Anda di halaman 1dari 53

Patient safety

Harpini
Photo: Sergei Fridman)
Pendahuluan
Tahukah anda bahwa rumah sakit adalah salah
satu tempat yang paling berbahaya untuk
bekerja?
Pada tahun 2011, rumah sakit AS tercatat
253.700 cedera yang berhubungan dengan
pekerjaan dan penyakit, 6,8 cedera yang
berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit
untuk setiap 100 karyawan purna-waktu.
hampir dua kali lipat tingkat untuk industri
swasta secara keseluruhan.


Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko.
Studi paling ekstensif mengenai adverse event dilakukan
oleh the Harvard Medical Practice melibatkan > 30.000
pasien secara acak dari 51 rumah sakit di New York pada
tahun 1984 (Brennan et al, 1991) antara lain:
perpanjangan masa rawat inap atau
timbulnya kecacatan pasien saat meninggalkan rumah sakit
pasca perawatan, terjadi pada 3,7% pasien rawat inap.
Analisis lebih lanjut: lebih dari 58% adverse event dapat
dicegah (preventable adverse events)
27,6% terjadi akibat kelalaian klinik (clinical negligence).



OSHA menciptakan rangkaian sumber daya untuk
membantu rumah sakit menilai kebutuhan
keselamatan kerja, menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan, dan
meningkatkan program-program penanganan
pasien yang aman mereka.
Mencegah cedera pekerja tidak hanya membantu
pekerja juga membantu pasien sekaligus juga
akan menghemat sumber daya untuk rumah
sakit.

Medical error
Kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan tidak berjalan
seperti yang diharapkan (kesalahan tindakan)
atau
Perencanaan yang salah untuk mencapai suatu
tujuan (kesalahan perencanaan).
Bhasale et al (1998) : peristiwa yang tidak
diinginkan yang bisa merugikan atau
membahayakan pasien.



DAMPAK MEDICAL ERROR dalam
PELAYANAN KESEHATAN

Beragam, dari yang ringan dan reversible
hingga berat berupa kecacatan atau kematian
kasus-kasus yang serius dan mengancam jiwa
(life threatening) mudah terdeteksi dan
tampak di permukaan,
kasus-kasus ringan sampai sedang tidak
terdeteksi, tidak dicatat, ataupun tidak
dilaporkan (apalagi yang gejalanya hilang
dengan penghentian pemberian terapi yang
dicurigai sebagai penyebab efek samping)

Definisi Patient safety
Pencegahan kesalahan dan dampak buruk
terhadap pasien berkaitan dengan pelayanan
kesehatan.
suatu sistem yang membuat asuhan pasien
di rumah sakit menjadi lebih aman.
Mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

Perawatan kesehatan telah menjadi > efektif &
> kompleks, dengan penggunaan teknologi baru,
obat-obatan dan perawatan.
Pelayanan kesehatan mengobati pasien yang >
tua dan sakit dengan signifikan komorbiditas
membutuhkan keputusan > sulit mengenai
prioritas perawatan kesehatan.
Meningkatkan tekanan ekonomi terhadap sistem
kesehatan sering menyebabkan lingkungan
perawatan kesehatan kelebihan beban.
Kejadian tak terduga dan tidak diinginkan dapat
terjadi dalam perawatan kesehatan (primer,
sekunder dan tersier, perawatan masyarakat,
kepedulian sosial dan pribadi, perawatan akut
dan kronis).
Setiap pasien ke-10 di Eropa mengalami kerugian
atau kejadian buruk di rumah sakit, menyebabkan
penderitaan dan kerugian bagi pasien, keluarga
dan penyedia layanan kesehatan, dan biaya tinggi
pada sistem perawatan kesehatan.
Keselamatan adalah bagian dari agenda
berkualitas dimensi budaya kualitas,
membutuhkan komitmen yang luas dari kedua
organisasi dan masyarakat.

WHO / Eropa berkomitmen untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, dan keselamatan pasien
adalah elemen penting dari kualitas itu, meliputi:
mengembangkan jaringan aktif pasien dan penyedia
berbagi pengalaman
belajar dari kegagalan dan penilaian risiko pro-aktif
memfasilitasi perawatan berbasis bukti yang efektif
Peningkatan pemantauan
memberdayakan dan mendidik pasien dan
masyarakat, sebagai mitra dalam proses perawatan.

Tujuan Patient safety
1)Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2)Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp
pasien dan masyarakat;
3)Menurunnya KTD di RS
4)Terlaksananya program-program pencegahan
shg tidak terjadi pengulangan KTD.


Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety
Pelaksanaan Patient safety meliputi: Sembilan solusi
keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for
Patient Safety, 2 May 2007):
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike medication names)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada
pengalihan pelayanan
7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan
infeksi nosokomial.

Tujuh Standar Keselamatan Pasien (Hospital Patient Safety
Standards dari Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, 2002)
1) Hak pasien
Standarnya:
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya:
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya: RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan. K arena itu, di RS harus ada system
dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga
dapat:
Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
7 standar.

Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya : RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriterianya :
koordinasi pelayanan secara menyeluruh
koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya
koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya : RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.

7 standar
Kriterianya :
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya :
Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan 7 Langkah Menuju
KP RS .
Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program
mengurangi KTD.
Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang KP
Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS
& KP.
Kriterianya :
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi

7 standar..
Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya :
RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
7 standar..
Kriterianya
Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya:
RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya :
Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.




2013 National Patient Safety Goals (NPSG)
Sekarang kita meninjau NPSG 2013 untuk
pengaturan rumah sakit

Goal 1: Identifikasi pasien
Meningkatkan akurasi identifikasi pasien.
NPSG.01.01.01: Gunakan setidaknya dua cara
untuk mengidentifikasi pasien. Misalnya,
menggunakan nomor rekam medis dan nomor
rekening. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa setiap pasien menerima obat yang benar
dan pengobatan.
NPSG.01.03.01: Pastikan bahwa pasien yang
benar menerima darah yang benar ketika mereka
mendapatkan transfusi darah.
GOAL 2: peningkatan komunikasi
diantara staff
Tingkatkan efektifitas komunikasi diantara
penolong pasien
NPSG.02.03.01: laporkan hasil prosedur test
dan diagnosis yang penting tepat waktu
Goal 3: Medical safety
Meningkatkan keamanan penggunaan obat.

NPSG.03.04.01: Memberi label semua obat, kontainer obat-
obatan, dan bahan lainnya di dalam dan luar lapangan steril
dalam pengaturan prosedur perioperatif dan lainnya.
NPSG.03.05.01: Mengurangi kemungkinan membahayakan
pasien terkait dengan penggunaan terapi antikoagulan.
NPSG.03.06.01: Rekam dan berikan informasi yang benar
mengenai obat-obatan pasien. Tanyakan tentang obat yang
diminum pasien. Bandingkan dengan obat-obatan baru
yang akan diterima pasien. Pastikan pasien mengetahui
obat apa yang harus dikonsumsi ketika mereka berada di
rumah.
Goal 7: Infeksi nosokomial
Mengurangi resiko infeksi terkait perawatan.
NPSG.07.01.01: Gunakan panduan pembersih tangan
dair Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau
Organisasi Kesehatan Dunia. Menetapkan tujuan untuk
peningkatan pembersihan tangan. Memanfaatkan
peningkatan pembersihan tangan.
NPSG.07.03.01: Menerapkan praktek berbasis bukti
untuk mencegah infeksi organisme resisten dalam
perawatan akut.
NPSG.07.04.01: Menerapkan praktek berbasis bukti
untuk mencegah infeksi terkait aliran darah.
Goal 7
NPSG.07.05.01: Menerapkan praktek berbasis
bukti untuk mencegah infeksi situs bedah.

NPSG.07.06.01: Gunakan pedoman teruji
untuk mencegah infeksi pada saluran kemih
yang disebabkan oleh kateter.
Goal 8: rekonsiliasi pengobatan
Akurat dan benar-benar mencocokkan obat keseluruhan
perawatan.

Tanggal pelaksanaan untuk persyaratan rekonsiliasi pengobatan
direvisi untuk NPSG 8 adalah Juli 2011.

NPSG.08.01.01: Membandingkan Obat Baru dan yang sedang
berjalan

NPSG.08.02.01: Mengkomunikasikan pengobatan kepada penolong
perawatan selanjutnya.

NPSG.08.03.01: Menyediakan keseluruhan Daftar Obat kepada
Pasien

NPSG.08.04.01: Dalam pengaturan di mana obat yang
digunakan minimal, atau diresepkan untuk jangka waktu
pendek, dilakukan proses rekonsiliasi modifikasi
pengobatan.
Goal 9: pasien jatuh
Tujuan mengurangi membahayakan pasien
akibat jatuh kini telah menjadi sebuah
STANDAR!!
Goal 14: Decubitus
Tujuan mencegah terkait perawatan ulkus
akibat tekanan (ulkus dekubitus) kini telah
menjadi STANDAR!!
Goal 15: Resiko safety
Risiko keamanan : diutamakan melekat pada
populasi pasien.


NPSG.15.01.01: Mengidentifikasi Individu
yang berisko untuk Bunuh Diri
NPSG utk RS
Semua rumah sakit diharapkan menerapkan
persyaratan NPSG dalam upaya untuk
menjaga lingkungan yang aman dan
memberikan layanan berkualitas kepada
semua pasien.
Protokol Universal untuk Mencegah Situs Salah,
Salah Prosedur, Bedah Orang yang Salah
Protokol Universal:
UP.01.01.01: Pastikan bahwa operasi yang
benar dilakukan pada pasien yang benar dan
di lokasi yang benar pada tubuh pasien.
UP.01.02.01: Tandai tempat yang benar pada
tubuh pasien mana operasi yang harus
dilakukan.
UP.01.03.01: Sebuah time-out dilakukan
sebelum prosedur, memastikan bahwa tidak
sedang terjadi kesalahan.

Konsep mutu pelayanan
IOM (1999) dan National Health Service
konsep mutu pelayanan kesehatan 6 aspek:
safety, effectiveness, timeliness, efficiency,
equity, dan patient awareness.
Chassin : 3 area utama: under use, over use,
dan misuse of health care services.

Chassin
Under use : kegagalan untuk memberikan pelayanan
yang efektif padahal jika dilakukan dapat menghasilkan
outcome yang diharapkan (misalnya tidak memberikan
imunisasi atau gagal untuk melakukan bedah katarak).
Overuse : pelayanan kesehatan yang dilakukan
berdampak risiko > potensi manfaat yang dapat
ditimbulkan (misalnya memberikan antibiotika untuk
kasus-kasus common cold).
Misuse : komplikasi yang sebenarnya dapat dihindari
jika pelayanan kesehatan dilakukan secara seksama.
Indikator mutu pelayanan
Mengkuantifikasikan mutu pelayanan kesehatan
(ACHS) dilakukan analisis statistik untuk menilai
area-area pelayanan yang dianggap memiliki
defisiensi dalam menghasilkan outcome yang
diharapkan
The Agency for Healthcare Research and Quality
(AHRQ) beberapa indikator yaitu Prevention
Quality Indicators, Inpatient Quality Indicators,
dan Patient Safety Indicators (PSIs).
Indikator patient safety (IPS)
Ukuran untuk mengetahui tingkat keselamatan pasien
selama dirawat di rumah sakit.
Indikator digunakan bersama dengan data pasien rawat
inap yang sudah diperbolehkan meninggalkan rumah
sakit.
Manfaat: menggambarkan besarnya masalah yang
dialami pasien selama dirawat di rumah sakit,
khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan
medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi
pasien.
Untuk menetapkan upaya-upaya mencegah timbulnya
outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien.
2 jenis:
IPS tingkat rumah sakit
IPS tingkat area pelayanan.

Indikator tingkat rumah sakit
Untuk mengukur potensi komplikasi yang
sebenarnya dapat dicegah saat pasien
mendapatkan berbagai tindakan medik di
rumah sakit.
Hanya mencakup kasus-kasus yang merupakan
diagnosis sekunder akibat terjadinya risiko
pasca tindakan medik.

Indikator tingkat area
Mencakup semua risiko komplikasi akibat
tindakan medik yang didokumentasikan di
tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota).
Termasuk diagnosis utama maupun diagnosis
sekunder untuk komplikasi akibat tindakan
medik.

Tujuan Indikator Patient Safety
Identifikasi area-area pelayanan yang
memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih
lanjut, al.menunjukkan:
ada penurunan mutu pelayanan dari waktu ke
waktu,
suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi
standar klinik atau terapi seperti yang diharapkan
tingginya variasi antar rumah sakit dan antar
pemberi pelayanan
disparitas geografi antar unit-unit pelayanan
kesehatan (pemerintah vs swasta atau urban vs
rural)


Termasuk indikator patient safety

Memuat potensi-potensi risiko klinis yang relatif
sering menimbulkan:
trauma di pihak pasien atau
dampak medik, biaya, dan organisasi yang signifikan
bagi pelayanan kesehatan/rumah sakit

Penetapan IPS dilakukan melalui kajian-kajian
serta analisis seksama terhadap berbagai adverse
event yang banyak ditemukan di sistem
pelayanan kesehatan yang ada

Beberapa indikator patient safety

1. Luka tusuk atau luka iris yang tidak disengaja
2. Komplikasi akibat anestesi
3. Kematian pada diagnosis yang angka kematiannya rendah
4. Dekubitus
5. Kegagalan dalam menyelamatkan nyawa pasien
6. Benda asing tertinggal dalam tubuh pasca tindakan
medik/bedah
7. Pneumotorak iatrogenik
8. Perdarahan atau hematom pasca operasi
9. Fraktur tulang panggul pasca operasi
10. Gangguan fisiologis dan metabolik pasca operas
11. Emboli paru pasca operasi atau trombosis vena
12. Kegagalan respirasi pasca operasi
13. Sepsis pasca operasi
14. Dehisensi luka pasca operasi
15. Infeksi akibat tindakan medik
16. Reaksi transfus
17. Trauma saat lahir
18. Trauma obstetrik pasca operasi Cesar
19. Trauma obstetrik pasca persalinan dengan instrumen
20. Trauma obstetrik pasca persalinan tanpa instrumen

Berdasarkan indikator-indikator yang telah
disusun
dibuat definisi,
cara menghitung angka kejadian serta
pada tingkat mana indikator tersebut harus
dicapai, serta
variabel-variabel apa saja yang harus
dipertimbangkan untuk menghindari misleading
dalam interpretasinya.
Contoh1
Dekubitus
Definisi: Kasus dekubitus per 1000 patient
discharge yang dirawat lebih dari 4 hari
Numerator: Diagnosis saat discharge adalah 7070
sesuai ICD-9 Denominator: Semua medical &
surgical discharges yang didefinisikan dengan
DRG spesifik Pada pasien yang dirawat minimal 5
hari Tidak mengikutsertakan pasien dengan
diagnosis hemiplegi, paraplegi atau kuadriplegia
Tidak melibatkan pasien-pasien dari unit
pelayanan long term facilities. Angka empirik 22,7
per 1000 population at risk
Risk adjustment; Umur, jenis kelamin, DRG,
kategori komorbiditas

Contoh 2
Benda asing tertinggal dalam tubuh pasien pasca
prosedur medik/bedah
Definisi: Kasus benda asing tertinggal dalam
tubuh secara tidak sengaja selama prosedur per
1000 pasien yang di discharge
Numerator: Diagnosis saat discharge adalah
sesuai ICD-9 untuk benda asing yang tertinggal
pasca tindakan medik/operatif
Denominator: Semua medical & surgical
discharges yang didefinisikan dengan DRG spesifik
Angka empirik 9 per 100.000 population at risk
Risk adjustment: Umur, jenis kelamin, DRG,
kategori komorbiditas

Mencegah penyebaran infeksi dirumah
sakit
Perawat dan pemberi perawatan kesehatan yang
lain mengikuti praktik medis dan asepsis bedah.
- Teknik bersih ( asepsis medis ) mengurangi
jumlah mikroorganisme yang ada dan
mencegahnya masuk ke pasien.
- Teknik pembedahan ( asepsis bedah ) mencakup
mempertahankan objek dan area bebas
mikroorganisme untuk meyakinkan bahwa
prosedur pembedahan steril.

Teknik bersih
1 Bersihkan luka dari sisi luka bagian dalam kearah luar. Ganti balutan yang kotor dan
buang dengan benar. Gunakan salin normal untuk mencuci luka yang bersih.
Gunakan betadine dan chlorhexidine untuk membersihkan kulit. Gunakan sabun
dan air untuk mencuci luka kotor.
2 Cegah penyebaran mikroorgamisme dalam droplet. Dorong pasien menutup mulut
mereka dengan menggunakan tissue atau sapu tangan bila bersin.
3 Jangan pernah mengizinkan pasien menggunakan alat pribadi bersama orang lain.
Pertahankan tempat tidur bersih dan kering, tidak boleh ada air dan botol
diatasnya.
4 Bersihkan dan desinfeksi objek kotor yang akan digunakan ulang
5 Jangan membiarkan linen kotor dan artikel lain menyentuh seragam anda. Buang
dengan tepat.
6 Kosongkan pengisap dan botol drainase sebelum botol penuh
7 Jangan menyebarkan debu dengan mengibas linen
8 Jangan menempel alat dan kain dilantai
9 Gunakan sarung tangan bersih bila memengang cairan tubuh.
10 Gunakan pakaian pelindung
11 Ketika membersihkan area kotor , bersihkan dulu area yang tidak kotor.
12 Tuangkan cairan ke wastafel dekat kran sehingga tidak terciprat
13 Tempat jarum dan spoit kedalam wadah khusus
14 Sering Cuci tangan .
Teknik perawatan alat
- Sebelum mencuci alat bedah yang menggunakan jarum
dan spuit yang dapat dipakai ulang, dan sarung tangan
harus didekontaminasikan dengan larutan pemutih klorin
0,5% utk mendekontaminasi virus HIV/AIDS dan hepatitis B.
- Ketika mencuci objek kotor, pertama kali cuci dengan air
dingin muntuk melepas material organic seperti mucus dan
darah. Lalu cuci dengan air panas, jika perlu gunakan sikat
untuk membersihkannya
- Untuk medesinfeksi objek , gunakan preparat kimia, seperti
fenol atau senyawa iodine.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan pemanasan atau air
mendidih


Harmonisasi Pelaksanaan Program Keselamatan
Pasien dan Program K3 untuk Pekerja Kesehatan
di Rumah Sakit

5 isu keselamatan penting yang terkait dengan
keselamatan di rumah sakit:
Keselamatan pasien di rumah sakit(hospital patient safety)
Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan (health
worker safety)
Keselamatan bangunan (hospital building)
Keselamatan peralatan rumah sakit (hospital equipment)
Keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan, ditambah
juga dengan keselamatan rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit.


Program patient safety yg selaras program K3:
Pelayanan kepada pasien dari budaya balsaming cultur berubah menjadi
safety cultur tentu akan mengurangi tekanan kerja bagi pekerja dan
manajemen
Penggunaan alat medis aman untuk pasien dan pekerja
Ronde keselamatan pasien bisa sekaligus berjalan bersama ronde
keselamtan pekerja.
Pelaksanaan Sembilan solusi live-saving dari WHO, yang memudahkan
pekerja dalam melayani pasien
Hand hygiene, untuk mencegah infeksi nosokomial juga penularan infeksi
dari pasien ke pekerja
Integrasi aktifitas manajemen resiko
Bila setiap pekerja sudah menerapkan safety maka rumah sakit pun akan
safety
Penggunaan teknologi modern terbaru selain melatih pekerja untuk safety
kepada pasien juga akan safety bagi pekerja
Organisasi rumah sakit adalah organisasi yang kompleks. Merapihkan
sesuatu mulai dari yang sederahan akan merapihkan organisasi yang
besar, melatih pekerja untuk safety kepada pasien tentu akan berdampak
besar bagi rumah sakit tempatnya bekerja.


Penerapan 9 solusi live saving WHO:

Langkah 1: perhatikan nama obat, rupa dan ucapan
yang mirip (look alike medication names)
Langkah 2: pastikan identitas pasien
Langkah 3: komunikasi secara benar serah terima
pasien saat pergantian shift
Langkah 4: pastikan tindakan yang benar pada sisi
tubuh yang benar
Langkah 5: kendalikan cairan elektrolit pekat
Langkah 6: pastikan akurasi pemberian obat
Langkah 7: hindari salah pemasangan kateter pada
pasien
Langkah 8: gunakan alat injeksi sekali pakai
Langkah 9: tingkatkan kebersiha tangan (hand hygiene)
untuk pencegahan penularan infeksi

Program K3 yang mendukung program patient safety:

Program promotif, pemeriksaan rutin kesehatan pekerja
pengobatan pekerja yang sakit selain bertujuan mencegah
terjadinya sakit pada pekerja tapi juga turut menjaga kesehatan
pasien karena tidak terjadi penularan sakit dari tenaga
kesehatan kepada pasien yang dirawat dirumah sakit.
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran di rumah
sakit dan program disaster saat bencana bertujuan
menyelamatkan pekerja dan asset rumah sakit, juga
keselamatan pasien. Risk assessment terhadap pasien yang
sedang dirawat dapat untuk menghitung resiko dan dapat
menghasilkan rekomendasi untuk mencegah terjadinya insiden
kejadian yang tidak diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris
cedera (KNC) pada pasien.
Program pelatihan kerja dalam peningkatan kemampuan dalam
bekerja dapat meningkatkan pelayanan pekerja kepada pasien.
Program hazard communication selain membuat pekerja
menjadi lebih aman, sekaligus pelayanan juga menjadi lebih baik

6 langkah risk assessment pasien mencegah KTD&KNC

Tahap I (Critical Illness): tentukan pasien seperti apa yang akan diassesment.
Resiko tinggi banyak pada pasien yang menjalani operasi, dipilih assessment pada
pasien yang akan menjalani operasi besar di kamar bedah
Tahap II(steps): buatlah langkah-langkah tindakan yang akan dialami pasien yang
akan dioperasi.
Pasien di diagnose sakit dan akan dioperasi
Persiapan operasi
Pasien didorong kekamar operasi
Pasien dioperasi
Pasien disadarkan
Tahap 3 (Identifikasi kemungkinan terjadi insiden pada setiap langkah)
Pasien di diagnose sakit dan akan dioperasi. Identifikasi kemungkinan insiden,
salah diagnose, salah interpretasi hasil penunjang diagnose, menggunakan
alat penunjang diagnose yang salah.
Persiapan operasi: persiapan terhadap pasien yang akan dioperasi kurang baik
Pasien didorong ke kamar operrasi, pasien terjatuh dari kursi roda saat diantar
ke kamar operasi.
Pasien dioperasi, operator mengoperasi sisi tubuh yang salah. Salah jenis
operasi, salah identitas pasien yang akan dioperasi, kesalahan saat pembiusan
dan pasien kekurangan darah saat dioperasi.
Pasien disadarkan: pasien tidak sadar kembali.

Referensi
Pendidikan kesehatan The Twenty Ten Theme.
Blog at WordPress.com.
The Joint Commissions 2013
National Patient Safety Goals
National Patient Safety Goals 2011

Anda mungkin juga menyukai