PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan keluhan yang paling sering dialami manusia. Gejala ini dapat
dirasakan sementara namun bias juga menetap. Biasanya nyeri kepala dirasakan ringan
berupa rasa tidak enak yang tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal, sedangkan nyeri
wajah adalah nyeri yang lokasinya dibawah garis orbitomeatal.
EPIDEMIOLOGI
Nyeri kepala tipe tagang adalah jenis yang paling sering ditemukan (70%). Untuk jenis
ini pada wanita lebih banyak dari pria (5:4).
Klasifikasi:
1. Primer, tidak terdapat penyebab dasarnya. Diantaranya:
a. Migraine, adanya vasodilatasi arteri ekstrakranial dimana pada saat
serangan terjadi vasokonstriksi intra cranial
b. Nyeri kepala tipe tegang, karena kontraksi otot leher.
2. Sekunder, disebabkan karena vasodilatasi akibat demam tinggi, peningkatan
tekanan darah, hipoksia, intoksikasi CO, dan keadaan patologis lainnya.
Diantaranya:
a. Traction headache, karena trakdi atau kompresi dari struktur peka nyeri
intracranial akibat tumor, hematom, dsb.
b. Inflamasi, disebabkan stimulasi struktur peka nyeri intracranial akibat
perdarahan subarachnoid, meningitis, dural sinus phlebitis, juga
ekstrakranial temporal arteritis.
c. Referred head pain, disebabkan sakit mata, hidung atau sinus, gigi, dsb
d. Psikogenik, akibat depresi, delusi.
PATOFISIOLOGI
PENDEKATAN UMUM
ANAMNESA
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
2. Mata
3. Temporomandibular joint
4. Gigi
5. Mulut
6. Arteri pada pasien >50 tahun.
7. Pulsasi dan bruit arteri karotis pada pasien dengan resiko arterosklerosis
8. Pemeriksaan neurologist
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sysmex
2. SGOT/SGPT
3. LP, indikasi meningitis dan encephalitis
4. CT scan
5. MRI
1. Migren
2. Nyeri kepala tipe tegang
3. Nyeri kepala klaster & Hemikrania paroksismal kronik
4. Nyeri kepala lainnya yang tidak ada hubungannya dengan lesi struktural di otak
5. Nyeri kepala karena trauma kepala
6. Nyeri kepala karena penyakit vaskuler lainnya
7. Nyeri kepala karena kelainan intrakranial yang non vaskular
8. Nyeri kepala karena reaksi putus obat
9. Nyeri kepala karena infeksi non spesifik
10. Nyeri kepala karena gangguan metabolic
11. Nyeri kepala karena kelainan anatomi struktur fasial
12. Neuralgia kranialis, nyri trunkus saraf dan nyeri deaferentasi
13. Nyeri kepala yang tak terklasifikasi.
DIAGNOSA
1. Migren
Adalah nyeri kepala yang paroksismal, biasanya unilateral, berdenyut, familial, serangan
berakhir 4-72 jam, disertai mual/muntah atau foto/fonofobia, yang dapat didahului aura.
Aura adalah suatu gejala neurologik fokal yang kompleks yang mendahului atau
menyertai migren, misalnya ura visual, sensorik, dan motorik. Jenis migren:
Migren dengan aura
Migren tanpa aura
Migren oftalmoplegik
Migren retinal
Sindrom periodik migren pada anak
Komplikasi migren
1. Status migrenosus
2. Migren infark = migren komplikata
Migren yang tidak memenuhi criteria
Penatalaksanaan
Umum:
1. Psikologik
2. Fisiologik
3. Mencegah retensi garam dan air
4. Pengaturan tidur yang cukup
5. Menghindari faktor pencetus.
Farmakologik
Terapi simptomatik:
a. Terapi nonspesifik, diberikan NSAID dosis tinggi seperti ibuprofen 800 mg, naproxen
500 mg atau asetaminofen 1000 mg, juga obat anti mual (promethazine 25 mg). bila
diperlukan golongan narkotik seperti codein 30-60 mg tablet, meperidine 25-100 mg
atau morfin 5-15 mg i.v.
b. Terapi abortif (spesifik simptomatik), diberikan ergotamine tablet 1 mg yag dapat
diulang 30 menit kemudian. Dosis maksimum 5 mg dalam satu serangan atau tidak
lebih dari 10 mg dalam seminggu. Juga dapat diberikan gologan triptan seperti
sumatriptan dosis 6 mg subkutan atau tablet 25-50 mg.
c. Terapi profilaksis, diberikan beta blocker (propanolol 40-160 mg dosis terbagi),
antikonvulsi (fenitoin 200-400 mg/hari) dan trisiklik antidepresan (amitriptilin 50-75
mg/hari).
Sinonim: nyeri kepala kontraksi otot, nyeri kepala psikogenik, nyeri kepala idiopatik,
nyeri stress, nyeri kepala esensial.
Proses penyebab:
a. Stress psikis atau depresif yang kronis
b. Pulsasi arteri pada kulit kepala yang berkurang
c. Gangguan elektrolit
d. Sikap dan posisi badan yang salah dalam waktu lama
e. Perangsangan tidak wajar akibat penyakit kronik.
Gejala:
a. Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus
b. Terasa berat atau seperti ditekan
c. Tempat sakitnya tidak karakteristik
d. Frekuensi dan fluktuasi dan intensitas nyeri sangat bervariasi akan bertambah.
Jenis-jenis:
a. Episodik
b. Kronik
c. Yang tidak memenuhi criteria
Penatalaksanaan
Umum:
a. Cara hidup yang baik dan teratur
b. Fisioterapi
c. Psikoterapi
Farmakologik:
a. NSAID: muscle relaksan dosis nrendah diazepam 2 mg
b. Amitriptilin sebagai analgetik
Terbagi menjadi:
a. Simptomatik, seperti trauma, tumor atau radang.
b. Idiopatik
Etiologi
Belum diketahui pasti, namun ada teori yaitu kompresi ganglion Gasseri oleh arteri
karotis interna atau kompresi nervus trigeminus dekat pos oleh arteri serebelaris superior,
suatu proses degeneratif atau infeksi virus.
Gejala:
Nyeri unilateral pada wajah terbatas pada area persarafan satu atau dua cabang
nervus trigeminus, biasanya pada cabang kedua atau ketiga nervus trigeminus.
Nyeri seperti ditusuk, sayat, atau kesetrum.
Ada faktor presipitasi seperti makan, sikat gigi, dll. Namun bias juga spontan.
Nyeri akan hilang lambat laun bila penderita memaksakan terus makan, bicara
bahkan mengusap-usap mukanya dengan keras.
Seolah-olah ada masa refrakter, dimana penderita merasakan bebas dari nyeri,
meskipun pencetusnya tetap ada.
Umumnya terjadi umur >40 tahun.
Kriteria diagnosis:
a. Serangan paroksismal pada wajah beberapa detik tapi >2 menit.
b. Nyeri sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari karakteristik ini:
Distribusi sepanjang satu atau lebih persarafan nervus trigeminus.
Mendadak, nyeri tajam, superfisial, seperti terbakar
Intensitas berat
Mempunyai faktor predisposisi
Di antara serangan, asimtomatik
c. Tidak ada defisit neurologis
d. Serangan khas pada masing-masing pasien
e. Tidak ada riwayat penyebab nyeri wajah yang lain
4. Glossopharyngeal neuralgia
Memenuhi kriteria neuralgi dengan lokasi nyeri di dalam telinga, bagian posterior lidah,
fosa tonsilar, pharyng atau rahang bawah.
Penatalaksanaan
Karbamazapin dimulai dengan dosis 3 x 1/2 tablet (100 mg) dan dapat dinaikkan
dosisnya menjadi 3 x 1 tab (200 mg). bila tidak berefek, ditambahkan fenilhidantoin 3 x
25-100 mg/hari. Dapat juga ditambahkan anti depresan trisilik seperti amitriptilin atau
imipramin.
Terapi operatif perlu dipertimbangkan bila pengobatan medikamentosa tidak membawa
hasil. Operasi dapat dilakukan dengan suntikan alkohol setempat, termoregulasi dari saraf
trigeminus atau dengan cara membuka fosa kranii posterior dan melakukan dekompresi.
DAFTAR PUSTAKA