stunting (p-value <0,05). Uji multivariat
Kata Kunci :Air Bersih, Air Minum, Sanitasi menunjukkan, kualitas air minum dari segi biologis dan sumber air untuk sanitasi
Lingkungan, Jamban Keluarga, Stunting mempunyai nilai probabilitas sebesar 21% untuk menyebabkan stunting.
Kesimpulan:Faktor dominan yang berpengaruh terhadap stunting adalah kualitas
Diterbitkan olehFakultas Kesehatan air minum secara biologis dan sumber air untuk sanitasi.
Masyarakat Universitas Airlangga

PERKENALAN melalui Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi


Berbasis Masyarakat atau Pencatatan dan Pelaporan
Stunting adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
Gizi Berbasis Masyarakat secara elektronik (e-PPGBM)
balita yang mempunyai masalah gizi kronis, dimana status gizi ditentukan

berdasarkan nilai z-score tinggi badan-usia (HAZ Score) kurang dari -2SD
usia 0-59 bulan pada tahun 2019. Dengan demikian,
(1). Pemberian asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dalam jangka
diperoleh posisi pertama di wilayah kerja Komunitas
waktu lama dapat menyebabkan stunting (2).
Rumbai Bukit Puskesmas sebesar 39,4%, dan peringkat
Pada tahun 2020, stunting berdampak pada kedua diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Limapuluh
22% atau 149,2 juta anak di bawah lima tahun di sebesar 29,3% (5).
seluruh dunia, dengan lebih dari setengah (55%) di Sanitasi yang buruk pada lingkungan merupakan dampak tidak langsung

Asia. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia sumber masalah gizi (6). Sistem sanitasi dirancang
tahun 2021, prevalensi stunting pada balita di untuk melindungi kesehatan manusia dari ancaman
Indonesia sebesar 24,4% atau 5,33 juta balita (3). Pada kotoran beracun (7). Sanitasi yang dimaksud dapat
tahun 2021, proporsi balita stunting di Provinsi Riau dilihat melalui lima aspek pilar Sanitasi Total Berbasis
mencapai 22,3% (4). Masyarakat (CLTS) berdasarkan Peraturan Menteri
Data anak setelah Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014,
merekapitulasi status gizi dengan cara pengumpulan data yaitu ketersediaan jamban sehat, fasilitas

Kutip ini sebagai:


Zahtamal Z, Restila R, Sundari S, Palupi R. Pengaruh Sanitasi Lingkungan Terhadap Stunting.Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2024;16(1):59-67.https://
doi.org/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67

Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di ©2024 Jurnal Kesehatan Lingkungan, hak dilindungi undang-undang.
bawah Lisensi CC BY NC–SA 4.0 .

59
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

cuci tangan pakai sabun, kualitas air minum dan makanan desain penelitian dan diperoleh sampel sebanyak 30 anak.
rumah tangga, ketersediaan sarana pengamanan sampah Perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
rumah tangga, dan kondisi saluran pembuangan air adalah 1:1 sehingga dibutuhkan 60 responden. Dalam
limbah. Selain kelima pilar tersebut, terdapat beberapa penelitian ini, terdapat dua kategori data yaitu data primer
komponen sanitasi, antara lain kondisi rumah, seperti jenis dan data sekunder.
lantai yang ditempati dan ada tidaknya hewan vektor dan Dalam penelitian ini sumber data primer adalah
pembawa penyakit di dalam rumah (8). Salah satu tujuan keluarga atau responden langsung baik kelompok kasus
kegiatan sanitasi dasar adalah menyediakan air bersih (9). maupun kontrol. Hasil pemantauan dan pelaporan kondisi
Air bersih sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. stunting yang dilakukan Puskesmas melalui e-PPGBM
Manusia memanfaatkan air dalam kehidupan sehari-hari dijadikan sumber data sekunder dalam penelitian ini. Untuk
untuk mandi, mencuci, memasak, minum, dan aktivitas mendapatkan data mengenai kondisi sanitasi lingkungan,
lainnya (10). data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan
Sanitasi yang buruk (termasuk jenis yang tidak sehat menggunakan kuesioner.
laktrin dan kurangnya ketersediaan air bersih) dapat Data pendukung lainnya dikumpulkan dengan
menyebabkan penyakit menular karena mengurangi penyerapan meninjau dokumen dari sistem pencatatan dan pelaporan
makanan pada balita selama proses pencernaannya (11). Sanitasi kejadian stunting di Puskesmas. Data primer dalam
yang rendah dapat menyebabkan masalah pencernaan pada penelitian ini ditentukan melalui kuisioner mengenai
balita sehingga menyebabkan lebih banyak energi yang sanitasi lingkungan yang meliputi kondisi jamban sehat,
dibutuhkan untuk imunitas dibandingkan pertumbuhan, sehingga kondisi sarana cuci tangan pakai sabun, kondisi saluran
mengakibatkan stunting (12). Hubungan yang substansial pembuangan air limbah, pengelolaan sampah rumah
ditemukan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada balita di tangga, sumber air sanitasi, jenis dan kondisi. lantai
wilayah operasi Puskesmas Citarip Kota Bandung. Stunting rumah, keberadaan vektor dan hewan pembawa penyakit.
dikaitkan dengan riwayat penyakit menular (13). Demikian pula Untuk mengetahui kualitas biologis air minum, kami
penelitian terhadap balita di Puskesmas Kerkap wilayah Bengkulu menggunakan metode Most Probable Number (MPN).
Utara menemukan adanya hubungan antara sanitasi lingkungan, Analisis data univariat dilakukan untuk memperoleh
riwayat penyakit menular, dan terjadinya stunting (11). gambaran faktor risiko menggunakan frekuensi dan
persentase, dilanjutkan dengan analisis data bivariat untuk
Stunting menghasilkan kurang optimal kognitif mengetahui hubungan sanitasi dengan stunting
pembangunan, dan anak-anak dengan keterampilan kognitif menggunakan uji chisquare. Risiko stunting diukur dengan
yang tidak memadai dapat menghambat pertumbuhan menggunakan odds rasio (OR). Analisis multivariat dengan
ekonomi dan memperburuk kemiskinan (14). Berdasarkan menggunakan uji Regresi Logistik Berganda dilakukan
data di atas, kejadian stunting di Pekanbaru masih tergolong untuk melihat variabel-variabel yang berpengaruh secara
tinggi. Pekanbaru juga telah ditetapkan sebagai lokus simultan.
pencegahan stunting pada tahun 2021. Mengingat besarnya
dampak kondisi stunting, maka perlu adanya penanganan HASIL
yang lebih komprehensif, mengingat kasus stunting masih Gambaran Umum Responden
tergolong tinggi, khususnya di Puskesmas Rumbai Bukit dan Berdasarkan Tabel 1, responden terbanyak berusia
Limapuluh. Puskesmas. 24-59 bulan. Kelompok kasus (stunting) sebanyak 90%, sedangkan
kelompok kontrol sebanyak 63,3%. Berdasarkan jenis kelamin,
METODE responden pada kelompok kasus terbanyak adalah laki-laki (60%),

Studi kasus kontrol dilakukan untuk menganalisis sedangkan pada kelompok kontrol tersebar merata (50%).

pengaruh faktor lingkungan seperti sanitasi terhadap


kejadian stunting. Penelitian ini dilakukan di dua wilayah Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin
kerja di Kota Pekanbaru dengan jumlah kasus stunting
terbanyak, yaitu wilayah kerja Rumbai Bukit dan wilayah Terjadinya Stunting
responden
Karakteristik Pengerdilan Tidak Stunting
kerja Puskesmas Limapuluh. Penelitian ini dilaksanakan (rakyat)
(%) (rakyat)
(%)
pada bulan Maret 2022 hingga Juli 2023. Populasi Usia
penelitian ini adalah seluruh keluarga dengan balita 6-23 bulan 3 10 11 36.7
24-59 bulan 27 90 19 63.3
stunting yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rumbai
Jenis kelamin

Bukit dan Limapuluh. Jumlah populasi sebanyak 62 balita. Pria 18 60 15 50


Kami menghitung sampel minimum untuk kontrol kasus Perempuan 12 40 15 50

60
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

Deskripsi Penerapan Sanitasi Lingkungan pada mengenai kualitas air minum dari persyaratan biologis
Keluarga dengan Balita Stunting lebih banyak masyarakat yang tidak memenuhi
Berdasarkan Tabel 2, sumber air lebih banyak persyaratan yaitu sebanyak 42 responden (70,0%).
untuk sanitasi belum memenuhi standar sebanyak 36
responden (60,0%). Lebih banyak responden yang Pengaruh Sanitasi Lingkungan Terhadap Kejadian
Stunting
memenuhi persyaratan sebagai sumber air minum
dibuktikan dengan 50 responden (83,3%). Lebih banyak Berdasarkan Tabel 3, sumber air untuk sanitasi
responden yang tidak memenuhi syarat kondisi jamban mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap stunting
yaitu 43 responden (71,7%). Kondisi sarana cuci tangan (p-value=0,018). Faktor lain yang memberikan pengaruh
pakai sabun lebih memenuhi syarat ditunjukkan oleh signifikan adalah kondisi jamban (p-value=0,022) dan
49 responden (81,7%). Mengenai kondisi saluran kualitas air minum berdasarkan kondisi biologis (p-
drainase air limbah lebih banyak responden yang tidak value=0,011). Faktor lain yang tidak berhubungan
memenuhi syarat dengan jumlah 49 responden signifikan dengan stunting pada penelitian ini adalah:
(81,7%). sumber air minum (p-value=0.729), kondisi sarana cuci
tangan pakai sabun (p-value=0.505), saluran pembuangan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penerapan Sanitasi
Lingkungan pada Keluarga yang Memiliki Balita air limbah (p-value= 1.000), pengelolaan sampah rumah
Stunting dan Balita Tidak Stunting tangga (p-value=1.000), jenis dan kondisi lantai (p-
Terjadinya Stunting value=1.000), keberadaan vektor dan hewan pembawa

Sanitasi Lingkungan Stunting Bukan penyakit (p-value=1.000).


(rakyat)
(%) Pengerdilan (%)
(rakyat) Tabel 3. Pengaruh Sanitasi Lingkungan Terhadap
Sumber Air untuk Sanitasi
Kejadian Stunting
Tidak memenuhi persyaratan 23 76.7 13 43.3 Terjadinya Stunting
Memenuhi persyaratan 7 23.3 17 56.7
Lingkungan Pengerdilan
Bukan
ATAU nilai p
Sumber Air Minum Kebersihan Pengerdilan
Tidak memenuhi persyaratan 6 20 4 13.3 (n=30) % (n=30) %
Memenuhi persyaratan 24 80 26 86.7
Sumber Air untuk
Kondisi Toilet Kebersihan
Tidak memenuhi persyaratan 26 86.7 17 56.7 Tidak memenuhi 23 76,7 13 43,3 4,29 0,018
Memenuhi persyaratan 4 13.3 13 43.3 persyaratan

Kondisi Fasilitas Cuci Tangan Memenuhi 7 23.3 17 56.7


Menggunakan Sabun persyaratan
Sumber Air Minum
Tidak memenuhi persyaratan 7 23.3 4 13.3
Memenuhi persyaratan 23 76.7 26 86.7 Tidak memenuhi 6 20.0 4 13,3 1,62 0,729
persyaratan
Kondisi Saluran Drainase
Air Limbah Memenuhi 24 80,0 26 86,7
persyaratan
Tidak memenuhi persyaratan 25 83.3 24 80
Kondisi Toilet
Memenuhi persyaratan 5 16.7 6 20
Tidak memenuhi 26 86,7 17 56,7 4,97 0,022
Pengelolaan Sampah Rumah persyaratan
Tangga
Memenuhi 4 13.3 13 43.3
Tidak memenuhi persyaratan 24 80 23 76.7 persyaratan
Memenuhi persyaratan 6 20 7 23.3 Kondisi Fasilitas
Jenis dan Kondisi Lantai Cuci Tangan Menggunakan
Sabun
Tidak memenuhi persyaratan 8 26.7 7 23.3
Tidak memenuhi 7 23.3 4 13,3 1,97 0,505
Memenuhi persyaratan 22 73.3 23 76.7 persyaratan
Kehadiran Vektor dan Memenuhi 23 76,7 26 86.7
Hewan Pembawa Penyakit persyaratan
Tidak memenuhi persyaratan 23 76.7 22 73.3 Kondisi
Memenuhi persyaratan 7 23.3 8 26.7 Drainase Air Limbah
Saluran
Kualitas Air Minum dari
Kebutuhan Biologis Tidak memenuhi 25 83,3 24 80,0 1,25 1.000
persyaratan
Tidak memenuhi persyaratan 26 86.7 16 53.3
Memenuhi 5 16.7 6 20.0
Memenuhi persyaratan 4 13.3 14 46.7 persyaratan
Manajemen dari
Sampah Rumah Tangga
Lebih banyak rumah tangga limbah pengelolaan telah melakukan
Tidak memenuhi 24 80,0 23 76,7 1,21 1.000
persyaratan
belum memenuhi syarat yang dilihat oleh 47 responden
Memenuhi 6 20.0 7 23.3
(78,3%). Jenis dan kondisi lantai lebih banyak memenuhi persyaratan

persyaratan yang ditunjukkan oleh 45 responden (75,0%). Jenis dan Kondisi


Lantai
Mengenai keberadaan vektor dan hewan pembawa Tidak memenuhi 8 26.7 7 23,3 1,19 1.000
persyaratan
penyakit lebih banyak yang tidak memenuhi syarat yaitu
Memenuhi 22 73.3 23 76.7
sebanyak 45 responden (75,0%). Lebih-lebih lagi, persyaratan

61
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

Terjadinya Stunting DISKUSI


Lingkungan Pengerdilan
Bukan
ATAU
nilai p Deskripsi Responden
Kebersihan Pengerdilan

(n=30) % (n=30) % Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang


Kehadiran Vektor dilakukan di Puskesmas Anggut Atas dan Panurunan di
dan Hewan itu
Membawa Penyakit
Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu yang
Tidak memenuhi 23 76,7 22 73,3 1,19 1.000 menemukan bahwa hasilnya lebih menonjol pada anak
persyaratan
Memenuhi 7 23.3 8 26.7 usia 24-59 bulan (15). Kualitas hidup anak ditentukan
persyaratan antara usia 0-23 bulan. Lebih lanjut, jika kualitas hidup
Kualitas dari
Air minum anak usia 0-23 tahun tidak dikelola dengan baik maka
dari Biologis
Persyaratan dapat mengakibatkan buruknya kualitas hidup anak di
Tidak memuaskan 26 86,7 16 53,3 5,68 0,011 kemudian hari, salah satunya adalah terhambatnya
yang dibutuhkan
(koliform +) pertumbuhan fisik pada anak (16).
Memenuhi 4 13.3 14 46.7 Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu
persyaratan
(koliform -) yang dilakukan di Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman
Barat. Mayoritas respon balita adalah laki-laki (17). Bayi
Pengaruh Sanitasi Lingkungan Secara Simultan
perempuan di negara-negara miskin memiliki tingkat
terhadap Kejadian Stunting
kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan bayi laki-
Berdasarkan Tabel 4 terdapat dua variabel
laki. Indonesia juga termasuk di dalamnya. Hal ini disebabkan
dengan p-value < 0,05 yaitu sumber air untuk sanitasi
tumbuh kembang balita laki-laki lebih banyak dipengaruhi
dan ketersediaan jamban. Berdasarkan Tabel 5,
oleh pengaruh lingkungan dibandingkan balita perempuan
variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap
(18). Interaksi balita laki-laki dengan lingkungan lebih aktif
terjadinya stunting adalah kualitas air minum.
dibandingkan balita perempuan. Apabila sanitasi lingkungan
Tabel 4. Model Awal Pengaruh Sanitasi Lingkungan sekitar rumah tidak baik maka akan meningkatkan risiko
Secara Simultan terhadap Stunting
terjadinya penyakit menular dan akan mempengaruhi
Variabel B nilai p ATAU 95% CI tumbuh kembang anak.
Sumber air untuk sanitasi 1.303 0,122 3,67 0,705-19,190
Ketersediaan toilet 0,729 0,427 2,07 0,343-12,517
Deskripsi Penerapan Sanitasi Lingkungan pada
Kualitas air minum dari
kebutuhan biologis
1.993 0,005 7.33 1.801-29.888 Keluarga dengan Balita Stunting
Konstan - 5,298 0,000 0,005 Penelitian ini divalidasi oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Lampung Timur yang menemukan lebih banyak
Tabel 5. Model Akhir Pengaruh Sanitasi Lingkungan masyarakat yang tidak memenuhi syarat (19). Air yang dimaksud
Secara Simultan Terhadap Kejadian Sunting
dengan sanitasi adalah air yang digunakan untuk kebersihan sehari-
Variabel B nilai p ATAU 95% CI hari seperti mandi, membersihkan makanan, pakaian, dan makanan
Sumber air untuk sanitasi 1.754 0,006 5.78 1.661-20.116
Kualitas air minum dari (20).
2.040 0,004 7.69 1.896-31.213
kebutuhan biologis Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di Desa
Konstan - 5.065 0,001 0,006
Kurma yang menemukan bahwa lebih banyak sumber air minum
Demikian berdasarkan temuan berganda yang memenuhi persyaratan dibandingkan yang tidak memenuhi
analisis regresi logistik, rumusnya adalah: persyaratan (21). Air yang tidak terlindungi dapat membahayakan
kesehatan seseorang (22). Defisiensi dapat terjadi akibat
Y = -5,065 + 1,754 Sumber air untuk sanitasi + 2,040
gangguan penyerapan nutrisi. Katabolisme akan berkembang jika
Kualitas air minum
mikronutrien habis, dan balita kekurangan pengiriman nutrisi
kamu = -1,271
penting ke jaringan tubuh (19).

P= Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya


di Puskesmas Rule Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah yang
P= menemukan frekuensi responden yang ketersediaan toiletnya
tidak memenuhi syarat lebih besar. Masih ada orang yang
P=
memiliki akses terhadap toilet yang tidak aman; oleh karena
P=0,21 (21%) itu, banyak yang terus berlatih secara terbuka

62
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

buang air besar yang menyebabkan pencemaran lingkungan Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin yang
akibat penyebaran patogen (23). menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di Puskesmas sumber air bersih terhadap stunting (p-value = 0,001) (33).
Rambah yang menemukan bahwa lebih banyak pasien yang memenuhi Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa rumah tangga
kriteria (24). Mencuci tangan dengan sabun merupakan kebiasaan yang yang memiliki sumber air sanitasi yang tidak memenuhi
paling penting untuk mencegah penyebaran patogen seperti diare. Setelah syarat mempunyai risiko terjadinya stunting sebesar 4,29
buang air besar dan sebelum memberi makan anak kita, sangat penting kali. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebanyak
untuk membersihkan tangan kita (25). 58,6% responden memiliki jarak antara sumber air untuk
Penelitian ini konsisten dengan penelitian lain yang dilakukan sanitasi dan lubang resapan air limbah serta septic tank <
di wilayah kerja Puskesmas Kota Pangkajene, ditemukan 10 m. Menurut peneliti, sumber air untuk sanitasi yang
lebih banyak responden dengan pembuangan limbah dimiliki responden tercemar oleh kotoran dari septic tank
yang tidak memadai (26). Pengamanan saluran drainase dan saluran pembuangan air limbah. Air merupakan
air limbah merupakan pengelolaan limbah cair domestik media penyebaran kuman penyakit dan dapat
yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga yang harus menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya penyakit
memenuhi standar kesehatan lingkungan dan persyaratan akibat cucian air. Water wash disease merupakan
kesehatan (27). penularan penyakit yang terjadi karena lingkungan sekitar
Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu sumber air bersih tidak bersih. Sumber air untuk sanitasi
yang dilakukan di Puskesmas Candipuro, Lampung yang digunakan masyarakat dapat terkontaminasi kuman
Selatan, yang menunjukkan bahwa masih banyak penyakit akibat penggunaan air limbah rumah tangga
responden yang pengelolaan limbahnya tidak memenuhi karena lingkungan sumber air tidak kedap air (34).
syarat (28). Pengelolaan sampah rumah tangga yang Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
buruk menjadi salah satu contoh penyebab stunting. dilakukan di Sampang bahwa tidak terdapat hubungan yang
Misalnya, tidak adanya penutup tempat sampah sehingga signifikan antara sumber air minum dengan kejadian stunting (p-
memungkinkan vektor seperti kecoa dan lalat untuk value=0,166) (35). Masyarakat meminum air dari sumber yang
bersarang (29). Tingginya kepadatan hewan vektor dan sama, yaitu air minum galon isi ulang yang dibeli dan dijual oleh
pembawa penyakit akan meningkatkan risiko kontaminasi masyarakat, dengan 68,3% sumber air minum galon isi ulang.
makanan dan minuman. Makanan atau minuman yang Penyakit yang ditularkan melalui air merupakan salah satu cara
terkontaminasi juga meningkatkan risiko penyakit penularan penyakit melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui
menular serta tumbuh kembang anak. air terjadi ketika patogen mencemari air, menyebabkan patogen
Penelitian ini didukung oleh penelitian masuk ke dalam tubuh melalui mulut bersama makanan dan air,
terdahulu yang dilakukan di Desa Helebeik, Kecamatan menyebabkan infeksi dan mempengaruhi penyerapan nutrisi (34,
Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, ditemukan lebih 36).
banyak responden yang tipe lantainya tidak memenuhi Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
syarat. Lantai rumah yang berdebu dan tidak kedap air dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rule Mumpo
akan menjadi tempat berkembang biaknya vektor Kabupaten Bengkulu Tengah yang menemukan adanya
penyakit (30). pengaruh antara ketersediaan toilet dengan kejadian
Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu stunting (p-value=0,019) (37).Tidak tersedianya fasilitas
yang dilakukan di Kabupaten Lebong yang menemukan toilet sehat di rumah terbukti menjadi pemicu gangguan
bahwa lebih banyak responden yang keberadaan kesehatan(38). Berdasarkan temuan tersebut, responden
vektornya tidak memenuhi syarat (31) Penularan penyakit yang memiliki toilet tidak memenuhi persyaratan memiliki
diawali dengan terbawanya kuman patogen oleh kaki kemungkinan empat kali lebih besar untuk mengalami
kecoa atau organ tubuh lainnya dan selanjutnya stunting. Sebanyak 63,8% responden memiliki septic tank
mengkontaminasi makanan. (29). Penelitian ini yang berjarak lebih dari 10 meter dari sumber air minum
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan di atau air sanitasi. Peneliti menemukan bahwa septic tank
wilayah operasi Dinas Kesehatan OKU, yang menemukan yang terletak kurang dari 10 meter dari sumber air minum
bahwa lebih banyak responden yang kualitas air atau air sanitasi dapat mencemari sumber air sehingga

minumnya tidak sesuai persyaratan (32). menyebabkan air yang digunakan tidak memenuhi baku
mutu. Jarak antara septic tank dengan sumber air yang
Pengaruh Sanitasi Lingkungan Terhadap Kejadian tidak memenuhi baku mutu menjadi salah satu penyebab
Stunting sumber air tercemar. Air yang tercemar tinja dapat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya menimbulkan berbagai penyakit seperti tifus, disentri,
yang dilaksanakan di Puskesmas Maryana, kolera,

63
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

diare, cacingan, dan lain-lain (39). Penyakit menular melalui feses hubungan antara tipe lantai rumah dengan kejadian stunting
melalui makanan, minuman, sayur-sayuran, dan buah-buahan (p-value=0,418) (45). Berdasarkan penelitian, 83,3% responden
yang dicuci menggunakan air yang terkontaminasi, media tanah, memiliki lantai keramik dan semen, dan 85,0% memiliki lantai
air yang tercemar, dan vektor (34). bersih; Namun tidak semua lantai yang bersih bebas kuman
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di bakteriologis karena responden jarang membersihkan lantai
Pulau Seraya, Tanjung Riau, Kota Batam, yang tidak dengan cairan pembersih lantai, dan balita sering memungut
menemukan hubungan signifikan antara ketersediaan sarana makanan yang jatuh ke lantai dan segera mengkonsumsinya
cuci tangan pakai sabun dengan frekuensi stunting (p- kembali. Lantai rumah merupakan salah satu area yang paling
value=0,607) (25). Berdasarkan penelitian, 98,3% responden sering diakses oleh anggota keluarga, sehingga kuman yang
menyediakan air yang cukup di tangki penampung atau ada di lantai dari lokasi yang dikunjungi keluarga dapat
ember dan sebanyak 85,0% responden menyediakan sabun dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui kulit (46).
untuk mencuci tangan; Namun, meskipun terdapat sabun cuci
tangan atau air yang cukup untuk mencuci tangan, responden Berdasarkan penelitian, 56,7% responden memiliki tanda-
tidak mencuci tangan dengan benar setelah menyentuh tanda adanya tikus di dalam rumah, 55,0% memiliki tanda-tanda
barang yang terkontaminasi kuman dan sebelum makan kecoa di dalam rumah, dan 68,3% memiliki tanda-tanda adanya lalat di

dengan tangan. Keharusan mencuci tangan dan dalam rumah. Makanan disimpan dalam lemari makanan atau ditutup

menggunakan sabun dengan benar adalah untuk menjaga dengan tudung saji di meja makan untuk menghindari kontaminasi

kebersihan tangan dan mencegah penyebaran kuman dari oleh hewan vektor dan pembawa penyakit. Penyakit ini biasanya

tangan ke tubuh manusia. Kuman dapat berpindah melalui ditularkan secara mekanis melalui vektor seperti lalat yang mencemari

kontak langsung dengan tangan atau dengan menyentuh makanan dengan kuman penyakit yang menempel di kaki atau tubuh

benda-benda di sekitar kita (40). mereka dari tumpukan sampah tempat mereka mendarat

Penelitian ini mendukung temuan sebelumnya bahwa sebelumnya. Demikian pula vektor kecoa dapat menyebarkan patogen

tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan saluran patogen melalui kontak langsung dengan makanan. Vektor seperti

drainase air limbah dan frekuensi stunting (p-value=0,814) (41). tikus banyak ditemukan di tumpukan sampah yang terbengkalai, dan

Menurut penelitian, 71,7% dari mereka yang tercemar memiliki baik di dalam maupun di luar tubuh tikus terdapat banyak parasit dan

saluran air limbah terbuka. Vektor dan hewan pembawa penyakit kutu tikus (34).

menyediakan sumber air bersih dan sanitasi, namun vektor dan Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
hewan pembawa penyakit tidak hinggap pada makanan yang kualitas air minum memiliki risiko 5,68 kali lipat untuk
dikonsumsi karena makanan yang dikonsumsi disimpan dalam terjadinya stunting. Penelitian ini juga sejalan dengan
lemari atau makanan di atas meja ditutup dengan penutup penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas Candipuro
makanan yang dapat digerakkan. Saluran pembuangan air limbah Lampung Selatan bahwa terdapat hubungan yang
yang terbuka dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor signifikan antara kualitas air minum dengan kejadian
dan perantara kuman penyakit yang dapat menimbulkan penyakit stunting (p-value=0,005) (28). Sebanyak 70% responden
seperti infeksi saluran pencernaan sehingga menurunkan memiliki bakteri koliform pada air minumnya. Air minum
penyerapan unsur hara. Jika hal ini berlanjut dalam jangka waktu yang dikonsumsi berasal dari air galon isi ulang yang
lama dan asupan nutrisi tidak mencukupi, hal ini dapat diperoleh di depo air isi ulang dekat rumah, yang
menyebabkan stunting (42). pengelolaan dan sumber airnya peneliti belum yakin
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan memenuhi standarnya. Peneliti juga menemukan kotoran
di Desa Mesjid Kecamatan Samarinda Seberang yang menyatakan di septic tank mempengaruhi air yang digunakan untuk
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan sanitasi, sehingga air yang digunakan untuk kebutuhan
sampah dengan kejadian stunting (p-value=1.000) (43). Menurut sehari-hari seperti mencuci alat makan dan mencuci
penelitian, 73,3% orang memiliki tempat sampah terbuka di tangan termasuk bakteri coliform. Kehadiran bakteri yang
rumahnya. Tempat sampah yang terbuka mendorong berpotensi berbahaya, seperti coliform danE.Coli, dapat
penyebaran bau tidak sedap dan mengundang vektor serta membahayakan kesehatan karena terkontaminasinya
hewan pembawa penyakit untuk hinggap di tempat sampah dan sumber minum atau wadah penyimpanan air minum (47).
kemudian hinggap pada makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Sedangkan hewan vektor atau pembawa penyakit Pengaruh Sanitasi Lingkungan Secara Simultan
tidak boleh memasukkan makanan atau minuman jika sudah terhadap Kejadian Stunting
disimpan dalam lemari atau ditutup dengan penutup makanan Berdasarkan hasil multivariat diketahui bahwa
yang dapat digerakkan. Sampah terbuka dapat menjadi surga ada dua variabel yaitu kualitas air minum dan sumber
bagi vektor, hewan pembawa penyakit, dan mikroorganisme (44). air sanitasi yang mempunyai peranan paling besar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Responden yang kualitas air minumnya tidak
dilakukan di Jawa Timur yang hasilnya tidak signifikan memenuhi syarat berjumlah 7,69

64
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

kali lebih besar kemungkinannya untuk mengalami stunting, 3. Badan Keahlian Parlemen Republik Indonesia.
sedangkan responden yang sumber air sanitasinya tidak Percepatan Penurunan Stunting untuk
Mewujudkan SDM Indonesia Unggul. Jakarta:
memenuhi syarat, mempunyai kemungkinan 5,78 kali lebih
Parlemen Republik Indonesia; 2022.
besar untuk mengalami stunting. Berdasarkan hasil
perhitungan, diketahui bahwa keluarga yang memiliki 4. Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi
persediaan air untuk sanitasi namun kualitas air minumnya Riau. Wagub: Stunting Harus Ditangani dengan
tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terjadinya stunting Serius. Pekanbaru: Dinas Komunikasi, Informatika
dan Statistik Provinsi Riau; 2022.
sebesar 21% (probabilitas 0,21) dan peluang terjadinya
variabel lain sebesar 79%. Mandi, mencuci, toilet, memasak,
5. Wahyuni S, Zahtamal, Nurhasanah, Elmasinta,
mandi, dan aktivitas lainnya semuanya membutuhkan air Hakiki R. Laporan Kajian : Kajian Kebutuhan dan
bersih. Air juga dapat menjadi media penyebaran penyakit di Kecukupan Gizi Seimbang pada Bayi dan Balita di
bidang kesehatan karena terdapat komponen kimia terlarut
Pekanbaru. Pekan Baru: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Nasional Pekanbaru;
dalam air yang dapat merusak kesehatan. Virus, bakteri, 2020.
vektor, dan protozoa merupakan beberapa agen yang dapat 6. Raihani N, Rahayuwati L, Yani DI, Rakhmawati W,
menyebarkan penyakit melalui air. Agen tersebut dapat Witdiawati. Hubungan Ketersediaan Sanitasi Dasar
menyebabkan infeksi saluran cerna pada anak, seperti diare. dengan Kejadian Stunting Balita.Jurnal Asuhan
Keperawatan. 2023;6(1):35-43.
Agen yang dapat menginfeksi kulit dan mata, selain saluran
https://doi.org/10.24198/jnc.v6i1.44429
pencernaan, antara lain kudis dan trachoma (48). Penyakit
7. Zahtamal, Restuastuti T, Restila R, Anggraini YE,
dapat ditularkan melalui air yang tercemar oleh feses yang
Yusdiana. Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan
tidak dibuang ke jamban atau feses yang berasal dari jamban terhadap Keluhan Penyakit Kulit.Jurnal Kesehatan
yang tidak memenuhi standar (49). Lingkungan Indonesia. 2022;21(1):9-17.https://doi.
org/10.14710/jkli.21.1.9-17
UCAPAN TERIMA KASIH 8. Kusumasari R. Gigitan atau sengatan Serangga.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2019https://
Kami berterima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas parasito.fkkmk.ugm.ac.id/gigitan-atau-sengatan-
Riau dan seluruh responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. serangga/
9. Sidhi AN, Raharjo M, Sewanti NAY. Hubungan
KESIMPULAN Kualitas Sanitasi Lingkungan dan Bakteriologis
Air Bersih Terhadap Kejadian Diare pada Balita di
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Wilayah Kerja Puskesmas Adiwerna Kabupaten
Tegal.JurnalKesehatanMasyarakat
bahwa terdapat pengaruh antara sumber air untuk
.2016;4(3):665-676.
sanitasi, ketersediaan dan kondisi toilet, serta kualitas
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/
air minum sebagai kebutuhan biologis terhadap view/13480
kejadian stunting. Tidak terdapat pengaruh antara 10. Hargono A, Waloejo C, Pandin MP, Choirunnisa
sumber air minum, kondisi sarana cuci tangan Z. Penyuluhan Pengolahan Sanitasi Air Bersih
untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Desa
menggunakan sabun, kondisi saluran pembuangan air
Mengare, Gresik.Jurnal Keterlibatan Komunitas
limbah, pengelolaan sampah rumah tangga, jenis dan Abimayu. 2022;3(1):1–10. https://doi.
kondisi lantai rumah, serta keberadaan vektor dan org/10.26740/abi.v3n1.p1-10
hewan yang membawa penyakit terhadap terjadinya 11. Wulandari, Rahayu F, Darmawansyah. Hubungan
stunting. Secara multivariat, faktor dominan terjadinya Sanitasi Lingkungan dan Riwayat Penyakit Infeksi
dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja
stunting adalah kualitas air minum sebagai kebutuhan Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara
biologis dan sumber air untuk sanitasi. Tahun 2019.Ibnu Sina: Jurnal Ilmiah. 2019;14(2):6–
13.
https://doi.org/10.36085/avicenna.v14i02.374

REFERENSI 12. Sutarto S, Indriyani R, Puspita Sari RD, Surya J,


Oktarlina RZ. Hubungan Kebersihan Diri, Sanitasi,
1. Husain RI, Umar MK, Lamatenggo N. Perilaku Ibu dan Riwayat Penyakit Infeksi Enterik (diare)
Terhadap Pertumbuhan Balita dalam Permasalahan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-60
Stunting dan Pencegahannya di Desa Torosiaje Jaya. Bulan. Jurnal Dunia Kesmas. 2021;10(1):56–65.
Jurnal Siberia.2019;8(2):158-164.https://doi.org/ https://doi.org/10.33024/jdk.v10i1.3415
10.37905/sibermas.v8i2.8302
13. Sutriyawan A, Kurniawati RD, Rahayu S, Habibi J.
2. Rahmadhita K. Permasalahan Stunting dan Hubungan Status Imunisasi dan Riwayat Penyakit
Pencegahannya.Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Infeksi dengan Kejadian Stunting Pada Balita:
Husada.2020;11(1):253.https://doi.org/10.35816/ Studi Retrospektif.Jurnal Kebidanan. 2020;8(2):1–9.
jiskh.v11i1.253 https://doi.org/10.37676/jm.v8i2.1197

65
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

14. Yadika ADN, Berawi KN, Nasution SH. Pengaruh Pengetahuan dengan Kejadian Stunting pada
Stunting terhadap Perkembangan Kognitif dan Balita di Wilayah Puskesmas Rambah.Jurnal
Prestasi Belajar.Jurnal MAJORITY Universitas Kesehatan Global. 2021;4(1):17–25.https://doi. org/
Lampung. 2019;8(2):273-282. https://juke. 10.33085/jkg.v4i1.4767
kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/ 25. Nasution PS, Fajar, Pramawati A. Hubungan
view/2483/2439 PenggunaanAir Bersih, Jamban Sehat, Cuci Tangan
15. Khairani N, Effendi SU. Karakteristik Balita, ASI Pakai Sabun (CTPS), dan Infeksi Kecacingan
Eksklusif, dan Keberadaan Perokok dengan dengan Kejadian Stunting padaAnak Balita di
Kejadian Stunting pada Balita.Jurnal Aksi:Jurnal Pulau Seraya Kelurahan Tanjung Riau Kota Batam
Gizi Aceh. 2022;7(1):15-25.http://dx.doi. org/ Tahun 2022.Jurnal Kesehatan Ibnu Sina.
10.30867/action.v7i1.423 2022;3(2):1-17. https://ojs3.lppm-uis.org/
16. Kullu VM, Yasnani, Lestari H. Faktor-Faktor yang index.php/J-KIS/article/ lihat/362
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita 26. Ilahi W, Suryati Y, Noviyanti, Mediani Henny S,
Usia 24-59 Bulan di Desa Wawatu Kecamatan Rudhiati F. Analisis Pengaruh WASH (Water,
Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Tahun Sanitation and Hygiene) terhadap Kejadian
2017.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Stunting di Balita.Jurnal Keperawatan Silampari.
2018;3(2):1–11.https://ojs.uho.ac.id/index.php/ 2022;6(1):455-465. https://doi.org/10.31539/jks.
JIMKESMAS/article/view/4017 v6i1.4442
17. Anggraini Y, Rusdy HN. Faktor yang Berhubungan 27. Mariana R, Nuryani DD. Hubungan Sanitasi Dasar
dengan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat. Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat
Dinamika Kesehatan:Jurnal Kebidanan dan Kota Metro Tahun 2021.Jurnal Isu Kesehatan
Keperawatan. 2019;10(2):902–910.https://doi. org/ Masyarakat. 2021;1(1):1–18.http://e-jurnal.iphorr.
10.33859/dksm.v10i2.472 com/index.php/chi/article/view/99
18. Mugianti S, Mulyadi A, Anam AK, Najah ZL. Faktor 28. Mayasari E, Sari FE, Yulyani V. Hubungan Air dan
Penyebab Anak Stunting Usia 25-60 Bulan di Sanitasi dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.Jurnal Ners dan UPT Puskesmas Candipuro Kabupaten Lampung
Kebidanan. 2018;5(3):268-278.https://doi. org/ Selatan Tahun 2021.IJOHM. 2022;2(1):51–59.
10.26699/jnk.v5i3.ART.p268-278 https://ijohm.rcipublisher.org/index.php/ijohm/
19. AdzuraM, Fathmawati F,YuliaY. HubunganSanitasi, Air artikel/lihat/101
Bersih dan Mencuci Tangan dengan Kejadian 29. Purnama SG. Buku Ajar Pengendalian Vektor.
Stunting Pada Balita di Indonesia.Sulolipu: Media Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat. Udayana; 2015.
2021;21(1):79-89.https://doi.org/10.32382/sulolipu. 30. Chornelis NJ, Nabuasa E, Sahdan M. Analisis Faktor
v21i1.2098 Resiko Kejadian Stunting pada Anak Balita Dua Tahun
20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan di Desa Helebeik Kecamatan Lobalain Kabupaten
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun Rote Ndao. Lontar:Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2017 Tentang Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan 2022;4(2):115-124.https://ejurnal.undana. ac.id/
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Kebersihan index.php/LJCH/article/view/4402
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan 31. Hidayah N, Rita W, Anita B, Podesta F, Ardiansyah
Pemandian Umum. Jakarta: Kementerian Kesehatan S, Subeqi AT, dkk. Hubungan Pola Asuh dengan
Republik Indonesia; 2017. Kejadian Stunting (Rekomendasi Pengendaliannya
21. Mia H, Sukmawati S, Abidin U, Wusqa A. Hubungan di Kabupaten Lebong).Riset Informasi Kesehatan.
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Terhadap 2019;8(2):140-151. https://doi.org/10.30644/rik.
Kejadian Stunting Pada Balita di Desa Kurma. v8i2.237
Jurnal Peqguruang: Seri Konferensi. 32. Suryani F, Gustina E, Ulfah M. Analisis Kualitas Fisik
2021;3(2):494-502. http://dx.doi.org/10.35329/ dan Risiko Kontaminasi terhadap Kandungan
jp.v3i2.2553 Bakteriologis pada Sumur Gali di Wilayah Kerja
22. Sinatrya AK, Muniroh L. Hubungan Faktor Water, Dinas Kesehatan OKU 2021.Jurnal Kesehatan
Sanitation, and Hygiene (WASH) dengan Stunting di Saelmakers Perdana. 2022;5(1):85–96.https://doi.
Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten org/10.32524/jksp.v5i1.393
Bondowoso.Nutrisi Amerta. 2019;3(3):164-170. 33. Zairinayati, Purnama R. Hubungan Hygiene dan
https://doi.org/10.20473/amnt.v3i3.2019.164-170 Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting di
23. Diaz AR, Ramadhani F. Hubungan Sanitasi Dasar Balita.Babul Ilmi: Jurnal Ilmiah Multi Science
dan Riwayat Penyakit Infeksi Diare Penyebab Kesehatan. 2019;10(1):78–90.https://
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Jerusu Desa jurnal.stikesaisyiyah-palembang.ac.id/index.php/
Jerusu Kecamatan Kepulauan Romang Kabupaten Kep/article/view/805
Maluku Barat Daya.Maluku Medika. 34. Ramlan J, Sumihardi. Bahan Ajar Kesehatan
2022;15(2):90-99. https://doi.org/10.30598/ Lingkungan Sanitasi Industri dan K3. Jakarta:
molmed.2022.v15.i2.90 Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
24. Adriany F, Hayana H, Nurhapipa N, Septiani W, Sari Sumber Daya Manusia Kesehatan Masyarakat
NP. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Republik Indonesia; 2019.

66
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v16i1.2024.59-67 Jil. 16 No.1 Januari 2024 (59-67)

35. Himawati EH, Fitria L. Hubungan Infeksi Saluran 43. KSP Al-firdausyah, Thaha AR, Dachlan DM, Virani
Pernapasan Atas dengan Kejadian Stunting pada D, Battung SM. Hubungan Sanitasi Lingkungan
Anak Usia di Bawah 5 Tahun di Sampang.Jurnal dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian
Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2020;15(1):1–5. Stunting pada Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah
https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.1-5 Kerja Puskesmas Patimpeng Kabupaten Bone.
36. Hasan A, Kadarusman H, Sutopo A. Air Minum, Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia. 2021;10(1):52–
Sanitasi, dan Hygiene sebagai Faktor Risiko 66. https://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/
Stunting di Wilayah Pedesaan.Jurnal Kesehatan. article/view/20426
2022;13(2):299-307. https://doi.org/10.26630/ 44. Jaenudin, Aprianto S, Andini CSD. Hubungan
jk.v13i2.2984 Pengelolaan Sampah dengan Kejadian Diare di
37. Anggraini W, Febriawati H, Amin M. Akses Jamban Kelurahan Argasunya Kota Cirebon.Jurnal Kesehatan
Sehat Pada Balita Stunting.Jurnal Keperawatan Mahardika. 2018;5(1):16–22.https://
Silampari. 2022;6(1):117-123. https://doi. jurnal.mahardika.ac.id/index.php/jkm/article/view/26
org/10.31539/jks.v6i1.4069 45. Nadhiroh SR, Riyanto ED, Jannah SZ, Salsabil IS.
38. Zahtamal Z, Chandra F, Restila R, Restuastuti Potensi Balita Risiko Stunting dan Hubungannya
T. Perilaku Buang Air Besar Pada Anak Usia dengan Keluarga Pra-Sejahtera di Jawa Timur:
Sekolah Dasar Yang Tinggal Disepanjang Sungai Analisis Data PK-21.Media Gizi Indonesia.
Kampar Provinsi Riau.Jurnal Kesehatan 2022;17(1SP):112-119. https://doi.org/10.20473/
Lingkungan. 2020;12(2):87-96.
https://doi.org/10.20473/jkl. mgi.v17i1SP.112-119
v12i2.2020.87-96 46. Putri EBP, Namira FP, Syafiuddin A. Gambaran
39. Sapulet MR. Hubungan Antara Jarak Septic Tank Ke Penyebab Keluarga Berisiko Stunting di
Sumur Gali dan Kandungan Escherichia Coli Dalam Kabupaten Bojonegoro.Media Gizi Indonesia.
Air Sumur Gali di Kelurahan Tuminting Kecamatan 2022;17(1SP):13–21.
Tuminting Kota Manado.Jurnal Biomedik. https://doi.org/10.20473/mgi.v17i1SP.13-21
2013;2(3):179-186. https://doi. 47. Anwar K, Setyani LI. Hubungan Perilaku
org/10.35790/jbm.2.3.2010.1197 Pengelolaan Air Minum dan Tingkat Kecukupan
40. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Makronutrien dengan Status Gizi Balita.Nutrisi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 3 Tahun Amerta. 2022;6(1SP):306–313.
2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. https://doi.org/10.20473/
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; amnt.v6i1SP.2022.306-313
2014. 48. Priyanto D. Peran Air dalam Penyebaran Penyakit.
41. Febrianita Y, Fitri A, Muthia R. Hubungan Sanitasi Balaba. 2011;7(1):27-28.http://ejournal2.litbang.
Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Balita kemkes.go.id/index.php/blb/article/view/760
di Keluarga Kubang Raya Kecamatan Siak Hulu. 49. Yantu SS, Warouw S, Umboh JM. Hubungan Antara
Jurnal Ilmu Keperawatan. 2022;11(2):165-170. Sarana Air Bersih dan Jamban Keluarga dengan
https://doi.org/10.35328/keperawatan.v11i2.2277 Kejadian Diare pada Balita di Desa Waleure.
42. Syamsuddin, Anisah UZ. Analisis Pendekatan Sanitasi Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
dalam Penanggulangan Stunting (Studi Literatur). Sam Ratulangi.2021;10(6):24-30. https://
Jurnal Sulolipu. 2020;20(1):303-309.https://doi. org/ ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/kesmas/article/
10.32382/sulolipu.v2i20.1745 view/35445

67

Anda mungkin juga menyukai