Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822

Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022


https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

KARAKTERISTIK SANITASI LINGKUNGAN PADA KELUARGA


DENGAN BALITA STUNTING
Characteristic Of Environmental Sanitation in Family With Stunting
Children Under Five Years Of Age

ENDAH KUSUMA WARDANI1, LUTVIA DWI ROFIKA2

STIKes Banyuwangi
1,2

JL. Letkol Istiqlah No. 109, Kec. Giri, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur
e-mail: qsuma89@yahoo.com

DOI: 10.35451/jkk.v4i2.1043

Abstrak
Perhatian terhadap kekurangan gizi semakin meningkat dalam beberapa
dekade terakhir, salah satunya pada kasus stunting. Masalah gizi yang saat ini
disorot di dunia yaitu stunting dimana terdapat sekitar 161 juta anak
mengalami stunting. Stunting adalah ukuran tinggi badan yang pendek
dibandingkan dengan usia. Faktor penyebab stunting terdiri atas penyebab
langsung dan tidak langsung yang salah satunya dari aspek sanitasi lingkungan
yaitu akses air bersih, sanitasi dan hygiene. Penelitian ini bertujuan
memberikan gambaran tentang karakteristik sanitasi lingkungan pada keluarga
dengan balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Klatak dan Wonosobo,
Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan desain
case series. Subyek penelitian yang digunakan berjumlah 60 balita stunting
dengan proportional random sampling sebagai teknik pengambilan sampelnya.
Variabel dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan, yang terdiri atas akses
air bersih, kepemilikan sarana air bersih, kepemilikan kamar mandi,
kepemilikan jamban, dan kepemilikan kandang ternak. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner untuk mengukur karakteristik responden dan kondisi
sanitasi lingkungan. Pedoman wawancara, lembar observasi, buku KIA, dan
laporan bulan timbang. Data diolah menggunakan analisis deskriptif. Hasil yang
tergambar dalam penelitian ini adalah sebagian besar subyek penelitian hidup
pada keluarga yang memiliki akses air bersih, memiliki kamar mandi dan
jamban, namun juga pada keluarga yang memiliki kandang ternak yang dekat
dengan rumah induk. Pemantauan terhadap kepemilikan, penggunaan, dan
perawatan akses air bersih, jamban, kamar mandi, dan kandang hewan ternak
di lingkungan rumah harus dapat dilakukan dengan baik supaya mampu
menjadi salah satu strategi dalam pencegahan terjadinya balita stunting.
Pencegahan kontaminasi terhadap kualitas air, tanah, dan udara menjadi salah
alur dalam pencegahan terjadinya stunting pada balita supaya balita dapat
berkembang secara optimal sesuai usia dan masa pertumbuhan.

Kata kunci: stunting, sanitasi lingkungan, balita.

Abstract
Attention to malnutrition has increased in recent decades, one of which is
stunting. The nutritional problem that is currently being highlighted in the world
is stunting where there are around 161 million children experiencing stunting.
Stunting is a measure of short height compared to age. Factors causing

93
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

stunting consist of direct and indirect causes, one of which is from the aspect
of environmental sanitation, namely access to clean water, sanitation and
hygiene. This study aims to provide an overview of the characteristics of
environmental sanitation in families with stunting children under five years of
age in the Klatak and Wonosobo Public Health Centers, Banyuwangi. This
research is a descriptive study and a case series design. The research subjects
used were 60 stunting toddlers with proportional random sampling as the
sampling technique. The variables in this study were environmental sanitation,
which consisted of access to clean water, ownership of clean water facilities,
ownership of bathrooms, ownership of latrines, and ownership of cattle pens.
The research instrument used a questionnaire to measure the characteristics
of respondents and environmental sanitation conditions, interview guidelines,
observation sheets, KIA books, and weighing month reports. The data was
processed using descriptive analysis. The results depicted in this study are that
most of the research subjects live in families that have access to clean water,
have bathrooms and latrines, but also in families who have cattle pens close to
the main house. Monitoring of ownership, use, and maintenance of access to
clean water, latrines, bathrooms, and livestock cages in the home environment
must be carried out properly so that it can become one of the strategies in
preventing stunting under five. Prevention of contamination of water, soil, and
air quality is one of the ways in preventing stunting in toddlers so that toddlers
can develop optimally according to their age and growth period.

Keywords: Stunting, environmental sanitation, children under five years of


age.

1. PENDAHULUAN manusia salah satunya yaitu angka


Kekurangan gizi pada balita kejadian stunting. Oleh karena itu
menjadi masalah gizi yang saat ini pemerintah menetapkan langkah-
menjadi sorotan dunia karena langkah yang strategis, efektif dan
berhubungan dengan peningkatan efisian untuk mempercepat penurunan
morbiditas pada anak (Leroy & Frongillo, stunting (Hasanah et al., 2021).
2019). Stunting menjadi salah satu Hasil Riskesdas tahun 2020,
permasalahan gizi yang mendapat menunjukkan bahwa jumlah balita
perhatian penting dari pemerintah. stunting (TB/U <-2 SD) di Indonesia
Stunting berdasarkan Standar sejumlah 11,6% yang setara dengan
Pertumbuhan Anak WHO didefinisikan 1.325.298 balita. Persentase balita
sebagai suatu kondisi dimana anak lebih stunting masih tinggi meskipun sudah
pendek dari usianya dan memiliki melampaui target yang telah ditetapkan
Zscore ≤ -2 SD (De Onis & Branca, yaitu 24,1% (Kementerian Kesehatan
2016). Setelah bertahun-tahun RI, 2021). Untuk hasil pengukuran
diabaikan, kini stunting menjadi salah timbang di Kabupaten Banyuwangi
satu prioritas utama dalam kesehatan berdasarkan profil kesehatan
dunia dimana target dari Millennium Kabupataen Banyuwangi tahun 2020,
Development Goals (MDGs) salah didapatkan hasil bahwa persentase
satunya adalah menurunkan stunting balita stunting sebesar 8,2% dengan
sebesar 40% pada tahun 2025 jumlah 7.909 balita. Berdasarkan
(Prendergast & Humphrey, 2014). laporan timbang tahun 2020 di
Parameter dalam pembangunan modal

94
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

Puskesmas Klatak, angka balita stunting Faktor predisposisi dari stunting juga
berada di atas angka kabupaten yaitu dapat dilihat dari beberapa karakteristik
sebesar 9,9% sedangkan pada wilayah antara lain jenis kelamin, bayi lahir
kerja Puskesmas Wonosobo sebesar prematur, riwayat panjang bayi saat
7,7% (Dinas Kesehatan Kabupaten lahir, bayi yang tidak mendapatkan ASI
Banyuwangi, 2021). Eksklusif, tinggi badan dan pendidikan
Faktor penyebab stunting secara ibu, status sosial ekonomi, sanitasi tidak
langsung terdiri dari status gizi ibu, sehat, kurangnya akses air bersih serta
pemberian MP-ASI, riwayat penyakit buruknya akses terhadap layanan
infeksi. Pada faktor penyebab tidak kesehatan, kepemilikan dan
langsung yaitu pendidikan, ketahanan penggunaan jamban sehat yang benar
pangan, sistem layanan kesehatan, (Beal et al., 2018(Uliyanti et al., 2017).
sarana air bersih dan sanitasi
lingkungan (Stewart et al., 2013).

Gambar 1. Alur Hubungan Hygiene Sanitasi dan Gizi (Chase & Ngure, 2016)

Faktor lingkungan merupakan tersebut. Lingkungan yang bersih akan


salah satu faktor risiko terjadinya mengurangi risiko penyebaran penyakit
stunting. Prevalensi terjadinya stunting seperti diare dan cacingan (Riyadi et al.,
tahun 2017 akibat kesehatan 2011). Anak yang pernah mengalami
lingkungan sebesar 72,04%. Sanitasi diare akibat dari sanitasi air yang buruk
lingkungan yang buruk memiliki dampak menyebabkan terjadinya malabsorbsi
yang secra tidak langsung terhadap makanan yang pada akhirnya akan
proses tumbuh kembang balita yang memperburuk kondisi status gizinya.
pada akhirnya mempengaruhi status Hal ini jika terjadi dalam waktu yang
gizinya. Kondisi lingkungan yang baik terus menerus tanpa adanya tindakan
akan mempengaruhi kondisi kesehatan maka akan mempengaruhi pemenuhan
keluarga yang berada di lingkungan gizinya sehingga akan meningkatkan

95
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

risiko masalah kekurangan gizi salah sampling. Setelah didapatkan


satunya yaitu stunting (Rhomadona & puskesmas dengan angka kejadian
Siagian, 2021). stunting tertinggi, dari jumlah populasi
Berbagai dampak akan terjadi didapatkan subyek penelitian sejumlah
sebagai akibat dari kekurangan gizi 60 balita stunting. Pemilihan subyek
tersebut antara lain perkembangan penelitian dari masing-masing wilayah
kognitif yang lambat, penurunan kerja puskesmas menggunakan rumus
prestasi, dan risiko menderita penyakit proporsional untuk menentukan jumlah
degeneratif pada usia dewasa (Leroy & sampel di masing-masing desa.
Frongillo, 2019). Dengan adanya Selanjutnya digunakan cara undian
dampak tersebut, angka kejadian dalam menentukan subyek penelitian
stunting yang tinggi akan berpengaruh namun tetap dengan memperhatikan
terhadap kualitas hidup manusia secara kriteria inklusi yang ditentukan antara
holistik sehingga juga dapat lain balita berusia 25-60 bulan, memiliki
mempengaruhi perekonomian negara buku KIA, tercatat dalam data laporan
(TNP2K, 2017). hasil pengukuran TB/U yang sudah
Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi informed consent
memberikan gambaran karakteristik responden.
sanitasi lingkungan pada keluarga Variabel dalam penelitian ini
dengan balita stunting di Wilayah Kerja adalah sanitasi lingkungan yang terdiri
Puskesmas Klatak dan Puskesmas atas akses air bersih, kepemilikan air
Wonosobo, Kabupaten Banyuwangi. bersih, kepemilikan kamar mandi,
Pemilihan lokasi penelitian dengan kepemilikan jamban dan kepemilikan
mempertimbangkan angka kejadian kandang hewan ternak. Instrumen yang
stunting yang tertinggi di Kabupaten digunakan yaitu kuesioner karakteristik
Banyuwangi dengan melihat beberapa data demografi responden, kuesioner
faktor penyebab terjadinya stunting sanitasi lingkungan yang sudah pernah
salah satunya yaitu sanitasi lingkungan digunakan oleh peneliti sebelumnya,
sebagai salah satu sasaran dalam pedoman wawancara, lembar observasi,
intervensi gizi sensitif pencegahan buku KIA dan laporan bulan timbang.
stunting Distribusi data frekuensi dari masing-
masing variabel dijelaskan secara
2. METODE deskriptif.
Jenis penelitian yang digunakan
yaitu penelitian deskriptif dengan 3. HASIL
pendekatan case series karena semua Penelitian ini mendeskripsikan
subyek penelitian adalah balita stunting karakteristik sampel yang meliputi
tanpa ada pembanding. Lokasi karakteristik umum balita dan kondisi
penelitian dipilih berdasarkan kriteria sanitasi lingkungan meliputi akses dan
yang ditentukan peneliti yaitu dengan kepemilikan air bersih, kepemilikan
melihat angka balita stunting tertinggi kandang ternak, dan kepemilikan serta
sehingga lokasi yang digunakan adalah penggunaan kamar mandi dan jamban.
Wilayah Kerja Puskesmas Klatak dan
Wonosobo. Populasi yang digunakan Tabel 1. Distribusi Balita Stunting
yaitu semua balita stunting berdasarkan berdasarkan Jenis Kelamin dan Riwayat
hasil data pengukuran antropometri Infeksi
Karakteristik f %
TB/U pada bulan timbang.
Jenis Kelamin
Teknik penentuan sampel dengan
Perempuan 28 46.7
menggunakan proportional random

96
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

Laki-Laki 32 53.3 Total 60 100.0


Total 60 100.0
Penyakit Infeksi Pada tabel 2 karakteristik sanitasi
Ya 4 6.7 lingkungan, dapat dilihat hasil bahwa
Tidak 56 93.3 akses air bersih pada keluarga yang
Total 60 100.0 memiliki balita stunting hampir
Dari jumlah subyek penelitan seluruhnya (93.3%) menggunakan PAM
sebanyak 60 balita dengan stunting, dan merupakan milik sendiri (86.7%).
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki Dalam kepemilikan kamar mandi dan
yaitu 32 balita (53,3%) dan kurang dari jamban didapatkan hasil 96.7%
setengah subyek penelitian berjenis keluarga memiliki kamar mandi dan
kelamin perempuan yaitu 28 orang 95% memiliki jamban. Sedangkan
(46,7%). untuk kepemilikan kandang hewan
Pada riwayat penyakit infeksi ternak, dari 60 keluarga balita stunting,
terlihat bahwa 4 orang balita yang saat lebih dari setengah yaitu 51.7%
ini mengalami stunting memiliki riwayat memiliki kandang yang berada dekat
penyakit penyerta dalam 6 bulan dengan rumah induk.
terakhir. Dari 4 orang tersebut, 1 orang
mengalami meningitis, 2 orang diare, 1 4. PEMBAHASAN
orang ISPA. Air merupakan kebutuhan utama
bagi kehidupan manusia namun juga
Tabel 2. Distribusi Kondisi Sanitasi memiliki peranan dalam penyebaran
Lingkungan pada Keluarga dengan penyakit. Air yang tidak layak dapat
Balita Stunting menimbulkan berbagai macam penyakit
Karakteristik f % antara lain diare, thypus dan sebagainya
Akses Air Bersih (Ramdaniati & Nastiti, 2019). Semba
PAM 56 93.3 (2011) pada penelitiannya menemukan
Sumur 4 6.7 hubungan yang cukup kuat tentang
Total 60 100.0 keterkaitan kejadian stunting pada
Kepemilikan Air balita yang mengalami diare (Semba et
Bersih al., 2011). Penelitian Marini (2020)
Milik Sendiri 52 86.7 menyebutkan bahwa terdapat
Bukan Milik Sendiri 8 13.3 hubungan antara sumber air minum
Total 60 100.0 ledeng dengan kejadian diare (Marini et
Kepemilikan Kamar al., 2020). Kejadian diare pada keluarga
Mandi yang menggunakan air ledeng bisa
Memiliki 58 96.7 disebabkan karena air terkontaminasi
Tidak memiliki 2 3.3 oleh kuman/bakteri penyebab diare,
Total 60 100.0 kurangnya higiene dan perilaku individu
Kepemilikan Jamban tersebut (Swastika, 2017).
Memiliki Menjaga kualitas air tetap bersih
Tidak Memiliki 57 95.0 dan layak dari sumber air sampai
3 5.0 dengan dikonsumsi juga menjadi salah
Total 60 100.0 satu cara untuk mengurangi risiko
Kandang Hewan terjadinya diare pada balita salah
Ternak satunya dengan pengolahan dan
Memiliki 31 51.7 penyimpanan air minum yang baik dan
Tidak Memiliki 29 48.3 benar (Susanti, WE, Novrikasari &
Sunarsih, 2016). Oleh karena itu,

97
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

sumber air bersih yang terlindung harus merupakan salah satu faktor risiko
selalu dijaga untuk melindungi keluarga terjadinya ISPA pada balita (Sari, L,
terutama balita supaya terhindar dari Famalika, A, Sihombing, PR, Hidayat,
penyakit salah satunya diare sehingga 2020).
balita dapat berkembang dan tumbuh Kualitas lingkungan akan
secara optimal (Ramdaniati & Nastiti, berpotensi mengalami penurunan
2019). karena keberadaan hewan ternak dapat
Penelitian oleh Bardosono (2007) meningkatkan keberadaan bakteri,
juga menjelaskan bahwa stunting yang protozoa, fungi dan virus yang dapat
terjadi pada balita berhubungan dengan menjadi agent penyebab terjadinya
riwayat penyakit yang pernah diderita ISPA (Saputri, 2016). Selain itu, gas-gas
yaitu diare, infeksi saluran pernafasan, yang berasal dari kandang hewan ternak
dan demam (Bardosono et al., 2007). seperti hydrogen sulfide (H2S), amonia
Sanitasi lingkungan dan personal (NH3), carbon dioxide (CO2) dan
hygiene memiliki pengaruh penting methane (CH4) merupakan beberapa
terhadap kejadian stunting, misalnya polutan udara yang juga menjadi faktor
seringnya anak mengalami penyakit risiko penyebab ISPA (Kirkhorn, n.d.).
infeksi, kebiasaan Cuci Tangan Pakai Namun hal ini bisa diantisipasi dengan
Sabun (CTPS) yang belum benar cara memelihara kebersihan kandang,
sehingga dapat meningkatkan risiko kotoran hewan dan menjaga jarak
untuk mengalami diare (Fikawati, kandang ternak dengan rumah supaya
Sandra, Syafiq, Ahmad, & Veratamala, risiko terjadinya ISPA dapat ditekan
2017). Penyebaran penyakit akibat (Puspita, 2014).
kotoran manusia serta vector pembawa
penyakit dapat dicegah dengan 5. KESIMPULAN
penggunaan jamban sehat yang sesuai Sanitasi lingkungan termasuk di
dengan kriteria dalam PHBS dimana dalamnya yaitu akses air bersih,
manfaatnya akan dapat dirasakan oleh kepemilikan jamban, kepemilikan kamar
keluarga pengguna jamban dan mandi, dan adanya kandang hewan
masyarakat sekitarnya (Kementerian ternak di lingkungan rumah harus dapat
Kesehatan RI, 2014). dipantau kepemilikan, penggunaan dan
Penelitian Yuniarti (2019) perawatannya dengan baik supaya
menyatakan bahwa balita memiliki mampu menjadi salah satu strategi
risiko 7,01 kali menjadi stunting jika dalam pencegahan terjadinya balita
balita tersebut memiliki riwayat stunting. Pencegahan kontaminasi
mengalami ISPA (Yuniarti et al., 2019). terhadap kualitas air, tanah dan udara
Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari menjadi salah alur dalam pencegahan
setengah (51.7%) keluarga memiliki terjadinya stunting pada balita supaya
kandang ternak yang berada dekat balita dapat berkembang secara optimal
dengan rumah induk. Keberadaan sesuai usia dan masa pertumbuhan.
kandang ini dapat menjadi faktor risiko
kurangnya kebersihan lingkungan di DAFTAR PUSTAKA
sekitar rumah baik secara kualitas air Bardosono, S., Sastroamidjojo, S., &
maupun kualitas udara. Hasil penelitian Lukito, W. (2007). Determinants of
child malnutrition during the 1999
Sari (2020) menyatakan bahwa risiko
economic crisis in selected poor
terjadinya ISPA pada anak dapat areas of Indonesia. Asia Pacific
meningkat 3,2 kali dengan adanya Journal of Clinical Nutrition, 16(3).
kandang ternak di sekitar rumah. Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A.,
Adanya hewan ternak di sekitar rumah Izwardy, D., & Neufeld, L. M.

98
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

(2018). A review of child stunting 34(4), 250–265.


determinants in Indonesia. Puspita, A. D. (2014). Hubungan
Maternal & Child Nutrition, 14(4), Pemeliharaan Ternak dengan
e12617. Kejadian ISPA di Desa Patokan,
Chase, C., & Ngure, F. (2016). Kecamatan Bantaran, Kabupaten
Multisectoral approaches to Probolinggo. Universitas Airlangga.
improving nutrition: water, Ramdaniati, S. N., & Nastiti, D. (2019).
sanitation, and hygiene. Available Hubungan Karakteristik Balita,
at: Worldbankwater@ Worldbank. Pengetahuan Ibu dan Sanitasi
Org or Www. Wsp. Org. Accessed Terhadap Kejadian Stunting pada
December, 21, 2016. Balita di Kecamatan Labuan
De Onis, M., & Branca, F. (2016). Kabupaten Pandeglang. HEARTY:
Childhood stunting: a global Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2).
perspective. Maternal & Child Rhomadona, S. W., & Siagian, M. L.
Nutrition, 12, 12–26. (2021). Upaya Peningkatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kesehatan Sanitasi Keluarga dalam
Banyuwangi. (2021). Profil Pencegahan Stunting Melalui
Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Edukasi Tentang Cara
2020. Dinas Kesehatan Kabupaten Penyimpanan dan Pengolahan
Banyuwangi. Sayuran yang Benar. Jurnal
Fikawati, Sandra, Syafiq, Ahmad, & Pengabdian Masyarakat, 2(2), 18–
Veratamala, A. (2017). Gizi Anak 25.
dan Remaja. PT. RajaGrafindo Riyadi, H., Martianto, D., Hastuti, D.,
Persada. Damayanthi, E., & Murtilaksono, K.
Hasanah, S., Handayani, S., & Wilti, I. (2011). Faktor-Faktor Yang
R. (2021). Hubungan Sanitasi Mempengaruhi Status Gizi Anak
Lingkungan Dengan Kejadian Balita Di Kabupaten Timor Tengah
Stunting Pada Balita di Indonesia Utara, Provinsi Nusa Tenggara
(Studi Literatur). Jurnal Timur. Jurnal Gizi Dan Pangan,
Keselamatan Kesehatan Kerja Dan 6(1), 66–73.
Lingkungan, 2(2), 83–94. Saputri, I. W. (2016). Analisis Spasial
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Faktor Lingkungan Penyakit ISPA
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Pneumonia pada Balita di Provinsi
Kementerian Kesehatan RI. Banten Tahun 2011-2015. FKIK
Kementerian Kesehatan RI. (2021). UIN Jakarta.
Laporan Kinerja Kementerian Sari, L, Famalika, A, Sihombing, PR,
Kesehatan Tahun 2020. Hidayat, M. (2020). FAKTOR-
Kementerian Kesehatan RI. FAKTOR YANG MENJELASKAN
Kirkhorn, S. R. (n.d.). Garry VF. PREVALENSI ANAK PENGIDAP ISPA
Agricultural Lung Diseases. Environ DI INDONESIA. LOMBOK JOURNAL
Health Perspect, 108, 705–712. OF SCIENCE, 2(3), 8–15.
Leroy, J. L., & Frongillo, E. A. (2019). Semba, R. D., Moench-Pfanner, R., Sun,
Perspective: what does stunting K., De Pee, S., Akhter, N., Rah, J.
really mean? A critical review of the H., Campbell, A. A., Badham, J.,
evidence. Advances in Nutrition, Bloem, M. W., & Kraemer, K.
10(2), 196–204. (2011). Consumption of
Marini, M., Ofarimawan, D., & Ambarita, micronutrient-fortified milk and
L. P. (2020). HUBUNGAN SUMBER noodles is associated with lower
AIR MINUM DENGAN KEJADIAN risk of stunting in preschool-aged
DIARE DI PROVINSI SUMATERA children in Indonesia. Food and
SELATAN. SPIRAKEL, 12(1), 35– Nutrition Bulletin, 32(4), 347–353.
45. Stewart, C. P., Iannotti, L., Dewey, K.
Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. G., Michaelsen, K. F., & Onyango,
(2014). The stunting syndrome in A. W. (n.d.). Matern Child
developing countries. Paediatrics Nutr.(2013). Contextualising
and International Child Health, Complementary Feeding in a

99
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-0822
Vol. 4 No.2 Edisi November 2021 – April 2022
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 06 April 2022 :: Accepted: 08 April 2022 :: Published: 28 April 2022

Broader Framework for Stunting


Prevention. Sep, 9, 27–45.
Susanti, WE, Novrikasari & Sunarsih, E.
(2016). Determinan Kajadian Diare
pada Anak Balita di Indonesia
(Analisis Lanjut Data Sdki 2012).
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
7(1), 64–72.
Swastika, D. (2017). Analisis Kualitas
dan Kelayakan Air PDAM pada
Beberapa Usaha Katering di kota
Semarang. Universitas Katolik
Soegijapranata, Semarang.
TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota
Prioritas untuk Intervensi Anak
Kerdil (Stunting). Sekretariat Wakil
Presiden Indonesia.
Uliyanti, U., Tamtomo, D. G., &
Anantanyu, S. (2017). Faktor yang
berhubungan dengan kejadian
stunting pada balita usia 24-59
bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan,
3(2), 67–77.
Yuniarti, T. S., Margawati, A., &
Nuryanto, N. (2019). Faktor Risiko
Kejadian Stunting Anak Usia 1-2
Tahun Di Daerah Rob Kota
Pekalongan. Jurnal Riset Gizi, 7(2),
83–90.

100

Anda mungkin juga menyukai