Disusun oleh :
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
Nama :
NIM :
Kelompok :
Malang,
Koordinator Asisten
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indera yang digunakan untuk mengetahui rasa suatu makanan adalah indera
pencicip yakni lidah. Sebenarnya indera pencicip terdapat dalam rongga mulut,
terutama pada permukaan lidah dan sebagian langit – langit lunak. Di permukaan
rongga mulut terdapat lapisan yang selalu basah dan terdapat sel – sel peka. Sel –
sel ini mengumpul membentuk susunan yang disebut putting pencicip. Dalam hal
ini putting pencicip adalah reseptor untuk pencicipan atau rasa. Ukurannya kecil,
karena itu hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Puting pencicip tersembunyi
dalam lapisan kulit lidah dan mempunyai lubang di permukaan lapisan kulit yang
disebut pori. Pada ujung sel – sel peka biasanya terdapat rambut – rambut halus
yang disebut silia.
Masing – masing putting pencicip biasanya hanya peka terhadap rasa
(cicip) tertentu, tetapi kadang – kadang juga responsive terhadap beberapa
rangsangan cicip. Dengan kata lain kepekaan lidah terhadap makanan atau rasa
tertentu berbeda – beda menurut letak atau bagian pada lidah. Dalam hal ini putting
pencicip peka terhadap zat kimia yang menghasilkan rangsangan. Kepekaan
berturut – turut adalah pahit, asam, asin, manis, dan umami. Letak putting yang
peka terhadap manis diujung lidah, asin di samping depan lidah, asam disamping
tengah lidah, pahit dipangkal lidah, dan umami berada ditengah-tengah lidah.
Proses pencicipan adalah mula – mula menerima rangsangan berupa cairan
kimia. Zat – zat yang tidak dapat dilarutkan tidak akan menghasilkan rangsangan
pencicipan. Cairan perangsang itu mengisi pori – pori di atas putting pencicip
sehingga terjadi kontak langsung dan merangsang rambut – rambut halus (silia)
dari sel - sel sensorik. Impulse saraf yang dihasilkan oleh sel - sel sensorik
kemudian diteruskan oleh saraf.
Kepekaan indera pencicip dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya
pencicipan paling peka terjadi pada pagi hari (jam 9 - 10). Status metabolisme
badan mempengaruhi juga kepekaan dan keinginan terhadap suatu makanan,
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui letak pencicip dasar berdasarkan kepekaannya (manis,
asin, asam, pahit dan umami) pada lidah panelis.
Instruksi : Berikan tanda √ pada bagian lidah yang merasa paling peka
terhadap rasa yang dicicip.
Letaknya di Lidah
Rasa Cicip
Samping Samping
Dasar Ujung Pangkal Tengah
Depan Belakang
Manis
Asin
Pahit
Asam
Umami
Catatan :
TABULASI DATA
Tulislah dengan angka 1 bila panelis mengidentifikasi dengan benar letak rasa yang
diuji, dan angka 0 bila salah mengidentifikasi.
PENGOLAHAN DATA
Hitung % kemampuan mendeteksi (%KD) dengan rumus :
% KD = Jumlah panelis yang mampu mengidentifikasi rasa x 100 %
Jumlah total panelis
Gula
Hasil
Garam
Hasil
Asam sitrat
Hasil
Kafein
Hasil
MSG
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hubungan antara rangsangan fisik dan kesan atau tanggapan psikologis
tidak selalu mudah mengukurnya. Hal ini disebabkan oleh besaran tanggapan
psikologis tidak selamanya dapat diukur. Tanggapan psikologis dihasilkan dari
kemampuan fisio-psikologis seorang panelis. Kemampuan-kemampuan inilah yang
menjadi andalan seseorang untuk dapat menjadi panelis.
Kemampuan fisio-psikologis dapat dikelompokkan menjadi empat tipe
yaitu kemampuan mendeteksi (threshold), kemampuan mengenal (recognition),
kemampuan membedakan (discrimination), kemampuan membandingkan, dan
kemampuan hedonic. Kemampuan mendeteksi yaitu kemampuan menyadari
adanya rangsangan sebelum mengenal adanya kesan tertentu yang spesifik.
Kemampuan ini antara lain berguna untuk mengetahui ambang mutlak.
Rangsangan tidak selalu menghasilkan kesan, dalam hal ini hubungan
psiko-fisik tidak ada atau sangat kurang. Rangsangan yang terlalu rendah tidak
cukup menghasilkan kesan. Sebaliknya, indera yang cacat atau sedang sakit tidak
dapat menghasilkan kesan yang wajar. Rangsangan terendah yang mulai
menghasilkan kesan disebut ambang rangsangan (threshold).
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui nilai ambang rangsangan (threshold) dari lima rasa dasar
yaitu manis, asin, asam, pahit dan umami.
- Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan threshold bila arah pencicipan
dibalik dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi dan dari konsentrasi
tinggi ke rendah.
Instruksi : Beri tanda 0 bila tidak terasa dan tanda 1 bila terasa dari sederetan
sampel yang disajikan dengan membandingkan dengan air (aqua).
Cicipi sampel secara berurutan dari kiri ke kanan atau dari kanan ke
kiri sesuai petunjuk. Selanjutnya beri skor:
1 : bila perbedaannya sangat lemah
2 : lemah
3 : sedang
4 : kuat
5 : sangat kuat
Manis
Asam
Asin
Pahit
Umami
Catatan :
Manis
Asam
Asin
Pahit
Umami
Catatan :
P1
P2
P3
P4
P5
Dst.
P1
P2
P3
P4
P5
Dst.
PENGOLAHAN DATA
1. Hitung % kemampuan mendeteksi (%KD) dengan rumus :
% KD = Jumlah panelis yang memberi skor x 100 %
Jumlah total panelis
2. Buat grafik hubungan %KD vs Konsentrasi larutan
3. Tentukan ambang mutlak / absolute threshold (50% terdeteksi) dan ambang
pengenalan / recognition threshold (75% terdeteksi).
Gula
Diuji dan dideteksi rasa mulai dari Diuji dan dideteksi rasa mulai dari
tidak terasa manis dibandingkan terasa manis dibandingkan dengan
dengan air kemasan air kemasan
Hasil
Garam
Diuji dan dideteksi rasa mulai dari Diuji dan dideteksi rasa mulai dari
tidak terasa asin dibandingkan terasa asin dibandingkan dengan
dengan air kemasan air kemasan
Hasil
Asam sitrat
Ditimbang berturut-turut 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3; 0,35; dan 0,4 gram
Diuji dan dideteksi rasa mulai dari Diuji dan dideteksi rasa mulai dari
tidak terasa asam dibandingkan terasa asam dibandingkan dengan
dengan air kemasan air kemasan
Hasil
Kafein
Ditimbang berturut-turut 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3; dan 0,35 gram
Diuji dan dideteksi rasa mulai dari Diuji dan dideteksi rasa mulai dari
tidak terasa pahit dibandingkan terasa pahit dibandingkan dengan
dengan air kemasan air kemasan
Hasil
MSG
Ditimbang berturut-turut 0,01; 0,02; 0,04; 0,08; 0,16; 0,32; 0,64; dan 1,28 gram
Diuji dan dideteksi rasa mulai dari Diuji dan dideteksi rasa mulai dari
tidak terasa pahit dibandingkan terasa pahit dibandingkan dengan air
dengan air kemasan kemasan
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Uji segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Pengujian
ini lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji pasangan. Uji ini mula-
mula diperkenalkan oleh 2 ahli statistik Denmark pada tahun 1946. Dalam
pengujian ini kepada masing-masing panelis disajikan secara acak 3 contoh
berkode. Pengujian ketiga contoh itu biasanya dilakukan bersama tetapi dapat pula
berurutan. Dua dari tiga contoh itu sama dan yang ketiga berlainan. Panelis diminta
memilih satu diantara 3 contoh yang berbeda dari dua yang lain. Dalam uji ini tidak
ada contoh baku atau pembanding.
Dalam memberi penilaian tidak boleh ragu-ragu, harus memilih atau
menerka salah satu yang dianggap paling berbeda. Demikian pula jika panelis tidak
dapat membedakan ketiga contoh tersebut. Karena 3 contoh sekaligus maka harus
disiapkan agar ketiga ukuran, bentuk warna atau sifat-sifat contoh yang tidak
dimiliki dibuat sama. Sebagaimana halnya uji pasangan, dalam uji segitiga dapat
pula ditanyakan lebih lanjut tingkat perbedaannya. Tetapi hasil mengenai tingkat
perbedaan tidak lagi peka atau kurang meyakinkan. Dalam uji segitiga keseragaman
ketiga contoh agar dapat dihindari pengaruh penyajian.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan panelis dalam membedakan sampel yang
berbeda dengan uji segitiga.
Instruksi : Didepan anda tersedia 3 sampel, bau dan cicipi kemudian tentukan
sampel yang paling beda
…...
…... ........
…...
Catatan:
Tunjukkan tingkat perbedaan antara sampel yang sama dengan sampel yang beda
dengan memberi tanda √
-------- Slight -------- Much
-------- Moderate -------- Extreme
PENGOLAHAN DATA
Bandingkan jumlah jawaban yang benar dari panelis dengan mengacu pada
tabel triangle untuk mengetahui panelis mampu membedakan atau tidak.
Diberi kode
A B C
Ditunjukkan tingkat perbedaan antar sampel yang sama dengan sampel yang
berbeda
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Uji duo trio sama halnya pada uji segitiga, tiap-tiap anggota panel disajikan
3 contoh, 2 contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari bahan yang lain.
Bedanya ialah bahwa salah satu dari dua contoh yang sama itu dicicip atau dikenali
dulu dan dianggap sebagai contoh baku, sedangkan kedua contoh lainnya kemudian
yang diuji. Dalam penyajian ketiga contoh itu dapat diberikan bersamaan. Atau
contoh bakunya diberikan lebih dahulu baru kemudian kedua contoh yang lain
disuguhkan.
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan 2
sampel atau mendeteksi sifat yang tingkat perbedaannya sangat kecil, selain itu juga
untuk seleksi panelis.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan panelis dalam membedakan 2 sampel yang
berbeda dengan metode uji duo trio.
Bau Rasa
Catatan:
PENGOLAHAN DATA
Gunakan tabel two sampel test untuk menentukan kemampuan panelis
dalam membedakan dua produk.
Diberi kode
A R B
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Uji berpasangan ini juga disebut paired comparison, paired test atau dual
comparation. Cara ini termasuk paling sederhana dan paling tua, karena itu juga
sering digunakan. Dalam pengujian dengan uji pasangan, dua contoh disajikan
bersamaan atau berurutan dengan nomor kode berlainan. Masing-masing anggota
panel diminta menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat yang
diujikan. Agar pengujian ini efektif, sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan
dipahami panelis.
Ada dua cara uji pasangan yaitu dengan dan tanpa dengan bahan
pembanding (reference). Dari dua contoh yang disajikan yang satu dapat
merupakan bahan pembanding atau sebagai kontrol, sedangkan yang lain sebagai
yang dibandingkan, dinilai atau yang diuji. Ini dilakukan misalnya membandingkan
hasil cara pengolahan lama sebagai contoh baku atau pembanding dan hasil cara
pengolahan baru yang dibandingkan atau dinilai. Dalam hal uji pasangan dengan
pembanding, bahan pembanding dicicip dulu baru contoh kedua. Tetapi dapat juga
dua contoh itu tidak mempunyai pembanding. Misalnya membandingkan 2 macam
hasil dari dua daerah yang berbeda. Dalam hal ini ingin diketahui atau dinilai ialah
ada atau tidak adanya perbedaan sifat hasil dari kedua daerah itu. Dalam hal uji
pasangan, pengujian dianggap cukup jika panelis telah dapat menyatakan ada atau
tidak ada perbedaan. Dalam uji pasangan tanpa bahan pembanding, kedua contoh
disajikan secara acak. Disamping itu pengelola uji dapat pula meminta keterangan
lebih lanjut pada para panelis untuk menyatakan lebiih lanjut tingkat perbedaan
yang dapat dinyatakan dengan perbedaan sedikit, sedang, banyak.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya adanya perbedaan antara dua sampel
yang berbeda dengan uji berpasangan sederhana.
Instruksi : Rasakan 2 sampel yang tersedia dari kiri ke kanan dan tentukan
adakah perbedaan diantara kedua sampel dalam hal bau. Kemudian
tentukan sampel mana yang memiliki bau yang berbeda.
Catatan :
Tingkat Perbedaan:
Bau
Sedikit ..................
Sedang ...................
Banyak ...................
PENGOLAHAN DATA
Diberi kode
A B
Disajikan bersamaan
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Uji ranking sering disebut juga uji penjenjangan atau uji pengurutan. Dalam
uji ini panelis diminta membuat urutan contoh-contoh yang di uji menurut
perbedaan tingkat mutu sensorik. Dalam urutan jenjang ini, jarak (interval) antara
jenjang ke atas dan ke bawah tidak harus sama. Misalnya, jenjang no 1 dan 2 tidak
harus sama dengan perbedaan jenjang no 2 dan 3.
Uji penjengan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji penjengan, komoditi
diurutkan atau diberi nomor urut. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling
tinggi, makin ke bawah nomor urut makin besar. Angka-angka ini tidak menyatakan
besaran skalar melainkan nomor urut. Dalam uji penjenjangan contoh pembanding
tidak dinyatakan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui urutan atribut suatu produk dengan uji penjenjangan
(ranking test).
Kekentalan Kegurihan
Kode : .................. Urutan : .................. : ..................
: .................. : .................. : ..................
: .................. : .................. : ..................
: .................. : .................. : ..................
PENGOLAHAN DATA
Hasil analisis dengan mengkonversi ranking ke score (Tabel Uji Kramer) dan
menganalisis variannya dengan ranking difference analysis.
Hasil
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Uji Scoring sering disebutkan juga uji skor atau pemberian skor. Pemberian
skor ialah memberikan angka nilai atau menempatkan nilai mutu sensorik terhadap
bahan yang diuji pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonik. Tingkat skala mutu
ini dapat dinyatakan dalam ungkapan yang sudah menjadi baku.
Uji skor dapat dilakukan pada penilaian sifat sensorik yang spesifik seperti
tekstur pada nasi, warna pada tomat, rasa langu pada hasil olahan kedelai atau sifat
sensorik umum seperti sifat hedonik atau juga sifat-sifat sensorik kolektif seperti
pada pengawasan mutu komoditi.
Dalam pemberian skor besarnya skor tergantung pada kepraktisan dan
kemudahan pengolahan atau interpretasi data. Pemberian skor kadang-kadang
menggunakan nilai positif dan negatif. Nilai positif dapat diberikan untuk skala
diatas titik balik atau titik netral, nilai negatif untuk dibawah netral. Hal ini
menghasilkan skor yang disebut skor simetrik.
Sampel-sampel berkode dinilai panelis dengan suatu skala bertingkat yang
terperinci, score tersebut selanjutnya diberi nilai berupa angka oleh penganalisa
hasil pengujian tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai mutu sensorik atribut pangan dengan menggunakan
skor nilai yang telah ditentukan.
Instruksi : Evaluasi rasa dari sampel- sampel agar-agar yang tersedia. Masing-
masing harap dirasakan dan kemudian nyatakan penilaian anda
dengan memberi tanda (V) pada kriteria yang anda anggap paling
sesuai.
Konversikan penilaian panelis kedalam angka 1-6 dan tabulasikan sebagai berikut:
PENGOLAHAN DATA
Evaluasi hasil tabulasi dengan ANOVA (Analysis Of Varians) dengan menggunakan tabel
F dan tabel uji lanjut (Duncan,HSD,dll)
Variables Df SS MS F
Sample
Panelist
Error
Total
Dicicipi sampel A, B, dan C dengan diselingi meminum air mineral tiap selesai
mencicipi sampel
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Uji multiple comparison sering disebut juga uji perbandingan jamak. Uji ini
pada hakekatnya hampir sama dengan uji perbandingan pasangan. Jika pada
perbandingan pasangan hanya dua contoh yang disajikan maka pada uji
perbandingan jamak banyak contoh, yaitu tiga atau lebih contoh disuguhkan secara
bersamaan. Contoh pembanding (R) dapat pula diberikan dalam pelaksanaannya
panelis diminta memberikan skor berdasarkan skala kelebihan yaitu lebih baik atau
lebih buruk. Masing-masing contoh diberi skor.
Dalam hal ini akan dilakukan pengujian multiple comparison suatu contoh
standar atau reference yang telah dikenal diberi label R dan disajikan kepada panelis
bersama-sama sample lain yang berkode. Panelis diminta untuk: memberikan nilai
terhadap sampel-sampel yang diuji dibandingkan R.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan sifat organoleptik dari beberapa sampel
dengan saling dibandingkan dengan reference (standart).
Kode
Sama kenyal R
Catatan :
Lebih baik
Sama/tidak berbeda
Lebih buruk
PENGOLAHAN DATA
Kalkulasi data hasil tabulasi menggunakan analisis of variance (ANOVA)
Source of variance df SS MS F
Samples
Panelis
Error
Total
A B C
Hasil
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Uji hedonik disebut juga uji kesukaan. Dalam uji hedonik panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya tentang
ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka, atau
kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat
kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal suka, dapat mempunyai
skala hedonik seperti amat sangat suka, sangat suka, agak tidak suka. Diantara agak
tidak suka dan agak suka kadang-kadang ada tanggapan yang disebut netral, yaitu
bukan suka tapi juga bukan tidak suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau
diurutkan menurut rentangan skala yang dikehendaki.
Dalam penganalisisan skala hedonik ditransformasikan skala numeric
dengan numeric menurut tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini dapat
dilakukan analisis statistik. Dengan adanya skala hedonik itu sebenarnya uji
hedonik secara tidak langsung juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan.
Karena hal ini, maka uji hedonik, paling sering digunakan untuk menilai komoditi
sejenis atau produk pengembangan secara organoleptik. Jika uji pembedaan banyak
digunakan dalam program pengembangan hasil-hasil baru atau bahan mentah, maka
uji hedonik banyak digunakan untuk menilai hasil akhir produksi.
Dengan kata lain, uji hedonik pada dasarnya merupakan pengujian yang
panelisnya mengemukakan responnya yang berupa senang tidaknya terhadap sifat
bahan yang diuji. Panelis yang digunakan adalah panelis yang belum terlatih.
Panelis diminta memberikan responnya secara spontan tanpa membandingkan
dengan standar, oleh karenanya penyajiannya sebaiknya secara berurutan, tidak
bersama-sama.
Instruksi : Saudara akan diberi satu persatu 3 buah piring untuk dicicipi dan
saudara diminta untuk menilai berdasarkan kenampakan, bau,
rasa dan tekstur sampel tersebut dengan memberikan tanda yang
sesuai pada skala berikut. Setelah mencicipi satu sampel, harap
berkumur lebih dulu sambil menunggu sampel berikutnya.
Interval 2 menit, setelah itu saudara diminta komentar pada kolom
yang tersedia.
Kode
Kenampakan
Bau
Rasa
Tekstur
PENGOLAHAN DATA
Hasil Tabulasi data dianalisis dengan ANOVA
Source of variance df SS MS F
Samples
Panelis
Error
Total
B C
Hasil