Disusun oleh
Kelompok C2:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Penilaian Kualitas
Makanan Secara Subyektif Uji Ambang Rangsang” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah teknologi pangan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nawasari Indah PS, STP, M. Si
selaku dosen mata kuliah mikrobiologi pangan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari, laporan
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan praktikum ini.
Kelompok C2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................10
PENDAHULUAN
Rangsangan yang diberikan oleh suatu benda tidak selalu dapat menimbulkan
kesan. Rangsangan yang terlalu rendah tidak akan cukup untuk menimbulkan kesan dan
sebaliknya rangsangan yang terlalu tinggi juga akan memberikan kesan yang berlebihan,
sehingga mengganggu kesan konsumen. Adanya indera yang cacat atau sakit tidak dapat
melakukan proses penginderaan dengan baik dan tidak dapat menghasilkan kesan yang
wajar. Intensitas atau tingkatan rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon
disebut ambang rangsangan.
Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan teredapat bebeerapa macam
analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal.
Cara-cara analisis ini pada umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana
tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi terlatih. Panelis dipilih dari mereka yang
dapat mengenali atau mengetahui sifat indrawi dari contoh atau produk yang diuji.
Dalam uji rangsangan tunggal pada setiap uji, tiap panelis diminta menyatakan ada
atau tidak ada sifat inderawi yang diujikan. Data responnya berupa data binomial yang
kemudian dapat dianalisis secara statistika. Karena demikian sederhana, maka pada analisis
ambang dapat disajikan sejumlah contoh pada tiap pengujian. Namun untuk mencapai
kondisi atau lingkungan uji yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang
cermat..
1.2 Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum :
TINJAUAN PUSTAKA
Masing-masing putting pencicip biasanya hanya peka terhadao rasa tertentu, tetapi kadang-
kadang juga responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Putting pencicip manusia hanya
dapat membedakan empat cicip dasar yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Diluar keempat
cicip dasar itu puting pencicip tidak terangsang atau responsive. Tetapi beberapa peneliti
menganggap rasa metalik dan rasa gurih juga hasil penginderaan putting pencicip
(Rahardjo, 1998)
Putting pencicip peka terhadap zat kimia yang menghasilkan rangsangan. Kepekaan
berturut-turut adalah pahit, asam, asin dan manis. Kepekaan indera dipengaruhi banyak
factor, misalnya pencicipan paling peka pada pagi hari (pukul 9 – 10).
Hubungan yang terpenting dengan pengecap adalah kecenderungan indera rasa pengecap
untuk melayani sensasi utama tertentu yang terletak di daerah khusus. Rasa manis dan asin
terutama terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian samping lidah, dan
rasa pahit pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
Gambar 1. Penampang Lidah
Rasa Pahit
Rasa pahit biasanya juga berasal dari zat-zat non ionik. Contohnya ialah
alkohol,caffein,strychnine,brucine,quinin, beberapa glucasida linamarin dan beberapa
ikatan polynitro seperti asam piktrat. Rasa pahit pada umumnya tidak dikehendaki. Tetapi
untuk beberapa makanan atau minuman diperlukan sedikit rasa pahit, seperti
bir,rokok,kopi dan teh.
Rasa Asam
Rasa asam sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen (H +). Zat-zat yang dapat berionisasi
dan melepaskan ion hidrogen yang hanya dapat menghasilkan rasa asam. Ion H + selalu
diimbangi dengan adanya anion. Jika anion yang mengimbanginya OH maka terjadilah
netral, karena ion H+ itu segera membentuk HO dan diturunkan konsentrasinya menjadi
tinggal 10. Agar konsentrasi H+ tetap tinggi, kation tersebut harus diimbangi dengan anioon
lain. Dalam hal ini larutan disebut asam.
Bedasarkan jenis anionnya asam dapat digolongkan menjadi asam organik dan asam
anorganik. Asam organik ialah jika anionnya zat organik (asetat, sitrat) dan asam
anorganik jika anionnya anorganik (Cl–, SO4–, NO3–).
Intensitas rasa masam suatu asam disebabkan olah kecepatan penetrasi asam ke sel.
Meskipun demikian tidak dapat mengkorelasikan penetrasi dengan keasaman (acidity).
Umumnya stimulasi rasa asam berhubungan dengan kenaikan solubilitas lipoid, dengan
bertambahnya panjag rantai , dan dengan gugus-gugus fungional tertentu yang
mengurangi solubilitas air. Masuknya gugus-gugus polar ke asam-asan organik
mengurangi daya penetrasinya dan rupanya juga kemasamanya.Rasa asam jauh lebih rumit
dalam cairan-cairan biologis yang komplek daripada dalam larutan murni yang sederhana
Rasa Manis
Rasa manis biasanya berasal dari zat non ionik, seperti gula, aldehida, ikatan nitro,
beberapa khlorida alifatis (misalnya khloroform), sulfida, benzoik (saccharine). Zat – zat
ionik yang mempunyai rasa manis sangat terbatas, misalnya pada garam timbel (Pb) dan
garam berilium (BeMeskipun zat-zat tersebut menimbulkan rasa manis, tidak semuanya
digunakan sebagai bahan pemanis makanan. Ada dua golongan bahan pemanis makanan
(sweeteners), yaitu golongan pemanis bergizi dan golongan pemanis tidak bergizi.
Golongan pertama disebut golongan gula sedangkan golongan kedua termasuk : antara lain
sakharin dan cyclamat. Rasa manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa), dengan
nilai 100. Tingkat kemanisan zat-zat lain diukur berdasarkan rasa manis gula pasir.
Rasa Asin
Biasanya rasa asin berasal dari zat-zat ionik yaitu anionik dan kationik. Beberapa zat yang
ternasuk anionik adalah Cl –, F –, CO2–, SO4–, sedangkan yang termasuk zat-zat kationik
adalah Na+, K+, Ca++, Mg++, dan NH4+. Rasa asin dibentuk oleh garam terionisasi yang
kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga
membentuk sensasi rasa lain selain rasa asin. Garam akan menimbulkan rasa ketika ion
natrium (Na+) masuk melalui kanal ion pada mikrovilibagian apikal (atas), selain masuk
lewat kanal pada lateral (sisi) sel rasa.
Rasa asin yang biasa digunakan untuk makanan adalah yang berasal dari garam dapur,
NaCl. Makan garam terlalu banyak akan menimbulkan rasa pahit. Hal ini disebabkan oleh
garam magnesium (Mg) yang terdapat dalam garam dapur. Penggunaan garam untuk rasa
asin pada masakan biasanya antara 1-2%, sedangkan untuk pengawetan makanan antara 5-
15% (Rahardjo, 1998).
Ambang Mutlak
Ambang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkecil yang dapat menghasilkan kesan
atau tanggapan. Misalnya konsentrasi yang terkecil dari larutan garam yang dapat
dibedakan rasanya dari cairan pelarutnya yaitu air murni.
Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa setengah (50%) dari jumlah
panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan tepat akan sifat sensoris yang
dinilai.
Ambang Pengenalan
Perbedaan ini menyangkut juga metode pengukurannya yang berbeda dengan ambang
pengenalan dan ambang mutlak. Pengukuran ambang pengenlan didasarkan pada 75%
panelis dapt mengenali rangsangan. Jadi ambang pengenalan dapat diidentifikasikan
sebagai konsentrasi atau jumlah perbandingan terendah yang dapat dikenali dengan betul.
Ambang Pembedaan
Ambang batas
Ambang batas juga disebut terminal threshold yang merupakan rangsangan terbesar yang
jika kenaikan tingkat rangsangan dapat menaikan intensitas kesan. Apabila pada ketiga
ambang tersebut diatas diterapkan batas terendah maka pada ambang batas diterapkan
batas atas. Kemampuan manusia memperoleh kesan dari adanya rangsangan tidak
selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima. Rangsangan yang terus
menerus dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan kenaikan intensitas kesan.
Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan menaikkan intensitas kesan disebut
ambang batas. Ambang batas juga bisa ditentukan dngan menetapkan rangsangan terkecil
yaitu jika kenaikan tingkat rangsangan tidak lagi mempengaruhi btingkat intensitas kesan.
BAB III
METODEOLOGI PRAKTIKUM
b. Bahan
1. Garam dapur
2. Gula pasir
3. Asamsitrat
4. MSG
5. Air
6. Penetral (roti tawar)
3.3 Prosedur Kerja
Cara penyajiansampel