Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara
terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat
dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan malfungsi kandung kemih karena
disfungsi neurologis atau disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau
cedera.

Gejala neurogenik bladder berkisar antara kurang berfugsi hingga overaktivitas,


tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin
terpengaruhi, menyebabkan spincter menjadi kurang berfungsi atau overaktivitas
dan kehilangan koordinasi dengan fungsi kandung kemih. Terapi yang cocok
ditentukan dari diagnosis yang tepat dengan perawatan medis yang bagus dan
perawatan bersama dengan bermacam pemeriksaan klinis, meliputi urodinamik dan
pemeriksaan radiologi terpilih.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 1


BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TRAKTUS URINARIUS

Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih terdiri dari

dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih ( vesika urinaria )

dan satu buah uretra.

Gambar 1. Anatomi traktus urinarius normal

1. Ginjal

Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah


tulang rusuk bagian belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal
kiri. Mempunyai ukuran panjang 7 cm dan tebal 3 cm. Terbungkus dalam kapsul
yang terbuka kebawah. Diantara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang
membantu melindungi ginjal terhadap goncangan. Ginjal mempunyai nefron yang
tiap tiap tubulus dan glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal ditentukan
oleh sejumlah nefron yang dimilikinya. Kira kira terdapat 1,3 juta nefron dalam
tiap tiap ginjal manusia.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 2


Fungsi Ginjal :

a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.

b. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan

c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian


tubulus ginjal

d. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh

e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel


darah merah (SDM) di sumsum tulang

f. Hemostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam
darah.

2. Ureter

Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25 sampai 30 cm, terbentang
dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu satunya adalah menyalurkan urin ke
vesika urinaria.

3. Vesika Urinaria

Vesika urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3


sampai 4 cm dibelakang simpisis pubis ( tulang kemaluan ).Vesika urinaria adalah
organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni
(1) terletak paling dalam adalah otot longitudinal, (2) ditengah merupakan otot
sirkuler, dan (3) paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri
atas sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan uretra
posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum
membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.

Secara anatomis buli-buli terdir atas 3 permukaan, yaitu (1) permukaan


superior yang berbatasan dengan rongga peritonium, (2) dua permukaan

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 3


inferiolateral, dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus
minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkan melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk
orang dewasa lebih kurang adalah 300-450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada
anak menurut formula dari Koff adalah:
Kapasitas buli-buli = (Umur (thn) + 2) x 30 ml
Contoh: seorang anak berusia 2 thn kapasitas buli-buli adalah (2+2) x 30 = 120ml
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat
penuh berada diatas simfisis sehingga dapat di palpasi dan di perkusi. Buli-buli yang
terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan mengaktifkan pusat
miksi di medula spinalis segmen Sakral 2-4. Hal ini akan menyebabkan kotraksi otot
detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah
proses miksi.
Buli-buli mendapatkan vaskularisasi dari cabang arteri iliaka interna, yakni
arteria vesika superior, yang menyilang di depan ureter. Sistem vena dari buli-buli
bermuarakedalam vena iliaka interna.

4. Uretra

Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih
sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan terletak didekat vagina. Pada
uretra laki laki mempunyai panjang 15 20 cm.

1. ANATOMI MAKROSKOPIK VESICA URINARIA


Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria
cukup baik untuk menyimpan urine. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat.
Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya.
Vesica urinaria yang kosong pada dewasa seluruhnya terletak di dalam pelvis; bila
vesica urinaria terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak
kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila
cavitas melebar, vesica urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti
pada orang dewasa. Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan
sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 4


Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas
symphysis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum
umbilicale medianum (sisa urachus). Basis , atau facies posterior vesicae, menghadap ke
posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter,
dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra. Kedua ductus deferens terletak
berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang
lain. Bagian atas facies posterior vesicae diliputi peritoneum, yang membentuk dinding anterior
excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus
deferens, vesicula seminalis, dan fascia rectovesicalis.
Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau
colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat ke
dinding lateral pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, facies
superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang
meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga vesica
urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen.
Facies inferolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan
pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan musculus obturatorius
internus dan di bawah dengan musculus levator ani.
Collum vesicae berada di inferior dan terletak pada superior prostatae. Di sini, serabut otot
polos dinding vesica urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostata. Collum vesicae
dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan
ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan penebalan fascia
pelvis.
Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong
dan lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area
tunica mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae
Liutaudi. Di sini, tunica mucosa selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong karena
membrana mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya.
Trigonum vesicae dibatasi di sebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter
yang satu ke muara ureter yang lain dan disebut sebagai plica interureterica.
Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang ostium
urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang ada di bawahnya.
Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan yang
saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 5


vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus
sphincter vesicae

Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari ventral

Arteria vesicalis superior dan inferior , cabang arteria iliaca intern. Venae membentuk
plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan plexus venosus prostaticus ;
dan bermuara ke vena iliaca interna.
Persarafan Vesica Urinaria
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut
postganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis I dan II lalu berjalan turun ke
vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpatikus yang
muncul sebagai nervi splanchnici pelvici berasal dari nervus sacrales II , III , dan IV, berjalan
melalui plexus hypogastricus menuju ke dinding vesica urinaria, di tempat ini serabut
tersebut bersinaps dengan neuron postganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang
berasal dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvici.
Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis melalui plexus
hypogastricus dan masuk ke medulla spinalis segmen lumbalis I dan II

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 6


Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang
penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi
musculus

2. ANATOMI MIKROSKOPIK VESIKA URINARIA


Penampilan irisan kandung kemih mirip ureter.
Epitel transisionalnya lebih tebal, terdiri atas 6-8 lapis sel pada kandung
kemih kosong, dan hanya setebal 2-3 lapis kandung kemih terisi penuh. Di bawah
epitel terdapat muskularis mukosa yang tidak utuh yang dibentuk oleh serat-serat
otot kecil yang tidak beraturan, dengan banyak serat saraf. Lamina proprianya tebal
dengan lapis luar yang longgar, kadang disebut submukosa, yang memungkinkan
mukosa ini berlipat pada kandung kemih kosong. Tebal tunika muskularis sedang
saja dan terdiri atas tiga lapisan: (1) lapisan dalam yang longitudinal, (2) lapisan
tengah yang sirkular, dan (3) lapisan luar yang longitudinal. Lapisan sirkular tengah
paling mencolok dan membentuk sfingter tebal sekitar muara urethra dalam dan
tidak begitu tebal sekitar muara ureter. Lapisan adventisia terdiri atas jaringan fibro-
elastis, hanya permukaan superior kandung kemih saja yang ditutupi peritoneum
secara longgar.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 7


Vesica urinaria; epitel transisional (TE), lapisan otot longitudinal dalam (IL), lapisan
otot sirkular tengah (MC), lapisan otot longitudinal luar (OTdetrusor vesicae dan
menghambat kerja musculus sphincter vesicae

B. PEMBENTUKAN URINE

Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air (96%) air dan
sebagian kecil zat terlarut ( 4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara
dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses mikturisi.

Proses pembentukan urin, yaitu :

a. Filtrasi (penyaringan) : capsula bowman dari badan malpighi menyaring darah


dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat bermolekul besar
(protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerulus (urin primer). Di dalam
filtrat ini terlarut zat seperti glukosa, asam amino dan garam-garam.

b. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat


dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat
tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 8


c. Sekresi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+ dan
Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke
pelvis renalis.

C. NEUROFOSIOLOGI VESIKA URINARIA DAN URETRA

Sistem saluran kemih bagian bawah mendapatkan inervasi dari serabut saraf
aferen yang berasal dari buli-buli dan uretra, serta serabut saraf eferen berupa sistem
parasimpatetik, simpatetik, dan somatik. Serabut aferen dari dinding buli-buli
menerima impuls stretch reseptor (reseptor regangan) dari dinding buli-buli yang di
bawa oleh nervus pelvikus ke korda spinalis S2-4 dan diteruskan sampai ke otak
melalui traktus spinotalamikus. Signal ini akan memberikan informasi kepada otak
tentang volume urin di dalam buli-buli. Jalur aferen dari sfingter uretra eksterna dan
uretra mengenal sesasi suhu, nyeri dan adanya aliran urine di dalam uretra. Impuls
ini dibawa oleh nervus pudendus menuju ke orda spinalis S2-4

Serabut eferen parasimpatetik berasal dari korda spinalis S2-4 dibawa oleh
nervus pelvikus dan memberikan inervasi pada otot detrusor. Asetilkolin (ACH)
adalah neutransmitter yang berperan dalam penghantaran signal saraf kolinergik,
yang setelah berikatan dengan reseptor muskarinik menyebabkan kontraksi otot
detrusor. Reseptor muskarinik yang banyak berperan di dalam kontraksi buli-buli
adalah M2 dan M3. Peranan sistem parasimpatetik pada proses miksi berupa
kontraksi detrusor, dan terbentuk sfingter uretra.

Serabut saraf simpatetik bersal dari korda spinalis segmen thorako-lumbal


(T10-L2) yang dibawa oleh nervus hipogastrikus menuju buli-buli dan uretra.
Terdapat 2 jenis reseptor adrenergik yang letaknya berbeda di dalam buli-buli dan
uretra, yaitu reseptor adrenergik yang bnyak terdapat pada leher buli-buli (sfingter
interna) dan uretra posterior, serata reseptor adrenergik yang banyak terdapat pada
fundus buli-buli. Rangsangan pada reseptor adrenergik menyebabkan kontraksi,
sedangkan adrenergik menyebabkan relaksasi. Sistem simpatis ini berperan pada
fase pengisian yaitu menyebabkan terjadinya :

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 9


1. Relaksasi otot detrusor karena stimulasi dari adrenergik
2. Kontraksi sfingter interna serta uretra posterior karena stimulasi dari adrenergik

yang bertujuan untuk mempertahankan resistensi uretra agar selama fase pengisian
urin tidak bocor (keluar) dari buli-buli.

Serabut saraf somatik berasal dari nukleus Onuf yang berada di kornu
anterior korda spinalis S2-4 yang dibawa oleh nervus pudendus dan menginervasi
otot bergaris sfingter eksterna dan otot-otot dasar panggul. Perintah dari korteks
serebri (secara disadari) menyebabkan terbukanya sfingter eksterna pada saat miksi.

Pada saat buli-buli terisi oleh urin daro kedua ureter, volume buli-bili
bertambah besar karena ototnya mengalami pereganga. Regangan itu menyebabkan
stimulasi pada stretch reseptor yang berada di dinding buli-buli. Setelah kurang lebih
terisi seapruh dari kapasitasnya, mulai di rasakan oleh otak adanya urine yang
mengisi buli-buli.

Pada saat buli-buli sedang terisi, terjadi stimulasi pada sistem simpatetik
yang mengakibatkan kontraksi sfingter uretra interna (menutupnya leher buli-buli),
dan inhibisi sistem parasimpatetik berupa relaksasi otot detrusor. Kemudian pada
saat buli-buli terisi penuh dan timbul keinginan untuk miksi, timbul stimulasi sistem
parasimpatetik dan menyebabkan kontraksi otot detrusor, serta inhibi sistem
simpatetik yang menyebabkan relaksasi sfingter interna (terbukanya leher buli-buli).

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 10


Miksi kemudian terjadi jika terdapat relaksasi sfingter uretra eksterna dan tekanan
intravesikal melebihi tekanan intrauretra.

Kelainan pada unit vesiko uretra dapat terjadi pada fase pengisian atau pada
fase miksi. Kegagalan buli-buli dalam menyimpan urine menyebabkan urine tidak
sempat tersimpan di dalam buli-buli dan bocor keluar buli-buli, yaitu pada
inkontinensia urine, sedangkan kelainan pada fase miksi menyebabkan urine
tertahan di buli-buli sampai terjadi retensi urine

Kegagalan dalam proses

Pengisian urine Pengeluaran urine


(storage) (voiding)

Retensi urine
Inkontinensia urine

Faktor buli-buli Faktor buli-buli

Overaktivitas detrusor: hiperefleksi Buli-buli neuropatik


detrusor, instabilitas detrusor

Kelaianan pada uretra


Faktor uretra
Hipermobilitas uretra Defisiensi sfingter
intrinsik BPH/Ca prostat Batu uretra
Struktura uretra..dll

Gambar 1 : Bagan disfungsi miksi

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 11


D. PROSES MIKSI
Berkemih pada dasarnya merupakan refleks spinal yang akan di fasilitasi dan
dihambat oleh pusat-pusat susunan sistem saraf yang lebih tinggi seperti defekasi,
fasilitasi dan inhibisi bersifat volunter. Urine yang memasuki vesika tidak begitu
meningkatkan tekanan intravesika sampai telah terisi penuh. Selain itu, seperti juga
jenis otot polos lainnya, otot vesika memiliki sifat plastis, bila di regang, ketegangan
yang mula-mula timbul tidak akan di pertahankan. Keinginan pertama untuk
berkemih timbul bila volume vesika 150ml, dan rasa penu timbul pada pengisisan
sekitar 400ml. Pada vesika, ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya isi
organ tersebut, tetapi jari-jarinya pun bertambah. Oleh karena itu peningkatan
tekanan hanya akan sedikit saja, sampai organ tersebut relatif penuh.
Selama proses berkemih, otot-otot perineumdan sfingter uretra eksterna relaksasi,
otot detrusor berkontraksidan urine akan mengalir melalui uretra. Susunan otot polos
pada kedua sisi uretra ternyata tidak memegang peranan pada proses berkemih, dan
fungsi utmanya mungkin untuk mencegah refluks semen kedalam vesika selama
ejakulasi.
Mekanisme awal yang meimbulkan proses miksi volunter belum diketahui
secara pasti, salah satu peristiwa awal ialah relaksasi otot-otot dasar panggul, dan hal
ini mungkin menimbulkan tarikan kebawah yang cukup besar pada otot detrusor
untuk merangsang kontraksi. Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter eksterna
dapat dilakukan secara volunter, sehingga mencegah urine untuk mengalir melewati
uretra atau menghentikan aliran urine saat sedang berkemih. Melalui proses belajar
seorang dewasa dapat mempertahankan kontraksi sfingter eksterna sehigga mampu
menunda berkemih sampai saat yang tepat.

Pengendalian refleks
Otot-otot dinding vesika urinaria memiliki aktifitas kotraksi sendiri tetapi bila
persarafannya utuh, reseptor regang didinding vesika akan mengawali refleks
kontraksi yang mempunyai ambang yang lebih rendah daripada respon kontraksi
sendiri. Serat saraf N. Pelvikus merupakan serat aferen refleks pengosongan vesika,
dan serat saraf parasimpatis ke vesika yang merupakan serat eferen juga berjalan
bersama saraf ini. Pusat intergrasi refleks ini terdapat di segmen sakral medula
spinalis. Pada orang dewasa volume urine yang mengisi vesika yang dalam keadaan
normal merangsang refleks kontraksi kira-kira 300-400ml. Saraf simpatis ke vesika
tidak memegang peran pada proses berkemih, tetapi memerantai kontraksi otot
vesika yang mencegah masuknya semen ke vesika pada saat ejakulasi.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 12


Tidak ditemukan sistem saraf motorik kecil yang menuju reseptor regang di
dinding vesika tetapi ambang untuk refleks pengosongan vesika seperti reflek regang
disesuaikan dengan aktivitas pusat-pusat fasilitasi dan inhibisi di batang otak.
Terdapat area fasilitasi didaerah pons dan area inhibisi di otak tengah. Setelah
transeksi batang otak tepat diatas pons, ambang rangsang akan menurun sehingga
diperlukan pengisian yang lebih sedikit untuk merangsangnya, sedangkan setelah
transeksi diatas otak tengah, ambang rangsang untuk refleks normal. Terdapat area
fasilitasi lain di hipotalamus posterior.
Pada manusia dengan lesi di girus frontalis superior, kemauan untuk berkemih
berkurang dan selain itu terdapat kesukaran untuk menghentikan miksi bila telah
dimulai. Kontraksi vesika dapat ditimbulkan dengan cara fasilitasi volunter refleks
pengosongan yang berasal dari medula spinalis, meskipun hanya mengandung
beberapa mililiter urine. Kontraksi volunter otot dinding perut membantu keluarnya
urine dengan cara meningkatkan tekanan intraabdominal, tetapi pengosongan vesika
dapat dimulai tanpa mengedan bahkan bila vesika hampir kosong.

E. DISFUNGSI KANDUNG KEMIH


a. Definisi

Kandung Kemih Neurogenik (Neurogenic Bladder) adalah hilangnya fungsi


kandung kemih yang normal akibat kerusakan pada sebagian sistem sarafnya.

Kandung Kemih Neurogenik adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
ketidak mampuan untuk mengontrol kandung kemih dengan baik karena kerusakan
pada saraf yang mengontrol kemampuan berkemih, menyebabkan kandung kemih
menjadi lebih aktif atau kurang aktif. Orang-orang yang menderita kandung kemih
neurogenik yang lebih aktif mampu berkemih, tetapi mereka memiliki kesulitan
untuk mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan. Penderita kandung kemih
neurogenik kurang aktif mampu menahan sejumlah besar urin tetapi tidak mampu
merasakan kandung kemih penuh atau tidak. Mereka juga memiliki kesulitan dalam
mengendalikan otot-otot kandung kemih secara baik. Oleh karena itu, mereka akan
sering mengompol ketika kandung kemih terisi melewati batas. Kondisi ini
umumnya ditemukan pada orang-orang dengan penyakit neurogenik, seperti
Alzheimer, penyakit Parkinson, sklerosis multipel dan cedera medula spinalis.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 13


Perawatan biasanya termasuk kateterisasi, dengan memasukan pipa tipis kedalam
kandung kemih untuk mempermudah pengosongan kandung kemih. Apabila tidak
dirawat secara tepat, kandung kemih neurogenik dapat menyebabkan gagal ginjal
karena tekanan yang dihasilkan sebagai akibat ekspansi kandung kemih yang
berlebihan dan infeksi saluran kemih.

b. Etiologi

Neurogenic bladder bisa terjadi akibat:

a. Penyakit-penyakit yang menyebabkan gangguan saraf (Alzheimer, penyakit


Parkinson)
b. Cedera pada otak, tulang belakang
c. Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke kandung
kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya.

Suatu kandung kemih neurogenik bisa kurang aktif, dimana kandung kemih
tidak mampu berkontraksi dan tidak mampu menjalankan pengosongan kandung
kemih dengan baik; atau menjadi terlalu aktif (spastik) dan melakukan pengosongan
berdasarkan refleks yang tak terkendali. Kandung kemih yang kurang aktif biasanya
terjadi akibat gangguan pada saraf lokal yang mempersarafi kandung kemih.

Penyebab tersering adalah cacat bawaan pada medula spinalis (misalnya spina
bifida atau mielomeningokel). Suatu kandung kemih yang terlalu aktif biasanya
terjadi akibat adanya gangguan pada pengendalian kandung kemih yang normal oleh
medula spinalis dan otak. Penyebabnya adalah cedera atau suatu penyakit, misalnya
sklerosis multipel pada medula spinalis yang juga menyebabkan kelumpuhan
tungkai (paraplegia) atau kelumpuhan tungkai dan lengan (kuadripelegia). Cedera ini
seringkali pada awalnya menyebabkan kandung kemih menjadi kaku selama
beberapa hari, minggu atau bulan (fase syok). Selanjutnya kandung kemih menjadi
overaktif dan melakukan pengosongan yang tak terkendali.

c. Patofisiologi

Jika masalah datang dari sistem saraf pusat, siklus terkait akan terpengaruhi.
Beberapa bagian sistem saraf yang mungkin terlibat diantaranya otak, pons, medula

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 14


spinalis dan saraf perifer. Sebuah kondisi disfungsi menghasilkan gejala yang
berbeda, berkisar antara retensi urin akut hingga overaktivitas kandung kemih atau
kombinasi keduanya.

Ketidak lancaran urinaria berasal dari disfungsi kandung kemih, spincter atau
keduanya. Overaktivitas kandung kemih (spastic bladder) berhubungan dengan
gejala ketidak lancaran yang mendesak, sedangkan spincter underaktivitas
(decreased resistance) menghasilkan gejala stress incontinence.

Lesi otak

Lesi otak diatas pons merusak pusat kontrol, menyebabkan hilangnya kontrol
ekskresi secara keseluruhan. Refleks ekskresi traktus urinarius bagian bawah-refleks
ekskresi primitif-tetap utuh. Beberapa individu mengeluhkan ketidakmampuan
mengendalikan eksresi yang parah, atau spastic kandung kemih. Pengosongan
kandung kemih yang terlalu cepat atu terlalu sering, dengan kuantitas yang rendah,
dan pengisian urin di kandung kemih menjadi sulit. Biasanya, orang dengan masalah
ini berlari cepat ke kamar mandi namun urin keluar sebelum mereka mencapai
tujuan. Mereka mungkin sering terbangun di malam hari untuk berkemih.

Contoh lesi otaknya strok, tumor otak, parkinson. Hidrosepalus, cerebral


palsy, dan Shy-Drager syndrome juga dapat menyebabkan hal tersebut.

Lesi medula spinalis

Penyakit atau cidera medula spinalis diantara pons dan sakral menghasilkan
spastic bladder atau overactive bladder. Orang dengan paraplegic atau quadriplegic
memiliki lower extremity spasticity. Awalnya, setelah trauma medula spinalis,
individu masuk kedalam fase shock spinal dimana sistem saraf berhenti. Setelah 6-
12 minggu, sistem saraf aktif kembali. Ketika sistem saraf aktif kembali,
menyebabkan hiperstimulasi organ yang terlibat

Lesi Lower Motor Neuron (LMN)

Kerusakan pada radiks S2-S4 baik dalam kanalis spinalis maupun ekstradural akan
menimbulkan gangguan LMN dari fungsi kandung kencing dan hilangnya

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 15


sensibilitas kandung kencing. Proses pendahuluan miksi secara volunter hilang dan
karena mekanisme untuk menimbulkan kontraksi detrusor hilang, kandung kencing
menjadi atonik atau hipotonik bila kerusakan denervasinya adalah parsial.
Compliance kandung kencing juga hilang karena hal ini merupakan suatu proses
aktif yang tergantung pada utuhnya persarafan. Sensibilitas dari peregangan kandung
kencing terganggu namun sensasi nyeri masih didapatkan disebabkan informasi
aferen yang dibawa oleh sistim saraf simpatis melalui n.hipogastrikus ke daerah
torakolumbal. Denervasi otot sfingter mengganggu mekanisme penutupan
namunjaringan elastik dari leher kandung kencing memungkinkan terjadinya
kontinens. Mekanisme untuk mempertahankan kontinens selama kenaikan tekanan
intra abdominal yang mendadak hilang, sehingga stress inkontinens sering timbul
pada batuk atau

bersin.

Cedera sakral

Cedera pada medula sakrum dan akar saraf yang keluar dari sakrum mungkin
mencegah terjadinya pengosongan kandung kemih. Jika terjadi sensory neurogenik
bladder, pasien tidak akan tau kapan kandung kemihnya penuh. Pada kasus motor
neuriogenik bladder , inidividu mngkin merasakan kandung kemih penuh, namun
otot detrusor tidak bereaksi, hal ini disebut detrusor arefleksia.

Cidera saraf perifer

Diabetes mellitus dan AIDS adalah 2 kondisi penyebab periferal neuropaty


yang menyebabkan rentensio urin. Penyakit ini merusak saraf kandung kemih,
distensi tidak nyeri dari kandung kemih. Pasien dengan diabetes kronis kehilangan
sensasi dari kandung kemih, sebelum kandung kemih melakukan dekompensata.
Serupa dengan cedera pada sakrum, pasien akan sulit untuk berkemih, mereka
mungkin mempunyai hypocontractile bladder.1

d. Gejala

Gejalanya bervariasi berdasarkan apakah kandung kemih menjadi kurang


aktif atau overaktif. Suatu kandung kemih yang kurang aktif biasanya tidak kosong

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 16


dan meregang sampai menjadi sangat besar. Pembesaran ini biasanya tidak
menimbulkan nyeri karena peregangan terjadi secara perlahan dan karena kandung
kemih memiliki sedikit saraf atau tidak memiliki saraf lokal. Pada beberapa kasus,
kandung kemih tetap besar tetapi secara terus menerus menyebabkan kebocoran
sejumlah air kemih.

Sering terjadi infeksi kandung kemih karena sisa air kemih di dalam kandung
kemih memungkinkan pertumbuhan bakteri. Bisa terbentuk batu kandung kemih,
terutama pada penderita yang mengalami infeksi kandung kemih menahun yang
memerlukan bantuan kateter terus menerus. Gejala dari infeksi kandung kemih
bervariasi, tergantung kepada jumlah saraf yang masih berfungsi.

Suatu kandung kemih yang overaktif bisa melakukan pengisian dan


pengosongan tanpa kendali karena berkontraksi dan mengendur tanpa disadari. Pada
kandung kemih yang kurang aktif dan yang overaktif, tekanan dan arus balik air
kemih dari kandung kemih ke ureter bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Pada
penderita yang mengalami cedera medula spinalis, kontraksi dan pengenduran
kandung kemih tidak terkoordinasi, sehingga tekanan di dalam kandung kemih tetap
tinggi dan ginjal tidak dapat mengalirkan air kemih.

Gejala-gejala disfungsi kandung kencing neurogenik terdiri dari urgensi,


frekuensi, retensi dan inkontinens. Hiperrefleksi detrusor merupakan keadaan yang
mendasari timbulnya frekuensi, urgensi dan inkontinens sehingga kurang dapat
menilai lokasi kerusakan (localising value) karena hiperrefleksia detrusor dapat
timbul baik akibat kerusakan jaras dari suprapons maupun suprasakral. Retensi urine
dapat timbul sebagai akibat berbagai keadaan patologis. Pada pria adalah penting
untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan urologis seperti hipertrofi prostat atau
striktur. Pada penderita dengan lesi neurologis antara pons dan med spinalis
bagiansakral, DDS dapat menimbulkan berbagai derajat retensi meskipun pada
umumnya hiperrefleksia detrusor yang lebih sering timbul. Retensi dapat juga timbul
akibat gangguan kontraksi detrusor seperti pada lesi LMN. Retensi juga dapat timbul
akibat kegagalan untuk memulai refleks niksi seperti pada lesi susunan saraf pusat.
Meskipun hanya sedikit kasus dari lesi frontal dapat menimbulkan retensi, lesi pada
pons juga dapat menimbulkan gejala serupa. Inkontenensia urine dapat timbul akibat
hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering dihubungkan

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 17


dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi.
Lesi LMN dihubungkan dengan kelemahan sfingter yang dapat bermanifestasi
sebagai stress inkontinens danketidakmampuan dari kontraksi detrusor yang
mengakibatkan retensi kronik dengan overflow.

e. Diagnosis

Kandung kemih yang membesar bisa diketahui pada pemeriksaan perut


bagian bawah. Urografi intravena, sistografi maupun uretrografi dilakukan untuk
memperkuat diagnosis. Pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan ukuran ureter dan
kandung kemih, batu ginjal, kerusakan ginjal dan fungsi ginjal. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan USG atau sistoskopi. Dengan memasukkan kateter melalui uretra bisa
diketahui jumlah air kemih yang tersisa. Untuk mengukuran tekanan di dalam
kandung kemih dan uretra bisa dilakukan dengan cara menghubungkan kateterisasi
dengan suatu alat pengukur (sistometografi).

f. Evaluasi dan Penatalaksanaan

Evaluasi

Pendekatan sistematis untuk mengetahui maslah gangguan miksi selama


rehabilitasi pasien dengan cedera medula spinalis merupakan hal yang penting
karena penatalaksanaan yang baik sejak awal akan mencegah komplikasi urologis
dan kerusakan ginjal permanen. Pemeriksaan meliputi penilaian saluran kencing
bagian atas, penilaian pengosongan kandung kencing dan deteksi hiperrefleksia
detrusor

a. Penilaian saluran kencing bagian atas. Meskipun jarang didapatkan masalah pada
saluran kencing bagian atas, gangguan ginjal merupakan hal yang potensial
mengancam penderita. Penilaian ditujukan untuk menilai fungsi ginjal dandeteksi
hidronefrosis. Pemeriksaan radiologis harus meliputi urografi intravena dan voiding
cystourethrogram untuk menilai saluran bagian atas dan menyingkirkan
kemungkinan adanya refluks vesikoureteral.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 18


b. Penilaian pengosongan kandung kencing. Penilaian sisa urine dapat dilakukan
dengan katerisasi pada saat pertama pemeriksaan meupun dengan menggunakan
USG. Residu urine lebih dari 100 ml dikatakan bermakna

c. Deteksi hiperrefleksia detrusor

Pemeriksaan CMG dan EMG dari sfingter uretral eksterna akan membantu
menentukan disfungsi neurogenik dan adanya suatu DDS yang signifikan. Kontraksi
abnormal dari otot detrusor dapat dideteksi dengan baik dengan menggunakan filling
cystometrogram (CMV). Pada orang normal, kandung kencing dapat
mengakomodasi pengisian kandung kencing bahkan pada kecepatan pengisian yang
tinggi sedangkan pada penderita dengan hiperrefleksia kandung kencing, terjadi
peningkatan tekanan yang spontan pada pengisian

d. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis harus meliputi pemeriksaan sensibilitas perianal untuk


mengetahui ada tidaknya sacral sparing. Adanya tonus anal, refleks anal dan refleks
bulbokavernosus hanya menandakan utuhnya konus danlengkung refleks lokal.
Didapatkannya kontraksi volunter sfingter anal menunjukkan uthunya kontrol
volunter dan pada kasus kuadriplegia, ini menandakan lesi medula spinalis yang
inkomplit. Pada lesi medula spinalis, dalam hari pertama sampai 3 atau 4 minggu
berikutnya seluruh refleks dalam pada tingkat di bawah lesi akan hilang. Hal ini
biasanya dihubungkan dengan fase syok spinal. Dalam periode ini, kandung kencing
bersifat arefleksi danmemerlukan drainase periodik atau kontinu yang cermat dan tes
provokatif dengan menggunakan 4 oz air dingin steril suhu 4oC tidak akan
menimbulkan aktifitas refleks kandung kencing. Tes air es dikatakan positif bila
pengisian dengan air dingin segera diikuti dengan pengeluaran air kateter dari
kandung kencing. Drainase kandung kencing yang adekuat selama fase syok spinal
akan dapat mencegah timbulnya distensi yang berlebih dan atoni dari kandung
kencing yang arefleksi.

Penatalaksanaan

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 19


Dasar dari penatalaksanaan dari disfungsi kandung kemih adalah untuk
mempertahankan fungsi gunjal dan mengurangi gejala.

a. Penatalaksanaan gangguan pengosongan kandung kemih dapat

dilakukan dengan cara

Stimulasi kontraksi detrusor, suprapubic tapping atau stimulasi perianal


Kompresi eksternal dan penekanan abdomen, credes manoeuvre
Clean intermittent self-catheterisation
Indwelling urethral catheter
b. Penatalaksanaan hiperrefleksia detrusor
Bladder retraining (bladder drill)
Pengobatan oral, Propantheline, imipramine, oxybutinin
c. Penatalaksanaa operatif.
Tindakan operatif berguna pada penderita usia muda dengan kelainan neurologis
kongenital atau cedera medula spinalis.

Bladder training

Adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (UMN
atau LMN), dapat dilakukan dengan pemeriksaan refleks-refleks:

1. Refleks otomatik
Refleks melalui saraf parasimpatis S2-3 dansimpatis T12-L1,2, yang bergabung
menjadi n.pelvikus. Tes untuk mengetahui refleks ini adalah tes air es (ice water
test). Test positif menunjukkan tipe UMN sedangkan bila negatif (arefleksia) berarti
tipe LMN.
2. Refleks somatis

Refleks melalui n.pudendalis S2-4. Tesnya berupa tes sfingter ani eksternus dan tes
refleks bulbokarvernosus. Jika tes-tes tersebut positif berarti tipe UMN, sedangkan
bila negatif berarti LMN atau tipe UMN fase syok spinal

Langkah-langkah Bladder Training:

1. Tentukan dahulu tipe kandung kencing neurogeniknya apakah UMN atau LMN

2. Rangsangan setiap waktu miksi

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 20


3. Kateterisasi:

a. Pemasangan indwelling cathether (IDC)=dauer cathether

IDC dapat dipasang dengan sistem kontinu ataupun penutupan berkala (clamping).
Dengan pemakaian kateter menetap ini, banyak terjadi infeksi atau sepsis. Karena itu
kateterisasi untuk bladder training adalah kateterisasi berkala. Bila dipilh IDC, maka
yang dipilih adalah penutupan berkala oleh karena IDC yang kontinu tidal fisiologis
dimana kandung kencing yang selalu kosong akan mengakibatkan kehilangan
potensi sensasi miksi serta terjadinya atrofi serta penurunan tonus otot kandung
kemih.

b. Kateterisasi berkala

Keuntungan kateterisasi berkala antara lain:

Mencegah terjadinya tekanan intravesikal yang tinggi/overdistensi yang


mengakibatkan aliran darah ke mukosa kandung kencing dipertahankan seoptimal
mungkin
Kandung kencing dapat terisi dan dikosongkan secara berkala seakan-akan berfungsi
normal
Bila dilakukan secara dini pada penderita cedera medula spinalis, maka penderita
dapat melewati masa syok spinal secara fisiologis sehingga fedback ke medula
spinalis tetap terpelihar
Teknik yang mudah dan penderita tidak terganggu kegiatan sehari harinya

Penatalaksanaan gangguan fungsi miksi pada lesi medula

a. Lesi kauda Ekuina

Penatalaksanaan pada pasien dengan lesi kauda ekuina memerlukan


perhatian khusus. Pada umumnya ditemukan kandung kencing yang arefleksi
(nonkontraktil) dan miksi dilakukan dengan bantuan manipulasi Crede atau Valsava.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 21


Lesi umumnya inkomplit atau tipe campuran dan berpotensi untuk mengalami
penyembuhan. Pemeriksaan urodinamik mungkin menunjukkan sfingter uretral
eksternal yang utuh danps demikian dengan lesi suprakonus mungkin mengalami
kesulitan dalam miksi kecuali bila terdapat tekanan intravesikal yang penuh yang
dapat mengakibatkan refluksi vesikoureteral. Pada pasien ini didapatkan kerusakan
pada persarafan parasimpatis dengan persarafan simpatis yang utuh atau mengalami
reinervasi dimana leher kandung kencing mungkin tidak dapat membuka dengan
baik pada waktu miksi.

b. Sindroma Medula Spinalis Sentral

Neurogenic bladder akibat lesi inkomplit seperti lesi medula spinalis sentral
dapat diperbaiki pada lebih dari 50% pasien. Disamping disfungsi neurologis yang
berat dalam minggu-minggu pertama, pemulihan fungsi kandung kencing dapat
terjadi terutama karena serabut kandung kencing terletak perifer pada medula
spinalis. Penatalaksanaan biasanya dgnkateterisasi intermiten dan obat-obatan.
Keadaan inkontinens dapat ditimbulkan dengan reseksi sfingter transuretral dini.
DDS yang menetap, spastisitas yang berat dan hidronefrosis merupakan indikasi
untuk tindakan sfingtertomi transuretral setalh mencoba penggunaan penghambat
alfa, antikolinergik dan pelemas otot skelet seperti baclofen. Penatalaksanaan
neurogenic bladder pada pasien wanita dengan lesi medula spinalis (UMN) adalah
sulit, namun penatalaksanaan lesi konus dan kauda (LMN) adalah mudah dengan
menggunakan manuver Crede/Valsava. Kateterisasi intermiten dimulai setiap 4
sampai 6 jam dan dengan restriksi cairan sampai 1,5 liter perhari pada umunya
memerlukan kateterisasi 3 kali perhari . Pada lesi suprakonus dengan kandung
kencing hiperrefleks, untuk mengurangi inkontinens antara kateterisasi, dapat
diberikan antikolinergik seperti oxybutinin 1-2 kali 5 mg perhari. Iritabilitas
kandung kencing meningkat dengan adanya infeksi sehingga pengobatan infeksi
adalah penting. Profilaksis jangka panjang untuk infeksi saluran kencing sangat
direkomendasikan. Pasien dilatih untuk mengosongkan kandung kencing dengan
menggunakan suprapubic tapping dan manuver Valsava secara periodik. Kegagalan
dalam kateterisasi berkala biasanya memerlukan tindakan indwellin cathether jangka
panjang. Tindakan bedah saraf seperti blok radis sakral dapat diindikasikan untuk
mengubah keadaan reflex (contractile) bladder menjadi keadaan areflexic bladder
yang penatalaksanaannya lebih mudah dengan tindakan Crede/Valsava. Implant

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 22


radix sakral untuk merangsang miksi baru dicoba pada pasien paraplegi dengan
contactile bladder.

Kandung kemih yang kurang aktif.

Jika penyebabnya adalah cedera saraf, maka dipasang kateter melalui uretra
untuk mengosongkan kandung kemih, baik secara berkesinambungan maupun untuk
sementara waktu. Kateter dipasang sesegera mungkin agar otot kandung kemih tidak
mengalami kerusakan karena peregangan yang berlebihan dan untuk mencegah
infeksi kandung kemih.

Pemasangan kateter secara permanen lebih sedikit menimbulkan masalah


pada wanita dibandingkan dengan pria. Pada pria, kateter bisa menyebabkan
peradangan uretra dan jaringan di sekitarnya.

Kandung kemih overaktif

Jika kejang pada saluran keluar kandung kemih menyebabkan pengosongan


yang tidak sempurna, maka bisa dipasang kateter. Pada pria lumpuh yang tidak dapat
memasang kateternya sendiri, dilakukan pemotongan sfingter (otot seperti cincin
yang melingkari lubang) di saluran keluar kandung kemih sehingga proses
pengosongan bisa terus berlangsung dan dipasang penampung air kemih. Bisa
diberikan rangsangan listrik pada kandung kemih, saraf yang mengendalikan
kandung kemih atau medula spinalis; supaya kandung kemih berkontraksi. Tetapi hal
ini masih dalam taraf percobaan.

Pemberian obat-obatan bisa memperbaiki fungsi penampungan air kemih


oleh kandung kemih. Pengendalian kandung kemih overaktif biasanya bisa
diperbaiki dengan obat yang mengendurkan kandung kemih, seperti obat
anticholinergik. Tetapi obat ini bisa menimbulkan efek samping berupa mulut kering
dan sembelit. Kadang dilakukan pembedahan untuk mengalirkan air kemih ke suatu
lubang eksternal (ostomi) yang dibuat di dinding perut atau untuk menambah ukuran
kandung kemih. Air kemih dari ginjal dialirkan ke permukaan tubuh dengan
mengambil sebagian kecil usus halus, yang dihubungkan dengan ureter dan
disambungkan ke ostomi; air kemih dikumpulkan dalam suatu kantung. Prosedur ini
disebut ileal loop.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 23


Penambahan ukuran kandung kemih dilakukan dengan menggunakan
sebagian usus dalam suatu prosedur yang disebut sistoplasti augmentasi disertai
pemasangan kateter oleh penderita sendiri. Sebagai contoh, sautau hubungan dibuat
diantara kandung kemih dan lubang di kulit (verikostomi) sebagai tindakan
sementara sampai anak cukup dewasa untuk menjalani pembedahan definitif.

Tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya


batu ginjal. Dilakukan pengawasan ketat terhadap fungsi ginjal. Jika terjadi infeksi,
segera diberikan antibiotik. Dianjurkan untuk minum air putih sebanyak 6-8
gelas/hari.

g. Komplikasi
a. Kebocoran urin
b. Retensio urin
c. Rusaknya pembuluh darah ginjal
d. Infeksi kandung kemih dan ureter.
h. Prognosis

Prognosis baik jika kelainan terdiagnosis dan diobati sebelum terjadi kerusakan
ginjal.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kandung Kemih Neurogenik (Neurogenic Bladder) adalah hilangnya fungsi kandung


kemih yang normal akibat kerusakan pada sebagian sistem sarafnya. Kandung Kemih
Neurogenik adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidak mampuan untuk

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 24


mengontrol kandung kemih dengan baik karena kerusakan pada saraf yang mengontrol
kemampuan berkemih, menyebabkan kandung kemih menjadi lebih aktif atau kurang aktif
Neurogenic bladder bisa terjadi akibat, Penyakit-penyakit yang menyebabkan gangguan saraf
(Alzheimer, penyakit Parkinson), Cedera pada otak, tulang belakang, Cacat bawaan pada
otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke kandung kemih, saraf yang keluar dari
kandung kemih maupun keduanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiolofi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Vol.1 Edisi 6. Jakarta: EGC.
2. Guyton, Arthur C. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
3. Noer, H. M. Sjaifoellah. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta :
Balai Penertbit FKUI.
4. Ganong F William. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : EGC
5. Purnomo B Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Malang : Sagung Seto
6. Paulsen F dan Waschke J. 2013. Sobotta Edisi 23 Jilid 2. Jakarta : EGC

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 25


7. Japardi Iskandar. 2002. Manifestasi Neurologis Gangguan Miksi. USU digital
library. Akses 28 April 2014. (http://www.gangguan miksi/bedah-iskandar japardi21
neirogenik bladder pdf.co.id )
8. Anonym. 2012. Anatomi Vesica Urinaria dan Uretra. Web : http//www.ANATOMI-
MAKROSKOPIK-DAN-MIKROSKOPIK-VESICA-URINARIA-DAN-
URETHRA-docx.htm. akses 3 Mei 2014.

Neurogenic Bladder Disfungtion (Disfungsi Kandung Kemih) Page 26

Anda mungkin juga menyukai