THRESHOLD TEST
Disusun oleh:
Mahrunnisa Aida A
125100100111024
125100101111012
125100101111042
125100107111009
Kelompok 5
Kelas J
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian sensoris merupakan salah satu metode pengujian yang menggunakan indra
yang juga dikenal dengan uji organoleptik. Pengujian sensoris ini sudah ada sejak manusia
menggunakan inderanya untuk menilai kualitas dan keamanan suatu makanan atau
minuman. Pengujian sensoris dinilai sangat penting pada produk pangan, sebab untuk
menilai kualitas produk pangan tidak cukup hanya dengan informasi gizi yang tinggi
melainkan sifat organoleptik produk pangan terutama rasanya agar seseorang mau
mengkonsumsinya.
Pengujian sensori tidak membutuhkan peralatan khusus dan dibilang unik karena
cukup dilakukan dengan manusia. Analisis sensori bersifat obyekktif dan subyektif, dimana
yang obyektif sifatnya ingin menjawab pertanyaan dasar dalam penilaian kualitas suatu
produk berupa perbedaan dan deskripsi sedangkan yang subyektif berkaitan dengan daya
kepekaan atau penerimaan dari panelis. Dalam pengujian sensori, faktor terpenting adalah
panelisnya. Penggunaan panelis tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepekaan
seseorang terhadap rasa ataupun aroma yang diinginkan oleh penyajinya. Kemampuan
panelis memberikan penilaian terhadap suatu produk dengan alat indra merupakan reaksi
atas rangsangan yang diharapkan dari uji sensoris.
Salah satu metode yang digunakan dalam uji sensoris yakni menggunakan uji
threshold.
Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat kepekaan terhadap perubahan konsentrasi
suatu produk pangan. Pengujian sensori biasanya dilakukan dengan melarutkan substansi
dengan air putih dengan dengan berbagai konsentrasi. Dalam pengujian selalu disertai
dengan air putih setelah menguji produk, yang tujuannya untuk menetralkan sensori
terhadap konsentrasi rasa yang ditinggalkan sebelumnya. Prinsip dari uji threshold adalah
menentukan ambang batas terendah berdasarkan kepekaan panelis menggunakan indera.
Sampel yang dapat digunakan dalam uji ini yaitu sampel dari 5 rasa dasar manis, asin,
asam, pahit, dan umami. Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan hanya dua rasa
dasar yaitu manis (gula) dan asin (garam) karena dua rasa tersebut yang paling umum
dijumpai.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan ambang mutlak, ambang pengenalan
dan ambang batas rasa asin dan manis dengan menguji kepekaan sensori dari panelis.
pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat
indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental
(sensation) jika alat indera mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang
ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan.
Bagian organ tubuh yang berperan dalam pengindraan adalah mata, telinga, indera
pencicip, indera pembau dan indera perabaan atau sentuhan. Namun pada uji threshold kali
ini, indera yang paling banyak terlibat adalah indera pencicip. Indra pencicip berfungsi untuk
menilai cita rasa dari suatu makanan. Indra ini terdapat di dalam rongga mulut, lidah dan
langit-langit. Pada permukaan lidah terdapat lapisan yang selalu basah dimana terdapat selsel yang peka. Sel ini mengelompok membentuk papilla. Masing-masing jenis papilla peka
terhadap rasa tertentu. Urutan kepekaan rasa di lidah yaitu : depan (ujung) peka terhadap
rasa manis; tengah depan peka terhadap rasa asin; tengah belakang peka terhadap rasa
asam; dan pangkal lidah peka terhadap rasa pahit. Kepekaan manusia terhadap rasa pahit
jauh lebih tinggi dibandingkan rasa manis. (Setyaningsih,2010).
2.3 Metode
Pengujian organoleptik merupakan pengujian yang menggunakan indera manusia
untuk mengukur tekstur, kenampakan, dan flavor produk pangan. Salah satu metode
pengujian organoleptik atau sensoris adalah metode threshold. Metode threshold adalah uji
yang digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat
dideteksi (absolute threshold) atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang
dapat dideteksi perubahannya (difference threshold). Disamping itu juga metode ini dapat
digunakan untuk mengenal macam-macam stimulusnya (recognition threshold), misalnya
asin, manis, dan lain-lain. Recognition threshold umumnya lebih tinggi dari absolute
threshold. Kelemahan pada metode ini adalah biasanya disajikan larutan satu macam
substansi, tetapi dapat dalam makanan, rasa makanan campuran sebagai rasa (Kartika dkk,
2008).
Ambang mutlak (absolute threshold) adalah konsentrasi rangsangan terkecil yang
mulai dapat menimbulkan kesan. Sebagai contoh konsentrasi terkecil dari larutan garam
yang mulai menimbulkan kesan asin dapat dibedakan dari pelarutnya atau air murni.
Ambang mutlak ditentukan berdasarkan 50% dari jumlah penguji sudah dapat merasakan
adanya kesan. Ambang mutlak setiap jenis rangsangan dipengaruhi oleh jenis rangsangan
dan reseptor penerima rangsangan. Biasanya ambang mutlak dengan indera pembau lebih
rendah dibandingkan indera perasa. Banyaknya panelis yang digunakan untuk menghasilkan
absolute threshold adalah sekitar 10% dari jumlah populasi atau paling sedikit 100 orang
yang dapat mewakili populasi. Namun bila jumlah populasi tidak terlalu banyak maka panelis
yang digunakan belum tentu 10% (Soekarto, 2005).
sensoris
kaitannya
Gula (Sukrosa)
Garam (NaCl)
Air sebagai pelarut
Air sebagai penetral indera pengecap
3.1.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum uji threshold yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Timbangan analitik
Gelas ukur
Botol plastik
Sendok / pengaduk
Cup plastik
Kertas label
Spidol / bolpoin
Kuesioner
Gula
Konsentrasi (%)
Kode
5) Masukkan larutan gula dan garam sesuai dengan kodenya masing-masing. Sebanyak 5
cup diisi larutan garam dengan konsentrasi 0%; 0,1%; 0,3%; 0,5% dan 1%. Lima cup
berikutnya diisi larutan gula dengan konsentrasi 0%; 0,5%; 1,5%; 2%; 2,5%. Kemudian
10 cup lainnya diisi dengan air putih.
6) Siapkan kuesioner di atas meja panelis untuk diisi oleh panelis. Kuesioner terdiri dari
kuesioner demografi dan kuesioner hasil pencicipan.
7) Sajikan 20 cup tersebut di atas meja. Berikan satu persatu 5 cup sampel larutan garam
terlebih dahulu dengan urutan mulai dari konsentrasi yang tertinggi. Pemberian tiap cup
sampel disertai dengan pemberian air putih karena tiap pencicipan sampel harus
didahului kumur dengan air putih.
8) Setelah itu berikan 5 cup sampel larutan gula dengan urutan mulai dari konsentrasi
terendah terlebih dahulu. Pemberian tiap cup sampel disertai dengan pemberian air
putih. Berikut adalah tabel urutan penyajian sampel
Urutan
Kode
Konsentrasi
(
Larutan Garam
%
)
Kode
Konsentrasi
Larutan Gula
(
%
)
9) Cara penilaian sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Pencicipan dilakukan sesuai urutan dan penilaian juga sesuai urutan
sampel berikutnya
10) Tentukan ambang batas dan ambang pengenalan.
3.2.2 Cara Pengolahan Data
Berikut langkah pengolahan data Metode Frekuensi dalam praktikum uji threshold
1) Lakukan transformasi data sehingga nilai + dirubah menjadi nilai 1, dan tanda
dirubah menjadi nilai 0.
2) Hitung nilai frekuensi pada masing-masing konsentrasi. Frekuensi merupakan
persentase jumlah orang menyatakan nilai +
F 0,5% = Pb / Pt
Dimana:
F 0,5% = frekuensi pada konsentrasi 0,5%
Pb
Pt
UJI THRESHOLD
Tanggal
Nama
Produk
Instruksi
Konsentrasi (%)
Silvi Dwianita
Kristi Widyaningsih
Kal Seliana Kuswantini
Vahrus Nuril Albi
Aswin Rizky Wardhana
Maratus Soleha
Rahma Affriyanti
Yesy Rizcy Febryana
Lisa Fitri Rahayu
Gendis Sekar Wening
Nur Romlah
Nur Laily Agustina
Diah Ayu Asmorowati
Anisa Leksono
Rachman Adi Santoso
Larasati Ayu Pandansari
Retno Kusuma Ningrum
Inayatun Naimah
Dimas Prabowo H
Lianita Uki Bastiar
Alifa Rahma Safitri
Hilda Khurota Akyun
Betaria Yunita
Maulida Eka Sari
Anitha Indah Permata D
Evelyne Roseanna M
Hani Rachmayati
Jumlah
Frekuensi
#Hitungan Nilai Frekuensi
F 0,5% = Pb / Pt
Dimana:
F 0,5% = frekuensi pada konsentrasi 0,5%
Pb
Pt
Pada Threshold test atau sering dikenal dengan uji ambang batas ini dilakukan dengan
menyiapkan 2 buah sampel yang memiliki rasa yang berbeda yaitu rasa asin dan rasa
manis. Uji ambang batas yang pertama ini dilakukan dengan menyiapkan 5 macam
konsentrasi larutan garam yang berbeda pada setiap sampel yang ditandai dengan kode
pada masing-masing konsentrasi dengan tiga angka yang berbeda oleh penyaji Panelis
mencicipi beberapa sampel tersebut satu persatu dan setiap pindah ke sampel berikutnya
harus didahului kumur dengan air putih untuk menetralkan rasa. Jumlah panelis yang hadir
sebanyak 27 orang.
Pada konsentrasi garam 0%, dari 27 panelis tidak ada yang dapat merasakan rasa
asin sehingga menghasilkan frekuensi 0%. Pada konsentrasi garam 0,1% terdapat 11
panelis dari 27 panelis yang dapat merasakan rasa asin dari sampel larutan garam sehingga
menghasilkan frekuensi sebesar 40,74%. Pasa sampel larutan garam dengan konsentrasi
0,3% terdapat 20 panelis dari 27 panelis yang menyatakan dapat merasakan rasa asin dari
sampel, sehingga frekuensi yang dihasilkan adalah 74,07%. Pada sampel larutan garam
dengan konsentrasi 0,5% terdapat 25 panelis dari 27 panelis yang dapat menyatakan dapat
merasakan rasa asin dari sampel dan dihasilkan frekuensi sebesar 92,59%. Sedangkan
pada sampel larutan garam dengan konsentrasi 1% terdapat 25 panelis dari 27 panelis yang
menyatakan bahwa dapat merasakan rasa asin dan di dapatkan frekuensi sebesar 92,59%.
4.1.2 Grafik Ambang Garam
Hasil yang telah di dapatkan kemudian diplotkan untuk mendapatkan grafik penentuan
ambang mutlak dan ambang pengenalan rasa asin. Sumbu X pada grafik menunjukkan
konsentrasi garam yang diujikan, sedangkan sumbu Y merupakan presentase frekuensi
panelis yang menyatakan positif terhadap sampel yang diujikan. Dari grafik tersebut
ditentukan nilai konsentrasi pada saat frekuensi 50% (ambang mutlak / absolute threshold)
dan frekuensi 75% (ambang pengenalan / different threshold).
Konsentrasi
Frekuensi
Garam
1
92,59%
0,5
92,59%
0,3
74,07%
0,1
40,74%
0
0%
Keterangan:
Ambang mutlak
Ambang penentuan
Nilai threshold yang ditentukan ada dua macam yaitu ambang mutlak (absolute
threshold) dan ambang penentuan (different threshold). Absolute threshold, yang ditunjukkan
dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang memberikan reaksi positif harus sebanyak
50%. Different threshold, yang ditunjukkan dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang
memberikan reaksi positif harus sebanyak 75% (Kartika dkk, 2008). Ambang batas yang
dihasilkan dari uji threshold ini yaitu pada ambang mutlak (absolute threshold) dengan
frekuensi 50% didapatkan konsentrasi larutan garam 0,16% dan ambang penentuan
(different threshold) dengan frekuensi 75% didapatkan konsentrasi larutan garam 0,31%. Hal
ini menunjukkan bahwa panelis kurang memiliki kepekaan terhadap rasa asin pada
konsentrasi 0,1%.
4.1.3 Analisis dengan Minitab
Berdasarkan hasil analisa dengan minitab, didapatkan bahwa pada konsentrasi garam
0% tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena nilai p-value 1,000 > 0,05. Pada
konsentrasi garam 0,1% tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena nilai p-value
0,876 > 0,05. Pada konsentrasi garam 0,3% memberikan pengaruh yang signifikan karena
nilai p-value 0,010 < 0,05. Pada konsentrasi garam 0,5% memberikan pengaruh yang
signifikan karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Pada konsentrasi garam 1% memberikan
pengaruh yang signifikan karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Apabila nilai p-value > 0,05
maka tidak memberikan pengaruh yang signifikan dan jika p-value < 0,05 memberikan
pengaruh yang signifikan, karena tingkat kesalahan atau selang kepercayaan dari oneproportion adalah 95%.
Konsentrasi (%)
Pt
Pada Threshold test atau sering dikenal dengan uji ambang batas ini dilakukan dengan
menyiapkan 2 buah sampel yang memiliki rasa yang berbeda yaitu rasa asin dan rasa
manis. Uji ambang batas yang kedua ini dilakukan dengan menyiapkan 5 macam
konsentrasi larutan gula yang berbeda pada setiap sampel yang ditandai dengan kode pada
masing-masing konsentrasi dengan tiga angka yang berbeda oleh penyaji Panelis mencicipi
beberapa sampel tersebut satu persatu dan setiap pindah ke sampel berikutnya harus
didahului kumur dengan air putih untuk menetralkan rasa. Jumlah panelis yang hadir
sebanyak 27 orang.
Pada konsentrasi gula 0%, dari 27 panelis tidak ada yang dapat merasakan rasa asin
sehingga menghasilkan frekuensi 0%. Pada konsentrasi gula 0,5% terdapat 14 panelis dari
27 panelis yang dapat merasakan rasa manis dari sampel larutan gula sehingga
menghasilkan frekuensi sebesar 51,85%. Pasa sampel larutan gula dengan konsentrasi
1,5% semua panelis (27 orang) yang menyatakan dapat merasakan rasa manis dari sampel,
sehingga frekuensi yang dihasilkan adalah 100%. Pada sampel larutan gula dengan
konsentrasi 2% terdapat 26 panelis dari 27 panelis yang menyatakan dapat merasakan rasa
manis dari sampel dan dihasilkan frekuensi sebesar 96,29%. Sedangkan pada sampel
larutan gula dengan konsentrasi 2,5% terdapat 26 panelis dari 27 panelis yang menyatakan
dapat merasakan rasa manis dari sampel dan dihasilkan frekuensi sebesar 96,29%. Dari
data yang diperoleh frekuensi yang kurang baik, seharusnya setiap kenaikan konsentrasi
yang diberikan menghasilkan frekuensi yang semakin naik pula atau dengan kata lain
konsentrasi yang diberikan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun hasil yang kurang
baik didapatkan pada konsentrasi 1,5%, hal tersebut dapat terjadi karena disebabkan
adanya kesalahan dari panelis memberikan penilaian yang kurang sesuai maupun dari
penyaji yang tidak memperhatikan urutan penyajian.
Frekue
nsi
0%
51,85
%
100%
96,29
%
96,29
%
Grafik Penentuan Ambang Mutlak dan Ambang Pengenalan Gula
Keterangan:
Ambang mutlak
Ambang penentuan
Nilai threshold yang ditentukan ada dua macam yaitu ambang mutlak (absolute
threshold) dan ambang penentuan (different threshold). Absolute threshold, yang ditunjukkan
dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang memberikan reaksi positif harus sebanyak
50%. Different threshold, yang ditunjukkan dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang
memberikan reaksi positif harus sebanyak 75% (Kartika dkk, 2008). Ambang batas yang
dihasilkan dari uji threshold ini yaitu pada ambang mutlak (absolute threshold) dengan
frekuensi 50% didapatkan konsentrasi larutan gula 0,48% dan ambang penentuan (different
threshold) dengan frekuensi 75% didapatkan konsentrasi larutan gula 0,99%. Hal ini
menunjukkan bahwa panelis memiliki kepekaan terhadap rasa manis mulai konsentrasi
0,5%.
4.2.3 Analisis dengan Minitab
Berdasarkan hasil analisa dengan minitab, didapatkan bahwa pada konsentrasi gula
0% tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena nilai p-value 1,000 > 0,05. Pada
konsentrasi garam 0,5% tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena nilai p-value
0,500 > 0,05. Pada konsentrasi gula 1,5% memberikan pengaruh yang signifikan karena nilai
p-value 0,000 < 0,05. Pada konsentrasi gula 2% memberikan pengaruh yang signifikan
karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Pada konsentrasi gula 2,5% memberikan pengaruh yang
signifikan karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Apabila nilai p-value > 0,05 maka tidak
memberikan pengaruh yang signifikan dan jika p-value < 0,05 memberikan pengaruh yang
signifikan, karena tingkat kesalahan atau selang kepercayaan dari one-proportion adalah
95%.
4.3 Faktor yang Mempengaruhi Uji Threshold
Setiap panelis mempunyai kepekaan yang berbeda-beda. Menurut Kartika dkk (2008),
setiap rasa memiliki ambang mutlak yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat ditunjukkan
pada tabel berikut:
Rangsangan
Gula
Garam
HCl
Kesan
Manis
Asin
Asam
Ambang Mutlak
1 bagian / 200 bagian air
1 bagian / 400 bagian air
1 bagian / 15000 bagian air
Strichnin
Pahit
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G & Sri, S. 2004. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional
Burhanuddin. 2001. Strategi Pengembangan Industri Garam di Indonesia. Yogyakarta :
Kanisius
Kartika B., P. Hastuti dan W. Supartono. 2008. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
Yogyakarta : UGM
Mulyono, Ham. 2009. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara
Purnamawati, Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat Terhadap
Mutu Sabun Transparan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Ratnaningsih, Nani. 2010. Pengendalian Mutu Pangan. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta
Setyaningsih, Dwi. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor : IPB Press
Soekarto. 2005. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta :
Bhratara Karya Aksara