Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Penggunaan Cotton Bud Terhadap Insidensi Otitis Eksterna

Hadi Sudrajad, Aila Mustofa


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan : Mengetahui variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
case-control yang dilaksanakan di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSUD dr. Moewardi
Surakarta.. Subjek penelitian adalah orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan
sampel secara fixed-disease sampling. Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan enam
variabel independen yaitu frekuensi, intensitas, durasi, teknik, bahan, serta kondisi telinga saat
menggunakan cotton bud dengan jumlah sampel 90. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner.
Data diuji dengan uji Chi-Square atau uji Fisher, uji korelasi Spearman dilanjutkan uji Regresi Logistik.
Hasil Penelitian : Dari analisis bivariat terdapat korelasi positif antara frekuensi dan otitis eksterna (r
= 0.346 = korelasi lemah), intensitas dan otitis eksterna (r = 0.415 = korelasi sedang),serta antara
teknik dan otitis eksterna (r = 0.265 = korelasi lemah) serta diperoleh tiga variabel yang dimasukkan
analisis multivariat yaitu frekuensi, intensitas dan teknik. Dari analisis multivariat menunjukkan hasil
bahwa, intensitas penggunaan cotton bud (p = 0.001; OR 6.9(2.3, 20.8)), teknik penggunaan cotton
bud
(p = 0,010; OR 5.3(1.5, 18.7)), dan frekuensi penggunaan cotton bud (p =
0,011 OR 4.2(1.4, 12.9)) merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi
otitis eksterna. Kualitas persamaan analisis regresi logistik menunjukkan nilai diskriminasi sedang
{Area Under Curve (AUC) =72.4%} dan mempunyai kalibrasi baik dengan nilai p = 0.512 (p > 0.05).
Simpulan : Frekuensi, intensitas dan teknik merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud
terhadap insidensi otitis eksterna.
Kata Kunci: cotton bud, otitis eksterna

Effect of Cotton Bud Use and External Otitis Incidence


Hadi Sudrajad , Aila Mustofa
Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRAK
Objective : Find the determinant variable of cotton bud use and external otitis incidence
Method : This analytic qualityative observational study uses case-control method, was held in the Ear
Nose Throat (ENT) Clinic of dr. Moewardi Hospital Surakarta. 90 subjects were chosen to participate
in this study by fixed-disease sampling. This study used multivariate analysis with six independent
variables are frequency, intensity, duration, techniques, materials, and current condition of the ear
using a cotton bud. Data were collected through questionnaire. Data were analyzed with Chi-Square
or Fisher, Spearman and Logistic Regression.
Result : There is a positive correlation between the frequency and external otitis (r = 0346 = weak
correlation), the intensity and external otitis (r = 0415 = moderate correlation), as well as between
technique and external otitis (r = 0265 = weak correlation). Three variables which included multivariate
analysis are frequency, intensity and technique. From multivariate analysis found that intensity
(p=0.001; OR 6.9(2.3, 20.8)), technique (p= 0,010; OR 5.3(1.5, 18.7)), and frequency of cotton bud
use (p = 0,011 OR 4.2(1.4, 12.9)) are determinant variable of cotton bud use and external otitis
incidence. Quality equation of logistic regression analysis showed by moderate discrimination value
{Area Under the Curve (AUC) = 72.4%} and good calibration with p = 0.512 (p > 0.05).
Conclusion : Intensity, technique, and frequency are determinant variable of cotton bud use and
external otitis incidence.
Keywords : cotton bud, external otitis

1. PENDAHULUAN
Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri,
jamur dan virus (Sander, 2009). Prevalensi otitis eksterna mencapai 10 % penduduk di dunia. 90 %
kasus terjadi pada telinga unilateral (The 5-Minute Pediatric Consult, 2008). Terdapat beberapa
predisposisi terjadinya otitis eksterna, antara lain (Sander, 2009) : struktur anatomis, kelembaban
lokal, derajat keasaman (pH) liang telinga, trauma mekanik, berenang dan terpapar air, benda asing,
bahan iritan, alergi, penyakit psoriasis, penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala, penyakit
diabetes, penyumbat telinga serta alat bantu dengar. Salah satu faktor predisposisi yang belum
pernah diteliti sebelumnya adalah trauma mekanik, dapat berupa trauma lokal dan ringan pada epitel
liang telinga luar (meatus akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga menggunakan
cotton bud. Sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan pengaruh penggunaan cotton
bud terhadap otitis eksterna. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan teori
tersebut.
Jika otitis eksterna tidak diobati dapat berkembang menjadi otitis eksterna maligna. Otitis
eksterna maligna memiliki tingkat mortalitas hampir 50 % (Roland, 2002). Sehingga dengan
mencegah terjadinya otitis eksterna, terutama yang disebabkan oleh penggunaan cotton bud, dapat
menghindari komplikasi tersebut.
Penggunaan cotton bud dapat menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat (Oghalai, 2003). Di samping itu, cotton bud juga dapat
mengakibatkan akumulasi (Lee, 2005). Keadaan di atas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk
ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Berdasarkan
penelitian di Malaysia (Lee, 2005), menunjukkan bahwa angka penggunaan cotton bud di masyarakat
sangat tinggi, yaitu mencapai 92 %, dan 74 % di antaranya bertujuan untuk membersihkan serumen.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang variabel
determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.
Maka dapat dirumuskan masalah apakah terdapat variabel determinan penggunaan cotton bud
terhadap insidensi otitis eksterna.
Tujuannya untuk mengetahui variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi
otitis eksterna.

2. MATERI DAN METODE


Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri,
jamur dan virus (Sander, 2009). Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu (Sander, 2009) : struktur
anatomis; kelembaban lokal; derajat keasaman (pH) liang telinga; trauma mekanik; berenang dan
terpapar air; benda asing; bahan iritan; alergi; penyakit psoriasis; penyakit eksim atau dermatitis pada
kulit kepala; penyakit diabetes; penyumbat telinga serta alat bantu dengar. Diagnosis otitis eksterna
dapat ditentukan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada rekam medis pasien.
Cotton bud terdiri dari segumpal kecil kapas yang dibungkuskan pada satu atau kedua ujung
tongkat pendek. Penggunaan cotton bud pada penelitian ini dinilai melalui wawancara dengan media
kuesioner. Aspek yang dinilai yaitu frekuensi, intensitas, teknik penggunaan cotton bud, bahan cotton
bud dan kondisi telinga saat menggunakan cotton bud.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan metode casecontrol pendekatan retrospektif (Taufiqurrohman, 2004). Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Telinga
Hidung Tenggorokan (THT) RSUD dr. Moewardi Surakarta pada bulan Mei 2011. Subjek penelitian
adalah pasien baru dengan usia 20-49 tahun, bersedia sebagai responden penelitian, tidak buta huruf
dan memenuhi kriteria kasus dan kontrol.
Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan enam variabel independen yaitu frekuensi,
intensitas, durasi, dan teknik penggunaan cotton bud, bahan cotton bud, serta kondisi telinga saat
menggunakan cotton bud. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik fixed-disease
sampling dan didapat sampel sebanyak 90 subjek yang terdiri dari 30 subjek otitis eksterna dan 60
subjek non otitis eksterna (Murti, 2010). Instrumen penelitian menggunakan kuesioner penelitian serta
wawancara kepada pasien baru Poliklinik THT RSUD dr. Moewardi Surakarta.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji dengan model analisis regresi logistik, dengan
prosedur sebagai berikut (Dahlan, 2011):
1. Menyeleksi variabel yang akan dimasukkan dalam analisis multivariat dengan menggunakan
analisis bivariat (Uji Chi-Square atau Uji Fisher).

2.

Menilai korelasi antara masing-masing variabel bebas dan varianel terikat dengan menggunakan
uji hipotesis korelasi Spearman.
3. Melakukan analisis multivariat Regresi Logistik.
4. Melakukan interpretasi hasil, antara lain:
a. Variabel yang merupakan variabel determinan terhadap variabel terikat diketahui dari nilai p
masing-masing variabel.
b. Ukuran kekuatan hubungan yang diketahui dari besarnya nilai Odds Ratio.
c. Model atau rumus untuk memprediksikan variabel terikat.
5. Menilai kualitas dari rumus yang diperoleh dari analisis regresi logistik dengan melihat
kemampuan diskriminasi dan kalibrasi.

3. HASIL PENELITIAN
Karakteristik sampel penelitian yang diperoleh melalui kuesioner yang dipandu dengan
wawancara pada penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Karakteristik Subjek
Variabel
Usia sampel

Jumlah
90

Rerata
(tahun)
36.3

Simpangan
Baku
8.1

Batas
Bawah
22.0

Batas
Atas
49.0

Dari tabel di atas rata-rata usia sampel adalah 36.3 tahun, dengan usia paling muda 22 tahun
dan usia paling tua yang sama yaitu 49 tahun.
Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Penggunaan Cotton bud dan Kondisi Telinga
Saat Menggunakan Cotton bud
Variabel
Frekuensi penggunaan cotton bud
- 1 kali/hari
- <1 kali/hari
Intensitas penggunaan cotton bud
- Kuat
- Lemah
Durasi penggunaan cotton bud
- 5 menit
- <5 menit
Teknik penggunaan cotton bud
- Mendorong
- Sirkuler
Bahan cotton bud
- Keras
- Lunak
Kondisi telinga
- Basah
- Kering
Total

Jumlah
Sampel

Persentase
(%)

47
43

52.2
47.8

37
53

41.11
58.9

4
86

4.44
95.6

59
31

65.6
34.4

4
86

4.4
95.6

17
73
90

18.9
81.1
100

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat, pada awalnya digunakan analisis bivariat berupa uji Chi-Square atau uji Fisher
dilanjutkan dengan Uji Spearman.

Tabel 3. Analisis Bivariat Variabel Frekuensi, Intensitas, Durasi, Teknik, Bahan dan Kondisi, dengan
Otitis Eksterna Melalui Uji Chi-Square atau Uji Fisher dan Uji Spearman
OE
N
Frekuensi
Intensitas
Durasi
Teknik
Bahan
Kondisi

1 kali/hari
<1 kali/hari
Kuat
Lemah
5 menit
<5 menit
Mendorong
Sirkuler
Keras
Lunak
Basah
Kering

Total

23
7
21
9
3
27
25
5
1
29
5
25
30

non OE
%

76.7
23.3
70.0
30.0
10.0
90.0
83.3
16.7
3.3
96.7
16.7
83.3
100

N
24
36
16
44
1
59
34
26
3
57
12
48
60

OR

0.001

0.346

4.9

0.000

0.415

6.4

2.4

16.9

0.106a

0.191

6.6

0.6

65.9

0.012

0.265

3.8

1.3

11.3

1.000a

-0.038

0.6

0.1

6.6

0.703

-0.040

0.8

0.2

2.5

%
40.0
60.0
26.7
73.3
1.7
98.3
56.7
43.3
5.0
95.0
20.0
80.0
100

Interval
Kepercayaan
95%
Batas
Batas
Bawah
Atas
1.8
13.3

a.

Nilai signifikansi diperoleh dari uji Fisher, karena syarat untuk uji Chi-Square (sel yang
mempunyai nilai expected <5 maksimal berjumlah 20% dari jumlah sel) tidak terpenuhi.
Dari uji Spearman diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara frekuensi (r = 0.346/korelasi
lemah), intensitas (r = 0.415/korelasi sedang), teknik (r = 0.265/korelasi lemah) dengan otitis eksterna.
Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat
mempunyai nilai p < 0.25 (Dahlan, 2011). Berdasarkan langkah tersebut dapat disimpulkan variabel
yang akan dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik adalah frekuensi, intensitas dan teknik
penggunaan cotton bud.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Pengaruh Frekuensi, Intensitas, Durasi, dan Teknik
Penggunaan Cotton bud, Bahan Cotton bud, serta Kondisi Telinga Saat Menggunakan
Cotton bud terhadap Insidensi Otitis Eksterna
Variabel
Frekuensi
Intensitas
Teknik
Konstanta

Koefisien

1.4
1.9
1.7
-3.6

0.011
0.001
0.010
0.000

Adjusted
OR
4.2
6.9
5.3
0.03

Interval Kepercayaan 95%


Batas Bawah
Batas Atas
1.4
12.9
2.3
20.8
1.5
18.7

Tabel 4. menunjukkan hasil bahwa frekuensi penggunaan cotton bud (p = 0,011), intensitas
penggunaan cotton bud (p = 0.001) dan teknik penggunaan cotton bud (p = 0,010) merupakan
variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.
Kekuatan hubungan dari variabel-variabel tersebut dapat diketahui dari besarnya nilai Odds
Ratio. OR dari yang terbesar ke yang terkecil adalah intensitas (OR = 6.930 (2.3, 20.8)), teknik (OR =
5.291 (1.5, 18.7)), dan frekuensi (OR = 4.253 (1.4, 12.9)).
Bentuk persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah sebagai berikut:
y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
= (-3.6) + 1.4 (frekuensi) + 1.9 (intensitas) + 1.7 (teknik)
p = 1/(1+e-y)

Keterangan :
p
= probabilitas untuk otitis eksterna
x
= variabel independen yang efeknya akan diteliti.
x1
= frekuensi penggunaan cotton bud (frekuensi sering diberi skor 1 dan tidak menggunakan/
jarang diberi skor 0)
x2
= intensitas penggunaan cotton bud (intensitas kuat diberi skor 1 dan intensitas lemah diberi
skor 0)
x3
= teknik penggunaan cotton bud (teknik mendorong diberi skor 1 dan teknik sirkuler diberi skor
0)
b
= koefisien regresi variabel independen.
b1
= koefisien regresi frekuensi penggunaan cotton bud
b2
= koefisien regresi intensitas penggunaan cotton bud
b3
= koefisien regresi teknik penggunaan cotton bud
a
= konstanta
e
= bilangan natural = 2,7
Penilaian kualitas persamaan analisis regresi logistik dinilai dengan melihat kemampuan
diskriminasi dan kalibrasi. Diskriminasi persamaan dinilai dengan melihat nilai Area Under Curve
(AUC), persamaan yang diperoleh mempunyai diskriminasi yang sedang (AUC = 72.4 %). Nilai
kalibrasi dapat dilihat dengan metode Hosmer and Lameshow. Persamaan yang diperoleh mempunyai
kalibrasi yang baik (p > 0.05).

4. PEMBAHASAN
Tabel 4. memberikan gambaran mengenai hasil analisis regresi logistik tentang variabel
determinan penggunaan cotton bud (frekuensi, intensitas, dan teknik) terhadap insidensi otitis
eksterna. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan cotton bud (p = 0,011), ,
intensitas penggunaan cotton bud (p = 0.001) dan teknik penggunaan cotton bud (p = 0,010)
merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna. Dengan
nilai Odds Ratio dari yang terbesar ke yang terkecil adalah intensitas (OR = 6.930 (2.3, 20.8)), teknik
(OR = 5.291 (1.5, 18.7)), dan frekuensi (OR = 4.253 (1.4, 12.9)).
Mekanisme yang mendasari pengaruh penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis
eksterna dapat dijelaskan oleh beberapa teori. Normalnya kanalis akustikus mempunyai mekanisme
pembersihan sendiri. Reflek ini akan mengeluarkan serumen, deskuamasi keratinosit dan debris yang
terperangkap serta bakteri yang pelan-pelan akan dikeluarkan dari kanalis akustikus melalui migrasi
epitel dari bagian yang lebih dalam ke arah superfisial (Gotthelf, 2006).
Cotton bud dapat menimbulkan trauma mekanik pada epitel liang telinga luar . Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan
menimbulkan eksudat (Oghalai, 2003). Cotton bud mendorong serumen ke dalam liang telinga
sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan terakumulasi di sekitar gendang telinga (Lee, 2005;
Sander, 2009). Keadaan di atas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur (Sander, 2009).
Penggunaan cotton bud dengan intensitas kuat diketahui jika terdapat perdarahan atau rasa
nyeri. Sedangkan intensitas lemah jika tidak ditemukan tanda-tanda tersebut. Adanya perdarahan dan
nyeri tersebut memiliki resiko yang lebih besar untuk berkembang sebagai otitis eksterna. Kedua hal
tersebut menggambarkan adanya trauma pada liang telinga. Penggunaan cotton bud dengan teknik
mendorong memiliki resiko lebih besar untuk menderita otitis eksterna dibanding teknik sirkuler. Hal ini
disebabkan teknik mendorong tersebut menyebabkan serumen yang terdapat dalam liang telinga luar
semakin terdorong ke dalam dan memicu akumulasi serumen di sekitar gendang telinga, hal ini
memicu pertumbuhan bakteri dan jamur (Sander, 2009).
Variabel durasi, bahan dan kondisi tidak dimasukkan dalam analisis multivariat karena dari
analisis bivariat mempunyai nilai p > 0.25. Sesuai dengan teori jika semakin lama durasi penggunaan
cotton bud kemungkinan terkena trauma liang telinga lebih besar. Penggunaan cotton bud dengan
bahan yang keras akan lebih beresiko melukai liang telinga. Kondisi telinga yang basah akan lebih
rapuh daripada kondisi kering, sehingga lebih mudah mengalami trauma oleh cotton bud. Namun hasil
tersebut tidak membuktikan teori ini. Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh jumlah
responden yang menggunakan cotton bud dengan durasi 5 menit, bahan keras dan kondisi telinga
basah pada penelitian ini berjumlah sedikit, sehingga kurang dapat mewakili variabel tersebut.

Hasil analisis regresi logistik ini akan menghasilkan sebuah persamaan regresi logistik.
Aplikasi dari persamaan tersebut adalah untuk memprediksi probabilitas seseorang untuk mengalami
otitis eksterna.
Tabel 5.1 Prediksi Probabilitas Otitis Eksterna Berdasarkan Ada Tidaknya Variabel Frekuensi,
Intensitas dan Teknik Penggunaan Cotton bud

x1
x2
x3
x1 + x2
x1 + x3
x2 + x3
x1 + x2 + x3

p (%)
2.7
10
16
13
43
38
50
80

5. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa frekuensi, intensitas dan teknik
2.

merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.
Bentuk persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah sebagai berikut :
y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
= (-3.6) + 1.4 (frekuensi) + 1.9(intensitas) + 1.7(teknik)
p=1/(1+e-y)

6. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan faktor-faktor perancu lain atau
dengan jumlah sampel yang lebih besar.
2. Perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai efek penggunaan cotton bud dan cara
yang tepat dalam menggunakan cotton bud yang aman (penggunaan cotton bud dengan
frekuensi jarang (<1 kali /hari), intensitas lemah dan teknik sirkuler).

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M.S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat,
Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Gotthelf LN. 2005. Factors that predispose the ear to otitis externa. In: Small Animal Ear Diseases. St.
Louis, Mo.Elsevier Sauders 142-171. http://www. bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm.
Lee, L.M., R Govindaraju, S K Hon. 2005. Cotton bud and Ear Cleaning - A Loose Tip Cotton bud?.
Med J Malaysia Vol 60 No 1. Kuala Lumpur: ENT Unit, Department of Surgery, Faculty of
Medicine, University Putra Malaysia.
Murti, B. 2010. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. pp:42-65.
Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. http://www.klinikindonesia.com/tht-kl/otitis-eksterna.php
Roland, PS., Stroman, DW. 2002. Microbiology of acute otitis externa. Laryngoscope ;112(7 Pt
1):1166-77.
Sander, R. 2009. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Am Fam Physician ;
63:927-36
Taufiqurrohman, 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Klaten: CGSF(The
Community of Self Help Group Forum)

Anda mungkin juga menyukai