Anda di halaman 1dari 3

Sanitasi

Sanitasi adalah lingkungan cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan
fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Sanitasi adalah sebuah perilaku yang disengaja untuk
membudayakan hidup dengan bersih dan bermaksud untuk mencegah manusia bersentuhan
secara langsung dengan bahanbahan kotor dan berbahaya yang mana perilaku ini menjadi usaha
yang diharapkan bisa menjaga serta meningkatkan kesehatan manusia. Jadi, dengan kata lain
pengertian dari sanitasi ini merupakan upaya yang dilakukan demi menjamin dan mewujudkan
kondisi yang sudah memenuhi syarat kesehatan (Rocket, 2017).

World Health Organization atau WHO sebagai organisasi kesehatan internasional menyatakan
bahwa air bersih merupakan air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi
keperluan domestik, mulai dari konsumsi, air minum dan tentunya persiapan makanan.

Angka kejadian stunting di Kecamatan Kalasan pada tahun 2018 sebesar 17,01%, nilai tersebut
masih jauh dari target penurunan stunting di Kabupaten Sleman yaitu 10%. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sanitasi penyediaan air bersih dengan kejadian
stunting pada balita di Desa Tamanmartani. Metode. Penelitian ini menggunakan metode analitik
dengan pendekatan kasus kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling.
Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita, yaitu 45 kasus dan 45 kontrol. Instrumen
diadaptasi dari formulir inspeksi sanitasi penyediaan air bersih dari Dinas Kesehatan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan signifikan antara sanitasi penyediaan air bersih dengan kejadian
stunting (p=0,047, OR=2,705) Penutup. Disarankan bagi masyarakat perlu membersihkan area
sekitar sumur gali/ledeng dari kotoran hewan ternak dan sampah, menghindari genangan air serta
perbaikan retakan sekitar sumur.
Stunting masih menjadi permasalahan gizi yang belum terselesaikan di Indonesia hingga saat ini.
Balita yang menderita stunting dalam jangka panjang akan mengalami gangguan perkembangan
fisik, mental, intelektual serta kognitif. Jika menderita stunting sampai usia 5 tahun, maka hingga
dewasa akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan berpotensi melahirkan keturunan
dengan status berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Dapat dibayangkan jika generasi penerus
bangsa banyak yang mengalami stunting, maka dimasa depan kualitas SDM sangat rendah dan
tidak akan mampu bersaing di kancah global. WHO menyatakan bahwa salah satu risiko yang
menyebabkan stunting adalah kualitas sanitasi lingkungan yang buruk didukung rendahnya
kesadaran menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Apabila dibiarkan akan menjadikan infeksi
kronis seperti diare sehingga balita akan banyak kehilangan zat-zat gizi penting untuk masa
tumbuh kembang. Jika dianalisis lebih dalam, maka sebenarnya risiko tersebut dapat
diminimalisir serendah mungkin dengan berbagai intervensi perbaikan sanitasi lingkungan dan
peningkatan kesadaran higiene perorangan. Tentu saja ini membutuhkan kolaborasi antar
pemerintah serta stakeholder swasta.

Kabupaten Pasuruan telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai salah satu lokus stunting di
Jawa Timur dengan prevalensi balita stunting sebesar 2.718. Penelitian yang kami lakukan
mengambil secara acak 118 balita stunting dibandingkan dengan 118 balita normal. Analisis
statistik menujukkan bahwa 1) pengasuh yang tidak mencuci peralatan makan minum balita
dengan sabun dan air bersih mengalir maka balita memiliki risiko 2,726 kali lebih besar
menderita stunting; 2) pengasuh yang tidak mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir maka balita memiliki risiko 2,52 kali lebih besar menderita stunting; 3) pengasuh yang
tidak rutin memotong kuku maka balita memiliki risiko 0,544 kali lebih besar menderita
stunting; dan 4) anggota keluarga merokok di dalam rumah maka balita memiliki risiko 0,473
kali lebih besar menderita stunting. Empat variabel tersebut seluruhnya dapat diupayakan untuk
dicegah dengan intervensi spesifik ke keluarga, tentu saja peran kader kesehatan desa sangat vital
untuk memantau keluarga yang sedang masa kehamilan sampai melahirkan. Hal yang perlu
diteliti lebih lanjut adalah kulitas air bersih dan air minum yang berkualitas dan terbebas dari
kontaminasi mikroorganisme berbahaya dan bahan kimia. Tentu saja selain faktor lingkungan,
asupan gizi seimbang serta kualitas ASI-MP ASI juga perlu diperhatikan dengan seksama. Pada
akhirnya, upaya untuk menciptakan generasi emas dengan tumbuh kembang yang bagus dapat
dicapai dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, keluarga, elemen masyarakat serta
dukung stakeholder swasta.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi/article/view/47243

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/298/5/BAB%20II.pdf

https://www.unair.ac.id/2021/08/03/pemanfaatan-air-bersih-higiene-perorangan-pengasuh-
balita-dan-kebiasaan-merokok-anggota-keluarga-sebagai-faktor-risiko-kejadian-stunting
FORM KUISIONER

I. Identitas Batita
A.. Nama :
B. Jenis Kelamin :
C. Berat Badan (kg) :
D. Usia (bln/thn) :

E. Imunisasi (Pilih Salah satu)


(a).Lengkap , (Imunisasi lengkap)
(b). Tidak lengkap , (Imunisasi tidak lengkap)

F. Pemberian Kapsul Vitamin A (Pilih Salah satu)


(a) Ya
(b) Tidak

G. Asi Ekslusif 0-6 bulan (Pilih Salah satu)


(a) Ya
(b) Tidak

Anda mungkin juga menyukai